Anda di halaman 1dari 17

Aspek Dasar Laboratorium

Demam Tifoid
Supervisor Pembimbing:
dr. Tenri Esa, M.Si, Sp.PK

Residen Pembimbing :
dr. Deny Suryana

Lovely Oktavia Putri Pasambe


Luthfi Thufail Akhmad
Ichlas Adi Putra
PENDAHULUAN
Demam Tifoid merupakan penyakit dengan
insidens yang masih tinggi terutama dinegara
berkembang dan tropis seperti Asia Tenggara,
Afrika dan Amerika Latin.

Di Indonesia, kasus tifoid meningkat dengan rata


– rata kesakitan 500/100.000 penduduk dengan
kematian antara 0,6- 5%
Adapun gejala dari penyakit demam tifoid sangat
bervariasi dan tidak khas, mulai dari gejala yang ringan
sampai berat.

Hal ini membuat penegakan diagnosis menjadi


tantangan tersendiri bagi klinisi medis, maka dari itu
dilakukanlah beberapa pemeriksaan diantaranya adalah
pemeriksaan darah rutin, kimia darah, kultur bakteri dan
pemeriksaan serologis.

-Bakteri Salmonella typii dan Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2011-Maret 2011, Vol. 6, No.l
-Veeraraghavan, Balaji. Pragasam, Agila K. 2018. Typhoid fever: issues in laboratory detection, treatment options & concerns in management in
developing countries. India; Journal Future Science. eISSN 2056-5623
-Keputusan Menteri Kesehatan RI No.364/MENKES/SK/V/2016 Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid Menteri Kesehatan Republik Indonesia
DEFINISI & ETIOLOGI
Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi.
Salmonella typhii merupakan bakteri dari famili
enterobacteriaceae yang berukuran 2-3 μm x 0.4–0.6 μm..
Salmonella typhii merupakan bakteri gram negatif, tidak
membentuk spora, anaerob fakultatif, dan mereduksi sulfur.

Emmeluth D. Deadly disease and epidemics “Typhoid Fever”.New York : Chelsea House Publishers. 2004
Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi masuk bersama makanan ke
PATOGENESIS saluran digestif

Sebagian masuk ke usus


Masuk dalam lambung
halus

Di ileum terminalis
Mekanisme pertahanan
membentuk limfoid plak
oleh asam lambung
peyeri

Sebagian hidup dan Berkembang biak di


Mual dan muntah
menetap lamina propria

Intake makanan Masuk ke aliran limfe


Perdarahan
menurun dan pembuluh darah

Pengeluaran endotoksin
Gangguan nutrisi Perforasi
bakteri

Pelepasan zat pirogen


Peritonitis
oleh leukosit

Demam

Widodo, Djoko. Demam Tifoid Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed 6. Interna Publishing, Jakarta. 549-558.
Diagnosis: anamnesis dan
pemeriksaan fisis
Anamnesis Pemeriksaan Fisis

-Nyeri Kepala (Frontal) -Demam

-Nyeri perut -Lidah Kotor

-Arthralgia dan Myalgia -Rose spot

-Diare atau Konstipasi -Perut distensi dan nyeri tekan perut

-Mual dan Muntah -Bradikardi relatif

-Hepatosplenomegali

-Kesadaran Menurun

Braunwald, Eugene, MD., et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition. New
York : McGraw – Hill Medical Publishing Division.2004
Pemeriksaan Penunjang: darah rutin

Infeksi dan multiplikasi bakteri pada sumsum tulang

Anemia, Leukopenia, dan Trombositopenia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman Pengendalian Demam


Tifoid.Jakarta: 2006
Pemeriksaan penunjang: kimia darah

Infeksi dan multiplikasi bakteri pada hepar

Peningkatan SGOT & SGPT

Jain H, Arya S, Thakur K, Joshi S, An assessment of liver function test in typhoid fever in children : Int J Pediatr
Res 2016;3(4):274-277.doi:10.17511/ijpr.2016.4.012.
Pemeriksaan penunjang:
TES WIDAL
Identifikasi antibodi terhadap antigen O dan H
dari Salmonella typhii menggunakan prinsip
aglutinasi.
Kenaikan titer O 1 : 320 atau kenaikan 4 kali pada
pemeriksaan ulang dengan interval 5 – 7 hari
mendukung diagnosis demam tifoid .
Sensitivitas 64 – 74% dan spesifisitas 76 – 83%.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman Pengendalian Demam


Tifoid.Jakarta: 2006
Pemeriksaan penunjang:
Tes IgM Anti Salmonella
 Identifikasi antibodi terhadap antigen O9
Salmonella typhii .
 Tes ini menggunakan tabung yang berbentuk V
dan 2 reagen, yaitu reagen indikator warna dan
partikel magnetik
 Sensitivitas 78-100% dan spesifisitas 80,4-100%

Tam et al. The TUBEX test detects not only typhoid-specific antibodies but also soluble antigens and
whole bacteria.JMM.2008
• ≤2 : Negatif
• 3 : Borderline
• 4 : Positif lemah
• 6-10 : Positif kuat
Pemeriksaan penunjang:
Kultur bakteri

Dapat dilakukan kultur pada sumsum tulang,


darah, serta feses
Medium Salmonella-Shigella Agar, Hectoen
Enteric Agar, dan Xylose-Lysine-Deoxycholate
Agar
Pada kultur, dapat ditemukan bakteri yang
tumbuh dengan koloni berwarna hitam karena
sifat dari Salmonella typhii yang dapat mereduksi
sulfur
Leboffe, Michael J., Pierce, Burton E.Leboffe, Michael J.A Photographic Atlas For The 4th Edition Microbiology
Laboratory. Englewood, Colo. : Morton Pub. Co., 2011. Print
Penatalaksanaan
Terapi non farmakologis demam tifoid

Tirah baring Dilakukan sampai minimal 7 hari bebas


demam atau kurang lebih sampai 14 hari

Diet lunak rendah serat Asupan serat maksimal 8 gram/hari,


menghindari susu, daging berserat kasar,
lemak, terlalu manis, asam, berbumbu
tajam serta diberikan dalam porsi kecil.

Menjaga kebersihan Tangan harus dicuci sebelum menangani


makanan,
selama persiapan makan, dan setelah
menggunakan toilet.
Terapi antibiotik penyakit demam tifoid

Ciprofloxacin Dewasa: 2 x 500mg selama 1


minggu
Anak: 30 mg/kg/hari dalam 2 dosis
terbagi

Cefixime Anak: 15-20mg/kgBB/hari dibagi 2


dosis selama 10 hari

Tiamfenikol Dewasa: 4 x 500mg


Anak: 50mg/kgBB/hari selama 5-7
hari bebas panas
Azitromisin 20 mg/kg/hari diberikan selama 6
hari

Ceftriaxone Dewasa: 3-4 gr/ hari selama 14 hari


Anak: 80 mg/kgBB/hari selama 10
hari
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai