Anda di halaman 1dari 15

Leukimia

Mieloid Akut
DEFINISI
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang. Biasanya ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih dengan manifestasi
adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi (sel blast) secara berlebihan dan
menyebabkan terdesaknya sel darah yang normal yang mengakibatkan fungsinya
terganggu.
Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloid Leukemia (AML) sering juga dikenal
dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic Leukemia
merupakan penyakit keganasan yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi
abnormal sel induk hematopoetik yang bersifat sistemik dan secara malignan
melakukan transformasi sehingga menyebabkan penekanan dan penggantian
komponen sumsum tulang belakang yang normal.
Etiologi
01 Genetika

02 Virus Leukimia T pada


manusia

03 Lingkungan (Pekerjaan)

04 Umur, Jenis Kelamin, Ras


Tanda & Gejala
Pucat, lemah, anak rewel, nafsu makan menurun

Demam tanpa sebab yang jelas

Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah


bening, Mata menonjol
Kejang sampai penurunan kesadaran
Perdarahan kulit (petekie, hematom) dan
atau perdarahan spontan (epistaksis,
perdarahan gusi)

Nyeri tulang pada anak.

Pembesaran testis dengan konsistensi keras


Pemeriksaan Diagnostik
Morfologi
Aspirasi sumsum tulang merupakan bagian dari pemeriksaan rutin
untuk diagnosis AML.
Immunophenotyping
Pemeriksaan ini menggunakan flow cytometry,sering untuk
menentukan tipe sel leukemia berdasarkan antigen permukaan
Sitogenetika
Abnormalitas kromosom terdeteksi pada sekitar 55% pasien AML
dewasa. Pemeriksaan sitogenetika menggambarkan abnormalitas
kromosom seperti translokasi, inversi, delesi, adisi.
Sitogenetika molekuler
Pemeriksaan ini menggunakan FISH (fluorescent in situ
hybridization) yang juga merupakan pilihan jika pemeriksaan
sitogenetika gagal. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi abnormalitas
gen atau bagian dari kromosom
Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan dilakukan untuk membantu menentukan perluasan
penyakit jika diperkirakan telah menyebar ke organ lain.Contoh
pemeriksaannya antara lain X-ray dada, CT scan, MRI.
Penatalaksanaan
Terapi Induksi Terapi Konsolidasi
Bertujuan untuk mencapai
remisi komplit yang Pasca-induksi diberikan
didefinisikan sebagai blast untuk mencegah
dalam sumsum tulang kekambuhan dan eradikasi
1.000/μL, dan trombosit ≥ minimal residual leukemia
100.000/μL. Terapi induksi dalam sumsum tulang..
biasanya menggunakan
kombinasi 2 jenis obat
03
kemoterapi (cystosine
arabinoside atau
cytarabine dan 02
anthracycline antibiotic).

Transplantasi Sel
01 Induk
Pada kasus ini perlu
dilakukan transplantasi
sumsum tulang dan sel
induk darah perifer.
Discharge Planning
Dischange Planning apa yang perlu diberikan kepada pasien
dengan leukimia Perawatan di rumah :

1. Mendukung klien tetap beraktifitas


2. Memonitor reaksi klien setelah beraktivitas
3. Berikan makanan tinggi asam folat (kacang-kacangan, sayuran berwarna
hijau, daging), vitamin c
4. Ijinkan penderita untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan.
5. Perbaikan gizi saat selera makan penderita meningkat

Tindakan saat terjadi kekambuhan :


Pada umumnya serangan yang timbul adalah pusing, pucat, dan sesak
nafas, hal – hal yang perlu di perhatikan :

1. Segera ambil posisi nyaman dengan tinggikan kepala di tempat tidur


2. Hindari kerumunan orang
3. Sirkulasi udara cukup
Web 1.1.
Of Web
Caution
Of Caution

Genetik : gangguan Virus Neoplasma


kromosom,lingkungan

Sum – sum tulang Sel mensenkim Jaringan


belakang Stell cell, Sel retikuler mielod

Sel blast (mioblast)

Akumulasi Profilesasi SDP immatur Hematopoesis


terganggu
Infiltrasi ke organ
-

Hati Tulang Sistem Penurunan Penurunan erotrosit


(hepatome (nyeri neurologis neutrofil (suplai O2 ke
gali) tulang dan terganggu (menurunkan jaringan menurun)
sendi) (sakit sistem pertahanan
kepala,nausea, tubuh sekunder)
dipoplia)
Pucat, lesu,
dispnea, letargi
Resiko
Nyeri Kronis infeksi
Gangguan
imobilisasi

Intolreansi
aktivitas
Asuhan Keperawatan
Presepsi kesehatan dan managemen kesehatan
1. Pola nutrisi dan metabolisme : Nafsu makan pasien menurun pasien juga merasakan mual dan muntah
2. Pola eliminasi : Hematuria pada pasein
3. Pola aktifitas dan latihan : Pasien merasakan keletihan/ kelemahan hambatan mobilitas fisik dikarenakan
Pengkajian rusaknya neuromuskular (neuropati) yang mengakibatkan pasien mangalami keletihan
Identitas pasien
4. Pola istirahat dan tidur : Pasien juga bisa mengalami hambatan mobilitas fisik dikarenakan rusaknya
Riwayat kesehatan
neuromuskular (neuropati) yang mengakibatkan pasien mangalami hambatan
- Keluhan utama : perasaan letih,
nyeri pada ektermitas, berkeringat 5. Pola kognitif dan presepsi : Nyeri pada pasein karna terapi dan efek fisologis neoplasia
di malam hari, penurunan selera 6. Pola konsep diri : Citra tubuh pasien mengalami gangguan atau tidak percaya diri akan tubuhnya dikarenakan
makan, sakit kepala dan perasaan kerontoka pada rambut, moon face tau kelemahan.
tidak enak badan.
7. Pola peran dan hubungan : Perubahan proses keluarga yang memiliki anak yang menderita penyakit yang
- Riwayat penyakit sekarang : mengancam jiwa dan juga menjalani proses terapi
Pemeriksaan fisik sering kali
memberi tanda pertama yang 8. Pola seksualitas dan reproduksi : Kaji adanya pembesaran testis
menunjukkan adanya penyakit 9. Pola koping dan management stress : Keluarga merasakan duka cita yang adaptif dikarenakan mereka
neoplastik. berpresepsi anak mereka akan meninggal
10. Pola nilai dan kepercayaan
Diagnosa Keperawatan

Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan imunitas dan


gangguan fungsi metabolik, dan efek fisiologis neoplasia

Risiko infeksi yang berhubungan penyakit kronis dengan


ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder

Intoleransi aktivitas fisik berhubungan dengan imobilisasi

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan


metabolisme
kerusakan neumoskular (neuropati)
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan imunitas dan gangguan fungsi Risiko infeksi yang berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
metabolik, dan efek fisiologis neoplasia Tujuan Kriteria Hasil
Tujuan Kriteria Hasil - Pasien mengalami resiko infeksi yang minimal
- Skala nyeri turun Intervensi
- Kemampuan untuk menuntaskan aktivitas Observasi
- Ekspresi wajah tidak menyeringai lagi. - Pantau suhu tubuh untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
- Kegiatan tidak terganggu dengan nyeri - Evaluasi anak untuk menemukan setiap lokasi yang berpotensi menjadi tempat infeksi
- Mengetahui pengetahuan tentang nyeri dan keyakinan tetang nyeri - Tempatkan anak dalam ruang perawatan pribadi untuk mengurangi keterpajanan
- Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau memperlihatkan dengan organisme infektif
tanda – tanda ketidaknyamanan dan tidak mengungkapkan keluhan Terapeutik
gangguan rasa nyaman - Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit agar melaksanakan teknik mencuci
Intervensi tangan yang baik untuk mengurangi keterpajanan terhadap organisme infektif
Observasi - Anjurkan lakukan skrining terhadap semua pengunjung dan staf rumah sakit guna
- Kaji skala nyeri (PQRST), lokalisasi,respons, mendeteksi tanda – tanda infeksi untuk mengurangi keterpajanan terhadap organisme
- Kaji keberhasilan terapi yang sudah diberikan dan efek samping penggunaan infektif
alagetik - Gunakan teknik aspetik dengan sangat teliti untuk semua prosedur/tindakan yang
- Evaluasi efektifitas terapi pereda nyeri dengan memperhatikan derajat invasif
kesadaran versus sedasi untuk menentukan perlunya perubahan dosis, waktu Edukasi
pemberian atau jenis obat - Ajarkan pemeberian diet dengan kandungan nutrisi yang lengkap sesuai dengan usia
Terapeutik pasien untuk mendukung pertahanan alami tubuh
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, - Hindari pemberian vaksin dengan virus hidup yang dilemahkan pada anak yang
- Fasilitasi istirahat tidur dan pertimbangkan jenis nyeri serta pemilihan sistem imunnya terdepresi karena vaksin tersebut dapat mengakibatkan infeksi berat
strategi meredakan nyeri Kolaborasi
Edukasi - Kolaborasi dalam pemeberian vaksin virus inaktif sesuai program dan diindikasikan
- Jelaskan penyebab nyeri dan pemicu nyeri jelaskan strategi meredakan nyeri untuk mencegah infeksi yang spesifik
- Ajarkan teknik relaksasi / strategi meredakan nyeri. - Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai resep
Kolaborasi - Kolaborasi pemberian granulocyte colony stimulating factor sesuai resep
- Kolaborasi dalam pemberian analgesic
Intoleransi aktivitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
Tujuan Kriteria Hasil Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan
- Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1x24 jam, diharapkan menunjukkan metabolisme
penurunan tanda fisiologis intorelansi kerusakan neumoskular (neuropati)
- Adanya peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) Tujuan Kriteria Hasil
- Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan - Pasien mengalami efek negatif yang minimal akibat neuropati
- Anak terlibat dalam berbagai aktivitas yang sesuai dengan usia dan minatnya perifer
- Tersedia mainan yang sesuai - Anak dapat bergerak tanpa mengalami cedera atau kesulitan
- Pasien mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas Intervensi
yang beragam Observasi
Intervensi - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Observasi - Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi
- Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas. Catat laporan kelelahan dan - Monitor kondisi umum serta frekuensi tekanan darah sebelum dan
keletihan memulai ambulansi
- Awasi TD, nadi pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Terapeutik
Terapeutik - Fasilitasi aktivitas ambulansi dengan alat bantu jika perlu
- Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang - Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik jika perlu
pasien yang menenagkan dan lingkungan yang nyaman. - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
Edukasi ambulansi
- Anjurkan tirah baring dan aktivitas bertahap untuk teknik penghematan energi Edukasi
- Anjurkan pasien berhenti bila terjadi nyeri dada, kelemahan atu pusing terjadi - Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Kolaborasi : - Anjurkan melakukan ambulansi dini
- Kolaborasi dengan ahli gizi - Ajarkan ambulansi sederhana yang harus dilakukan ( mis :
- Libatkan tenaga spesialis dalam bidang kehidupan anak atau layanan suportif berjalan dari tempat tidur ke kursi roda , berjalan sesuai toleransi
lainnya dalam merencanakan aktivitas pengalihan
Thank You

Anda mungkin juga menyukai