PENDAHULUAN
1
bisa sedemikian parah hingga pasien hampir tidak dapat mengatakan atau
memahami sesuatu pun.
Salah satu gangguan yang banyak terjadi adalah afasia. Dalam bidang neurologi,
afasia didefinisikan sebagai suatu gangguan kebahasaan yang disebabkan oleh
adanya kerusakan atau cedera pada area bahasa otak (Subyantoro, 2013:29) Darley
(1982) mengemukakan bahwa afasia biasanya melukiskan suatu kerusakan atau
pelemahan bahasa akibat terjadinya cedera otak pada area dominan bahasa cerebral
hemisphere. Afasia dapat terjadi mengikuti stroke dan traumaticbrain injury, dapat
pula dihubungkan dengan penyakit yang mempengaruhi unsur dan fungsi otak
(Nadeau, Rothi,&Crosson, 2000).
Afasia memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan. Terutama pada
kesejahteraan pasien, kemandirian, partisipasi sosial, dan kualitas hidup pasien.
Dampak ini muncul diakibatkan komunikasi yang tidak adekuat antara pasien dan
lingkungan. Kondisi mortilitas yang tinggi dan kemampuan fungsional yang rendah
pada pasien afasia dapat terjadi karena pasien tidak mampu mengungkapkan apa
yang pasien inginkan, tidak mampu menjawab pertanyaan atau berpartisipasi dalam
percakapan. Ketidakmampuan ini menyebabkan pasien menjadi frustasi, marah,
kehilangan harga diri, dan emosi pasien menjadi labil yang pada akhirnya dapat
menyebabkan pasien menjadi depresi (Mulyatsih & Ahmad, 2010).
RSD Gunung Jati Kota Cirebon adalah salah satu lahan praktik Jurusan Terapi
Wicara Politeknik Kesehatan Surakarta. RSD Gunung Jati adalah rumah sakit tipe
B yang ada di Kota Cirebon. RSD Gunung Jati memiliki fasilitas kesehatan yang
lengkap. Pelayanan terapi wicara di RSD Gunung Jati mencakup 5 bidang yaitu,
bahasa, bicara, irama kelancaran, suara dan menelan. Kasus afasia di RSD Gunung
Jati bukanlah hal baru, sangat sering ditemui dibandingkan dengan kasus dewasa
yang lainnya. Berdasarkan data diatas penulis tertarik mengambil kasus afasia
dikarenakan tingginya dampak post stroke yang mengakibatkan seseorang
mengalami afasia di RSD Gunung Jati Kota Cirebon. Penulis bermaksud
mengambil judul Tugas Akhir “Penatalakasanaan Terapi Wicara Pada Kasus Afasia
Transkortikal Motoris di RSD Gunung Jati Kota Cirebon”.
Afasia Transkortikal Motoris di tandai dengan dengan bicara spontan nonfluent,
pengertian relativef normal, pengulangan baik sampai normal, membaca bersuara
2
dan menulis terganggu, penemuan dan penamaan kata terganggu, bahasa lisan dan
bahasa tulis umumnya cukup baik. Berdasarkan gangguan yang ada praktikkan
membahas lebih lanjut pemahaman afasia transkortikal motoris dalam hal menamai
tingkat kata dan tingkat kalimat. Salah satu metode untuk menangani kasus afasia
yaitu dengan simulasi auditif.
B. Batasan Masalah
Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis membatasi masalah pada
Penatalaksanaan Terapi Wicara pada Kasus Afasia Transortikal Motoris di RSD
Gunung Jati Cirebon. Masalah yang diangkat pada kasus ini yaitu permasalahan
dalam bicara dan pemahaman bahasa lisan dengan menggunakan metode stimulasi
auditif.
3
Diharapkan dapat menjadi referensi pembelajaran, bahan masukan dan
informasi pendidikan dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mahasiswa pada kasus Afasia Transkortikal Motoris.
b. Bagi keluarga klien
Diharapkan menjadi bahan masukan dan informasi bagi keluarga klien
untuk mengetahui gambaran umum mengenai Afasia Transkortikal Motoris.
c. Bagi Terapis Wicara
Diharapkan dapat menjadi salah satu acuan penatalaksanaan Terapi
Wicara pada kasus Afasia Trankortikal Motoris.
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan edukasi tentang kasus
Afasia Transkortikal Motoris.
e. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis
dalam melakukan intervensi pada kasus Afasia Transkortikal Motoris.