Disusun Oleh :
RPS :
Pasien datang ke IGD RSMS tanggal 25 Ferbruari dengan
keluhan bengkak diseluruh badan. Keluhan tersebut dirasakan
menetap sudah sejak 1 minggu sebelum datang ke IGD RSMS
hingga mengganggu aktivitas namun tidak dirasakan nyeri.
Pasien juga mengeluhkan sesak napas. Sesak napas dirasakan
semakin berat saat pasien berbaring dan berkurang pada posisi
setengah duduk dan setelah diberikan oksigen. Keluhan sesak
tidak dipengaruhi oleh aktivitas, selain itu pasien juga
mengeluhkan bengkak pada kemaluan sejak 1 minggu yang lalu,
mual (-), muntah (-).
RPS
Pasien juga mengaku saat ini masih sering mengeluhkan
sering makan dan cepat lapar, serta mengeluhkan sering
merasa haus. Namun 1 tahun belakangan ini pasien tidak
merasakan penurunan berat badan secara drastis. Selain itu,
pasien pernah melakukan operasi debridement pada tungkak
kaki kanan karena luka DM, pada tahun 2019. Pasien juga
rutin kontrol ke poli Penyakit Dalam untuk penyakit gula sejak
tahun 2009 dan diberikan insulin, furosemide, valsartan,
kandesartan.
RPD RPK
Darah tinggi : diakui, rutin minum obat Darah tinggi : disangkal
DM : diakui, rutin kontrol Kencing manis : disangkal
Asma : disangkal Penyakit TB : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Alergi obat : disangkal
Penyakit ginjal : disangkal
TB : disangkal
Penyakit hati : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Penyakit ginjal : disangkal
Riwayat operasi : diakui, debridement 2019
R. Sosial Ekonomi
• Pasien tinggal di rumah hanya bersama dengan seorang istri
• Rumah pasien berdinding tembok dan berlantai keramik dengan ventilasi yang cukup.
• Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk
• Hubungan antara pasien dengan tetangga dan keluarga dekat dan baik
• Pasien mengaku makan sehari 2-3 kali sehari, dengan sedikit nasi,
sayur dan lauk pauk.
• Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi alkohol, ataupun
mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
• Pasien mengaku sudah mengurangi kebiasaan mengemil dan sering
jalan pagi di sekitar rumah. Sebelumnya pasien kurang berolahraga
serta suka mengemil gorengan atau makanan ringan.
Pemeriksaan Fisik
Vital sign
TD: 160/90 mmHg RR : 24x/menit
Nadi : 88x/menit Suhu: 36.9 oC
Status Generalis :
KU/Kesadaran : sakit sedang/ CM
Kepala : Mesocephal, simetris, tanda radang (-), rambut hitam dan tidak
mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), RC (+/+), pupil isokor 4mm/4mm
Hidung : discharge (-/-), deformitas (-), Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), mukosa kering (-)
Telinga : Discharge (-/-), deformitas (-/-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Px Thorax
Pulmo : Cor :
• Inspeksi: • Inspeksi:
• Dinding dada simetris, retraksi interkostal (-), Ictus cordis tidak tampak, pulsasi epigastrium (-),
ketinggalan gerak (-), jejas (-) pulsasi parasternal (-)
• Palpasi: • Palpasi:
• Vokal fremitus sinistra = dextra Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula
• Perkusi: sinistra dan kuat angkat (-)
• Redup di bagian basal paru • Perkusi:
• Auskultasi: Batas atas kanan : SIC II LPSD
• Suara dasar vesikuler (+menurun/+menurun), Batas atas kiri : SIC II LPSS
RBH (-/-), RBK (-/-), wheezing (-/-), ekspirasi Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
memanjang (-)
Batas bawah kiri : SIC V LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Gallop (-),
murmur (-)
Px Abdomen :
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : Bising usus sulit dinilai
Perkusi : Pekak, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi : undulasi (-), nyeri tekan (-)
Ekstremitas:
Superior : Edema (+/+) pitting, akral dingin (-/-), sianosis (-/-)
Inferior : Edema (+/+) pitting, akral dingin (-/-), sianosis (-/-)
Lab
Darah
Hasil
Ro Thorax
25/02/20
Kesan:
a. Pancardiomegaly dd/
efusi pericardium
b. Gambaran edema
pulmonum disertai
bronkopneumonia
Diagnosis
• DM Tipe 2
• Edema Generalisata
• Hipertensi
Tatalaksana
Farmakologi Nonfarmakologi
1.Mobilisasi
1. O2 3 lpm NK
2.Edukasi: penyebab penyakit, perjalanan
2. IVFD NaCl 0.9% 12 tpm penyakit, pengobatan, pencegahan
3. Nebulizer combivent / 8 jam penularan dan prognosis.
4. Furosemide pump 10 mg / jam 3.Memberi edukasi pada keluarga untuk ikut
mendukung pasien agar teratur minum
5. Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam
obat karena pengobatan jangka panjang.
6. Spironolakton 1x50 mg 4.Gaya hidup sehat
7. Kalsartan 1x80 mg
8. Herbersser 1x100 mg Monitoring
9. Salep hidrokortison/betametason 1) Keadaan umum dan kesadaran, tanda vital
2) Evaluasi klinis setiap hari, meliputi keluhan,
3x1
berat badan, pemeriksaan fisik, dan hasil
laboratorium
• Ad vitam : Dubia
Prognosis • Ad fungsionam : Dubia
• Ad sanationam : Dubia ad Malam
PERKEMBANGAN
PASIEN
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELITUS
Definisi
DM merupakan suatu kelompok disfungsi metabolik kronik yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015)
Etiologi
Diabetes Melitus adalah gangguan multisystem yang disebabkan oleh defesiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemi.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu (Buraerah, 2010):
• Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)
• Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pancreas
• Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer
Klasifikasi
• DM tipe 1 Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
• DM tipe 2 Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM)
• Diabetes gestasional terjadi pada seorang ibu yang sedang hamil biasanya muncul
pada minggu ke-24
Patofisiologi
1. DM tipe 1
• factor genetic
Ahli kesehatan juga menyebutkan DM
merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin
• faktor imunologi
Adanya respons autoimun antibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen
• faktor lingkungan
virus penyebab DM adalah rubela,
mumps, dan human coxsackievirus B4
Patofisiologi
2. DM tipe 2
Faktor resiko
• Usia
• Obesitas
• Riwayat Keluarga DM
Patofisiologi
3. DM Gestasional
a. hipoglikemia
b. ketoasidosis diabetikum
c. Sindrom HHNK (koma hiperglikemia
hiperosmoler nonketotik) Komplikasi metaboik kronik
Pusing
Jantung berdebar
Sukar tidur
Sesak nafas
Telinga berdenging
Patofisiologi Hipertensi (Price., 2006)
Deteksi Faktor Risiko Hipertensi (Price,2006)
Wawancara dengan menggunakan kuesioner yang meliputi identitas diri, riwayat
penyakit, riwayat anggota keluarga, perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti
merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga,
dan lain-lain)
1) CCB dan BB
Terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7 2) CCB dan ACEI atau ARB
3) CCB dan diuretika
1) Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz)
4) AB dan BB
atau Aldosteron Antagonist
5) Kadang diperlukan tiga atau empat
2) Beta Blocker (BB)
kombinasi obat
3) Calcium Chanel Blocker atau Calcium
antagonist (CCB)
4) Angiotensin Converting Enzym Inhibitor
(ACEI)
5) Angiotensin II Receptor Blocker atau
Areceptor antagonist/blocker (ARB)
INDIKASI-KONTRAINDIKASI OBAT ANTI HIPERTENSI
TATALAKSANA
HIPERTENSI
JNC 7
PROGNOSIS
KOMPLIKASI HIPERTENSI Terapi dengan kombinasi perubahan
Definisi (Wade et al, 2003) gaya hidup dan obat-obatan
antihipertensi biasanya dapat menjaga
tekanan darah pada tingkat yang tidak
akan menyebabkan kerusakan pada
jantung atau organ lain. Kunci untuk
menghindari komplikasi serius dari
hipertensi adalah mendeteksi dan
mengobati sebelum kerusakan terjadi
Thank You