Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH TERAPI AIUEO TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI PADA AFASIA MOTORIK PASIEN PASCA


STROKE DI KOTA PONTIANAK

DIAH PUSPITASARI
I1032131001

NASKAH PUBLIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVESITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH TERAPI AIUEO TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI PADA AFASIA MOTORIK PASIEN PASCA STROKE DI
KOTA PONTIANAK

Diah Puspitasari1, Kelana Kusuma Dharma2, Faisal Kholid Fahdi3


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
Email korespondensi: diah.puspi@gmail.com
ABSTRAK

Latar Belakang: Stroke meninggalkan gejala sisa atau dampak lanjut salah
satunya gangguan komunikasi. Afasia merupakan salah satu jenis gangguan
komunikasi. Afasia motorik atau afasia broca merupakan bentuk afasia yang
paling sering dijumpai. Terapi AIUEO merupakan terapi bicara yang dipercaya
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi pasien afasia motorik.
Tujuan: Mengetahui pengaruh terapi AIUEO terhadap kemampuan komunikasi
pasien afasia motorik pasca stroke di Kota Pontianak.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan quasy eksperiment dengan pre
and post with control group. Responden dipilih dengan purposive sampling
berjumlah total 14 responden, masing-masing 7 orang di kelompok kontrol dan
intervensi. Analisa Data digunakan Uji T berpasangan dan Uji T tidak
berpasangan.
Hasil: Karakteristik responden memiliki rata-rata usia rentang 60-74 tahun
57,1%, jenis kelamin laki-laki 85,7 % , lama menderita stroke < 5 tahun 71,4 %.
Analisa bivariat pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah intervensi
didapatkan nilai p 0,035 sedangkan kelompok kontrol memiliki nilai p 0,356 dan
analisa bivariat antara kelompok intevensi dan kontrol melalui selisih rerata
kemampuan komunikasi didapatkan nilai p 0,030.
Kesimpulan: Ada pengaruh terapi AIUEO terhadap kemampuan komunikasi
pasien afasia motorik pasca stroke di Kota Pontianak.
Kata Kunci : Afasia Motorik, Terapi AIUEO, Pasca Stroke

1
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura
2
Dosen Ilmu Keperawatan Politeknik Kementrian Kesehatan Pontianak
3
Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura
The Effect Of AIUEO Therapy To The Communication Patient Of
Post Stroke Motoric Aphasia In Pontianak City

Diah Puspitasari1, Kelana Kusuma Dharma2, Faisal Kholid Fahdi3


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
Email korespondensi: diah.puspi@gmail.com

ABSTRACT

Background: The stroke leaves residual or subsequent symptoms of


communication disorder. Aphasia is one type of communication disorder. Motor
or brocca aphasia is the most common form of aphasia. AIUEO therapy is a
speech therapy which is believed to improve the communication ability of patients
with motor aphasia.
Method: using quasy experiment design with pre and post with control group.
Respondents were chosen by purposive sampling total 14 respondents, 7 people
each in control and intervention group. Data analyzed using T paired test and T
unpaired test.
Results: Characteristics of respondents have an average age range 60-74 years
57.1%, male gender 85.7%, long suffering stroke <5 years 71.4%. Bivariate
analysis in intervention group before and after intervention got p value 0,035
while control group got p value 0,356 also between group of intervention and
control by difference of mean of communication ability got p value 0,030
Conclusion: There is an influence of AIUEO therapy on communication ability of
post-stroke motor aphasia in Pontianak City

Keywords: Motor Aphasia, AIUEO Therapy, Post Stroke

1
Nursing Student Faculty of Medicine, University of Tanjungpura
2
Lecturer of Nursing Polytechnic of Health Ministry of Health of Pontianak
3
Lecturer of Nursing Departement in Faculty of Medicine, University of Tanjungpura
Pendahuluan diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah ke bagian otak. Penyebab stroke
Stroke merupakan penyakit adalah perdarahan dari pembuluh
urutan kelima sebagai penyebab darah di otak atau dari gumpalan
kematian tersering, membunuh sekitar darah. Stroke memiliki gejala seperti
130.000 orang per tahun di Amerika rasa lemas tiba-tiba dibagian tubuh;
Serikat (American Heart wajah, lengan, atau kaki seringkali
Association/American Stroke terjadi pasa salah satu sisi tubuh,
Association, 2016). Jumlah penderita kesulitan bicara atau memahami
penyakit stroke di Indonesia tahun pembicaraan, kesulitan melihat
2013 berdasarkan diagnosis tenaga dengan satu mata atau kedua mata,
kesehatan (Nakes) diperkirakan kesulitan berjalan,pusing, hilang
sebanyak 1.236.825 orang, sedangkan keseimbangan, sakit kepala parah
berdasarkan diagnosis Nakes/gejala tanpa penyebab jelas dan hilang
diperkirakan sebanyak 2.137.941 kesadaran atau pingsan (Kementrian
orang (Kementrian Kesehatan RI, Kesehatan RI, 2013).
2013). Gangguan fungsi saraf lokal dan
Angka kejadian stroke di atau global, secara mendadak,
Kalimantan Barat adalah sebesar 5,8 progresif dan cepat adalah ciri khas
per mil (5,8‰). Prevalensi stroke di penyakit stroke. Gangguan fungsi
kota lebih tinggi dari di desa, saraf pada stroke disebabkan oleh
berdasarkan diagnosis nakes terdapat gangguan peredaran darah otak non
8,2 per mil (8,2‰) maupun traumatik maupun traumatik.
berdasarkan diagnosis nakes atau Gangguan saraf tersebut menimbulkan
gejala 12,7 per mil (12,7‰) (Riset gejala antara lain : kelumpuhan wajah
Kesehatan Dasar, 2013). Di Kota atau anggota badan, bicara tidak
Pontianak pada tahun 2013, angka lancar, bicara tidak jelas (pelo),
kejadian stroke meningkat tajam mungkin perubahan kesadaran,
menjadi 12,1 per mil (12,1‰). gangguan penglihatan, dan lain-lain
Berdasarkan data yang dikeluarkan (Riscther, 2015). Stroke meninggalkan
oleh Dinas Kesehatan Kota Pontianak, gejala sisa atau dampak lanjut yaitu
didapatkan bahwa terdapat 114 kasus berupa gangguan pada pergerakan dan
kejadian stroke untuk tahun 2016 keseimbangan, gangguan penglihatan,
dengan jumlah kasus kejadian laki- gangguan menelan, gangguan
laki dan perempuan masing-masing 57 mengontrol miksi dan buang air besar,
kasus yang tersebar dibeberapa daerah keletihan berlebihan, kemudian ada
Kota Pontianak. Berdasarkan hasil beberapa gejala sisa yang tidak
studi pendahuluan di Rumah Sakit tampak langsung yaitu, gangguan
Umum Daerah Soedarso, data memori dan berpikir, ganggguan
kunjungan pasien pasca stroke di emosional, gangguan perilaku dan
rawat jalan poli saraf sebanyak 3081 gangguan komunikasi (Stroke
kunjungan untuk pasien yang association, 2015). Oleh karena itu
menggunakan Jaminan Kesehatan dari seluruh kondisi kronis, stroke
Nasional pada tahun 2016, hal ini dianggap sebagai kelainan yang
mengalami peningkatan signifikan menyebabkan ketidak-berdayaan.
dibanding tahun 2015 dengan data Gangguan komunikasi pada
kunjungan sebanyak 381 kunjungan pasien paska stroke memiliki beberapa
pasien pasca stroke. Stroke atau istilah. Gangguan fungsi bahasa
cedera serebrovaskular adalah disebut sebagai afasia sedangkan
kehilangan fungsi otak yang
gangguan fungsi bicara disebut dengan sendirinya mengurangi
disartia (Rosiana, 2009). kualitas hidup pasien stroke (Hayulita,
Afasia adalah kehilangan 2014).
kemampuan untuk mengekspresikan Berdasarkan pemaparan diatas
diri sendiri atau memahami bahasa. perlu diadakan sebuah intervensi
Penyebab utama afasia adalah stroke, keperawatan untuk meningkatkan
cedera kepala, dan tumor otak. Sekitar kemampuan komunikasi pasien afasia
20% pasien stroke mengalami afasia motorik dengan memperhatikan
(Bare, 2002). keterampilan komunikasi yaitu
Jumlah pasien stroke yang mendengar dan berbicara yang dapat
mengalami kejadian afasia sulit diberikan pada program rehabilitasi.
didapat di buku, jurnal dan e-jurnal. Banyak terdapat strategi intervensi
Afasia memiliki klasifikasi yang bahasa untuk orang afasia dewasa, dan
dikelompokkan berdasarkan pada program ini diterima secara
manifestasi kliniknya afasia dibagi individual.
menjadi afasia lancar dan afasia tidak Pada ilmu fonologi yaitu ilmu
lancar. Afasia lancar meliputi ; afasia tentang perbendaharaan bunyi-bunyi
sensorik (Wernicke), afasia konduksi, bahasa, terdapat hal yang termasuk
afasia amnesik (anomik) dan afasia didalamnya yakni fenom yang spesifik
transkortikal sensorik. Afasia tidak mempelajari bunyi dalam pengucapan.
lancar meliputi : afasia motorik Di Inggris terdapat 44 jenis fenom
(Broca), afasia global dan afasia pada penggunaan bahasa inggris
transkortikal motorik (Satyanegara, (Madden, Robbinson, Kendall, 2017).
2010). Menurut data yang dipaparkan Bahasa Indonesia sendiri memliki 24
terapis wicara di ruang rehabilitas fonem diantaranya (/i, e, a, ǝ, o, u, p, t,
medik RSUD Dr.Soedarso c, k, b, d, j, g, m, n, ň, ŋ, s, h, r, l, w
mengatakan bahwa pada bulan januari ,y/) (Kushartani, et al., 2007).
hingga februari 2017 terdapat 15 Berdasarkan penelitian
kunjungan pasien pasca stroke yang Kendall, Oelke, Brookshire, Nadeau
mengalami afasia. (2015) terapi fonomotor yaitu terapi
Afasia motorik atau afasia broca multimodalitas yang menstimulasi
merupakan bentuk afasia yang paling pasien dengan mengucapkan fenom
sering dijumpai. Gejala berupa bicara bahasa yang dikuasainya (bahasa
tidak lancar, disartia serta nampak inggris) mendapatkan hasil bahwa
melakukan upaya bila hendak terdapat peningkatan dalam
berbicara. Repitisi dan membaca kuat kemampuan fonologi (pengucapan
sama terganggunya seperti berbicara bunyi) pada 26 pasien yang
spontan. Pemahaman kalimat dengan mengalami afasia anomik. Terapi
tata bahasa yang komplaks sering AIUEO adalah terapi fonomotor
terganggu (Satyanegara, 2010). dimana penderita mengucapkan fenom
Afasia merusak kemampuan bahasa A,I,U,E,O yang merupakan
pasien untuk berkomunikasi, baik huruf dasar dalam berbahasa
dalam memahami apa yang dikatakan Indonesia. Terapi ini merupakan salah
dan dalam kemampuan satu cara menggembalikan
mengeskresikan diri sendiri (Bare, kemampuan bicara penderita afasia
2002). diatasi. Stressor tersebut motorik.
menyebabkan hilangnya peran hidup Metode
yang dimiliki penderita stroke hingga
terjadinya gangguan persepsi akan Pada penelitian kuantitatif ini
konsep diri yang bersangkutan dan desain penelitian yang digunakan adalah
Quasi Eksperimen melalui pendekatan pre Sebelum Sesud
and post test control group dimana sampel ah
dibagi menjadi dua kelompok yaitu Kontro 1 Tetap
kelompok intervensi dan kelompok l 18.0 18.0
kontrol. Total Sampel pada penelitian ini
adalah 14 orang dengan dibagi dalam 7 2 13.0 16.0 Naik
orang keleompok kontrol dan 7 orang
kelompok intervensi. 3 13.0 13.0 Tetap

Hasil 4 18.0 18.0 Tetap

5 19.0 19.0 Tetap


Analisa Univariat
6 18.0 18.0 Tetap
Karakteristik Responden Berdasarkan
jenis kelamin, umur, lama menderita 7 21.0 21.0 Tetap
stroke
Interve 1 Naik
Kontrol Intervensi nsi 17.0 18.0
Variabel
F % f %
Usia 2 8.0 10.0 Naik
45-59 tahun 3 42,9% 3 42,9%
60-74 tahun 4 57,1% 4 57,1% 3 14.0 15.0 Naik
Jenis 4 5.0 8.0 Naik
Kelamin
Perempuan 2 28,6% 1 14,3%
5 19.0 21.0 Naik
Laki-laki 5 71,4% 6 85,7%
Lama 6 20.0 21.0 Naik
menderita
Stroke 7 14.0 13.0 Turun
< 5 tahun 6 71,4% 5 71,4%
> 5 tahun 1 28,6% 2 28,6%
Sumber: data primer (2017) Sumber: data primer (2017)
Pada kelompok kontrol memiliki jumlah Berdasarkan tabel dapat dilihat
responden terbanyak pada rentang usia 60- bahwa kemampuan komunikasi
74 tahun dengan persentase 57,1 % yang sebelum dan sesudah diberikan terapi
berjenis kelamin laki-laki sebesar 71,4% AIUEO pada responden kelompok
serta telah lama menderita stroke selama < kontrol tetap untuk responden nomor
5 tahun sebesar 71,4%. Pada kelompok 1,3,4,5,6 dan 7 sedangkan responden
intervensi jumlah responden terbanyak ada nomor 2 mengalami peningkatan.
pada rentang usia 60-74 tahun dengan Pada kelompok intervensi responden
persentase 51,7% yang berjenis kelamin yang telah diukur kemampuan
laki-laki sebesar 85,7% serta telah komunikasinya sebelum dan sesudah
menderita stroke selama < 5 tahun sebesar diberikan intervensi terapi AIUEO
71,4%. mengalami kenaikan untuk responden
Gambaran Kemampuan Komunikasi nomor 1,2,3,4,5,6 sedangkan untuk
Responden responden nomor 7 mengalami
penurunan.
Kema
Nomor Kemamp Interp
Variab mpua
Responde uan restas
el n
n Komunik i
Komu
asi
nikasi
Analisa Bivariat sebagai kelompok kontrol dan 7 orang
Perbandingan nilai pretest dan posttest responden sebagai kelompok
pada masing-masing kelompok intervensi, diperoleh umur responden
terbanyak adalah rentang umur 60-74
Kelompok Pretest Posttest P tahun pada kelompok kontrol dan
value intervensi yaitu masing-masing 4
Mean SD Mean SD orang responden (57,1%). Hal ini
membuktikan bahwa orang yang
Kontrol 17,14 3,024 17,57 2,507 0,356
berusia lanjut yakni berumur diatas 60
Intervensi 13,86 5,581 15,14 5,146 0,035 tahun, seiring bertambahnya umur,
Hasil pengolahan data diatas fungsi fisiologis mengalami
memperlihatkan bahwa rata-rata penurunan akibat proses degeneratif
kemampuan komunikasi sebelum (penuaan) sehingga penyakit tidak
diberikan terapi AIUEO pada kelompok menular banyak muncul pada usia
intervensi sebesar 13,86 dan sesudah lanjut salah satunya penyakit stroke
diberikan terapi AIUEO menjadi 15,14 (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
dengan p value 0,035 (p < 0,05). Penelitian ini membuktikan bahwa
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan keadaan setelah stroke dipengaruhi
bahwa ada pengaruh terhadap kemampuan besar oleh umur penderita. Seseorang
komunikasi responden yang mengalami dengan umur > 60 tahun diistilahkan
afasia motorik pasca stroke pada kelompok lanjut usia mengalami perubahan
intervensi. terkait penuaan pada pembuluh otak
Perbandingan nilai pretest dan posttest pada akhirnya mungkin terjadi seperti
antara kelompok kontrol dan kelompok penurunan cadangan serebrovaskuler
intervensi sehingga meningkatkan kerentanan
otak terhadap insufisiensi vaskular dan
Variabel Kontrol (n=7) Intervensi P cedera iskemik seperti stroke (Chen,
(n=7) value et.al ,2010).
Mean SD Mean SD Hasil penelitian menunjukkan
Pretest 17,14 3,024 13,86 5,581 0,318 bahwa responden yang ditemukan
Posttest 17,57 2,507 15,14 5,146 0,055
lebih banyak berjenis kelamin laki-
laki yaitu sebanyak 5 orang responden
Peningak
pada kelompok kontrol (71,4 %) dan 6
atan nilai 0,00 0,577 1,29 1,257 0,030 orang responden pada kelompok
rerata intervensi (85,6%). Sejalan dengan
penelitian Yao et.al (2015)
Berdasarkan tabel dapat dilihat
menemukan bahwa dari 116
bahwa p value 0,030 (p < 0,05) dengan
responden yang mengalami afasia
demikian selisih rerata nilai pretest dan
motorik pasca stroke sebanyak 85
posttest antar kelompok kontrol dan
responden (29,02%) laki-laki yang
intervensi dianggap bermakna signifikan.
mengalami afasia motorik/broca pasca
Pembahasan stroke. Penelitian Sarah Northcott,
Jane Marshall,dan Katerina Hilari
Karateristik Responden (2016) juga menemukan bahwa dari
Berdasarkan Usia, jenis kelamin dan 87 responden yang mengalami stroke,
lama menderita stroke sebanyak 52 orang berjenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian laki-laki (59,8%).
yang dilakukan pada 14 orang
Sebanyak 6 orang responden
responden yaitu 7 orang responden
pada kelompok kontrol dan 5 orang
responden (71,4%) pada kelompok menggerakan lidah bibir otot wajah
intervensi telah mengalami stroke dan mengucapkan kata-kata dengan
selama < 5 tahun. Sedangkan untuk fonem bahasa A,I,U,E,O. Terapi
penderita stroke > 5 tahun sebanyak 1 AIUEO merupakan jenis terapi wicara
orang ditemukan pada kelompok yang dikenal bagian dari phonomotor
kontrol (28,6%) dan 2 orang therapy. Sejalan dengan penelitian
dikelompok intervensi. Lama yang dilakukan oleh Bose (2013)
seseorang menderita stroke membuktikan bahwa terdapat
merupakan hal yang perlu perubahan signifikan pada
diperhatikan dalam pemberian terapi kemampuan penderita aphasia jargon/
karena memengaruhi kemampuan anomik dalam menamai benda.
motorik yang dialami. Hal ini Penderita stroke yang menjalani
dibuktikan pada penelitian Sarah terapi AIUEO dilakukan dengan
Meyer, Geert Verheyden, Nadine intensitas 2 kali dalam 7 hari dengan
Brinkmann, Eddy Dejaeger, Willy De bimbingan keluarga sebagai observer
Weerdt, Hilde Feys et., al (2015) atau pengamat juga membuktikan
bahwa semakin bertambah usia hipotesis penelitian yang sejenis
seseorang mengalami stroke, dapat dengan penelitian ini, yaitu penelitian
meningkatkan keparahan dampak oleh Kendall, Diane L., Megan Oelke,
stroke yang dialami seperti Carmel Elizabeth Brookshire, and
kemampuian berbicara dan berbahasa Stephen E. Nadeau (2015) dengan
sehingga memengaruhi tingkat pelatihan pengucapan fonem, seperti
pemulihan tiap penderita. abjad A, I, U, E,O ini menyediakan
dasar vokal untuk artikulasi dari suku
Pengaruh Terapi AIUEO kata sehingga penamaan benda dapat
Terhadap Kemampuan Komunikasi terdengar lebih jelas sehingga
Pasien Afasia Motorik Pasca Stroke komunikasi penderita dengan lawan
bicaranya lebih jelas.
Berdasarkan penelitian yang Perbedaan Kemampuan
telah dilakukan didapatkan hasil uji Komunikasi Setelah Diberikan Terapi
statistik dengan menggunakan uji t AIUEO Pada Afasia Motorik Pasien
berpasangan pada kelompok Pasca Stroke Antara Kelompok Kontrol
intervensi sesudah diberikan terapi Dan Intervensi
AIUEO selama 7 hari diperoleh p Dari hasil penelitian didapatkan
0,035 ( p<0,05) . Hal ini berarti terdapat bahwa selisih nilai rata-rata
pengaruh signifikan sehingga dapat kemampuan komunikasi antara
dinyatakankan bahwa terapi AIUEO kelompok kontrol dan intervensi
memiliki pengaruh yang bermakna signifkan. Pada kelompok intervensi
pada kemampuan komunikasi pasien terjadi peningkatan pada selisih rata-
dengan afasia motorik pasca stroke rata nilai posttest-pretest 1,29
kelompok intervensi. sedangkan kelompok kontrol tidak
Pengulangan bunyi masing- mengalami peningkatan bermakna
masing alfabet sebagai awal pelatihan pada nilai rata-rata posttest-pretest
kembali dapat diupayakan pada yaitu 0,00. Kenaikan nilai rata-rata
penderita stroke sedini mungkin sejak tersebut terjadi akibat pemberian
terdeteksi mengalami afasia (Hudak & intervensi terapi AIUEO. Nilai selisih
Gallo, 2010). Terapi AIUEO adalah tersebut kemudian diuji statistik
terapi yang menggunakan teknik menghasilkan p 0,030 (p <0,05).Hal
mengajarkan pasien afasia ini berarti bahwa pemberian terapi
menggerakkan otot bicara melalui AIUEO meningkatkan kemampuan
komunikasi pasien afasia motorik gerak otot tersebut. Gerak otot
pasca stroke. Sejalan dengan motorik dalam berbicara dan
penelitian C. Elizabeth Brookshire, berbahasa merupakan domain dari
Tim Conway, Rebecca Hunting area Broca pada otak penderita stroke.
Pompon,Megan Oelke, and Diane L. Perbaikan pengucapan tersebut terjadi
Kendall (2014) yang membuktikan karena adanya reorganisasi fungsional
bahwa phonomotor treatment dapat bahasa pada orang dengan afasia yang
meningkatkan proses bicara oral melibatkan interaksi intra dan
sehinggan pasien dengan aphasia interhemispherik. Secara khusus,
dapat membaca dengan baik. penelitian pencitraan telah
Perbaikan kemampuan mengindikasikan bahwa pengaktifan
komunikasi terkait pada proses daerah belahan otak kiri yang
neuroplastisiti otak. Penelitian yang dominan selama tugas yang
terus dikembangkan untuk berhubungan dengan bahasa secara
mengidentifikasi faktor yang dapat konsisten telah terbukti memiliki
meningkatkan pemulihan pasien afasia pengaruh paling baik pada hasil
salah satunya merujuk pada luas dan bahasa dan mencakup pengaktifan
lesi otak yang memengaruhi kembali struktur lesi pada area broca
kemampuan neuroplastisasi atau yang terserang iskemik (Elizabeth E.
reorganisasi kortikal yang mengatur Galletta dan A. M. Barrett, 2014).
kinerja kemampuan motorik.
Berbicara dan berbahasa merupakan
salah satu kemampuan motorik yang Kesimpulan
dapat terjadi kerusakan pada pasien
stroke. Paik dan EunJoo (2014) Berdasarkan hasil penelitian yang
menjelaskan bahwa iskemik atau lesi telah dilakukan dapat disimpulkan
yang terjadi pada otak sejalan dengan beberapa hal yaitu :
penurunan/ neurotransmitter yang 1. Pada karakteristik responden
disebut γ-Aminobutyric acid (GABA), didapatkan jumlah jenis kelamin
memainkan peran penting dalam terbanyak adalah laki-laki
kemampuan pengembangan plastisitas dengan presentase sebesar 71,4
otak. Pada steroktopi yang bertujuan % pada kelompok kontrol dan
untuk mengukur kadar GABA, terlihat presentase sebesar 86,7 % pada
gambaran pada korteks motor primer kelompok intervensi. Responden
sehubungan dengan pemulihan terbanyak ada pada rentang usia
motorik selama 2 minggu pasien 60-74 tahun dengan persentase
menjalani terapi pergerakan (ROM) 57,1 % pada kelompok kontrol
akibat stroke dengan lama menderita maupun intervensi. Responden
3-12 bulan setelah serangan stroke. tersebut banyak menderita
Sebelum latihan terapi, pasien stroke stroke selama < 5 tahun dengan
menunjukkan aktivitas GABA yang persentase 71,4 %.
jauh lebih rendah daripada pasien 2. Ada perubahan kemampuan
stroke dikelompok kontrol. Setelah komunikasi pada afasia motorik
latihan, pasien meningkat secara pasien pasca stroke di Kota
signifikan pada fungsi motorik, dan Pontianak di kelompok
tingkat peningkatan motor ini intervensi.
berkorelasi secara signifikan dengan 3. Tidak ada perubahan bermakna
penurunan aktivitas GABA. pada kemampuan komunikasi
Terapi AIUEO memengaruhi pada afasia motorik pasien pasca
ekspresi pengucapan kata melalui
stroke di Kota Pontianak di Chen, Ruo-Li Joyce S. Balami, Margaret
kelompok kontrol. M. Esiri, Liang-Kung Chen and
4. Ada pengaruh terapi AIUEO Alastair M. Buchan. Ischemic
terhadap kemampuan stroke in the elderly: an overview
komunikasi pada afasia motorik of evidence Medscape Journal
pasien pasca stroke antara Online Neurology (6) 256–265
kelompok intervensi dan Doi : 10.1038/nrneurol.2010.36
kontrol. Ellizabeth E. Galleta dan A.M.
Saran Baerret.(2014). Impairment and
1. Bagi Institusi Pendidikan Functional Interventions for
Penelitian ini menjadi referensi Aphasia: Having it All. Journal
pembelajaran untuk pengembangan Physic Medication And
terapi bicara dengan metode yang Rehabilitation Springer 2:114–120
sama untuk keadaan afasia Doi : 10.1007/s40141-014-0050-5
wernicke atau afasia lainnya. Hayulita, Sri, Desti Ratna Sari. (2014).
2. Bagi Sarana Pelayanan Kesehatan Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dapat menjadi salah satu Dengan Depresi Pada Pasien Paska
pemberian intervensi keperawatan Stroke Di Ruang Rawat Jalan
pada pasien pasca stroke untuk Rumah Sakit Stroke Nasional
bagian rehabilitasi medik maupun (RSSN) Bukittinggi. E-journal
poliklinik saraf. STIKES YARSI
3. Bagi Responden dan Keluarga Hudak, Carolyn M., Barbara M. Gallo.
Pemberian terapi AIUEO yang (2010). Keperawatan Kritis :
berbasis dukungan keluarga ini pendekatan holistik. Ed.6. Jakarta :
dapat diberikan kepada pasien EGC
pasca stroke secara terus-menerus Kementrian Kesehatan RI. Riset
dengan intensitas yang sesuai Kesehatan Dasar Tahun 2013
penelitian. Kendall, Diane L. Megan Oelke,Carmel
Elizabeth Brookshire, and
Stephen E. Nadeau.(2015). The
influence of Phonomotor
DAFTAR PUSTAKA treatment on Word Retrieval
Abilities in 26 individuals with
American Heart Association/American Chronic Aphasia : An Open Trial.
Stroke Association. (2016). Impact Journal of Speech,Leanguage,
Of Stroke ( Stroke Statistics). Hearing Research;58;798-812.
Article upadate 6 Juni 2016 diakses Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia
pada 22 Maret 2017 RMT Lauder. (2007).Pesona
Bare, BG., Smeltzer C. Suzanne, Brunner Bahasa Langkah Awal Memahami
& Suddarth. (2002). Buku Ajar Linguistik. Jakarta : Gramedia
Keperawatan Medikal Bedah. EGC Pustaka Utama
: Jakarta Madden, Elizabeth Brookshire, Reva
Bose, Arpita. (2013). Phonological M.Robinson, Diane L.Kendall.
therapy in jargon aphasia: effects (2017). Phonological Treatment
on naming and neologisms. Approaches for Spoken Word
International journal of language Production in Aphasia. Seminars
and communication disorder. 48( In Speech And Language;38;1.
5) 582–595. Doi : 10.1111/1460- Meyer, Sarah, Geert Verheyden, Nadine
6984.12038 Brinkmann, Eddy Dejaeger, Willy
De Weerdt, Hilde Feys, et., al.
(2015). Functiona; and Motor
Outcome 5 Years After Stroke Is
Equivalent to Outcome at 2
Months. American Heart
association Journals 46 (6) 1613-
1619 Doi.
Org/10.1161/STROKEAHA.1150
09421
Northcott, Sarah,Jane Marshall, and
Katerina Hilari. (2016). What
Factors Predict Who Will Have a
Strong Social Network Following
a Stroke? Journal of Speech,
Language, and Hearing Research
59 772–783. Doi :
10.1044/2016_JSLHR-L-15-0201
Paik, Nam-Jong, EunJoo Yang. (2014).
Role Of GABA Plasticity In
Stroke Recovery. Neural
Regeneration Research 9 (23)
2026-2028. Doi : 10.4103/1673-
5374.147920
Richter, A.Lewin, Volz, M.,Jobges,M.,
Werheid,K. (2015) Predictivity Of
Early Depressive Symptoms For
Post-Stroke Depression. Journal
Nutr Health Aging;Clinical
Neuroscience.19(7)
Satyanegara., (2010). Ilmu Bedah Saraf.
Edisi 4. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Stroke Association. (2015). State of
Nation. Akses via stroke.org.uk
Yao ,Jingfan , Zaizhu Han, Yanli Song,
Lei Li, Yun Zhou,Weikang Chen,
et.al.(2015). Relationship of Post-
Stroke Aphasic Types with Sex,
Age
.

Anda mungkin juga menyukai