Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN DASAR

(PPKMB) ACUTE MYELOID LEUKIMIA (AML)

Nama : Erni Hikmarini, S.Kep

NPM 2314901110020

Kelompok/Ruangan : 23A.3/Ruangan PDW/PDP RSUD Ulin Banjarmasin

CI : Dessy Hadrianti.,S.Kep.Ns.M.Kep

CT : Helda Iriani.,Ns.M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU

KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

BANJARMASIN

TAHUN 2023/2024
A. Definisi
Leukemia myeloid akut atau acute myeloid leukaemia (AML) merupakan
keganasan pada sumsum tulang yang berkembang secara cepat pada jalur
perkembangan sel myeloid (Safitri, 2015).
B. Edipemologi
AML adalah bentuk leukemia akut yang paling sering terjadi pada dewasa
seiring dengan pertambahan usia dan jaringan terjadi pada anak-anak (Safitri
2007).
C. Patway
Genetic lingkungan virus Bahan kimia dan obat-obatan
Radiasi Leukimia sekunder

Sumsum tulang Sel mesenkim stem cell, sel retikuler


Jer. mieloid

Sel blast (myeloblast) Hematoposis terganggu


Trombo
Mekanisme imun terganggu Proliferasi SDP immature
Prod. SDM sit
terganggu

Akumulasi sel Pembekuan terganggu


RESIKO INFEKSI Anemia

inflitrasi Suplai O2 Pucat, sesak Pendarahan spontan


Hati jaringan
Tulang
SSP kelemaha n
hepatomegali
Resiko
Resiko syok hipovolemi k
NYERI Sist. tinggi
Menekan AKUT GGN.
Neul INTOL ERANSI AKTIVI TAS
kekuranga
rongga PERF GGN n volume
og is
terga U SI POLA cairan
Penurunan JARIN NAFAS tubuh
n ggu
nafsu makan G AN
PERIF
Sakit kepala,
GANGGUA nausea, diplopia,
N NUTRISI penglihatan kabur

RESIKO INJURI
D. Klasifikasi AML
Bedasarkan klasifikasi (Yoshida 2015). French American British, AML
terbagi menjadi 8 tipe:
1. Mo (Acute Undifferentiated Leukemia)
Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga disebut
sebagai AML dengan diferensiasi minimal.
2. M1 (Acute Myeloid Leukemia Tanpa Maturasi)
Merupakan leukemia mieloblastik klasik yang terjadi hamper seperempat
dari kasus AML.
3. M2 (Akut Myeloid Leukemia)
Sel leukemic pada M2 memperlihatkan kematangan yang secara
morfologi berbeda, dengan jumlah granulosit dari promielosit yang
berubah menjadi granulosit matang berjumlah lebih dari 10%.
4. M3 (Acute Myelomonocytic leukemia)
Sel leukemmia pada M3 kebanyakan adalah promilosit dengan granulasi
berat.
5. M4 (Acute Mylomonocytic Leukemia)
Terlihat dua tipe sel, yakni granulositik dan monositik, serta sel-sel
leukemic lebih 30% dari sel yang bukan eritrosit.
6. M5 (Acute Monocytic Leukemia)
M5 terdapat lebih dari 50% eritroblas dengan derajat berbeda dari
gambaran morfologi Bizzare.
7. M7 (Acute Megakaryocytic Leukemia)
Beberapa sel tampak berbentuk promegakariosit/megakariosit.

E. Manifistasi Klinis AML


Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah (Pedoman Diagnosis Dan
Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Unair&RSUD dr
Soetomo Surabaya 2008).
1. Anemia: pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2. Leukopenia (karena penurunan fungs): infeksi local atau umum (sepsis)
dengan gejala panas badan (demam) dan penurunan keadaan umum.
3. Trombositopeni: pendarahan kulit, mukosa dan tempat-tempat
lain. Akibat infiltrasi ke organ lain:
1. Nyeri tulang
2. Pembesaran kelenjar getah bening
3. Hepatomegaly dan splenomegaly
F. Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada penyakit
leukemia akut (Safitri 2015).
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Biopsy sumsum tulang
3. Lumbal pungsi
4. Pemeriksaan radiologi
G. Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan skunder
2. Resiko kekurangan volume cairan
3. Nyeri akut
4. Resiko tinggi perubahan nutrisi
5. Gangguan perfusi jaringan perifer
6. Resiko injuri
7. Intoleransi aktivitas
H. Perencanaan
1. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder.
 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam
tidak terjadi infeksi.
 Kriteria hasil:
 Suhu normal 36,5-37,5C
 Tanda-tanda inflamasi 9tumor, rubor, kolor, dolor,
funtio lesa) tidak terjadi
 Pasien tidak gelisah
 Rencana tindakan:
 Tepatkan pasien pada ruangan khusus. Batasi pengunjung
sesuai indikasi.
 Berikan protocol untuk mencuci tangan tangan yang baik
untuk semua staf petugas.
 Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan
suhu dan pengobatan chemoterapi. Observasi demam
sehubungan dengan tachicardi, hiertensi.
 Dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, batuk
 Inspeksi membrane mukosa mulut. Bersihkan mulut
secara periodic. Gunakan sikat gigi halus untuk perawatan
mulut.
 Awasi pemeriksaan laboratorium: WBC, darah lengkap
 Berika obat sesuai indikasi.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
kehilangan berlebihan.
 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam cairan
dalam tubuh seimbang
 Kritiria hasil:
 Cairan tubuh adekuat
 Dehidrasi tidak ada
 Mual muntah berkurang sampai normal
 Haluan urine normal dan stabil
 Rencana tindakan:
 Awasi masukan dan pengeluaran.
 Timbang BB tiap minggu
 Awasi tekanan darah dan frekuensi jantung
 Inspeksi kulit/ membran mukosa untuk petike, area
ekimotik, perhatikan pendaran gusi, darah warna karat
atau samar pada faces atau urine: pendarahan lanjut dari
sisi tusukan invesif.
 Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi
umum membran mukosa.
 Berikan diet halus
 Berikan cairan IV sesuai indikasi
 Berikan sel darah merah, trombosit/factor pembekuan
3. Nyeri akut b.d agen cedera fiscal
 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 30 menit nyeri
berkurang sampai hilang.
 Kriteria hasil:
 Skala nyeri berkurang 1-10
 Pasien tidak mengeluh kesakitan
 Pasien bisa istirahat dengan tenang
 Rencana tindakan:
 Observasi tanda-tanda vital
 Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan
stress
 Tempatkan pada posisi nyaman dan songkong sendi,
ekstermitas dengan bantal.
 Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang
gerak lembut
 Berikan tindakan ketidaknyamanan: pijatan, kompres
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
4. Resiko tinggi perubahan nutrisi b.d infiltrasi pada hati
 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:
 Hasil pengukuran antromometri normal
 Pasien menghabiskan porsi makannya
 Berat badan pasien naik secara signifikan
 Rencana tindakan
 Ijinkan pasien memakan semua makanan yang dapat
ditoleransi secara, rencanakan untuk memperbaiki kualitas
gizi pada saat selera pasien meningkat.
 Berikan makanan yang disertai sumplemen nutrisi gizi
 Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
 Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
5. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d produksi SDM terganggu
 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
perfusi jaringan pasien adekuat dengan kriteria hasil:
 Masukan dan keluaran seimbang
 Haluaran urine 30 ml/jam
 Kapileri refil <2 detik
 Tanda vital stabil nadi perifer kuat terpalpasi
 Kulit hangat dan tidak ada sianosis
 Rencana tindakan
 Awasi tanda-tanda vital
 Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, kelambatan pengisisan
kapiler
 Catat perubahan tingkat kesadaran
 Pertahankan masukan cairan adekuat
 Evaluasi terjadinya edema
 Kolaborasi
6. Resiko injuri b.d gangguan neurologis
 Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
pasien tidak mengalami cedera, neurosensormotorik dalam batas
normal dengan kriteria hasil:
 Tidak ditemukan luka
 Tidak tanpak adanya bekas benturan
 Rencana tindakan
 Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan
khususnya pada daerah ekimosis
 Cegah ulserasi oral dan rectal
 Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
 Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
 Laporkan setiap saat tanda-tanda perdarahan
 Hindari obat-obatan yang mengandung aspirin
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
 Tujuan: setelah dilakukan keperawatan selama 1x24 jamadanya
peningkatan toleransi aktifitasa pada pasien dengan kriteria hasil:
 Peningkatan intoleransi aktivitas
 Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat
kemampuan
 TTV dalam bata normal
 Rencana tindakan
 Evaluasi laporan kelemahan
 Berikan lingkungan tenang perlu istrihat tanpa gangguan
 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivtas yang
dibtuhkan
 Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual (2008) Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8


(terjemah) Penerbut buku Kedokteran EGC. Jakartna

Doenges, Marilynn E. (2007) Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 (terjemah)


penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta

Engram, Barbara (2009). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2


(terjemah). Penerbti buku Kedokteran EGC. Jakarta
Bannajrmasin, November 2023

Preceptor Klinik Ners Muda

Helda Iriani,.Ns.M.Kep Erni Hikmarini. S.Kep

Anda mungkin juga menyukai