Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI SUMBER BAHAYA (HAZARD) DALAM PENERAPAN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA DI INDUTRI PENGGERGAJIAN KAYU BERKAT SHALAWAT


KECAMATAN TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

THE IDENTIFICATION OF HAZARD RESOURCE IN WORK SAFETY AND HEALTH


APPLICATION IN WOOD SAWMILL BERKAT SHALAWAT INDUSTRY
TEMBILAHAN DISTRICT INDRAGIRI HILIR REGENCY

Desti Vania1, Evi Sribudiani2, M. Mardhiansyah2


Departerment of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Riau
Address Bina Widya, Pekanbaru, Riau
(desti.vania@yahoo.com)

ABSTRAK
Perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja masih jauh dari yang diharapkan karena masih
banyak terjadi kecelakaan serta potensi bahaya kerja yang dapat membahayakan tenaga kerja. Namun
hingga saat ini mereka belum memiliki acuan baik tentang standarisasi proses produksi maupun
standarisasi produk, salah satunya adalah standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Tidak adanya
standarisasi tersebut menyebabkan pemilik usaha kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan fasilitas
usahanya. Masalah yang timbul adalah pekerja cenderung bekerja tanpa pengetahuan yang cukup dan
mengabaikan penggunaan alat pelindung diri (APD). Hal-hal ini yang menyebabkan pekerja rentan
terhadap gangguan, kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat kondisi kerja. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi sumber bahaya (hazard) dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
di industri penggergajian kayu Berkat Shalawat Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan metode observasi dan wawancara dengan jumlah
sampel seluruh pekerja di industri Berkat Shalawat. Hasil identifikasi menunjukan sumber bahaya yang
dominan terjadi kecelakaan pada tahapan kerja bongkar muat, pembelahan kayu dan muat kayu (loading)
ke alat transportasi, yaitu luka akibat serat kayu, terjepit, tertimpa kayu dll. Disamping itu para pekerja
juga mengalami gejala muskuloskeletal, batuk-batuk, kelelahan dan turunnya fungsi penglihatan dan
pendengaran yang ditunjukkan pada faktor fisik, kimia, biologi, psikologi dan ergonomi.

Kata kunci: Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3), Sumber Bahaya (hazard), Alat
Pelindung Diri (APD).

ABSTRACT
Protection of safety and occupational health is still far from expected because there are still many
accidents and potential work hazard that many endanger the workers. Yet until now they do not have
good reference on standardization of producttion process and product standardization, one of them is
safety and occupational health standard (K3). The absence of such standardization cause business owner
pay less attention to environmental conditions and business facilities. Problem arise are workers tend to
work without sufficient knowledge and ignore the use of personal protective equipment (PPE). These
things cause workers to be susceptible on disruptions, accidents and illnesses arising from working
condition. The aim of this study was to identify the hazard in the implementation of safety and health in
the sawmill Berkat Shalawat Tembilahan district Indragiri Hilir regency. This research used descriptive
analysis with observation method and interview with took sample of all workers in Berkat Shalawat
industry. The result of identification indicated that the dominant danger source of accidents at the stages
of loading and unloading, wood clearance and loading to the mean of transportation, those are wounds
from wood fiber, pincers, crushed wood etc. In other hand, workers also experiance musculoskeletal
symptoms, coughing, fatigue and decreased vision and hearing fuction that are shown in physical,
chemical, biological and ergonomic factors.

Keyword: Safety and Occupational Health, Hazard Source, Personal Protective Equipment (PPE).

1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal UR Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 1
PENDAHULUAN serangkaian kegiatan identifikasi sumber bahaya
dilokasi penggergajian kayu untuk mengetahui
Industri penggergajian merupakan salah sumber-sumber bahaya (hazard) maupun nyaris
satu industri yang menghasilkan barang setengah celaka (nearmiss) agar dapat menghilangkan atau
jadi yang kemudian akan diproses lebih lanjut mengurangi kasus kecelakaan kerja yang terjadi.
untuk menghasilkan produk tertentu. Hasil dari
pengolahan kayu menjadi kayu gergajian dapat METODE PENELITIAN
dimanfaatkan oleh industri kayu lanjutan. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan modal salah Penelitian ini dilaksanakan di jalan
satunya adalah sumber daya manusia atau yang Pangeran Hidayat di Kecamatan Tembilahan,
lebih dikenal dengan karyawan atau masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
pekerja. Karyawan atau masyarakat pekerja Penelitian dilapangan dilaksanakan pada bulan
merupakan salah satu bagian yang harus Oktober 2017. Bahan yang digunakan adalah data
mendapat perhatian, khususnya dibidang yang didapatkan selama berada dilokasi dengan
kesehatan yang akan berdampak pada cara melakukan wawancara berdasarkan panduan
produktivitas yang akan dihasilkan. Memberikan pertanyaan. Alat yang digunakan dalam
rasa aman dalam melakukan pekerjaan penelitian ini berupa alat tulis, kamera, alat
merupakan tanggung jawab pemberi kerja karena perekam (recorder).
setiap tempat kerja dimana dilakukan suatu Data yang dipergunakan pada penelitian
proses kerja mengandung risiko dan bahaya yang ini adalah data primer dan data sekunder. Data
berasal dari manusia, mesin, alat kerja, dan primer adalah data yang diambil sendiri
material lainnya dengan menerapkan keselamatan dilapangan. Data primer dilapangan berupa
dan kesehatan kerja sebagai acuan. kondisi lokasi kerja, jenis-jenis pekerjaan yang
Industri gergajian Berkat Shalawat berdiri berhubungan dengan sumber bahaya pada
sejak tahun 2013, merupakan salah satu usaha tahapan-tahapan kerja. pada penelitian ini teknik
yang bergerak dalam sektor industri pengambilan data yang digunakan yaitu observasi
penggergajian kayu. Kegiatan utama dari secara langusng untuk meneliti proses suatu
perusahaan ini adalah mengolah bahan baku kayu pekerjaan yang menitikberatkan pada sumber
setengah jadi yang diolah hingga menghasilkan bahaya yang terjadi pada pekerja dan melakukan
produk tertentu. Sistem produksi yang dijalankan wawancara mendalam kepada informan dengan
adalah membuat produk sesuai pesanan yang menggunakan daftar pertanyaan terbuka.
produknya dikonsumsi oleh masyarakat sekitar. Sedangkan data sekunder yaitu data yang
Industri ini memiliki tahapan-tahapan kerja yang diperoleh dari pemilik usaha berupa data uraian
berurut dengan mempekerjakan tenaga kerja yang tahapan pekerjaan, jumlah pekerja dan data
bekerja tiap harinya dimana para pekerja kurang pendukung lainnya. Teknik pengambilan sampel
mendapatkan perhatian terhadap keselamatan dan pada penelitian ini menggunakan metode
kesehatan kerja. Para pekerja ini melakukan Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
aktivitas secara langsung dengan menggunakan bila semua anggota populasi dijadikan sampel
alat-alat yang memiliki sumber potensi menurut Sugiyono dalam Leonnad dan Eddy
kecelakaan kerja.Industri ini berupa tempat (2013). Seluruh informan sebanyak 12 orang
pengelolaan kayu gergajian sangat jarang atau dipilih untuk dijadikan sampel oleh peneliti,
dapat dikatakan tidak memiliki sertifikasi tentang dimana seluruh informan tersebut memiliki
penerapan K3 pada sistem kerjanya, karena perannya masing-masing dalam tahapan kerja
kurangnya pengawasan dari pemerintah dan karena mereka mengandalkan pengalaman turun
rumitnya administrasi yang harus dilengkapi oleh temurun dibanding panduan yang sebenarnya.
para pelaku usaha. Pengelolaan kayu gergajian Tingkat pengetahuan yang cenderung sama
merupakan salah satu industri yang memiliki tersebut akan menghasilkan jawaban yang
potensi yang tinggi terhadap kecelakaan kerja cenderung seragam.
yang diakibatkan oleh pekerja itu sendiri karena Analisis data yang digunakan yaitu
minimnya pengetahuan akan K3. deskriptif, Penelitian deskriptif memusatkan
Upaya pencegahan kecelakaan kerja perhatian kepada masalah-masalah aktual
diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian sebagaimana adanya pada saat penelitian
yang ditimbulkan sehingga dilakukan berlangsung (Mulyono, 2015). Metode deskriptif

1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal UR Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 2
ini bertujuan untuk menggambarkan sifat ataupun pekerja itu sendiri. Dari hasil data yang di
keadaan tentang tahapan-tahapan kerja yang lapangan dapat dijabarkan tahapan-tahapan kerja
dilakukan di industri Berkat Shalawat. Hasil berserta penyimpangan-penyimpangan yang
analisis kemudian dibentuk dalam bentuk tabel- terjadi yang dikemas dalam bentuk tabel
tabel atau gambar yang relevan. Adapun tahapan identifikasi sumber bahaya (hazard). Adapun
kerja yang akan dianalisis, yaitu: uraiannya sebagai berikut:
1. Bongkar muat
2. Pemilihan kayu berdasarkan spesies dan 2.1. Bongkar Muat
ukuran Menurut Muryaningsih (2006), aktivitas
3. Penyusunan kayu bongkar muat adalah pekerjaan membongkar
4. Pengeringan kayu barang dari atas dek atau palka kapal (tempat
5. Pembelahan kayu penyimpanan barang-barang) dan
6. Pengetaman kayu menempatkannya di atas dermaga atau kedalam
7. Muat kayu (loading) ke alat transportasi tongkang atau kebalikkannya memuat dari atas
dermaga atau dari dalam tongkang dan
HASIL DAN PEMBAHASAN menempatkannya ke atas dek atau ke dalam palka
kapal. Aktivitas bongkar muat dilakukan oleh 12
1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian orang pekerja yang dimulai pada pukul 03.48
Berkat Shalawat adalah usaha yang WIB hingga pukul 16.38 WIB dan dilanjutkan
bergerak pada sektor industri penggergajian kayu kembali setelah waktu shalat maghrib tiba hingga
yang beroperasi sejak tahun 2013. Usaha ini pukul 23.49 WIB. Pekerja melakukan kegiatan
berlokasi di Jalan Pangeran Hidayat, Kecamatan bongkar muat tidak menggunakan waktu istirahat
Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir. Pada yang tetap, mengingat banyaknya kayu yang
awalnya usaha tersebut hanya memiliki area luas harus dikeluarkan dari dalam kapal. Banyaknya
tanah ± 13 m x 9 m, karena adanya kayu menjadi titik tumpu cepat tidaknya proses
perkembangan usaha yang cukup baik, maka bongkar muat kayu ini dilakukan, kayu yang
pemilik usaha memperbesar area penggergajian. dimuat sebanyak ± 3000 m3 yang berasal dari
Usaha Berkat Shalawat memproduksi jenis luar Kecamatan Tembilahan.
kayu yang banyak diperjual belikan di pasaran Sistem pengaturan jam kerja bagi pekerja
umumnya seperti kayu meranti merah (Shorea bongkar muat adalah 8 jam, akan tetapi informasi
ieprosula Miq), kayu punak (Tetramerista yang didapat dari hasil wawancara para pekerja
glabra), kayu bakau (Rhizophora sp), dan kayu terkadang bekerja sampai 17 jam kerja, durasi
ulin (Euxyderoxylon zwagery Teijm. dan kerja yang panjang akan menimbulkan kelelahan
Binnend) dengan berbagai macam ukuran. Kayu- pada pekerja yang didukung oleh faktor usia dan
kayu yang didapatkan berasal dari beberapa kapasitas tubuh dalam melakukan aktivitas.
kawasan yang memang masih memiliki tegakan Berdasarkan penelitian yang terdahulu Lestari
kayu yang banyak tanpa ada pengawasan atau (2017), pekerja yang terlibat dalam kegiatan
kepemilikan lahan dari seseorang, sehingga bongkar muat, jenis kecelakaan yang terjadi pada
memudahkan para pekerja mengambil dan saat bongkar muat adalah terjatuh dari jembatan,
mengelola kayu-kayu tersebut untuk diperjual terpeleset, tersandung, tertimpa, terbentur palka
belikan. Kayu-kayu tersebut biasanya dibutuhkan pada saat berada di dalam palka, tangan terluka
untuk membuat pondasi dan struktur bangunan pada saat mengangkat, dan beberapa kecelakaan
rumah. lainnya. Selama melakukan aktivitas bongkar
muat tersebut, para pekerja kurang
2. Tahapan Kerja dan Sumber Bahaya di memperhatikan keselamatannya hal ini didukung
Industri Berkat Shalawat oleh penggunaan alat pelindung diri (APD) yang
Industri penggergajian kayu Berkah tidak lengkap.
Shalawat memiliki tahapan-tahapan kerja yang Dalam penelitian Perdana dan Muliatna
biasa dilakukan oleh para pekerja, pada saat (2014), mengatakan bahwa alat pelindung diri
melakukan proses tahapan-tahapan kerja, para bukan hanya sebagai pelengkap kerja, melainkan
tenaga pekerja melakukan kegiatan yang untuk melindungi diri dari ancaman kerja dan
berpotensi menimbulkan sumber bahaya menjaga kesehatan untuk meminimalisir adanya
(hazard), baik dari lokasi pekerjaan maupun penyakit di lingkungan kerja. Pengangkutan kayu

1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal UR Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 3
yang tergolong banyak membuat para pekerja posisi punggung membungkuk dan cara
mengalami keluhan gangguan pada otot atau mengangkat dengan posisi beban diletakkan pada
musculoskeletal, yang pada penelitian salah satu bagian tubuh (bahu). Posisi tersebut
sebelumnya Sutaja (2007) dalam Ulfah (2014), kemungkinan menjadi salah satu penyebab
menyebutkan bahwa terjadi gangguan adanya keluhan musculoskeletal. Hal ini
muskuloskeletal akibat dari sikap yang tidak didukung oleh penelitian Tiyas (2013), yang
alami dalam bekerja, nyeri pada bagian pinggang menyebutkan bahwa ada hubungan yang
(low back pain) yaitu sindroma klinik yang signifikan antara sikap angkat dengan keluhan
ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan nyeri pinggang yang merupakan bagian dari
lain yang tidak enak di daerah tulang punggung musculoskeletal. Pekerjaan fisik secara manual
bagian bawah (Basuki, 2009), lecet pada kulit, dapat menimbulkan intensitas kerja fisik yang
terjatuh, tergelincir hingga tertimpa muatan. tinggi. Pekerja melakukan aktivitas angkat dan
angkut secara manual, intensitas pembebanan
secara fisik tinggi dibandingkan pembebanan
secara mental (Wulandari, 2016).

2.2. Pemilihan Kayu


Pemilihan kayu yaitu mengklasifikasikan
kayu berdasarkan spesies, ukuran dan Berdasarkan hasil wawancara yang
penggunaannya (Yanri, 2011). Proses pemilihan dilakukan kepada tenaga kerja, banyak pekerja
kayu digolongkan menjadi 2 ukuran keterbalan memiliki keluhan dan perasaan lelah setelah
kayu yaitu ukuran ½ inch (3 suku) dan kayu 1 bekerja seperti terasa pegal pada bagian bahu,
inch, kayu yang dimuat didominasi oleh kayu punggung, sakit kepala, mengantuk, pegal pada
yang berbentuk lembaran papan dengan jenis bagian kaki, kram otot dan penurunan konsentrasi
kayu meranti merah yang biasa digunakan untuk akibat dari kelelahan tersebut. Sebab-sebab
tegakan dinding cor dan dinding sebuah rumah. kelelahan umumnya adalah motoni (pekerjaan
Pada saat melakukan pemilihan kayu tersebut yang sifatnya monoton), intensitas dan lamanya
terdapat beberapa potensi bahaya yang terjadi kerja fisik, keadaan lingkungan sekitar, sebab-
terdapat pada faktor fisik dan ergonomi. Dari sebab mental seperti tanggung jawab,
kedua faktor ini, dapat terjadi kecelakaan yang kekhawatiran, dan konflik serta penyakit-
dapat merusak bagian dari tubuh pekerja penyakit. Pengaruh-pengaruh ini seperti
terutama bagian fisik dari pekerja itu sendiri. berkumpul di dalam tubuh dan menimbulkan
Melakukan pemilihan kayu merupakan kegiatan perasaan lelah yang dapat yang di dapat
yang harus teliti terhadap ukurannya karena menyebabkan seseorang berhenti bekerja
perbedaan ukuran dari kedua jenis kayu tersebut (beraktivitas)
tidak terlalu jauh berbeda.
Berdasarkan hasil observasi, saat 2.3. Penyusunan Kayu
mengangkat dan menurunkan kayu dari dalam Penyusunan kayu disusun berdasarkan
dek atau palka kapal pekerja melakukan dengan ukuran jenis dan ketebalan kayu yang kondisinya
1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2. Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal UR Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 4
sudah kering atau basah untuk diolah ketahap (2003) di jalan Benteng Semarang, bahwa ada
selanjutnya. Proses penyusunan kayu tersebut 32% buruh angkut yang mengalami nyeri
dilakukan pada saat yang tepat yakni pada waktu pinggang karena mengangkut 100 kali dalam satu
siang hari setelah proses pemilihan kayu hari kerja.
dilakukan secara bersamaan dengan proses Secara teori bahwa frekuensi angkat yang
bongkar muat, penyusunan kayu tersebut harus dilakukan oleh buruh angkut telah melebihi
berdasarkan tata letak agar kayu tersebut mudah batasan psikofisik yang ditentukan, yaitu untuk
terpilah oleh konsumen, sehingga untuk beban diatas 50 kg hanya dapat dilakukan satu
penyusunan kayu tersebut pekerja harus kali dalam 15 menit, tetapi dalam kenyataannya
mengenakan alat pelindung diri agar terhindar yang dilakukan pekerja angkut kayu dilapangan
dari ancaman atau sumber hazard. kegiatan melampaui batasan yaitu kurang lebih 25 kali
penyusunan kayu dilakukan oleh beberapa dalam 15 menit pada satu orang pekerja yang
anggota pekerja, pada saat melakukan proses diamati. Pembebanan otot jika dipertahankan
tersebut terlihat tidak menggunaan alat pelindung dalam waktu yang cukup lama akan
diri (APD) yang lengkap seperti yang terdapat menghasilkan sensasi nyeri pada otot, tulang,
pekerja tidak mengenakan pakaian (baju) yang tendon, dan lain-lain yang diakibatkan dari
baik pada saat melakukan penyusunan kayu, pekerjaan yang bersifat berulang-ulang.
penggunaan pakaian yang sesuai dapat Kelelahan kerja akibat aktivitas mengangkat dan
melindungi para pekerja seperti terlindung dari mengangkut secara berulang akan meningkatkan
teriknya panas matahari yang dapat menimbulkan risiko nyeri pada tulang belakang para pekerja.
iritasi pada kulit.
2.4. Pengeringan Kayu
Industri penggergajian Berkah Shalawat ini
biasa menggunakan metode pengeringan secara
alami, metode pengeringan kayu secara alami
seperti pendapat Aytekin et al. (2009) dalam
Solikhin (2013), metode pengeringan yang umum
digunakan, yaitu pengeringan secara alami (air
drying), metode pengeringan ini berada di ruang
terbuka dengan naungan atap, dibawah sinar
matahari, permukaan datar, kering, bersih dari
sampah atau limbah kayu dan tidak ditumbuhi
rerumputan atau vegetasi lainnya. Pengeringan
ini dinilai sangat efektif untuk mengeringkan
kayu-kayu tersebut jika dilihat dari sisi ekonomis
dikarenakan lebih mudah dan murah. Pada proses
pengeringan kayu di industri Berkah Shalawat ini
hampir tidak ada ditemukan sumber bahayanya,
karena proses pengeringan ini dilakukan hanya
Menurut ILO (2013), pekerja diwajibkan
mengandalkan sinar matahari dengan menyusun
untuk menggunakan pakaian atau seragam
kayu-kayu tersebut sesuai dengan ukurannya
tertentu dan memastikan mereka menggunakan
dalam beberapa tumpukan yang tidak banyak.
pakaian yang nyaman dan cocok. Bentuk pakaian
Kayu-kayu tersebut dibiarkan hingga kering yang
harus sesuai dengan pekerjaan dan sopan. Pada
dimana sesekali para pekerja melihat atau
saat melakukan penyusunan kayu dengan kondisi
memperhatikan kayu dan memastikan kayu
iklim yang kering, panas dan angin
tersebut sudah kering dan siap diolah kembali.
mengakibatkan para pekerja terkontaminasi oleh
debu-debu dari kayu pada saat melakukan 2.5. Pembelahan Kayu
Pada tahapan pembelahan kayu, proses
penyusunan. Debu yang terhirup dalam jumlah
pembelahan dilakukan berdasarkan jenis dan
banyak akan mengakibatkan pekerja mengalami
ukuran untuk masing-masing pengguna yang satu
gangguan pernapasan yang serius, karena
dengan lainnya berbeda. Proses dalam
penumpukan benda asing di dalam paru-paru
penggergajian kayu adalah urutan proses secara
manusia sangat berpengaruh terhadap kesehatan
umum, dimana kayu bulat diolah menjadi kayu
manusia. Dalam penelitian Lidia B.R Tarigan
1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
2. Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal UR Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 5
gergajian. Pada industri penggergajian kayu tulang belakang. Sistem musculoskeletal
Berkah Shawalat ini melibatkan proses utama, melibatkan struktur yang mendukung anggota
yaitu kegiatan membelah. Selain proses badan, leher dan punggung (Samiadi, 2017).
pembelahan, peralatan utama dipergunakan
disuatu industri penggergajian yaitu gergaji 2.6. Pengetaman Kayu
bundar (circular saw). Proses pembelahan kayu Darmawan (1977) dalam Sucipto (2009),
ini dilakukan oleh 2 orang pekerja untuk mengatakan bahwa proses pengetaman adalah
mempermudah pengerjaan, pekerja berhubungan proses membersihkan permukan kayu dari serat-
langsung dengan mesin tanpa menggunakan alat serat kasar dan meratakan permukaan kayu
pelindung diri (APD), proses pembelahan yang sehingga seluruh permukaanya sama tinggi.
dilakukan menggunakan proses secara manual Mesin pengetam yang digunakan yaitu, mesin
karena hanya menggunakan anggota tubuh untuk ketam tangan listrik atau mesin serut sangat
mendorong dan menyambut atau mengambil membantu dalam proses pengerjaan kayu. Mesin
kayu tersebut. Alat pelindung diri (APD) yang ketam tangan listrik ini digerakan dengan motor
digunakan pada saat pembelahan sangat listrik, oleh sebab itu bekerja dengan mesin
sederhana, hanya menggunakan pakaian ketam ini mutlak dibutuhkan aliran listrik.
seadanya, alas kaki berupa sendal dan Proses pengetaman yang dilakukan di
penggunaan topi berbahan kain, dimana alat industri penggergajian Berkah Shalawat ini hanya
pelindung diri (APD) yang digunakan oleh para dikerjakan oleh 1 orang, pengerjaan ini masih
pekerja ini masih dikatakan kurang memiliki hambatan, karena alat yang digunakan
memperhatikan keselamatan yang dapat hanya satu buah sehingga dibutuhkan waktu yang
mengakibatkan kecelakaan kerja, padahal pada relatif lama untuk pengetaman kayu. Kegiatan
kegiatan pembelahan indikasi terjadinya pengetaman kayu ini memiliki potensi bahaya
kerusakan pada paru-paru dan mata akibat yang tinggi karena minimnya penggunaan alat
partikel debu sangat jelas. pelindung diri (APD) yang seharusnya
dipergunakan pada saat melakukan kegiatan
pengetaman, yaitu penggunaan pakaian kerja,
kondisi rambut yang rapi, penggunaan sepatu,
sarung tangan, penutup telinga, masker hidung,
kondisi lingkungan tempat bekerja harus selalu
rapi dan bersih, dan pastikan bahwa tidak sedang
mengantuk (Wijanarko, 2013).

Perlakuan pada saat pembelahan kayu


tidak hanya mengakibatkan kerusakan pada
penglihatan maupun pernapasan, tetapi posisi
kerja yang salah mengakibatkan cidera yang
menyebabkan sensasi nyeri otot bahu, tulang Debu kayu dapat dihasilkan melalui proses
belakang, pinggang dan kaki dimana indikasi ini mekanik seperti penggergajian, pengampelasan
mendekati penyakit gangguan musculoskeletal, (penghalusan), dan penyerutan. Debu kayu di
yaitu suatu kondisi yang mengganggu fungsi udara dapat terhirup ke dalam saluran pernapasan
sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta dan mengendap diberbagai tempat dalam organ

1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal UR Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 6
pernapasan tergantung dari diameter dan bentuk kuku tangan dan kaki terlepas serta menimbulkan
partikel (Triatmo. 2006). Proses pengetaman ini faktor kelelahan yang dapat terjadi pada pekerja,
menghasil debu yang cukup banyak sehingga cidera-cidera tersebut terjadi akibat kurangnya
limbah dari serbuk gergajian ini mengganggu pengalaman pekerja dalam kegiatan membongkar
aktivitas pekerja. Kondisi area dengan limbah maupun memuat kayu.
yang menumpuk tersebut membuat area Postur kerja pada pekerja penggergajian
disekitarnya menjadi lembab. Kondisi lembab ini kayu bagian angkut kayu sebagian besar
dapat menimbulkan serangan binatang berbisa, berpotensi mengalami kecelakaan tinggi. Hal ini
jamur dan bakteri, apabila terus menerus disebabkan selain pengangkutan dilakukan secara
dibiarkan dengan waktu yang cukup lama dapat manual, seringkali posisi awal ketika mengangkat
mengakibatkan limbah tersebut mengeluarkan kurang baik, antara lain posisi kaki tidak lurus
aroma tidak sedap dan menimbulkan penyakit ketika menerima beban, mengangkat beban yang
bagi pekerja akibat dari jamur dan bakteri yang terletak dibawah atau ditanah sehingga posisi
berkembang biak. tubuh membungkuk, serta mengangkat beban
yang berat dalam intensitas yang cukup tinggi.
2.7. Muat Kayu (loading) ke Alat
Transportasi
Kegiatan muat kayu gergajian adalah
kegiatan mengelompokkan sortimen kayu
gergajian berdasarkan kesamaan jenis kayu,
ukuran kayu, dan mutu kayu gergajian. Muat
kayu gergajian bertujuan untuk memudahkan
proses pengangkutan hingga sampai kepada
konsumen. Kegiatan muat kayu ini dilakukan
oleh 2 orang pekerja di atas kendaraan dan
sebagian pekerja lainnya mengangkat kayu
kedalam kendaraan tersebut. Setelah pemuatan
selesai dilaksanakan biasanya pekerja berada
diatas bagian kepala kendaraan dimana para
pekerja ini bertugas untuk menjaga tumpukan
kayu agar selalu termonitor hingga sampai
ketempat pembongkaran, walaupun sudah
terbiasa melakukan tindakan tersebut dapat
dikatakan tidak sesuai dengan aturan
keselamatan. Untuk mengurangi tingkat risiko postur
Berdasarkan ILO (2002) dalam Syakir tubuh maka dapat menggunakan alat bantu. Pada
(2011), disebutkan bahwa selain kabin, pekerja saat menyusun kayu di dalam mobil, kondisi
dilarang keras naik kendaraan dibagian lain tubuh pekerja tidak sama tinggi, sehingga
kendaraan pengangkut kayu. Kondisi tidak aman beberapa pekerja harus mengeluarkan tenaga
ditempat ini seringkali terjadi dari faktor pekerja lebih besar untuk memasukkan kayu tersebut
yang ceroboh atau yang tidak menggunakan alat kedalam mobil. Kejadian ini membuat para
pelindung diri (APD). Menurut Sidiq (2014), pekerja mengalami kelelahan akibat dari postur
bahwa penggunaan alat pelindung diri (APD) tubuh yang tidak sama dan posisi yang kurang
yang kurang tepat saat bekerja tanpa tepat pada saat mengangkat kayu terutama pada
mengindahkan metode kerja yang benar atau bagian kaki, pundak dan punggung yang dimana
postur tubuh yang kurang tepat saat mengangkat pekerja harus menjinjitkan kaki mereka agar
barang, tanpa konsentrasi, dan bekerja tanpa kayu tersebut tersusun dengan rapi, selain itu
koordinasi dengan anggota lainnya menyebabkan beberapa pekerja harus naik keatas sisi mobil
kecelakaan kerja yang biasa terjadi adalah tangan tersebut untuk mengecek apakah kayu-kayu
terjepit kayu atau tertimpa kayu pada saat tersebut sudah rapi dan aman. Hasil studi yang
membongkar dan memuat kayu dari kendaraan dilakukan oleh Tarwaka (2015) menunjukan
maupun dari tumpukannya sehingga bahwa bagian otot rangka yang meliputi otot
menyebabkan tangan dan kaki terkilir, bahkan leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung,

1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal UR Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 7
pinggang, dan otot bagian bawah merupakan Jurnal Saintek Perikanan Vol 13 No. 1 :
bagian-bagian yang sering dikeluhkan oleh para 31-37.
pekerja diberbagai industri.
Mulyono, R.K. 2015. Implementasi
KESIMPULAN DAN SARAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pada Praktik Membubut di Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian pada tahapan- Menengah Kejuruan Negeri 1 Sedayu
tahapan kerja yang mengandung sumber bahaya Bantul Yogyakarta. Skripsi. Fakultas
(hazard) yaitu dominan menimbulkan kecelakaan Teknik Universitas Negeri Yogyakarta:
secara berurut terdapat pada tahapan kerja Yogyakarta.
bongkar muat, pembelahan kayu, dan muat kayu
(loading) ke alat transportasi. Dari ketiga tahapan Muryaningsih, I. 2006. Pelaksanaan Bongkar
kerja, jenis sumber bahaya yang ditimbulkan dari Muat Barang oleh PT. Dharma Lautan
faktor fisik, biologi, kimia, psikologis dan Nusantara di Pelabuhan Tanjung Emas
ergonomi. Dapat disimpulkan berdasarkan tiap- Semarang Tinjauan Aspek Yuridis.
tiap tahapan kerja yaitu: Skripsi. Fakultas Sosial Jurusan Hukum
dan Kewarganegaraan. UNS: Semarang.

Perdana, R. W., dan Muliatna,. M. I. 2014.


Pengaruh Alat Pelindung Diri (Apd)
Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Di Bengkel M.Mischan Kalijudan
Surakarta. Jurnal Teknik Mesin, Vol. 03,
No. 02.

Samiadi, L. A. 2017. Gangguan


Muskuloskeletal. Hello Health Group.
www.hellosehat.com/gangguan.muskulosk
eletal.htm. Diakses tanggal 3 April 2018.

Sidiq, M. 2014. Implementasi Kebijakan dan


Keselamatan Kerja Pada Industri Mebel
Skala Mikro dan Kecil di Kabupaten
Saran pada penelitian ini adalah perlu Jepara. Tesis Program Ilmu Pengolahan
memperhatikan desain area kerja, produksi Hutan Program Pasca Sarjana. IPB: Bogor.
limbah kayu gergajian dan cara atau metode
untuk mengatur atau mengelola dan Solikhin, A. 2013. Karakteristik Pengeringan
mengorganisir tata letak (layout) yang lebih baik Kayu Di Industri Mebel Kabupaten
secara berkelanjutan di industri penggergajian Jepara Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas
kayu Berkat Shalawat. Kehutanan. IPB: Bogor.

Sucipto, T. 2009. Pengerjaan Kayu dan Sifat


DAFTAR PUSTAKA
Permesinan Kayu. Jurnal Universitas
Basuki, N. 2009. Fisioterapi Pada Kasus Sumatera Utara.
Respirasi. Surakarta: Politeknik
Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi. Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung : Alfa Beta.
ILO. 2003. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Syakir, A.M. 2011. Analisis Kompetensi
di Tempat Kerja. Jakarta: ILO 2013. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bagi Pekerja Kehutanan Bidang
Lestari, D. A. 2017. Identifikasi Keselamatan Pemanenan Kayu Di KPH Bogor Perum
Kerja Kegiatan Bongkar Muat Kapal Perhutani Unit III Jawa Barat Dan
Purse Seine Di Muncar Banyuwangi.

1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal UR Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 8
Banten. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB Muskuloskeletal Disorders Pada Pekrja
: Bogor. Laundry. Jurnal Kesehatan Mayarakat
Nasional Vol. 8 No. 7.
Tarigan, B. R. L. 2003. Hubungan Beban Kerja Wulandari, K., Widjasena. B., dan Ekawati.
Dengan Nyeri Pinggang Pada Buruh 2006. Hubungan Beban Kerja Fisik
Angkut di Jalan Benteng Semarang. Manual dan Iklim Kerja Terhadap
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Kelelahan Pekerja Konstruksi Bagian
Universitas Diponegoro: Semarang. Project Renovasi Workshop Mekanik.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 4 No.3.
Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri Dasar-
Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan Wijanarko. B. 2013. Teknik Konstruksi Kapal
Aplikasi Di Tempat Kerja. Surakarta: Kayu. Kementrian Pendidikan Dan
Harapan Press Surakarta. Kebudayaan Direktorat Jendral
Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga
Triatmo, W. 2006. Paparan Debu Kayu Dan Kependidikan : Jakarta.
Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja
Meubel (Studi PT. Alis Jaya Yanri, Z., Yunus, M., dan Ernawaty, A.W.. 2011.
Ciptatama). Semarang: Universitas Kode Praktis ILO Keselamatan dan
Diponegoro. Kesehatan Kerja di Kehutanan
(Terjemahan Elias). International Labour
Ulfah, N., Harwanti, S., dan Nurcahyo, P.J . Office : Geneve.
2014. Sikap Kerja dan Risiko

1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jurnal UR Vol. 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 9

Anda mungkin juga menyukai