Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

NON ST ELEVASI MIOKARD INFARK (NSTEMI)

Disusun Oleh:

Latifah nur azalia

P1337420217049

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
NON ST ELEVASI MIOKARD INFARK (NSTEMI)

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pendahuluan

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu secara


global, yaitu lebih banyak orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit
kadiovaskuler dari pada penyebab lainnya. Penyakit kardiovaskular yang saat ini
diperkirakan akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara industri
dan negara berkembang pada tahun 2020 adalah Coronary Artery Disease (CAD)
atau Penyakit Jantung Koroner (PJK). Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan
keadaan gawat darurat dari PJK. Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu
penyakit mematikan dan prevalensinya terus mengalami peningkatan sepanjang
tahunnya.

Di Amerika Serikat, pada tahun 1998, penyakit jantung koroner


merupakan penyebab kematian utama dengan persentase sebesar 48%, dan pada
tahun 2004 didapatkan angka kematian akibat penyakit jantung koroner di
Amerika Serikat sebesar 450.000 kematian, sedangkan di Indonesia, berdasarkan
hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 didapatkan 3 dari 1000 penduduk
Indonesia menderita penyakit jantung koroner.1,2 Penyakit Jantung Koroner dapat
terjadi secara kronis maupun akut. Hal yang menakutkan bagi sebagian orang
adalah penyakit jantung koroner akut atau lebih dikenal dengan Sindrom Koroner
Akut.

Sindrom Koroner Akut adalah ketidakmampuan jantung akut akibat suplai


darah yang mengandung oksigen ke jantung tidak adekuat. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan penurunan fungsi jantung. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan marka jantung,
Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi angina pektoris tidak stabil, infark miokard
tanpa elevasi segmen ST atau NonST segment Elevation Myocardial Infarction
(NSTEMI) dan infark miokard dengan elevasi segmen ST atau ST segment
Elevation Myocardial Infarction (STEMI). Hal tersebut penting untuk dibedakan
karena penatalaksanaan yang akan diberikan akan berbeda untuk masing-
masingnya.

2. Definisi

Sindrom koroner akut (SKA) adalah suatu istilah yang digunakan untuk
merujuk pada sekumpulan keluhan dan tanda klinis yang sesuai dengan iskemia
miokard akut. SKA dapat berupa angina pektoris tidak stabil (UAP), infark
miokard dengan non-ST elevasi (NSTEMI) , infark miokard dengan ST elevasi
(STEMI) dan atau kematian jantung mendadak.

NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai


oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan. (Sylvia,2008).
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang terjadi dengan
mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner kecil atau oklusi parsial arteri
koroner utama yang sebelumnya terkena aterosklerosis. Hal ini menyebabkan
kerusakan ketebalan parsial otot jantung.

NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang terjadi dengan
mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner kecil atau oklusi parsial arteri
koroner utama yang sebelumnya terkena aterosklerosis. Hal ini menyebabkan
kerusakan ketebalan parsial otot jantung. Jumlah NSTEMI sekitar 30% dari semua
serangan jantung. Pada APTS dan NSTEMI pembuluh darah terlibat tidak
mengalami oklusi total/ oklusi tidak total (patency), sehingga dibutuhkan
stabilisasi plak untuk mencegah progresi, trombosis dan vasokonstriksi. Penentuan
troponin I/T ciri paling sensitif dan spesifik untuk nekrosis miosit dan penentuan
patogenesis dan alur pengobatannya. Sedang kebutuhan miokard tetap
dipengaruhi obat-obat yang bekerja terhadap kerja jantung, beban akhir, status
inotropik, beban awal untuk mengurangi konsumsi O2 miokard. APTS dan
NSTEMI merupakan SKA yang ditandai oleh ketidakseimbangan pasokan dan
kebutuhan oksigen miokard.
3. Etiologi

NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan


kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI
terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner, sehingga terjadi
iskemia miokard dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan
derajat lebih kecil, biasanya terbatas pada subendokardium. Keadaan ini tidak
dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun menyebabkan pelepasan penanda
nekrosis.

Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dihasilkan


dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus nonocclusive yang
telah dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu. Penyempitan abnormal
dari arteri koroner mungkin juga bertanggung jawab.

Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) dapat disebabkan oleh


adanya aterioklerosis, spasme arteri koroner, anemia berat, artritis, dan aorta
Insufisiensi. Faktor resiko pada SKA (Muttaqin, 2009) dibagi menjadi :

a. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:

1) Usia

Angka morbiditas dan mortalitas penyakit SKA meningkat


seiring pertambahan usia. Sekitar 55% korban serangan jantung berusia
65 tahun atau lebih dan yang meninggal empat dari lima orang berusia di
atas 65 tahun. Mayoritas berada dalam resiko pada masa kini merupakan
refleksi dari pemeliharaan kesehatan yang buruk di masa lalu.

2) Jenis kelamin

Pria memiliki resiko yang lebih untuk terserang SKA, sedangkan


pada wanita resiko lebih besar setelah masa menopause. Peningkatan pada
wanita setelah menopause terjadi akibat penurunan kadar estrogen dan
peningkatan lipid dalam darah.

3) Riwayat keluarga

Tingkat faktor genetika dan lingkungan membantu terbentuknya


atherosklerosis belum diketahui secara pasti. Tendensi atherosklerosis
pada orang tua atau anak dibawah usia 50 tahun ada hubungan terjadinya
sama dengan anggota keluarga lain.

4) Suku bangsa

Orang Amerika kulit hitam memiliki resiko lebih tinggi


dibandinkan dengan kulit putih, hal ini dikaitkan dengan penemuan bahwa
33% orang Amerika kulit hitam menderita hipertensi dibandingkan
dengan kulit putih.

b. Faktor resiko yang dapat dirubah:

1) Merokok

Perokok memiliki resiko 2 sampai 3 kali untuk meninggal karena


SKA daripada yang bukan perokok. Resiko juga bergantung dari berapa
banyak rokok per hari, lebih banyak rokok lebih tinggi pula resikonya. Hal
ini dikaitkan dengan pengaruh nikotin dan kandungan tinggi dari
monoksida karbon yang terkandung dalam rokok. Nikotin meningkatkan
beban kerja miokardium dan dampak peningkatan kebutuhan oksigen.
Karbon monoksida menganggu pengangkutan oksigen karena hemoglobin
mudah berikatan dengan karbon monoksida daripada oksigen.

2) Hiperlipidemia

Kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah terlibat dalam


transportasi, digesti, dan absorbs lemak. Seseorang yang memiliki kadar
kolesterol melebihi 300 ml/dl memiliki resiko 4 kali lipat untuk terkena
SKA dibandingkan yang memiliki kadar 200 mg/dl. Diet yang
mengandung lemak jenuh merupakan faktor utama yang menimbulkan
hiperlipidemia.

3) Diabetes mellitus

Aterosklerosis diketahui berisiko 2 sampai 3 kali lipat pada


diabetes tanpa memandang kadar lipid dalam darah. Predisposisi
degenerasi vaskuler terjadi pada diabetes dan metabolisme lipid yang
tidak normal memegang peranan dalam pertumbuhan atheroma.
4) Hipertensi

Peningkatan resisten vaskuler perifer meningkatkan afterload dan


kebutuhan ventrikel, hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen untuk
miokard untuk menghadapi suplai yang berkurang.

5) Obesitas

Berat badan yang berlebihan berhubungan dengan beban kerja


yang meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Obesitas
berhubungan dengan peningkatan intake kalori dan kadar low density
lipoprotein.

6) Inaktifitas fisik

Kegiatan gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan cara


menurunkan kadar kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak
terhadap fisiologis dari kegiatan mampu menurunkan kadar kepekatan
rendah dari lipid protein, menurunkan kadar glukosa darah, dan
memperbaiki cardiac output.

7) Stres psikologis berlebihan

Stres merangsang sistem kardiovaskuler melepaskan katekolamin


yang meningkatkan kecepatan jantung dan menimbulkan vasokontriksi.

c. . Faktor penyebab

1) Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada

2) Obstruksi dinamik (spasme coroner atau vasokontriksi)

3) Obstruksi mekanik yang progresif

4) Inflamasi dan atau inflamasi

5) Faktor atau keadaan pencetus


4. Tanda dan gejala

a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar,
ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang
berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang
menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.

b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.

c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.

d. Bisa atipik:

1) Pada manula: bisa kolaps atau bingung.

2) Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung
bisa tanpa disertai nyeri dada.

5. Patofisiologi

NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau


peningkatan. Kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksikoroner.
NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner.Trombosis
akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang takstabil. Plak
yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,densitas otot polos
yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi.
Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasiester kolesterol dengan
proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasiruptur plak dapat dijumpai
sel makrofag dan limposit T yang menunjukkan adanya proses imflamasi. Sel-sel
ini akan mengeluarkan sel sitokin proinflamasiseperti IL-6. Selanjutnya IL-6 akan
merangsang pengeluaran hsCRP di hati.(Harun, 2006, cit Sudoyo, 2006) Gejala
yang di temukan :

a. Khas nyeri dada dengan lokasi substernal atau kadang kala diepigastrium
dengan ciriSeperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri
tumpul,rasa penuh, berat atau tertekan
b.Tidak khas seperti: Dispneu, mual, diaphoresis, sinkop, atau nyeri dilengan,
epigastrium, bahu atas atau leher Analisis berdasarkangambaran klinis
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru
angina/terakselerasi memiliki prognosis lebih baikdibandingkan dengan yang
memiliki nyeri padawaktu istirahat

6. Komplikasi

Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien NSTEMI, adalah:


a. Disfungsi ventrikuler
Setelah NSTEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial
dalambentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan
non infark. Proses ini disebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului
berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun
pasca infark.
b. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama
kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia
mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas,
baik pada awal ( 10 hari infark ) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering
dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop.
Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
c. Infark miokardium (IM)
adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat kekurangan
oksigen yang berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap
iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati
setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,
kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobs lenyap dan sel tidak
memenuhi kebutuhan energinya.
d. Aritmia
Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering didapat
dan dapat berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan tekanan
darah turun banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat juga
menyebabkan angina, gagal jantung.
e. Gagal Jantung
Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa darah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien tubuh. Gagal
jantung disebabkan disfungsi diastolik atau sistolik. Gagal jantung diastolik
dapat terjadi dengan atau tanpa gagal jantung sistolik. Gagal jantung dapat
terjadi akibat hipertensi yang lama (kronis). Disfungsi sistolik sebagai
penyebab gagal jantung akibat cedera pada ventrikel, biasanya berasal dari
infark miokard.
7. Pathway
8. Pemeriksaan penunjang

a. Biomarker Jantung

Troponin T dan Troponin I

Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai peranan yang sangat


penting pada diagnostik, stratifikasi dan pengobatan penderita Sindroma
Koroner Akut (SKA).Troponin T mempunyai sensitifitas 97% dan spesitifitas
99% dalam mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan yang minimal sekalipun
(mikro infark). Sedangkan troponin I memiliki nilai normal 0,1. Perbedaan
troponin T dengan troponin I:

1) Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen


inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.

2) Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi


mengikat tropomiosin.

b. EKG (T Inverted dan ST Depresi)

Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T Inverted dan ST


depresi yang menunjukkan adanya iskemia pada arteri koroner. Jika terjadi
iskemia, gelombang T menjadi terbalik (inversi), simetris, dan biasanya bersifat
sementara (saat pasien simptomatik). Bila pada kasus ini tidak didapatkan
kerusakan miokardium, sesuai dengan pemeriksaan CK-MB (creatine kinase-
myoglobin) maupun troponin yang tetap normal, diagnosisnya adalah angina
tidak stabil. Namun, jika inversi gelombang T menetap, biasanya didapatkan
kenaikan kadar troponin, dan diagnosisnya menjadi NSTEMI. Angina tidak
stabil dan NSTEMI disebabkan oleh thrombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat
mengalami reperfusi spontan), atau oklusi yang dapat dikompensasi oleh
sirkulasi kolateral yang baik.

c. Echo Cardiografi pada Pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark

1) Area Gangguan
2) Fraksi Ejeksi

Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel ke aorta. Freksi
pada prinsipnya adalah presentase dari selisih volume akhir diastolik dengan
volume akhir sistolik dibagi dengan volume akhir diastolik. Nilai normal >
50%. Dan apabila < dari 50% fraksi ejeksi tidak normal.

d. Angiografi koroner (Coronari angiografi)

Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Apabila pasien


mengalami derajat stenosis 50% padapasien dapat diberikan obat-obatan. Dan
apabila pasien mengalami stenosis lebih dari 60% maka pada pasien harus di
intervensi dengan pemasangan stent.

B. Konsep keperawatan

1. Pengkajian

Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik


atau compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perusi sistem saraf pusat.

b. Airway

Apakah ada sumbatan jalan nafas atau penumpukan sekret, whezeeng


dang crakles

c. Breathing

Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh


sesak napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan. Sesak napas
terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir
diastolic ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini
terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri
pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium
yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
d. Circulation

Bisa ditandai dengan nadi lemah , tidak teratur, takikardi, TD


meningkat / menurun, edema, gelisah, akral dingin, kulit pucat, sianosis,
output urine menurun

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (00132)

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernafasan (00032)

c. Penurunan curah jantung (00029)

3. Perencanaan tindakan

DX NOC NIC Rasional


1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x24 jam (1400)
nyeri dapat berkurang dengan 1. Lakukan 1. Untuk
kriteria hasil: pengkajian mengetahui
nyeri lokasi,
Tingkat Nyeri (1605) komprehensif karakteristik,
Indikator Awal Tujuan meliputi lokasi, durasi dan
Nyeri yang karakteristik, frekuensi
- 5
dilaporkan onset/durasi, intensitas
Panjangnya
- 5 frekuensi, dan faktor
episode nyeri
Ekspresi nyeri kualitas, pencetus .
- 5
wajah
Mengernyit - 5 intensitas, atau
beratnya nyeri
Keterangan: dan faktor
1: Berat pencetus
2: Cukup Berat 2. Observasi 2. Untuk
3: Sedang adanya mengetahui
4: Ringan petunjuk adanya nyeri
5: Tidak ada nonverbal yang tidak
mengenai disampaikan.
ketidaknyaman
an terutama
pada mereka
yang tidak bisa
berkomunikasi
secara efektif
3. Kendalikan 3. Untuk
faktor mengurangi
lingkungan nyeri dari
yang dapat faktor
mempengaruhi lingkungan.
respon pasien
terhadap
ketidaknyaman
an (misalnya,
suhu ruangan,
pencahayaan,
suara bising)
4. Ajarkan 4. Untuk
penggunaan mengurangi
teknik nyeri dengan
nonfarmakologi teknik non
(seperti, biofeed farmakologi
back, TENS,
hypnosis,
relaksasi,
bimbingan
antisipasif,
terapi musik,
terapi bermain,
terapi aktivitas,
akupressur,
aplikasi
panas/dingin
dan pijatan,
sebelum
sesudahdean
jika
memungkinkan,
ketika
melakukan
aktivitas yang
menimbulkan
nyeri: sebelum
nyeri terjadi
atau meningkat;
dan bersamaan
dan tindakan
penurunan rasa
nyeri lainnya.
5. Dorong pasien 5. Untuk
untuk mengurangi
menggunakan nyeri dari
obat-obatan obat yang
penurun nyeri sudah
yang adekuat. diresepkan

6. Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan


keperawatan selama 3x24 jam nafas (3140)
pasien menunjukkan keefektifan 1. Posisikan 1. Mencegah
pola nafas dengan kriteria hasil: pasien untuk terjadinya
memaksimalka sesak napas
n ventilasi
2. Kelola udara 2. Memberikan
Status pernafasan (0415) atau oksigen oksigen
Indikator Awal Akhir yang sesuai
Frekuensi dilembabkan indikasi
- 5
pernafasan
Irama sebagaimana untuk
- 5
pernafasan mestinya. menghilangk
Kedalaman
- 5 3. Posisikan untuk an sesak
inspirasi
meringankan napas.
Keterangan: sesak napas
1: Devisiasi berat dari kisaran 4. Monitor status 3. Memberikan
normal pernapasan dan posisi pasien
2: Devisiasi yang cukup berat oksigenasi untuk
dari kisaran normal sebagaimana meringankan
3: Devisiasi sedang dari kisaran mestinya sesak napas
normal
4: Devisiasi ringan dari kisaran 4. Memonitor
normal untuk
5: Tidak ada devisiasi dari kisaran mengetahui
normal adanya sesak
napas dari
frekuensi
pernafasan.

7. Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung


keperawatan selama 3x24 jam (0400)
pasien dapat menunjukan 1. Monitor EKG 1. Untuk
keefektifan pompa jantung adakah memonitor
dengan kriteria hasil: perubahan kondisi
segmen ST jantung
Keefektifan pompa jantung sebagaiman melalui EKG
(0400) mestinya. 2. Untuk
Indikator Awal Tujuan 2. Monitor tanda- memonitor
Tekanan darah tanda vital kondisi
- 5
sistol
Tekanan darah secara rutin. jantung
- 5
diastol melalui tanda
Urin output - 5
Keseimbangan 3. Monitor tanda vital
intake dan keseimbangan seperti TD,
- 5
output dalam
24 jam cairan Nadi, RR.
(masukan dan
Keterangan: keluaran serta 3. Untuk
1: Devisiasi berat dari kisaran berat badan mengetahui
normal harian. bagaimana
2: Devisiasi yang cukup berat 4. Sediakan terapi
kah bekerja
dari kisaran normal jantung
antiaritmia
3: Devisiasi sedang dari kisaran apakah sesuai
sesuai
normal dengan
kebijakan unit
4: Devisiasi ringan dari kisaran normalnya
(misalnya, obat
normal antiaritmia,
4. Untuk
5: Tidak ada devisiasi dari kisaran kardioversi dan
mengatur
normal defibrilasi)
kondisi
aritmia,
untuk
memperbaiki
irama jantung
abnormal,

8. Evaluasi

a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat berkurang
dengan kriteria hasil:
Tingkat Nyeri (1605)

Indikator Awal Tujuan Akhir


Nyeri yang
- 5 5
dilaporkan
Panjangnya
- 5 5
episode nyeri
Ekspresi nyeri
- 5 5
wajah
Mengernyit - 5 5
Keterangan:
1: Berat
2: Cukup Berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada

b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukkan


keefektifan pola nafas dengan kriteria hasil:

Status pernafasan (0415)

Indikator Awal Akhir Akhir


Frekuensi
- 5 5
pernafasan
Irama
- 5 5
pernafasan
Kedalaman
- 5 5
inspirasi

Keterangan:

1: Devisiasi berat dari kisaran normal

2: Devisiasi yang cukup berat dari kisaran normal

3: Devisiasi sedang dari kisaran normal

4: Devisiasi ringan dari kisaran normal

5: Tidak ada devisiasi dari kisaran normal

c. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat menunjukan
keefektifan pompa jantung dengan kriteria hasil:

Keefektifan pompa jantung (0400)

Indikator Awal Tujuan Akhir


Tekanan darah - 5 5
sistol
Tekanan darah
- 5 5
diastol
Urin output - 5 5
Keseimbangan
intake dan
- 5 5
output dalam
24 jam

Keterangan:

1: Devisiasi berat dari kisaran normal

2: Devisiasi yang cukup berat dari kisaran normal

3: Devisiasi sedang dari kisaran normal

4: Devisiasi ringan dari kisaran normal

5: Tidak ada devisiasi dari kisaran normal


DAFTAR PUSTAKA

Asriani, S. (2016). Infark miokard akut tanpa st elevasi. Laporan Kasus. Kepaniteraan klinik
Bagian ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah Fakultas kedokteran universitas riau:
Pekanbaru. (Online) (https://id.scribd.com/document/373810667/335844590-Laporan-
Kasus-NSTEMI-docx Diakses pada 7 Februari pukul 20.00 WIB)

Bulechek, G., M., et all. (2016). Nursing interventions classification (NIC), edisi keenam
indonesia edition. Jakarta: mocomedia

Herdman & Khamitsuru. (2018). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020.
Jakarta:EGC

Kiswoyo, T. (2018). Keperawatan gawat darurat dengan pasien nstemi (non st elevasi
miokard infark) di ruang icvcu Rumah sakit umum daerah dr. Moewardi surakarta.
Laporan Pendahuluan. Program Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Keperawatan,
Universitas Ngudi Waluyo: Semarang. (Online) (https://id.scribd.com/doc/163710962/
152901576-Lap-Pendahuluan-Stemi Diakses pada 8 Februari pukul 18.00 WIB)

Mohamad, R., A. (2019). Asuhan keperawatan pada tn. P dengan diagnosa medis Nstemi
(non st elevasi myocardial infarction) Ruang perawatan pjt lantai 5 di rs dr. Wahidin
sudirohusodo. Laporan kasus. Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan,
Universitas Hasanuddin: Makassar. (Online) (https://www.academia.edu/40356023/LP
NSTEMI_GITA Diakses pada 9 Februari 2020 pukul 02.08 WIB)

Moorhead, S., et all. (2016). Nursing outcomes classification (NOC), edisi kelima indonesia
edition. Jakarta: mocomedia

Anda mungkin juga menyukai