Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

CVA (Cerebro Vascular Accident) Infark merupakan gangguan

peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak

sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Nurarif &

Kusuma, 2015). Gangguan fungsi syaraf pada CVA Infark disebabkan

oleh gangguan peredaran darah di otak non traumatik. Gangguan syaraf

tersebut menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau anggota

badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin perubahan

kesadaran, nyeri kepala, bibir tidak simetris, perubahan kesadaran,

gangguan penglihatan. Hasil penelitian yang didapatkan dari RSI Sakinah

terdapat 2 pasien dengan hambatan komunikasi verbal. Masalah yang

sering dialami pasien hambatan komunikasi verbal yaitu keluhan pusing,

kelumpuhan anggota badan, penurunan penglihatan, bicara tidak lancar.

Ganggguan syaraf tersebut bila tidak segera ditangani secara medis

mengakibatkan kelumpuhan pada satu sisi tubuh yang disertai kesemutan

dan satu sisi tubuh atau mulut menjadi mencong dengan kelumpuhan otot

mata atau bicara pelo atau sulit bicara dan berkomunikasi (Kemenkes RI,

2013).

Masalah keperawatan yang muncul ditimbulkan akibat CVA Infark

adalah hambatan komunikasi verbal yaitu penurunan, kelambatan, dan

tidak ada kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan


menggunakan bahasa isyarat atau simbol. Asuhan keperawatan penting

untuk dilakukan karena pasien mengalami kesulitan dalam bicara,

menyusun kalimat, dan kata-kata sehingga tidak dapat berbicara

menggunakan bahasa biasa (Nurarif & Kusuma, 2015)

Penyakit CVA Infark merupakan salah satu kegawatan neurologik,

morbiditasnya semakin meningkat dari tahun ketahun. Menurut WHO

(World Health Organization) Tahun 2016, 15 juta orang menderita Stroke

di seluruh dunia setiap tahun. Sekitar 5 juta meninggal dan 5 juta

mengalami kelumpuhan permanen. Indonesia merupakan negara

berkembang dengan prevalensi CVA Infark yang cukup tinggi. Menurut

data Riskesdas tahun 2013, prevalensi CVA Infark di Indonesia

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil.

Prevalensi tersebut naik dari 8,3 kasus per mil pada tahun 2007

(Kemenkes, 2013). Hasil studi pendahuluan di RSI Sakinah Mojokerto

yang dilakukan pada tanggal 19 November 2017 menunjukkan bahwa

pada tahun 2014 terdapat 68 pasien yang dirawat akibat CVA infark, tahun

2015 terdapat 154 pasien, dan tahun 2016 sebanyak 139 pasien. Hasil

penelitian tanda dan gejala pada pasien dengan CVA Infark di RSI

Sakinah menunjukkan bahwa 7 pasien dengan gejala berbeda. 28,6%

mengalami kelumpuhan kelemahan, 14,2% mengalami keluhan pusing dan

penurunan penglihatan, 28,6% mengalami hambatan komunikasi verbal,

28,6% mengalami perubahan kemampuan gerak ekstrimitas.


Penyebab CVA Infark adalah pecahnya (ruptur) pembuluh darah di

otak atau terjadinya thrombosis dan emboli. Gumpalan darah akan masuk

ke aliran darah sebagai akibat dari penyakit lain atau karena adanya bagian

otak yang cedera dan menyumbat arteri otak. Akhirnya fungsi otak terhenti

dan terjadi penurunan fungsi otak (Batticaca, 2008). Hambatan komunikasi

verbal disebabkan adanya gangguan pasokan aliran darah otak yang

memberikan pasokan oksigen (O2) pada area Broca. Broca yaitu bagian

otak manusia yang terletak di gyrus frontalis superior pada lobus frontalis

korteks otak besar yang berperan pada proses bahasa, serta kemampuan

dan pemahaman berbicara. Area Wernicke yang berada di korteks serebri

sebagai lobus otak yang mengatur pemahaman bahasa, sehingga terjadi

iskemik pada area Broca dan Wernicke yang mengakibatkan pasien

mengalami hambatan komunikasi verbal (Wijaya & Putri, 2013). Pasien

dengan hambatan komunikasi verbal yang tidak tertangani akan

menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan karena tidak mampu

mengkomunikasikannya dengan orang lain, timbul ketakutan dan

kecemasan karena ketidakmampuan bicara (Nurarif & Kusuma, 2015).

Proses asuhan keperawatan mempunyai peranan penting dalam

keberhasilan penyelamatan maupun rehabilitasi klien dengan CVA Infark.

Perawat dapat melakukan komunikasi secara perlahan dan meminta klien

untuk mengucapkan permintaannya secara perlahan dan diulang,

mendengarkan dengan penuh perhatian, menggunakan media untuk

memfasilitasi komunikasi dengan pasien, memberikan pujian yang positif,


menganjurkan keluarga untuk memberikan stimulus bicara secara teratur,

dan menganjurkan klien untuk menggunakan bahasa isyarat dengan

menggunakan ekspresi (Nurarif & Kusuma, 2015). Berdasarkan latar

belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan

pada klien CVA Infark yang mengalami hambatan komunikasi verbal di

RSI Sakinah Mojokerto.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada “Asuhan Keperawatan

Pada Klien Dengan Masalah Hambatan Komunikasi Verbal Pada Kasus

CVA Infark di RSI Sakinah Mojokerto”.

1.3 Rumusan Masalah

“Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah

Hambatan Komunikasi Verbal Pada Kasus CVA Infark di RSI Sakinah

Mojokerto?”

1.4 Tujuan Studi Kasus

1.4.1 Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah

Hambatan Komunikasi Verbal Pada Kasus CVA Infark di RSI Sakinah

Mojokerto

1.4.2 Tujuan Khusus

Dalam melakukan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Masalah Hambatan Komunikasi Verbal Pada Kasus CVA Infark di RSI

Sakinah Mojokerto, penulis diharapkan mampu untuk :


1. Melakukan pengkajian Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah

Hambatan Komunikasi Verbal Pada Kasus CVA Infark di RSI Sakinah

Mojokerto

2. Menetapkan diagnosis Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah

Hambatan Komunikasi Verbal Pada Kasus CVA Infark di RSI Sakinah

Mojokerto

3. Menyusun perencanaan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah

Hambatan Komunikasi Verbal Pada Kasus CVA Infark di RSI Sakinah

Mojokerto

4. Melaksanakan tindakan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah

Hambatan Komunikasi Verbal Pada Kasus CVA Infark di RSI Sakinah

Mojokerto

5. Melakukan evaluasi Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah

Hambatan Komunikasi Verbal Pada Kasus CVA Infark di RSI Sakinah

Mojokerto

1.5 Manfaat Studi Kasus

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian sebagai pengembangan keilmuan dalam bidang

keperawatan khususnya peranan perawat dalam edukasi, monitoring dan

pengawasan pada pasien CVA Infark dengan hambatan komunikasi verbal

sehingga menunjang kemajuan dan kualitas teknologi keperawatan untuk

memberikan masukan pada perkembangan terbaru bidang keperawatan

tentang hambatan komunikasi verbal pada kasus CVA Infark.


1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Klien

Mendapatkan asuhan keperawatan yang baik sehingga dapat

mengurangi keluhan ketidakmampuan bicara dan dapat meningkatkan

kemampuan bicara pasien.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

intansi pelayanan kesehatan dalam upaya memberikan asuhan

keperawatan yang tepat pada pasien CVA Infark dengan hambatan

komunikasi verbal

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan tambahan referensi dan sebagai bahan bacaan bagi

mahasiswa di perpustakaan tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien

Dengan Masalah Hambatan Komunikasi Verbal Pada Kasus CVA

Infark

Anda mungkin juga menyukai