Anda di halaman 1dari 8

FORMAT ANALISIS JURNAL

1. Judul Artikel : Terapi Murottal Efektif Menurunkan Tingkat Nyeri Dibanding Terapi

Musik Pada Pasien Pascabedah

2. Kata Kunci : Terapi murottal, terapi musik, tingkat nyeri, pasca bedah, kestabilan

tanda-tanda vital

3. Penulis : Eldessa Vava Rilla, Helwiyah Ropi, Aat Sriati


4. Telaah Step 1 (Fokus penelitian)
Problems Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada pasien setelah

mengalami pembedahan terutama jenis operasi besar seperti

laparatomi. Pasien umumnya mengalami nyeri 2–24 jam pertama

pascabedah, yaitu ketika pengaruh anastesi sudah hilang, dan pasien

sudah keluar dari ruang pemulihan (Apfelbaum, Chen, Mehta, &

Gan, 2003 & McGrath, 2004).

Tanda-tanda vital merupakan indikator status kesehatan yang

menandakan efektivitas sirkulasi, respirasi, fungsi saraf dan endokrin.

Pengukuran tanda-tanda vital memberikan data dasar untuk

mengetahui respon terhadap stress fisiologi dan psikologi,

rangsangan nyeri, respon terhadap terapi serta perubahan fisiologis

(Pacagnella et al., 2013).

Analisis:

Yang melatar belakangi peneliti melakukan penelitian tersebut

adalah karena nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada

pasien setelah mengalami pembedahan terutama jenis operasi besar


seperti laparatomi. Pasien umumnya mengalami nyeri 2–24 jam

pertama pascabedah, yaitu ketika pengaruh anastesi sudah hilang, dan

pasien sudah keluar dari ruang pemulihan.

Pada orang yang tidak mampu mengontrol nyeri akan mempengaruhi

tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, dan

juga pendarahan sehingga memperlambat proses penyembuhan.

Pengukuran tanda-tanda vital memberikan data dasar untuk

mengetahui respon terhadap stress fisiologi dan psikologi,

rangsangan nyeri, respon terhadap terapi serta perubahan fisiologis.

Pada kondisi ini, pasien sangat membutuhkan manajemen nyeri.

Terdapat dua pendekatan manajemen nyeri pascabedah yaitu secara

farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis mencakup

pemberian obat-obatan seperti analgetik. Cara non-farmakologis,

seperti distraksi dapat digunakan untuk melengkapi. Ada berbagai

macam teknik distraksi, diantaranya distraksi visual, audiotori, dan

intelektual.

Pada penelitian ini ada 2 terapi yaitu terapi musik atau terapi murottal

yang merupakan metode distraksi audiotori. Terapi musik dan terapi

murottal berguna untuk proses penyembuhan karena dapat

menurunkan nyeri dan membuat relaksasi terhadap nyeri yang

dirasakan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terapi musik

dapat mengurangi intensitas nyeri pada pasien pascabedah menurut

Liu, Chang, dan Chen (2010) menyebutkan terapi musik menurunkan


tingkat nyeri, tekanan darah sistolik, nadi dan berpengaruh juga pada

kecemasan.

Mengenai terapi murottal atau pembacaan ayat Al-Qur’an beberapa

studi menyebutkan efek yang sama dengan terapi musik. Pada

penelitian tiga pria dan dua perempuan, Robb (2000) menemukan

bahwa mereka mendapatkan ketenangan sebanyak 65% ketika

mendengarkan murottal meski tidak memahami Bahasa Arab dan

tidak diberi tahu bahwa yang diperdengarkan adalah ayat Al Quran.

Responden hanya mendapatkan ketenangan sebanyak 35% ketika

mendengarkan alunan bahasa Arab yang bukan dari Al Quran. Izzat

dan Arif (2011) mengatakan bahwa terapi murottal dapat

menurunkan tekanan darah.

Intervention Dalam penelitian ini intervensi yang dilakukan adalah terapi murottal
dan terapi musik. Ayat Al-Qur’an yang sering dilatunkan sebagai
terapi murottal adalah surat Al-Faatihah, Al Ikhlas, Al Falaq, An
Naas, ayat Qursy, surat Yaasin ayat ke 58 dan Al An’am ayat 1-3,
dan 13. Semua surat itu mengaktifkan energi Ilahiyah dalam diri
pasien yang dapat mengusir penyakit dan rasa sakit yang diderita.
Comparison Dalam penelitian ini dilakukan 2 intervensi yaitu terapi musik dan
Intervention terapi murottal untuk membandingkan mana yang lebih efektif
terhadap menurunkan nyeri dan menstabilkan tanda-tanda vital pasien
pasca bedah
Outcome Terdapat perbedaan penurunan nyeri antara terapi murottal dan terapi

musik (p= 0,000). Terapi murottal lebih baik dalam menurunkan

tingkat nyeri dibandingkan dengan terapi musik. Berdasarkan hasil


perhitungan, didapat nilai p= 0,287. Dengan demikian, tidak terdapat

perbedaan penurunan tekanan darah untuk kedua terapi, baik terapi

musik dan terapi murottal. Hasil pengujian menunjukkan t hitung

sebesar 0,697 dan nilai p=0,494 artinya tidak terdapat perbedaan

rerata nadi setelah terapi murottal dan terapi musik. Tidak terdapat

perbedaan penurunan pernapasan antara terapi murottal dan terapi

musik (p= 0,150). Demikian pula pada suhu, tidak terdapat perbedaan

penurunan suhu tubuh antara terapi murottal dan terapi musik (p=

0,168).

Analisis:

Hasil penelitian sudah sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengetahui

perbandingan efektivitas terapi musik dan terapi murottal terhadap

penurunan tingkat nyeri dan kestabilan tanda-tanda vital pada pasien

pascabedah. Hasilnya menunjukkan signifikan dimana terdapat

pengaruh terapi murottal dan terapi musik terhadap penurunan tingkat

nyeri pasien pascabedah. Beda halnya dengan kestabilan tanda-tanda

vital pasien pascabedah nilai p > 0,05 berarti tidak ada pengaruh yang

signifikan terhadap kestabilan tanda-tanda vital pasien pascabedah

dengan menggunakan terapi murottal dan terapi musik.


5. Telaah Step 2 (Validitas)
Recruitment Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan pendekatan

pretest-posttest control group ini melibatkan 36 responden yang

dipilih secara kuota di sebuah rumah sakit di Kabupaten Garut, Jawa

Barat. Kriteria inklusi mencakup pasien pascabedah dengan keluhan

utama nyeri, belum mendapat obat analgetik, tingkat kesadaran

penuh, dan tanda-tanda vitalnya mengalami ketidakstabilan. Kriteria

eksklusi yakni memiliki gangguan pendengaran, dan mengalami

nyeri sangat hebat. Responden dibagi menjadi 16 orang untuk

kelompok terapi musik dan 20 responden untuk terapi murottal.

Analisis:

Desain penelitian yang digunakan sudah sesuai karena untuk menilai

perbandingan efektivitas terapi murottal dengan terapi musik

terhadap penurunan tingkat nyeri dan kestabilan tanda-tanda vital

pasien pasca bedah dengan membuat dua kelompok berbeda yaitu

kelompok terapi musik dan kelompok terapi murottal. Jumlah

responden yaitu 36 orang yang dipilih secara kuota kemudian dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu 16 orang untuk kelompok terapi musik dan

20 responden untuk terapi murottal.

Maintenance Penelitian ini melibatkan 36 responden yang dipilih secara kuota di

sebuah rumah sakit di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kriteria inklusi

mencakup pasien pascabedah dengan keluhan utama nyeri, belum

mendapat obat analgetik, tingkat kesadaran penuh, dan tanda-tanda


vitalnya mengalami ketidakstabilan. Kriteria eksklusi yakni memiliki

gangguan pendengaran, dan mengalami nyeri sangat hebat.

Responden dibagi menjadi 16 orang untuk kelompok terapi musik

dan 20 responden untuk terapi murottal.

Analisis:

Dalam penelitian ini responden dibagi menjadi 2 kelompok sesuai

dengan kriteri inklusi dan eksklusi. Pasien non-muslim dimasukkan

dalam kelompok terapi musik. Masing-masing kelompok sebelum

dan sesudah pemberian terapi tingkat nyerinya dinilai menggunakan

Numerical rating scales (NRS) 0-10 dan tekanan darah, jumlah nadi

per menit, frekuensi pernapasan per menit dan suhu tubuh diukur.

Measurement 1. Pengukuran variabel: menggunakan pengukuran variabel dengan

cara analisa univariat dan bivariat

2. Instrumen : instrumen penelitian untuk mengukur perbandingan

efektivitas terapi musik dan terapi murottal terhadap penurunan

tingkat nyeri dan kestabilan tanda-tanda vital pasien pascabedah

Analisis:

Dalam penelitian ini dalam menganalisa data peneliti menggunakan

analisa univariat dan analisa bivariat dimana analisa univariat

dilakukan tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk melihat

tampilan distribusi frekuensi variabel independen dan variabel

dependen. Sedangkan analisa bivariat dilakukan untuk melihat

pengaruh atau hubungan dari tiap-tiap variabel independen dan


dependen, dalam penelitian ini menggunakan uji statistic Uji t dan Uji

Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan p < 0,05.

Pengukuran tingkat nyeri yaitu dengan menggunakan Numerical

rating scales (NRS) 0-10 dan tekanan darah, jumlah nadi per menit,

frekuensi pernapasan per menit dan suhu tubuh diukur

6. Telaah Step 3 (Aplikabilitas)

Intervensi ini sangat efektif untuk diterapkan kepada pasien pasca bedah yang memiliki

keluhan nyeri dan terjadi ketidakstabilan tanda-tanda vital. Dalam penelitian ini terapi

murottal lebih efektif dibanding dengan terapi musik karena terapi murottal atau

mendengarkan bacaan Al Quran lebih bermanfaat dibanding mendengarkan suara lain seperti

musik. Suara Al Quran meredakan stress dan meningkatkan ketahanan terhadap stress,

meningkatkan relaksasi, ketenangan dan kenyamanan, membantu mengatasi insomnia,

meningkatkan imunitas, dan meningkatkan kecerdasan spiritual. Terapi murottal membantu

individu untuk mengembangkan koping mengatasi nyeri. Koping diperlukan sebagai

antisipasi terhadap kecemasan dan stres akibat kondisi nyeri. Lantunan ayat Al-Quran

mengandung aspek spiritualitas yang membuat individu mengingat Tuhan sehingga

menimbulkan rasa cinta atau keimanan. Kecintaan kepada Tuhan ini dapat membangkitkan

semangat dalam mengembangkan koping yang positif untuk menghadapi nyeri.

Kelebihan:

- Metode penelitian dan tekhnik sampling jelas

- Terdapat kriteria inklusi dan eksklusi

- Memiliki halaman, sumber publikasi jelas, serta penulis dan email juga jelas
- Termasuk jurnal yang baik mempunyai abstrak, pendahuluan, metode, hasil dan

pembahasan, kesimpulan serta daftar pustaka

Kekurangan

- Tidak dijelaskan standar operasional prosedur dari kedua terapi

- Tidak dijelaskan mengenai waktu dalam penelitian yaitu berapa lama diberikan terapi dan

berapa durasi pemberian terapi tersebut

Anda mungkin juga menyukai