Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

DEMAM TIFOID

Helni Syahriani Hasibuan


G4A019011

Pembimbing:
dr. Ma’mun, Sp. PD. M. Sc

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PROF DR MARGONO SOEKARNO


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Demam tifoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan
oleh salmonella enterik serotype typi atau paratypi.
(Enteric fever, Tifus dan Paratifus abdominalis).

(Rahmasari, 2018).
EPIDEMIOLOGI
 Demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia yang
termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang
no 6 tahun 1992 tentang wabah.

 Jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia  21 juta kasus dengan


128.000 sampai 161.000 kematian setiap tahun, kasus terbanyak tdi
Asia Selatan dan Asia Tenggara (WHO, 2018).

 Negara maju  5.700 kasus setiap tahunnya, negara berkembang 


21.5 juta orang per tahunnya.

 Prevalensi kematian pada anak sekitar 0- 14.8%

 Menurut (P2PL), kasus demam tifoid di Jawa Tengah selama 3


tahun berturut-turut menempati urutan 3 penyakit terbanyak
(Kemenkes, 2012).
ETIOLOGI
 Salmonella typhi

 Antigen O (Antigen somatik)


 Antigen H (Antigen Flagella)
 Antigen Vi yang terletak pada kapsul
(envelope)

 Salmonella paratyphi

 Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif,


tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan
mempunyai flagella (bergerak dengan
rambut getar)

(Rahmat et al, 2019)


PENULARAN
Penularan terjadi melalui makanan dan minuman. Beberapa
hal yang mendukung terjadinya penularan, yaitu:

01 02

Higiene perorang yang rendah Higiene makanan dan miuman


yang rendah

03 04

Sanitasi lingkungan yang kumuh Penyediaan air bersih yang belum


memadai

05 06
Jamban yang belum memenuhi syarat
Tidak imunisasi tifoid

(Kemenkes, 2010).
MANIFESTASI KLINIK
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14
hari

Minggu 1 Minggu 2
 Demam naik  Demam
perlahan terutama  Bradikardi relative
(Tanto, 2014)
sore hari  Lidah kotor
 Nyeri kepala  Hepatosplenomegali
 Anoreksia  Meteorismus
 Obstipasi  Gangguan mental
 Diare  Roseola (jarang)
 Mual muntah
 Rasa tdk nyaman di
perut
 batuk
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Mekanisme infeksi Salmonella Typhi .
TATALAKSANA
• Mencegah komplikasi
Tirah • Mempercepat kesembuhan
baring dan
perawatan

• Mengembalikan kesehatan dan rasa nyaman


Diet

• Mengehentikan dan mencegah penularan kuman


Antibiotik
ANTIBIOTIK
Mekanisme menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba.
Golongan - Siprofloksasin 2x500 mh/hari selama 6 hari
- Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari
flurokuinolon
- Ofloksasin 2x400 mg/hari selama 7 hari

Cefixime Mekanisme menghambat sintesis dinding sel mikroba. Dosis oral 15-20 mg/kg/hari untuk orang
dewasa
Tiamfenikol Mekanisme menghambat sintesis protein sel mikroba. Dosis 4x500 mg

Kloramfenikol Mekanisme menghambat sintesis protein sel mikroba. Dosis per oral pada anak usia 1-12 tahun 100
mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi, pada usia mulai dari 13 tahun 3 gram/hari dalam 3 dosis terbagi

Amoksisilin Mekanisme menghambat sintesis dinding sel mikroba. Dosis peroral pada dewasa 3 gram/hari dalam
3 dosis terbagi, sedangan anak-anak 75-100 mg/kg/bb dalam 3 dosis terbagi.

Ceftriaxone Mekanisme menghambat sintesis dinding sel mikroba. Dosis 75 mg / hari; maksimum 2,5 g / hari)
setiap hari selama 5 hari
ANTIBIOTIK DEMAM TIFOID TANPA KOMPLIKASI

(Nelwan, 2012)
ANTIBIOTIK DEMAM TIFOID BERAT
KOMLIKASI

Azithromycin dan cefixime memiliki angka kes-

embuhan klinis lebih dari 90% dengan waktu

penurunan demam 5-7 hari, durasi pemberi-

annya lama (14 hari) dan angka kekambuhan

1
serta fecal carrier terjadi pada kurang dari 4%.

Pasien dengan muntah yang menetap, di-

are berat, distensi abdomen, atau kesadaran

menurun memerlukan rawat inap dan pasien

(Nelwan, 2012)
KOMPLIKASI

Ekstraintestinal
Intestinal (syok, miokarditis,
(Perforasi usus, tromboflebitis,
perdarahan usus, trombositopenia,
ileus paralitik) pneumonia,
hepatitis, dll)
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
ANAMNESIS FISIK PENUNJANG
Keluhan demam Demam, a. Pemeriksaan
bertahap, pada bradikardi darah perifer
minggu pertama, relative, lidah b. Uji Widal
lalu menetap pada kotor,
minggu kedua. hepatomegali, c. Uji Tubex
Demam terutama splenomegali, d. Uji Typhidot
sore/malam hari. nyeri abdomen,
roseolae. e. Pemeriksaan
Keluhan lain Dipstik
yang dirasakan f. Pemeriksaan
seperti nyeri bakteriologis
kepala, nyeri otot, dengan isolasi
anoreksia, mual, dan biakan
muntah, diare. kuman
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Uji Widal
Darah perifer
Uji Tubex
Tujuannya untuk menentukan adanya aglutinin Tujuan : untuk mendeteksi serum
leukopenia/normal/leukositosis, dalam serum penderita yang diduga menderita antibodi IgM terhadap antigen O9
anemia ringan, trombositopenia, demam tifoid. Interpretasi hasil uji Widal : LPS yang sangat spesifik terhadap
peningkatan laju endap darah, bakteri Salmonella Typhi.
peningkatan sgot/sgpt. O >> 160 Infeksi akut
Interpretasi:
H >> 160 Pernah imunisasi atau
<2 Nilai negative
pernah menderita infeksi
3 Memerlukan pemeriksaan ulang
Agglutinin tinggi Carier
4-5 Positif lemah
terhadap antigen vi
>6 Positif (indikasi kuat)

Uji Typoid Pemeriksaan dipstik Biakan kuman

positif apabila didapatkan reaksi Khusus mendeteksi igM spesifik Positif: demam tifoid,
dengan intensitas yang sama pada serum, mudah dan cepat, Negatif: tidak
dengan atau lebih besar dari reaksi akurat jika pemeriksaan setelah 1 menyingkirkan diagnosis
kontrol, terlihat pada kertas saring minggu gejala
komersial yang telah disiapkan
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi
sistemik yang menjadi masalah dunia. Dignosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pengobatan meliputi
tirah baring dan perawatan, diet dan pemberian
antibiotik.

KESIMPULAN
THANKS 

Anda mungkin juga menyukai