Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH TERAPI AIUEO TERHADAP KEMAMPUAN BICARA PADA PASIEN

STROKE YANG MENGALAMI AFASIA MOTORIK


DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Ghoffar Dwi Agus Haryanto)


Dody Setyawan), Muslim Argo Bayu Kusuma)

*
) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**
) Dosen Jurusan Keperawatan Universitas Diponegoro Semarang
***
) Dokter Umum Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang

ABSTRAK

Stroke dapat disimpulkan sebagai serangan pada jaringan otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menyebabkan kelumpuhan atau cacat menetap pada bagian tubuh. Masalah kesehatan yang muncul
akibat stroke sangat bervariasi. Bila stroke menyerang otak kiri dan mengenai pusat bicara,
kemungkinan pasien akan mengalami gangguan bicara atau afasia. Salah satu gangguan afasia adalah
afasia motorik. Afasia motorik merupakan kerusakan pada lapisan permukaan pada daerah broca, yang
ditandai dengan kesulitan dalam mengontrol koordinasi, bicara lisan tidak lancar, dan ucapannya
sering tidak dimengerti oleh orang lain. Salah satu cara dalam mengembalikan kemampuan bicara
dapat dilakukan terapi AIUEO. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi
AIUEO terhadap kemampuan bicara pasien stroke yang mengalami afasia motorik. Desain penelitian
yang digunakan adalah pra eksperimen dengan pendekatan one group pre-post test design. Tehnik
Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, dimana teknik Sampling
ini didasarkan pada kriteria inklusi yang telah ditetapkan untuk menjadi responden. Besar sampel
penelitian yang dilakukan selama satu bulan yaitu sebanyak 21 responden. Hasil analisis uji statistik
dengan menggunakan Paired T Test didapatkan p value 0,000 (p <0,05) yang berarti ada pengaruh
terapi AIUEO terhadap kemampuan bicara pasien stroke yang mengalami afasia motorik.
Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar terapi AIUEO dapat digunakan sebagai intervensi
keperawatan dalam melatih pasien untuk meningkatkan kemampuan bicara.

Kata kunci : afasia motorik, stroke, terapi AIUEO

ABSTRACT

Stroke can be concluded as an attack on the brain tissue that happens suddenly and can make disability
or permanent defective on the parts of body. Probelm of health that often appear because of stroke is
very varies. If stroke attack left brain and hit center of speech, its possible if patients will have speech
interruption or afasia. One of afasia problems is afasia motorik. Afasia motorik is damage of surface in
brocas area, it can be indicated by difficulty in controlling coordination, speech is unclear and
pronouncation cant be understood by other. One of ways to recover speech skill can be done by
AIUEO therapy. This research intended to identify the influence of AIUEO toward speech skill on
stroke patients having afasia motorik. Research design was used pra eksperimen by approaching one
group pre-post test design. Sampling technique that was used in this research was Purposive Sampling,
where this Sampling technique based on criteria inclusion which has been set to be respondent. Result

Pengaruh Terapi AIUEO Terhadap Kemampuan Bicara (G. D. A. Haryanto, 2014) 1


of research sample which have done for a month was 21 respondents. Result of statistic analysis test
by using Paired T Test was p value 0,000 ( p < 0,05 ) it mean that there was influence of AIUEO
therapy toward speech skill on stroke patients having afasia motorik. The recomendation of this
observation result is AIUEO therapy can be used as nursing intervention to train patients for
increasing speech skill.

Keyword : afasia motorik, AIUEO therapy, stroke

PENDAHULUAN 2013 adalah 104 (Data Rekam Media RSUD


Tugurejo Semarang, 2014)
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul secara mendadak dan terjadi pada siapa Masalah kesehatan yang muncul akibat stroke
saja dan kapan saja. Penyakit ini sangat bervariasi, tergantung luas daerah otak
menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan yang mengalami infark atau kematian jaringan
anggota gerak, gangguan bicara, proses dan lokasi yang terkena (Rasyid & Lyna,
berfikir sebagai akibat gangguan fungsi otak 2007, hlm.53). Bila stroke menyerang otak
(Muttaqin, 2008, hlm.234). Prevalensi di kiri dan mengenai pusat bicara, kemungkinan
Amerika pada tahun 2005 adalah 2,6%. pasien akan mengalami gangguan bicara atau
Prevalensi meningkat sesuai dengan afasia, karena otak kiri berfungsi untuk
kelompok usia yaitu 0,8% pada kelompok menganalisis, pikiran logis, konsep, dan
usia 18 sampai 44 tahun, 2,7% pada kelompok memahami bahasa (Sofwan, 2010, hlm.35).
usia 45 sampai 64 tahun, dan 8,1% pada Menurut Mulyatsih dan Airizal (2008,
kelompok usia 65 tahun atau lebih tua hlm36), secara umum afasia dibagi dalam tiga
(Satyanegara, 2010, hlm.227). Menurut jenis yaitu afasia motorik, afasia sensorik, dan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, afasia global.
2009 dalam Marlina (2010, hlm.2) prevalensi
stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per Afasia motorik merupakan kerusakan
1.000 penduduk. terhadap seluruh korteks pada daerah broca.
Seseorang dengan afasia motorik tidak bisa
Rata-rata kasus stroke di jawa tengah mengucapkan satu kata apapun, namun masih
mencapai 635,60 kasus (Profil Kesehatan bisa mengutarakan pikirannya dengan jalan
Provinsi Jawa Tengah, 2012, hlm.39). Kasus menulis (Mardjono & Sidharta, 2004,
tertinggi stroke di Jawa Tengah adalah di kota hlm.205). Salah satu bentuk terapi rehabilitasi
Semarang yaitu sebesar 3.986 kasus (17,91%) gangguan afasia adalah dengan memberikan
(Dinkes Jateng, 2004, 1). Angka kejadian terapi wicara (Sunardi, 2006, hlm.7). Terapi
stroke di RSUD Tugurejo Semarang pada wicara merupakan tindakan yang diberikan
tahun 2010 mencapai 262 pasien, tahun 2011 kepada individu yang mengalami gangguan
mencapai 244 pasien, tahun 2012 mencapai komunikasi, gangguan berbahasa bicara,
255 pasien, dan meningkat pada tahun 2013 gangguan menelan. terapi wicara ini berfokus
mencapai 307 pasien. Prevalensi stroke non pada pasien dengan masalah-masalah
hemoragik dalam 4 tahun terakhir mencapai neurologis, diantaranya pasien pasca stroke
661 pasien, dimana angka kejadian ini lebih (Hearing Speech & Deafness Center, 2006,
tinggi dari pada stroke hemoragik yang hanya dalam sunardi, 2006, hlm.1)
mencapai 407 pasien. Rata-rata pasien yang
mengalami stroke hemoragik maupun non Menurut Wardhana (2011, hlm.167) penderita
hemoragik dalam 3 bulan terahir pada tahun stroke yang mengalami kesulitan bicara akan
diberikan terapi AIUEO yang bertujuan untuk

2 Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...
memperbaiki ucapan supaya dapat dipahami Frekuensi
oleh orang lain. Orang yang mengalami serangan stroke
gangguan bicara atau afasia akan mengalami 1 kali 12 57,1
kegagalan dalam berartikulasi. Artikulasi >1 kali 9 42,9
merupakan proses penyesuaian ruangan Total 21 100
supraglottal. Penyesuaian ruangan didaerah Dukungan
laring terjadi dengan menaikkan dan keluarga
menurunkan laring, yang akan mengatur Tidak ada 8 38,1
jumlah transmisi udara melalui rongga mulut Ada 13 61,9
dan rongga hidung melalui katup Total 21 100
velofaringeal dan merubah posisi mandibula Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar
(rahang bawah) dan lidah. Proses diatas yang responden berada pada tahapan usia lansia
akan menghasilkan bunyi dasar dalam akhir yaitu sebesar 9 responden (42.9%),
berbicara (Yanti, 2008, 8). berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 13
responden (61,9%), baru pertama kali
METODE mendapatkan serangan stroke yaitu sebesar 12
Penelitian ini merupakan penelitian responden (57,1%), dan mendapatkan
praeksperimen dengan menggunakan one dukungan keluarga yaitu sebesar 13
group pre-post test design. Sampling yang responden (61,9%).
diambil dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling. Penelitian ini dilakukan di ruang Tabel 5.2
alamanda RSUD Tugurejo Semarang pada Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
tanggal 26 Maret sampai tanggal 26 April Kemampuan Bicara Sebelum dan Sesudah
2014. Terapi AIUEO di RSUD Tugurejo Semarang
Bulan Maret April 2014
HASIL (n = 21)
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sebelum Sesudah
Variabel
Usia, Jenis Kelamin, Frekuensi Serangan n % n %
Stroke, dan Dukungan Keluarga pada Pasien Kemampuan
Stroke yang Mengalami Afasia Motorik di bicara
RSUD Tugurejo Semarang 1. Tidak - - 5 23,8
Bulan Maret April 2014. mengalami
(n = 21) gangguan
Frekuensi Presentase bicara
Variabel
(n) (%) 2. Gangguan 3 14,3 14 66,7
Usia bicara ringan
Dewasa akhir 6 28,6 3. Gangguan
Lansia awal 4 19,0 bicara 14 66,7 2 9,5
Lansia akhir 9 42,9 sedang
Manula 2 9,5 4. Gangguan
Total 21 100 bicara berat 4 19,0 - -
Jenis kelamin Total 21 100 21 100
Laki laki 8 38,1
Perempuan 13 61,9
Total 21 100

Pengaruh Terapi AIUEO Terhadap Kemampuan Bicara (G. D. A. Haryanto, 2014) 3


Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar tahun akan berisiko menderita stroke 2 kali
responden sebelum mendapatkan terapi lipat dibandingkan usia dibawah 55 tahun.
AIUEO berada pada katagori gangguan bicara Stroke pada usia ini diprediksi berkaitan
sedang yaitu sebesar 14 responden (66,7%), dengan masalah aterosklerosis yang
sedangkan sesudah diberikan terapi AIUEO banyak dialami oleh pasien-pasien lanjut
jumlah tersebut menjadi berkurang menjadi 2 usia. Lewis (2007, dalam Marlina, 2011,
responden (9,5%). hlm.178) juga menjelaskan bahwa kejadian
stroke meningkat seiring dengan
Tabel 5.5 bertambahnya usia, resiko ini meningkat
Pengaruh Terapi AIUEO Terhadap sejak usia 45 tahun, setelah usia 50 tahun
Kemampuan Bicara Pada Pasien Stroke yang dan setiap penambahan umur tiga tahun
Mengalami Afasia Motorik meningkat sebesar 11 20%.
di RSUD Tugurejo Semarang
Bulan Maret April 2014 Akan tetapi hasil penelitian ini juga
(n = 21) menjelaskan bahwa responden dalam
katagori usia dewasa juga mengalami
Terapi Selisih p kejadian stroke yaitu sebesar 6 responden
Mean SD
AIUEO Mean value (28,6%). Menurut Pinzon (2008),
Sebelum 39,62 12,404 penelitian epidemiologi untuk stroke usia
23,90 0.000
Sesudah 63,52 12,246 muda sering terjadi pada usia kurang dari
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa hasil analisis 45 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa
uji statistik dengan menggunakan Paired T stroke usia muda paling banyak
Test didapatkan p value 0,000 (p <0,05) yang disebabkan oleh sindrom metaboli. Hasil
berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, penelitian Lipska, et. al. (2007) juga
menunjukkan ada pengaruh terapi AIUEO menemukan bahwa komponen sindroma
terhadap kemampuan bicara pasien stroke metabolik yang paling teramati pada kasus
yang mengalami afasia motorik. stroke usia muda adalah kadar HDL yang
rendah (65% kasus) dan peningkatan
PEMBAHASAN tekanan darah (50% kasus).
1. Usia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hal ini terkait erat dengan faktor gaya
sebagian besar responden berada pada hidup yang bermalas-malasan pada usia
tahapan usia lansia akhir (56 65 tahun) muda, stress yang tinggi, kurangnya
yaitu sebesar 9 responden (42.9%). Hal ini berolahraga, mengkonsumsi makanan
bisa disebabkan bertambahnya usia, proses junkfood, merokok, serta berbagai kegiatan
degenerasi (penuaan) yang terjadi secara kegiatan yang tidak mendukung gaya
alamiah menyebabkan berkurangnya hidup sehat (RS Mitra Keluarga, 2011, 1)
kelenturan atau elastisitas dinding
pembuluh darah arteri yang akan 2. Jenis Kelamin
mengakibatkan pembuluh darah mengeras Hasil penelitian ini sebagian besar
atau kaku (aterosklerosis) (Gofir, 2009, responden berjenis kelamin perempuan
hlm.40) yaitu sebanyak 13 orang (61,9%).
Penelitian ini sependapat dengan Chang
Hal tersebut juga diperkuat menurut (2010) yang mengatakan bahwa resiko
American Heart Association dan American terjadinya stroke pada perempuan
Stroke Association (2006 dalam Amila, meningkat 3 kali lebih besar dibandingkan
2012, hlm.122) menyatakan bahwa laki-laki. Menurut Umar (2010, hlm.34)
seseorang yang sudah berumur di atas 55 perempuan mempunyai kemungkinan tiga

4 Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...
kali lebih besar untuk mengalami yang mengalami stroke pertama
aneurisma intrakranium yang belum kali.menunjukkan sebesar 79% responden.
pecah, dimana apabila pecah dapat Hal ini serupa dengan penelitian Yea, Shu,
menyebabkan stroke. Sien, dan Mien (2008 dalam Amila, 2012,
hlm.126) didapatkan 55,1% responden
Selain itu faktor risiko yang khas pada merupakan stroke yang pertama kali.
perempuan seperti kehamilan, persalinan,
pil KB dan menopause menempatkan
perempuan pada risiko stroke (Salma, Pada umumnya serangan stroke sudah
2014, 1). Hal ini diperkuat Sutrisno dapat dikenali pada tingkat awal serangan,
(2008, hlm.76) menjelaskan bahwa akan tetapi pada serangan awal sering tidak
beberapa faktor yang turut mendukung disadari atau diketahui, karena hampir
terjadinya stroke pada perempuan adalah sama dengan gejala yang ditimbulkan oleh
penggunaan pil kontrasepsi dan penyakit lainnya (Wardhana, 2011, hlm.4).
menopause. Menopause merupakan suatu
fase yang dialami oleh perempuan dimana
terjadi perubahan hormon estrogen dan Hasil penelitian ini juga menunjukkan
progesterone dalam tubuh. Penurunan bahwa sebagian besar responden yang
hormon ini, akan memicu peningkatan mengalami frekuensi serangan stroke
tekanan darah, sehingga meningkatkan pertama kali berada pada tahapan lansia.
resiko terjadinya stroke. Umur diatas 50 tahun lebih sering terjadi
stroke, karena pada umur tersebut
Penggunaan kontrasepsi oral terlebih pembuluh darah sudah tidak elastis dan
dengan kombinasi antara esterogen dan terjadi penumpukan plak dan
progesteron, akan meningkatkan resiko mengakibatkan suplai oksigen menuju otak
terjadinya stroke iskemik pada perempuan. terganggu (Tarwoto, Wartonah, & Suryati,
Hal ini dapat terjadi karena penggunaan 2007, hlm.88). Pada pembuluh darah orang
kombinasi tersebut menyebabkan darah tua biasanya mengalami perubahan
menjadi lebih kental, sehingga dapat degeneratif dan hasil dari proses
membentuk gumpalan darah pada aterosklerosis. Cepat atau lambatnya
pembuluh darah yang akan menghambat ateroskeloris akan menyebabkan terjadinya
suplai darah keotak dan akan memicu stroke (Sofwan, 2010, hlm.17).
terjadinya stroke iskemik (Sutrisno, 2008,
hlm. 30) Menurut asumsi peneliti, serangan stroke
pertama kali pada lansia juga disebabkan
3. Frekuensi Serangan Stroke oleh pola gaya hidup yang tidak sehat.
Hasil penelitian ini sebagian besar Menurut Fitriani (2005, dalam Prasetyo,
responden yang mengalami serangan 2012) gaya hidup lansia yang tidak sehat
stroke 1 kali sebanyak 12 orang (57,1%). dapat mempengaruhi kesehatan. Hal itu
Hasil ini sejalan dengan penelitian Hasyim dikarenakan faktor gaya hidup seperti
(2013) menjelaskan bahwa dari 30 kurangnya beraktivitas, kondisi dimana
responden, 22 responden (73%) sebagian lansia tidak bekerja lagi yang disebabkan
besar mengalami serangan stroke pertama. bertambahnya usia sehingga terjadi
Menurut Cahyati (2011) kasus stroke penurunan kemampuan tubuh dalam
terjadi pada serangan pertama didapatkan beraktivitas, kebiasaan merokok, dan
12 responden (86,70%). Hasil penelitian kebiasaan minum kopi.
Almborg, Ulander, Thulin, dan Berg (2009
dalam Amila, 2012, hlm.126) pasien stroke

Pengaruh Terapi AIUEO Terhadap Kemampuan Bicara (G. D. A. Haryanto, 2014) 5


Hal yang sama juga dipaparkan dalam kehidupan selanjutnya (Mangoenprasodjo,
penelitian yang dilakukan oleh Ernawati & 2005 dalam Astuti, 2010, hlm.3). Hal ini
Sudaryanto (2010) yang menjelaskan gaya akan mempengaruhi kesehatan mereka
hidup sebagian besar responden memiliki maupun kesehatan orang yang sedang
gaya hidup yang buruk yaitu sebanyak 153 mereka rawat, apabila orang yang merawat
responden (68%). Kebiasaan yang sering pasien stroke mengalami kesulitan
dilakukan oleh lansia antara lain kebiasaan menghadapi masalah mereka sendiri dan
minum minuman yang mengandung menjadi frustasi. Angka kesembuhan
xanthine dan kafein (seperti kopi, teh) di pasien stroke akan semakin menurun
senja atau sore hari, kebiasaan merokok, dalam beberapa dekade mendatang, jika
kebiasaan kurang olahraga dimana tidak ada perbaikan dalam metode-metode
kebiasaan tersebut merupakan contoh gaya perawatan yang ada sekarang (Feigin, 2006
hidup yang buruk. Kebiasaan gaya hidup dalam Astuti, 2010, hlm.3).
yang buruk merupakan faktor resiko
munculnya penyakit hipertensi pada lansia Hal ini sesuai dengan Mant ,et.al (2000
yang menyebabkan terjadinya stroke dalam Amila, 2012) bahwa ada hubungan
(Grinspun & Coote 2005, dalam Prasetyo, dukungan keluarga dengan peningkatan
2012) aktivitas sosial dan kualitas hidup pasien
stroke. Pada penderita stroke, dukungan
Pengendalian faktor risiko yang tidak baik keluarga berperan sangat penting untuk
merupakan penyebab utama munculnya menjaga dan memaksimalkan pemulihan
serangan stroke ulang. Serangan stroke fisik dan kognitif. Selain itu pemulihan
ulang umumnya di jumpai pada individu fisik juga dapat dilakukan oleh pihak
dengan hipertensi yang tidak terkendali keluarga yang telah belajar dari tenaga
dan memiliki kebiasaan hidup yang tidak kesehatan. Sumber dukungan yang paling
sehat. Menurut Siswanto (2005, hlm.3) sering dan umum adalah diperoleh dari
bahwa penanggulangan berbagai faktor pasangan hidup, anggota keluarga, teman
resiko, seperti hipertensi, penyakit jantung, dekat, dan sanak saudara yang akrab dan
diabetes mellitus, hiperlipidemia, merokok, memiliki hubungan yang harmonis. Jadi
dan obesitas pada saat serangan stroke dukungan keluarga terhadap pasien stroke
pertama dapat mencegah serangan stroke baik fase akut maupun paska stroke sangat
berulang. dibutuhkan untuk mencapai proses
penyembuhan atau pemulihan (Kuntjoro,
4. Dukungan Keluarga. 2006 dalam Wurtiningsih, 2010).
Hasil penelitian ini sebagian besar
responden yang mendapatkan dukungan
keluarga yaitu sebesar 12 responden 5. Kemampuan Bicara Sebelum dan
(57,1%). Dukungan keluarga adalah sikap, Sesudah Diberikan Terapi AIUEO
tindakan, dan penerimaan keluarga Pasien stroke dapat mengalami gangguan
terhadap penderita yang sakit (Friedman, bicara, sangat perlu dilakukan latihan
2005 dalam Arafat, 2010, hlm.29). bicara baik disartia maupun afasia. Speech
therapy sangat dibutuhkan mengingat
Peranan keluarga sangat penting dalam bicara dan komunikasi merupakan faktor
perawatan pasien stroke. Perhatian dan yang berpengaruh dalam interaksi sosial.
kasih sayang dari orang terdekat Kesulitan dalam berkomunikasi akan
merupakan obat alami yang akan menimbulkan isolasi diri dan perasaan
menumbuhkan semangat dalam diri pasien frustasi (Sunardi, 2006).
stroke, sehingga dapat menikmati

6 Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...
Hasil penelitian ini menunjukkan pada pasien penderita gangguan
kemampuan bicara sebelum diberikan komunikasi untuk memberikan
terapi AIUEO yang mengalami gangguan kemampuan berkomunikasi baik secara
bicara berat sebanyak 4 orang (19,0%), lisan, tulisan maupun isyarat.
gangguan bicara sedang 14 orang (66,7%),
dan yang mengalami gangguan bicara Terapi wicara (speech therapy) merupakan
ringan sebanyak 3 orang (14,3%). Hal ini suatu proses rehabilitasi pada penderita
terkait akibat dari stroke. gangguan komunikasi sehingga penderita
gangguan komunikasi mampu berinteraksi
Stroke merupakan suatu gangguan dengan lingkungan secara wajar dan tidak
neurologik fokal yang timbul dari adanya mengalami gangguan psikososial
thrombosis, embolus, ruptur dinding (Rodiyah, 2012, 1).
pembuluh darah. Akibat adanya sumbatan
tersebut mengakibatkan pecahnya Terapi wicara difokuskan pada
pembuluh darah, sehingga aliran darah ke pembentukan organ bicara agar dapat
daerah distal mengalami gangguan, sel memproduksi bunyi dengan tepat. Terapi
mengalami kekurangan oksigen sehingga ini biasanya meliputi bagaimana
mengakibatkan terjadinya infark (Price & menempatkan posisi lidah dengan tepat,
Willson, 2006). bentuk rahang, dan mengontrol nafas agar
dapat memproduksi bunyi dengan tepat.
Akan tetapi pasien stroke yang yang Bunyi yang dihasilkan oleh adanya getaran
mengalami gangguan bicara dikarenakan udara, akan diterima oleh saraf
lesi yang merusak daerah Broca. Daerah pendengaran. Melalui saraf pendengaran,
Broca inilah yang mengatur atau rangsangan diterima dan diolah sebagai
mengendalikan kemampuan bicara, yang informasi. Sehingga terapi wicara ini dapat
terletak di lobus frrontalis kiri berdekatan meningkatkan kemampuan bicara.
dengan daerah motorik korteks yang (Gunawan, 2008, hlm.26).
mengontrol otot-otot artikulasi, sehingga
pasien akan mengalami afasia motorik 6. Pengaruh terapi AIUEO terhadap
(Sherwood, 2011, hlm.163). kemampuan bicara pada pasien stroke
yang mengalami afasia motorik.
Setelah diberikan terapi AIUEO terjadi Hasil penelitan menunjukkan ada pengaruh
peningkatan kemampuan bicara pada terapi AIUEO terhadap kemampuan bicara
pasien. Hal ini sesuai hasil penelitian pasien stroke yang mengalami afasia
bahwa yang semula ada 4 responden motorik. Menurut Wardhana (2011,
dengan gangguan bicara berat menjadi hlm.167) penderita stroke yang mengalami
tidak ada. Menurut Meinzer et al., (2005) kesulitan bicara dapat diberikan terapi
menjelaskan bahwa 85% pasien stroke AIUEO yang bertujuan untuk memperbaiki
mengalami peningkatan kemampuan ucapan supaya dapat dipahami oleh orang
bahasa secara signifikan setelah menjalani lain.
terapi wicara yang intensif. Perbaikan-
perbaikan yang berkelanjutan juga terjadi Teknik yang diajarkan pasien afasia adalah
pada pasien-pasien tersebut selama enam menggerakkan otot bicara yang akan
bulan. digunakan untuk mengucapkan lambang-
lambang bunyi bahasa yang sesuai dengan
Hal ini sependapat Bakheit, et. al (2007 pola-pola standar, sehingga dapat dipahami
dalam Dachrud 2010) menjelaskan bahwa oleh pasien. Hal ini disebut dengan
treatment berupa terapi yang diberikan artikulasi organ bicara. Pengartikulasia

Pengaruh Terapi AIUEO Terhadap Kemampuan Bicara (G. D. A. Haryanto, 2014) 7


bunyi bahasa atau suara akan dibentuk Treatment dan prosedur treatment
oleh koordinasi tiga unsur, yaitu unsur didefinisikan sebagai suatu hal yang perlu
motoris (pernafasan), unsur yang sebagai prasyarat jawaban bersifat
bervibrasi (tenggorokan dengan pita percobaan. Treatment yang didasarkan
suara), dan unsur yang beresonansi pada prosedur pembiasaan, latihan dan
(rongga penuturan: rongga hidung, mulut target pencapaian waktu pada umumnya
dan dada) (Gunawan, 2008, hlm.18). tergambar dengan baik dan menjadi hal
menarik serta dapat menjadi model bagi
Hal ini sesuai dengan Gunawan (2008, para perancang terapi bicara dan bahasa
hlm.55) yang menggunakan metode pada afasia agar lebih efektif, efisien dan
(phonetic placement method) dan metode manjur (Siguroardottir & Sighvatsson,
imitasi. Pelaksanaan metode penempatan 2006).
fonetik ini menuntut pasien untuk
memperhatikan gerak dan posisi organ Pemulihan berbahasa afasia sangat
bicara, sehingga pasien mampu ditentukan oleh efektivitas treatment yang
mengendalikan pergerakan organ bicara diterapkan. Salah satunya penilaiannya
untuk membentuk atau memproduksi adalah pada intensitas treatment. Intensitas
bicara yang benar. treatment dalam studi ini digambarkan
dalam terminologi jam terapi dalam
Latihan pembentukan huruf vokal terjadi periode belajar (Dachrud, 2010).
dari getaran selaput suara dengan nafas
keluar mulut tanpa mendapat halangan. Penelitian ini dilejaskan bahwa dalam
Dalam sistem fonem bahasa Indonesia, memberikan terapi AIUEO dilakukan
vokal terdiri dari A, I, U, E dan O. Dalam dalam 2 kali sehari dalam 7 hari. Hal ini
pembentukan vokal yang penting dalam memberikan treatment dengan
diperhatikan adalah letak dan bentuk lidah, sesering mungkin dapat meningkatkan
bibir, rahang, dan langit-langit lembut kemampuan bicara.
(velum) (Gunawan, 2008, hlm. 72-74). Hal
ini juga diperkuat Wiwit (2010, hlm.49), Menurut (Bakhiet, et.al, 2007), latihan
pasien stroke yang mengalami gangguan secara intensif dapat meningkatkan
bicara dan komunikasi, salah satunya neuralplasticity, reorganisasi peta kortikal
dapat ditangani dengan cara terapi AIUEO dan meningkatkan fungsi motorik.
untuk menggerakkan lidah, bibir, otot Neuroplastisitas otak merupakan
wajah, dan mengucapkan kata-kata. perubahan dalam aktivitas jaringan otak
yang merefleksikan kemampuan adaptasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa otak. Dengan adanya kemampuan ini
kemampuan bicara mulai mengalami kemampuan motorik klien yang
peningkatan pada hari ke 3 setelah mengalami kemunduran karena stroke
diberikan terapi AIUEO, sedangkan dapat dipelajari kembali. Proses
pengaruh terapi AIUEO menjadi bermakna neuroplastisitas otak terjadi melalui proses
dalam meningkatkan kemampuan bicara (p substitusi yang tergantung pada stimulus
value <0,05) dimulai pada hari ke 5 eksternal, melalui terapi latihan dan proses
sampai dengan hari ke 7. kompensasi yang dapat tercapai melalui
latihan berulang untuk suatu fungsi
Agar para penderita afasia dapat tertentu (Wirawan, 2009)
memperoleh kembali bahasanya, maka
ditempuh berbagai perlakuan (treatment),
seperti rehabilitasi, training, dan terapi.

8 Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...
SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

1. Kemampuan bicara sebelum mendapatkan 1. Amila. (2012). Pengaruh Pemberian


terapi AIUEO berada pada katagori Augmentative and Augmentative and
gangguan bicara berat yaitu sebesar 4 Alternative Comunication (AAC)
responden (19,0%), gangguan bicara Terhadap Kemampuan Fungsional
sedang yaitu sebesar 14 responden Komunikasi dan Depresi Pada Pasien
(66,7%), dan gangguan bicara ringan yaitu Stroke dengan Afasia Motorik di RSUD
sebesar 3 responden (14,3%) Garut, Tasikmalaya dan Banjar.
2. Kemampuan bicara setelah diberikan Perpustakaan Universitas Indonesia.
terapi AIUEO berada pada katagori http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20
gangguan bicara sedang yaitu sebesar 2 298415&lokasi=lokal. Diperoleh 23
responden (9,5%), gangguan bicara ringan Januari 2014
yaitu sebesar 14 responden (66,7%), dan 2. Arafat, R. (2010). Pengalaman
tidak mengalami gangguan bicara yaitu Pendampingan Keluarga dalam
sebesar 5 responden (23,8%) Merawat Anggota Keluarganya pada
3. Ada pengaruh terapi AIUEO terhadap Kondisi Vegetative Dalam Konteks
kemampuan bicara pasien stroke yang Asuhan Keperawatan di RSUP
mengalami afasia motorik. Fatmawati Jakarta. Perpustakaan
Universitas Indonesia.
SARAN http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id
=20285352&lokasi=lokal . Diperoleh 3
1. Bagi Rumah Sakit dan Masyarakat Juni 2014
Sebagai salah satu cara yang dapat 3. Astuti, R. (2010). Hubungan Jenis Stroke
diterapkan di rumah sakit dan dengan Kecemasan pada Caregiver
dimasyarakat dalam meningkatkan Pasien Stroke di RSUD dr. Moewardi
kemampuan bicara pada pasien stroke Surakarta.
yang mengalami afasia motorik dengan http://digilib.uns.ac.id/18215_hubungan-
memberikan terapi AIUEO. jenis-stroke-dengan-kecemasan-pada-
caregiver-pasien-stroke-di-rsud-dr.-
2. Bagi Pendidikan Keperawatan moewardi-surakarta-.html. Diperoleh 1
Terapi AIUEO dapat digunakan sebagai Juni 2014
masukan dalam proses belajar mengajar 4. Bakheit, A. M. O., Shaw, S., Barrett, L.,
melalui penelitian mengenai pengaruh Wood, J., Carrington, S., Griffiths, S.,
terapi AIUEO terhadap kemampuan bicara Searle, K., Koutsi, F.(2007). A
pada pasien stroke yang mengalami afasia Prospective, Randomized, Parallel
motorik. Group, Controlled Study of the Effect of
Intensity of Speech and Language
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Therapy on Early Recovery From
Adapun saran bagi peneliti selanjutnya Poststroke Aphasia. Clinical
adalah dilakukan penelitian tentang Rehabilitation. 21: 885-894
rehabilitasi pasien stroke yang mengalami
afasia motorik dengan menggunakan
metode campuran (Melodic Intonation
Therapy dan latihan meniup) serta dengan
waktu latihan yang lebih lama dengan
jumlah sampel yang lebih besar.

Pengaruh Terapi AIUEO Terhadap Kemampuan Bicara (G. D. A. Haryanto, 2014) 9


5. Cahyati, Y. (2011). Perbandingan Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi dan
Latihan ROM Unilateral dan Latihan Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di
ROM Bilateral Terhadap Kekuatan Otot RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.
Pasien Hemiparese Akibat Stroke http://www.poltekkes-provinsi-
Iskemik di RSUD Kota Tasikmalaya dan bengkulu.ac.id/pengaruh-latihan-range-
RSUD Kab. Ciamis. Perpustakaan of-motion-rom-terhadap-kekuatan-otot-
Universitas Indonesia. luas-gerak-sendi-dan-kemampuan-
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/2028 fungsional-pasien-stroke-di-rsud-dr-m-
2727-T%20Yanti%20Cahyati.pdf. yunus-bengkulu.html. Diperoleh 6 Mei
Diperoleh 2 Juni 2014 2014
6. Chang, L. (2010). Belly Fat Is Culprit in 14. Lipska, et al. (2007). Risk Factor for
Stroke Gender Gap. Acute Ischaemic Stroke in Young Adults
http://www.webmd.com/women/news/20 in South India.
100225/belly-fat-culprit-stroke-gender- http://jnnp.bmj.com/content/78/9/959.full
gap. Diperoleh 29 Mei 2014 . Diperoleh 30 Mei 2014
7. Dachrud, M. (2010). Studi Metaanalisis 15. Mardjono, M & Sidharta, P. (2004).
terhadap Intensitas Terapi pada Neurologi Kinis Dasar. Jakarta : PT Dian
Pemulihan Bahasa Afasia. Jurnal Rakyat
Psikologi. 16. Marlina, Y. (2010). Gambaran Faktor
http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.ph Risiko Pada Penderita Stroke Iskemik di
p/fpsi/article/view/38. Diperoleh 26 Mei RSUP. H. Adam Malik Medan tahun
2014 2010
8. Data Rekam Medis RSUD Tugurejo http://repository.usu.ac.id/handle/123456
Semarang. (2014). Data Pasien Stroke 789/31212?mode=full&submit_simple=S
Tahun 2010-2013. Semarang how+full+item+record. Diperoleh 19
9. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Desember 2013
(2004). Pencapaian Program Kesehatan 17. Meinzer, M., Djundja, D., Barthel, G.,
Menuju Jawa Tengah Sehat. Elbert, T., & Rockstroh, B. (2005). Long-
http://www.dinkesjatengprov.go.id/doku Term Stability of Improved Language
men/profil/profile2004/bab4.htm. Functions in Chronic Aphasia After
Diperoleh 12 Desember 2013 Constraint-Induced Aphasia Therapy
10. Ernawati., & Sudaryantoo, A. (2010). http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&
FaktorFaktor yang Berhubungan q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja
dengan Terjadinya Insomnia pada Lanjut &ved=0CDUQFjAB&url=http%3A%2F
Usia di Desa Gayam Kecamatan %2Fstroke.ahajournals.org%2Fcontent%
Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. 2F36%2F7%2F1462.full.pdf&ei=SRDM
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/1 UphQjeitB6TngZAP&usg=AFQjCNECo
23456789/3706. Diperoleh 7 Juni 2014 RWfyemOi0q6L6HR1lw54lvTMQ&bvm
11. Gofir, A (2009). Management Stroke. =bv.58187178,d.bmk. Diperoleh 7
Edisi 1. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Januari 2014
12. Gunawan, D. (2008). Buku Artikulasi. 18. Mulyatsih, E & Airizal, A. (2008). Stroke
Univesitas Pendidikan Indonesia. Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PE di rumah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
ND._LUAR_BIASA/196211211984031- 19. Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan
DUDI_GUNAWAN/BUKU_ARTIKUL Keperawatan Klien Dengan Gangguan
ASI.pdf. Diperoleh 10 Desember 2013 System Persyarafan. Jakarta : Salemba
13. Hasyim. (2013). Pengaruh Latihan Medika
Range of Motion (ROM) Terhadap

10 Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...
20. Pinzon, R. (2008). Cara CERDAS Cegah Stroke Berulang.
Stroke. Bethesda Stroke Center. http://eprints.undip.ac.id/14537/1/2005M
http://www.strokebethesda.com/content/v EP4288.pdf. Diperoleh 1 Juni 2014
iew/497/42/. Diperoleh 12 Desember 31. Sofwan, R. (2010). Anda Bertanya
2013 Dokter Menjawab: Stroke dan
21. Prasetyo, G. (2012). Gaya Hidup Pada Rehabilitasi Pasca-Stroke. Jakarta: PT
Usia Lanjut Hipertensi Di Desa Bhuana Ilmu Populer
Kangkung Kecamatan Mranggen 32. Sunardi. (2006). Speech Therapy (Terapi
Kabupaten Demak. Wicara) Post Laringotomy.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php Nurdinurses.files.com/2008/01/makalah-
?id=9822. Diperoleh 7 Juni 2014 speech-therapy.pdf. Diperoleh 19
22. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Desember 2013
Patofisiologi Konsep Klinis Proses 33. Sutrisno, A. (2008). Sroke You Must
Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC. Know You Get It!. Jakarta: Gramedia
23. Rasyid, A.L & Lyna, S. (2007). Unit Pustaka Utama
Stroke Manajemen Stroke Secara 34. Tarwoto, Wartonah, & Suryati, E.S.
Komprehensif. Jakarta : Balai Penerbit (2007). Keperawatan Medikal Bedah
FKUI Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
24. Rodiyah. (2012). Terapi Wicara Untuk CV. Agung Seto
Meningkatkan Kemampuan Berbahasa 35. Umar, W.A. (2010). Bebas Stroke
Anak Dengan Gangguan Cerebral Palsy Dengan Bekam. Surakarta: Thibbia
Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat 36. Wardhana, W.A. (2011). Strategi
(YPAC) Malang. http://lib.uin- Mengatasi & Bangkit Dari Stroke.
malang.ac.id/?mod=th_detail&id=08410 Yogyakarta: Pustaka Pelajar
114 Diperoleh 18 Januari 2013 37. Wirawan, R. P,. (2009). Rehabilitasi
25. Rs Mitra Keluarga. (2011). Waspada Stroke Pada Pelayanan Kesehatan
Stroke pada Usia Muda Primer. Majalah Kedokteran Indonesia.
http://www.mitrakeluarga.com/bekasitim Vol (49), nomor 2: 61 73
ur/waspada-troke/ . Diperoleh 31 Mei 38. Wurtiningsih, B. (2010). Dukungan
2014 Keluarga pada Pasien Stroke di Ruang
26. Salma. (2014). Pedoman Khusus Stroke BI Saraf RSUP Dokter Kariadi
untuk Wanita Semarang.
http://majalahkesehatan.com/pedoman- http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=
khusus-stroke-untuk-wanita/ . Diperoleh browse&op=read&id=jhptunimus-gdl-
31 Mei 2014 budiwurtin-6446 . diperoleh 5 Juni 2014
27. Satyanegara. (2010). Ilmu Bedah Syaraf 39. Yanti, D. (2008). Penatalaksanaan
Satyanegara Edisi IV. Jakarta: PT Terapi Wicara Pada Tuna Rungu.
Gramedia Pustaka Utama http://akrab.or.id/?p=57. Diperoleh 9
28. Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia: Desember 2013
dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
29. Sigurardttir, G. Z., & Sighvatsson, B.
M. (2006). Operant Conditioning and
Errorless Learning Procedures in the
Treatment of Chronic Aphasia.
International Journal of Psychology.
Volume 41, Issue 6, pages 527540.
30. Siswanto, Y. (2005). Beberapa Faktor
Resiko yang Mempengaruhi Kejadian

Pengaruh Terapi AIUEO Terhadap Kemampuan Bicara (G. D. A. Haryanto, 2014) 11

Anda mungkin juga menyukai