Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH LATIHAN NONSPEECH ORAL MOTOR

THERAPI : LIP EXERCISE TERHADAP KEMAMPUAN


KOMUNIKASI VERBAL PASIEN STROK DENGAN
DYSARTHRIA DI RS dr. CHASBULLAH dan RS ANNA
MEDIKA BEKASI

Chusnul Chotimah1, Agus Setiawan 2, Rohman Azzam ³

(³Staf Pengajar Program Studi Magister Keperawatan FIK UMJ


2
Staf Pengajar Program Studi Magister Keperawatan FIK UI
¹Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan FIK UMJ)

e-mail : chusnul82@yahoo.com

Abstrak

Strok merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan syaraf


(deficit neurologic) akibat terlambatnya aliran darah ke otak. Salah satu
manifestasi klinis adanya gangguan dalam berbicara yang tidak jelas (Dysarthria).
Tujuan penelitian menganalisis pengaruh latihan Nonspeech-Oralmotor Therapy
:lip exercise terhadap kemampuan komunikasi verbal pasien strok dengan
dysarthria. Penelitian melibatkan 36 responden terbagi menjadi kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Jenis penelitian quasi experiment dengan pre-
post test with control group. Hasil penelitian ditemukan usia klien paling muda 43
tahun dan paling tua 81 tahun, jenis kelamin terbanyak perempuan, memiliki
penyakit penyerta hipertensi dengan jenis strok non hemoragik. Rata-rata skor
kemampuan komunikasi verbal sebelum intervensi pada kelompok intervensi
adalah 10,66 poin pada kelompok kontrol adalah -0,89 poin. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p(0,002) < 0,05 disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
antara kemampuan komunikasi verbal setelah dilakukan latihan Nonspeech-
Oralmotor Therapy : lip exercise pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Diharapkan latihan ini dapat digunakan perawat sebagai salah satu
bentuk intervensi dalam mengatasi masalah gangguan komunikasi verbal agar
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi verbal pasien strok dengan dysartria

Kata Kunci : Strok, Dysarthria, Nonspeech-Oralmotor Therapy:lip exercise,


kemampuan komunikasi verbal, Speech Intellegibility

Stroke is a disease of functional disorders of the brain due to deficit neurologic


because of delayed blood flow to the brain. One of the clinical manifestation of an
obscure speech disorder (dysarthria). The purpose of this study analyzed the effect
of nonspeech oral motor therapy exercise : lip exercise on verbal communication
skill of strok patiens with dysarthria. The study involved 36 respondents divided
into intervntion groups and control groups. Type of reaserch is quasi experiment
with pre-post test with control group. The result of the study found the age of the
youngest client is 43 years and the oldest 81 years. The most sexes are women,

1
that have hypertension comorbidities with non hemorrhagic stroke type. The
average score of verbal communication skills before intervention in the
intervention group was 10, 66 and in the control group was -0,89. The statistical
test result obtained p value (0,002) < 0,05, it can be concluded that there is a
significant difference between the ability of verbal communication after the
nonspeech oral motor therapy:lip exercise in the intervention group and the
control group. The exercise is expected to be used nurse as one of intervention
disorder in order to improve the ability of verbal communication stroke patient
with dysarthria.

Keyword : Stroke, Dysarthria Nonspeech-Oralmotor Therapy, lip exercise,


verbal communication skill, Speech Intellegibility

PENDAHULUAN tahun 4,6% dan ≥ 75 tahun 6,7% (Ghani,


2016).
Strok merupakan penyakit gangguan
fungsional otak berupa kelumpuhan Berdasarkan hasil studi pendahuluan
syaraf (deficit neurologic) akibat didapatkan data Kejadian strok yang
terlambatnya aliran darah ke otak. dirawat inap di ruang Wijaya Kusuma
Secara sederhana strok didefinisikan pada November 2016 adalah 49 kasus.
sebagai penyakit otak akibat terhentinya Pada Desember 2016 adalah 47 kasus,
suplai darah ke otak karena sumbatan sedangkan pada Januari 2017 adalah 43
(strok iskemik/non hemoragik) ataupun kasus. Sedangkan pada ruang perawatan
perdarahan (strok hemoragik) (Junaidi, di RS Anna Medika terdapat 12 kasus
2011). Gangguan bicara pada pasien setiap bulan. Lamanya hari rawat juga
strok dengan dysarthria terjadi karena mempengaruhi untuk intevensi.
adanya kelumpuhan pada saraf motorik Sebagian besar adalah pengguna BPJS,
terutama pada saraf yang mengatur sehingga lama rawat menjadi kendala
pergerakan bibir dan lidah sehingga dalam intervensi. Temuan lapangan pada
menyebabkan gangguan dalam berbicara kedua rumah sakit asuhan keperawatan
(pelo) (Mardjono dan Sidharta, 2009). belum menyentuh area gangguan
komunikasi verbal secara mandiri,
WHO mengestimasi jumlah penderita terkadang sampai pasien pulang masih
strok di beberapa negara di Eropa pada dalam keadaan ganguan komunikasi
tahun 2000 sebesar 1,1 juta pertahun dan verbal.
akan menjadi 1,5 juta pertahun pada
tahun 2025 (WHO, 2013). Prevalensi Metode dalam melatih kemampuan
stroke di Indonesia tahun 2013 bicara pada pasien dengan dysarthria,
meningkat dibandingkan tahun 2007 seperti yang ditulis oleh Rosenfeld-
yaitu dari 0,83% (Riskesdas, 2007) Johnson (2005) dalam presentasinya
menjadi 1,2% (Riskesdas, 2013). yang berjudul apraxia/ dyarthria : oral
Berdasarkan kelompok umur, didapatkan motor (muscle base) therapy post CVA.
prevalensi stroke di Indonesia tahun Bentuk terapi yang dimaksud diatas
2013 pada usia 45-54 tahun sebesar adalah : Phonation,Resonation/ Voicing,
1,7%, usia 55-64 tahun 3,3%, usia 65-74 Articulation. Khusus untuk memperbaiki
artikulasi, Rosenfeld-Johnson

2
mengemukakan terdapat tiga bagian METODE PENELITIAN
yang sangat vital yaitu Jaw, Lip dan Penelitian ini menggunakan penelitian
Tongue Dissosiation. Lebih jauh lagi, kuantitatif dengan jenis quasi
Lip exercise digunakan bertujuan experiment. Desain pre-post test with
untuk meningkatkan kemampuan bicara, kontrol group. peneliti membandingkan
kesimetrisan bibir yang berguna dalam antara pasien stroke yang mengalami
makan dan kejelasan dalam berbicara. dysarthria yang diberikan intervensi
berupa lip exercise (sebagai kelompok
Penelitian terkait yang dilakukan oleh intervensi) 2 kali dalam sehari selama 7
Rosendfeld- Jhonson (2005) didapatkan hari dengan durasi latihan 10 menit
hasil berupa perubahan signifikan pada setiap kali latihannya dengan pasien
kejelasan berbicara pada disartria post stroke yang mengalami dysarthria yang
cerebro vascular accident setelah tidak mendapatkan latihan lip exercise
mendapatkan terapi nonspeech-oral sebagai kelompok kontrol dengan
motor therapy dengan jenis latihan yang catatan kedua kelompok tersebut
bervariasi yaitu blowing, bite block dan mendapat terapi standar. Populasi dalam
yang lainnya dalam waktu selama 8 penelitian ini adalah semua pasien stroke
bulan. Penelitian lain dilakukan yang tercatat di RS dr. Chasbullah Kota
Rosdiana (2012) didapatkan latihan Bekasi dan RS Anna Medika Bekasi.
Nonspeech-Oralmotor Therapy : Sampel berjumlah 36 orang. Tehnik
blowing pipe efektif terhadap pengambilan sampel yang dipakai adalah
kemampuan komunikasi verbal pada teknik non probability sampling
pasien stroke dengan disartria, consecutive sampling. Telah dilakukan
dilakukan pada 20 responden didapatkan uji etik oleh komite etik Universitas
hasil adanya peningkatan sebanyak 14 Muhammadiyah Jakarta.
poin pada kelompok perlakuan dan
peningkatan 11,3 poin pada kelompok HASIL DAN PEMBAHASAN
kontrol. Hasil Univariat
Tabel 5.1
Pada masalah keperawatan kerusakan Distribusi Responden Berdasarkan Usia Klien pada
komunikasi verbal dimana terjadi kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol Di RS dr.
Chasbullah Kota Bekasi dan RS Anna Medika Bekasi
penurunan, kelambatan atau ketiadaan Tahun 2017
kemampuan menerima, memproses,
mengirim dan atau menggunakan sistem Min-
Variabel N Mean SD
Mak
simbol dapat dilakukan penatalaksanaan
Usia
berupa intervensi menggunakan kartu Intervensi 18 61,33 11,921 43-81
baca, gambar, daftar kosakata, kertas, Kontrol 18 61,44 10,371 46-79
pensil untuk memfasilitasi komunikasi
dua arah. Tujuan penelitian adalah
Berdasarkan hasil analisis terhadap
teridentifiksi adanya pengaruh latihan
karakteristik responden berdasarkan usia
Nonspeech-Oralmotor Therapy :lip
didapatkan bahwa usia klien paling
exercise terhadap kemampuan
muda adalah 43 tahun dan paling tua 81
komunikasi verbal pasien strok dengan
tahun Secara konsep, kejadian strok
disartria di RS dr. Chasbullah Kota
hampir 4% terjadi pada golongan umur
Bekasi dan RS Anna Medika Bekasi.
15-40 tahun dan resiko meningkat pada
usia 45 tahun serta 25% kejadian strok
terjadi pada usia > 65 tahun

3
(Feigin,2007). Kasus stroke tertinggi hemoragik dan 15 orang dengan non
yang terdiagnosis tenaga kesehatan hemoragik.
adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan
terendah pada kelompok usia 15-24 Secara konsep kejadian stroke lebih
tahun (0,2%). banyak pada jenis kelamin laki-laki
dibanding perempuan. Petrea, Beiser,
Tabel 5.2 Seshadri, Kelly-Hayes, Kase dan Wolf
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Penyakit
Penyerta, Jenis Strok pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
(2009) menemukan kejadian stroke
di RS Chasbullah Kota Bekasi dan RS Anna Medika Bekasi dengan usia 45- 84 tahun lebih besar
Tahun 2017
pada laki-laki dibandingkan perempuan.
N
o Variabel
Kelompok Total Di Carlo, et al (2003) dalam Beal (2010)
Intervensi Kontrol
N % N % Total Total menemukan dysarthria lebih banyak
n %
1 Jenis kelamin pada perempuan (36%) dibanding pada
Laki-laki 6 16,65 10 27,8 16 44,45
Perempuan 12 33,35 8 22 20 55,55 laki-laki (32%). Kimura, Kazui dan
2 Penyakit penyerta
Tidak ada - - - - - - Minematsu (2004) dalam Beal (2010)
Hipertensi 12 33,35 12 33,3 24 66,7
Jantung 2 5,55 3 8,35 5 13,9 mengemukakan bahwa 46% pasien
Diabetes mellitus 4 11,1 3 8,35 7 19,45
Jumlah 18 50 18 50 36 100 dengan stroke non hemoragik
3 Jenis strok
Hemoragik 2 5,55 3 8,35 5 13,9 mengalami gangguan bicara. Hampir
Non-hemoragik 16 44,45 15 41,6 31 86,1
Jumlah 18 50 18 50 36 100 semua responden menderita strok
dengan jenis non hemoragik. Shah
Pada tabel 5.2 menunjukan bahwa dari (2011) mengatakan prevalensi strok non
36 responden yang berjenis kelamin laki- hemoragik sebesar 80% dan perdarahan
laki ada 6 (33,3%) responden pada intraserebral nontraumatik sekitar 10-15
kelompok intervensi dan 10 (55,6%) Kuller (2011) mengatakan orang yang
responden pada kelompok kontrol. memiliki penyakit penyerta seperti
Sedangkan dari 16 responden yang Diabetes Mellitus memiliki prognosis
berjenis kelamin perempuan ada 12 buruk setelah mendapatkan stroke.
(66,7%) responden pada kelompok
intervensi dan ada 6 (33,3%) responden Hasil Analisis Bivariat
pada kelompok kontrol. Tabel 5.6
Nilai Kemampuan Komunikasi Verbal sebelum dan sesudah
Untuk variabel penyakit penyerta, dilakukan Latihan Nonspeech-Oralmotor Therapy : lip
exercise kelompok intervensi dan kontrol Di RS dr.
responden pada kelompok intervensi Chasbullah Kota Bekasi dan RS Anna Medika Bekasi Tahun
yang memiliki penyakit penyerta 12 2017
orang memiliki hipertensi, 2 orang Kelompok Mean SD Selisih P
memiliki jantung dan 4 orang memiliki Mean value
Intervensi Sebelum 40,67 10,920
diabetes mellitus. Sedangkan pada n= 18 Sesudah 51,33 13,873 10,66 0,001
kelompok kontrol tidak ada yang Kontrol
n = 18
Sebelum
Sesudah
37,17
36,28
13,557
13,060 -0,89 0,028
memiliki penyakit penyerta, 12 orang
memilki hipertensi, 3 orang memiliki
jantung dan 3 orang memiliki diabetes Hasil analisis pada tabel 5.6 dengan uji
mellitus. paired t test menunjukkan rata-rata skor
kemampuan komunikasi verbal sebelum
Untuk variabel jenis strok, responden dilakukan latihan Nonspeech-Oralmotor
pada kelompok intervensi 2 orang Therapy : lip exercise pada kelompok
dengan jenis hemoragik dan 16 orang intervensi adalah 40,67. Sedangkan rata-
dengan non hemoragik sedangkan pada rata skor kemampuan komunikasi verbal
kelompok kontrol 3 orang dengan jenis setelah dilakukan latihan Nonspeech-

4
Oralmotor Therapy : lip exercise pada merubah produksi suara. Bathel (2011)
kelompok intervensi adalah 51,33. Hasil mengemukakan bahwa 86% klinisi
uji dependen test pada kelompok kontrol mendapatkan adanya perubahan dalam
didapatkan nilai p(0,001) < 0,05 maka berbicara dengan penggunaan
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan NonSpeech-Oral Motor Therapy.
yang signifikan antara kemampuan
komunikasi verbal setelah dilakukan Penegakkan diagnosa dysartria yang
latihan Nonspeech-Oralmotor Therapy : dilakukan peneliti perlu melakukan
lip exercise pada kelompok intervensi. pemeriksaan dengan menggunakkan
Sedangkan rata-rata skor kemampuan format penilaian screening dysartria dan
komunikasi verbal pada kelompok dilakukan secara sederhana. Sampel
kontrol sebelum intervensi adalah 37,17. dysartria tidak spesifik berdasarkan jenis
Dan rata-rata skor kemampuan dysartria sehingga kriteria sampel
komunikasi verbal setelah dilakukan dianggap semua sama. Pada kelompok
intervensi latihan Nonspeech-Oralmotor kontrol dan intervensi tetap
Therapy : lip exercise adalah 36,28. mendapatkan terapi standar dan
Hasil uji paired t test pada kelompok intervensi oleh terapi wicara yang
kontrol didapatkan nilai p(0,028) < 0,05 diprogramkan dari rumah sakit yakni 2
maka dapat disimpulkan bahwa ada kali dalam 1 minggu, pelaksanaan
perbedaan yang signifikan antara program terapi belum sesuai yang telah
kemampuan komunikasi verbal sebelum dijadwalkan sehingga setiap responden
dan sesudah dilakukan intervensi. tidak mendapatkan perlakuan yang sama
dalam program terapi.
Secara konsep, latihan oral motor akan
membantu dalam meningkatkan Implikasi Hasil Penelitian terhadap
kemampuan otot sehingga akan Keperawatan yaitu secara statistik dari
didapatkan kejelasan dalam berbicara hasil penelitian menunjukkan pengaruh
(Rosenfeld-Jhonson, 2005). Clark (2003) yang signifikan namun terdapat manfaat
dalam Bathel (2011) latihan NonSpeech- untuk pasien yaitu latihan nonspeech
OralMotor therapy bertujuan untuk oral motor therapy: lip exercise dapat
meningkatkan kekuatan dan kecepatan meningkatkan kemampuan komunikasi
dalam artikulasi sehingga didapatkan verbal terutama dalam pengucapan kata.
akurasi yang baik dalam artikulasi dan Sebagai perawat dapat menggunakan
pengucapan. Bathel (2011) latihan ini sebagai salah satu bentuk
mengungkapkan bahwa NonSpeech-Oral intervensi kolaborasi dalam memberikan
Motor Therapy di rancang untuk asuhan keperawatan kepada pasien strok
memfasilitasi pergerakan otot yang dengan dysartria dan memfasilitasi
optimal dalam kejelasan berbicara pasien dalam latihan dan memberikan
diakibatkan oleh defisit pada otot penyuluhan kesehatan pada pasien dan
berbicara dengan memposisikan otot keluarga sehingga dapat mempersiapkan
dengan benar dan membantu gerakan keluarga dalam melakukan perawatan
otot dalam artikulasi. pasien di rumah.
Hasil penelitian (Hodge, Salonka dan Sehubungan dengan terkait kebijakan
Kollias (2005) dalam Lof (2008) pada proses rehabilitasi khususnya terapi
menemukan bahwa 85% latihan pada pasien strok hanya dilakukan 2 kali
NonSpeech-Oral Motor Therapy dapat dalam 1 minggu, maka latihan dapat

5
dilakukan oleh pasien dan keluarga keluarga dapat lebih mandiri dan mampu
secara mandiri dan dilakukan sesering meningkatkan kemampuan komunikasi
mungkin baik dalam proses perawatan verbal dalam proses rehabilitasi. Waktu
maupun perawatan dirumah. Latihan latihan pada kelompok intervensi selama
Nonspeech-Oralmotor Therapy : lip 7 hari tergolong singkat, sehingga tidak
exercise dapat digunakan oleh perawat maksimal untuk memperbaiki
sebagai salah satu bentuk intervensi kemampuan komunikasi karena
dalam mengatasi masalah gangguan responden memiliki jenis strok dan
komunikasi verbal agar dapat derajat keparahan dysarthria yang
meningkatkan kemampuan komunikasi bervariasi dalam hal waktu pemulihan
verbal pasien strok dengan disartria. bicara. Penelitian selanjutnya dapat
melakukan penelitian Latihan
SIMPULAN DAN SARAN Nonspeech-Oralmotor Therapy : lip
Hasil analisis menunjukkan rata-rata exercise dengan waktu lebih lama dan
kemampuan komunikasi verbal pada jumlah sampel yang lebih banyak
kelompok intervensi 51,33 sedangkan dengan melakukan inklusi pada jenis
pada kelompok kontrol rata-rata strok hemoragik dan jenis disartria
kemampuan komunikasi verbal 36,28. tertentu saja agar lebih spesifik hasil
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penelitian. Menambahkan variabel
ada perbedaan yang signifikan rata-rata penelitian serangan strok, lama serangan,
kemampuan komunikasi verbal pada suku dan bahasa yang digunakan yang
kelompok intervensi dan kelompok dapat mempengaruhi penilaian hasil
kontrol pada nilai p value 0,002 sehingga kemampuan komunikasi verbal.
disimpulkan ada pengaruh latihan
Nonspeech-Oralmotor Therapy : lip DAFTAR PUSTAKA
exercise pada pasien strok dengan
disartria. Bathel, J. A. (2011). Current Research
in The Field of Oral-Motor, Muscle-
Disarankan kepada pihak rumah sakit based therapies : Response to Logic,
untuk menjadikan Latihan Nonspeech- Theory and Evidence Againt the Use
Oralmotor Therapy : lip exercise sebagai of Non-Speech Oral Motor Exercise
salah satu terapi yang dianjurkan kepada to Change Speech Sound production
pasien strok dengan disartria. Serta pihak by Gregory lof., dari http://speech-
rumah sakit lebih mengutamakan lenguage-phatology-
rehabilitasi pasien strok terutama pasien audiology.advanceweb.com/article/or
dalam proses perawatan karena terjadi al-motor.aspx.
penurunan kemampuan fungsional
seperti disartria. Latihan Nonspeech- Hodge, M. (2003). Nonspeech Oral
Oralmotor Therapy : lip exercise dapat Motor Treatment Approaches for
digunakan oleh perawat sebagai salah Dysarthria: Perspectives on A
satu bentuk intervensi dalam mengatasi Controversial Clinical Practice.
masalah gangguan komunikasi verbal Neurophysiology and Neurogenic
agar dapat meningkatkan kemampuan Speech and Language Disorders,
komunikasi verbal pasien strok dengan 12(4). dari
disartria. Dapat memberikan penyuluhan http://sig2perspectives.pubs.asha.org/
dan melakukan intervensi selama proses article.aspx?articleid=1758149
perawatan. Sehingga dapat pasien dan

6
Lannywati Ghani, Laurentia K, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),
Mihardja, Delima. (2016). Faktor (2013). Badan penelitian dan
Risiko Dominan Penderita Stroke di Pengembangan Kesehatan
Indonesia. Buletin Penelitian Kementrerian RI tahun 2013,
Kesehatan. Vol. 44, No. 1 Maret http://www.depkes.go.id/resources/do
2016: 49-58. wnload/general/Hasil%20Riskesdas%
202013
Irfan, M. (2010). Fisoterapi bagi insan
stroke. Yogyakarta : Graha Ilmu. Rosendfeld-Johnson, S. (2006). Effect of
Oral-Motor Therapy for Tongue
Junaidi, Iskandar. (2011). STROKE, Thrust and Speech
Waspadai ancamannya. Yogyakarta : Production.www.therapy-
PT.ANDI recources.com/page.php?page=therap
y.
Lot, G. L. (2008). Evidence-Driven
Speech Sound Intervension: Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,
alternatives to Nonspeech Motor & Cheever, K.H. (2010). Brunner and
Exercise. Paper presented et ASHA Suddarth’s textbook of medical
convention, Chicago, II, , dari surgical nursing (12th ed.).
www.mghihp.edu/files/cv/gregg-lot- Philadelphia: Lippincott Williams dan
cv-6-10pdf. Wilkin

Mardjono, M., Sidharta, P., (2009). Sugiono. (2015). Metode Penelitian


Neurologi Klinis Dasar. Jakarta. Dian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Rakyat Kualitatif dan R&D). Penerbit CV.
Alfabeta: Bandung.
Mozaffarian D, et al. Hearth Disease
and Stroke Statistics. (2015). Update Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal
A Report From the American Heart Bedah Gangguan Sistem Persarafan.
Association. AHA Journal. 2015 Jakarta: Sagung Seto.

Nina Rosdiana, (2012), Pengaruh Tikofsky (2011). Tikofsky’s 50- words


Latihan NS-OMTs : Blowing Pipe Intelligibillity Test, dari
terhadap Kemampuan Komunikasi http://www.ucs.lousiana.edu/ncr3025/
Verbal pasien Stroke dengan roussel/codi555/tikofsky.html
Dysarthria di RSUD Banjar, Ciamis
dan Tasikmalaya

Poslawsky, I. E., Schuurmans, M. J.,


Lindeman, E., & Hafsteinsdothr, T.
B. (2010). A systematic review of
nursing rehabilitastion of stroke
patient with aphasia. Journal of
clinical nursing, 19(1-2), 17–32.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov.

Anda mungkin juga menyukai