OLEH :
NI MADE AYU ARMIYANTI
2014901198
2. Batasan Lansia
WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
b. Usia tua (old) :75-90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu :
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan.
3. Ciri–Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang
baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya
maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia
yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah.
4. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan).
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk
tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional.
Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada
kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh
lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan
terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan
orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat
berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa
proses ini lebih banyak ditemukan pada factor genetik.
B. Tinjauan Kasus
1. Pengertian
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Disebut juga
penyakit sendi degeneratif, merupakan ganguan sendi yang tersering.
Kelainan ini sering menjadi bagian dari proses penuaan dan merupakan
penyebab penting cacat fisik pada orang berusia di atas 65 tahun (Amanda,
2015). Sendi yang paling sering terserang oleh osteoarthritis adalah sendi-
sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra
lumbal dan sevikal, dan sendi-sendi pada jari (Price dan Wilson, 2013).
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan
ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya
pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Osteoarthritis adalah
bentuk arthritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit
melampaui separuh jumlah pasien arthritis.
Gambar 1 : Lokasi sendi yang sering terserang osteoarthritis (sendi lutut,
panggul, vertebra lumbal dan sevikal, dan sendi-sendi pada jari kaki dan tangan)
2. Etiologi
Faktor resiko pada osteoarthritis, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Peningkatan usia, OA biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai
penderita OA yang berusia di bawah 40 tahun. Di Indonesia, prevalensi
OA mencapai 5% pada usia < 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan
65% pada usia > 61 tahun.
b. Obesitas, membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan
tulang berkerja lebih berat, diduga memberi andil terjadinya AO (Helmi,
2012). Serta obesitas menimbulkan stres mekanis abnormal, sehingga
meningkatkan frekuensi penyakit.
c. Jenis kelamin wanita (Helmi, 2012). Perkembangan OA sendi-sendi
interfalang distal tangan (nodus Heberden) lebih dominan pada
perempuan. Nodus Heberdens 10 kali lebih sering ditemukan pada
perempuan dibandingkan laki-laki (Price dan Wilson, 2013). Kadar
estrogen yang tinggi juga dilaporkan berkaitan dengan peningkatan
resiko. Hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang dan
prevalensi OA pada perempuan menunjukan bahwa hormon memainkan
peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini (Price
dan Wilson, 2013). Wanita yang telah lanjut usia atau di atas 45 tahun
telah mengalami menopause sehingga terjadi penurunan estrogen.
Estrogen berpengaruh pada osteoblas dan sel endotel. Apabila terjadi
penurunan estrogen maka TGF-β yang dihasilkan osteoblas dan nitric
oxide (NO) yang dihasilkan sel endotel akan menurun juga sehingga
menyebabkan diferensiasi dan maturasi osteoklas meningkat. Estrogen
juga berpengaruh pada bone marrow stroma cell dan sel mononuklear
yang dapat menghasilkan HIL-1, TNF-α, IL-6 dan M-CSF sehingga
dapat terjadi OA karena mediator inflamasi ini. Tidak hanya itu,
estrogen juga berpengaruh pada absorbsi kalsium dan reabsorbsi
kalsium di ginjal sehingga terjadi hipokalasemia. Kedaan hipokalasemia
ini menyebabkan mekanisme umpan balik sehingga meningkatkan
hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid ini juga dapat
meningkatkan resobsi tulang sehingga dapat mengakibatkan OA.
d. Trauma, riwayat deformitas sendi yang diakibatkan oleh trauma dapat
menimbulkan stres mekanis abnormal sehingga menigkatkan frekuensi
penyakit.
e. Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap OA, terutama
pada kasus yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen
spesifik yang bertanggung jawab untuk ini belum terindentifikasi
meskipun pada sebagian kasus diperkirakan terdapat keterkaitan dengan
kromosom 2 dan 11 (Robbins, 2007). Beberapa kasus orang lahir
dengan kelainan sendi tulang akan lebih besar kemungkinan mengalami
OA (Amanda,2015)
3. Patofisiologi
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan
diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang
rawan, yang menjadikan tulang rawan sendi kehilangan sifat
kompresibilitasnya yang unik (Price dan Wilson, 2013). Penyakit sendi
degenaratif merupakan suatu penyakit kronik dan progresif lambat, yang
seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai denga pertumbuhan tulang baru pada
bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut
diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi
yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan
seperti panggul, lutut dan kolumnavertebralis.
Osteoarthritis pada ebberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau
diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sndi
tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang diakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi, infeksi sendi, deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan metabolisme
sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas dan adanya hipertropi atau
nodulus.
4. Klasifikasi
Osteoarthritis dapat diklasifikasikan berdasarkan letak dan patogenesisnya
yaitu :
a. Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi OA primer dan OA
sekunder. Osteoartritis primer disebut juga sebagai osteoarthritis
idiopatik dimana penyebabnya tidak diketahui. Namun demikian OA
primer ini sering dihubungkan dengan proses penuaan atau degenerasi.
Osteoarthritis sekunder terjadi disebabkan oleh suatu penyakit ataupun
kondisi tertentu, contohnya adalah karena trauma, kelainan kongenital
dan pertumbuhan, kelainan tulang dan sendi, dan sebagainya.
b. Berdasarkan letaknya osteoarthritis paling sering menyerang sendi yang
teletak pada tangan, lutut, panggul, dan vertebra. Osteoarthritis pada
tangan diduga memiliki karakteristik hereditas dimana bisa diturunkan
dari keluarga. Wanita lebih beresiko mengalami OA pada tangan
dibandingkan laki-laki. Pada kebanyakan wanita terjadi setelah
menopause. Sendi lutut merupakan sendi yang paling sering mengalami
osteoarthritis. Gejala dari osteoarthritis pada lutut ini adalah kekakuan
sendi, bengkak, dan nyeri yang dapat menyebabkan kesulitan berjalan.
dan melakukan aktifitas lain. Osteoarthritis pada lutut dapat
menyebabkan disabilitas. Osteoarthritis pada sendi panggul juga
merupakan kasus tersering setelah osteoarthritis pada lutut. Gejala yang
dirasakan juga hampir sama dengan osteoarthritis pada lutut, namun
bedanya pada kasus ini gejala akan terasa pada bagian panggul.
Osteoarthritis pada vertebra dapat memunculkan kekakuan dan nyeri
pada bagian leher maupun bagian punggung bawah. Pada beberapa
kasus perubahan struktur tulang yang disebabkan oleh penyakit ini dapat
menyebabkan terjadinya penekanan saraf yang terletak di columna
vertebralis.
5. Manifestasi Klinis
OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA
dapat mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut. Adapun
manifestasi kliis dari osteoarthritis yaitu :
a. Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan
pada sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat
osteofit, distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau
ligamen. Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang
lebih parah hanya dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat
perasaan sakit, hal ini bisa berkurang dengan istirahat.
b. Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi
hari ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
c. Krepitasi : sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang
sendi rawan.
d. Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan
sebagai nodus Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal
Interphalangeal (DIP)) atau nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan
sendi Proximal Phalangeal (PIP)). Pembengkakan pada tulang dapat
menyebabkan penurunan kemampuan pergerakan sendi yang progresif.
e. Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-
lahan mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau
lutut (Amanda, 2015).
6. Pemeriksaa Penunjang/Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien osteoarthritis adalah :
a. Foto Rontgen/X-Ray, mennjukkan :
1) Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi
2) Endapan tulang mirip kista dalam rongga serta tepi sendi
3) Sklerosis rongga subkondrium
4) Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi
5) Pertumbuhan tulang di daerah yang menyangga beban tubuh
6) Fusi atau penyatuan sendi
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
1) Antroskopi, memperlihatkan bone spurs dan penyempitan rongga
sendi (Dodde, 2014)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan osteoarthritis
dapat diberikan dengan terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.
Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,
meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan
sendi, serta memperlambat progresi osteoartritis.
a. Terapi non farmakologis
1) Terapi dengan pemberian kompres hangat dengan jahe
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hannan dkk, 2019 bahwa
kompres hangat dapat digunakan sebagai alat terapi nyeri sendi
untuk menghilangkan rasa sakit yang dialami oleh pasien
osteoarthritis, yang mana rasa hangat bisa merelaksasikan dan
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh sehingga dapat
mengurangi ketegangan dan menimbulkan rasa nyaman. Penerapan
kompres hangat dapat dikolaborasikan degan beberapa tanaman
herbal salah satunya yaitu jahe. Kompres jahe merupakan tindakan
memberikan rasa hangat pada daerah tertentu menggunakan cairan
rebusan jahe yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid yang
mampu mengurangi peradangan nyeri sendi. Manfaat dari kompres
jahe yaitu mengurangi nyeri karena jahe yang sifatnya hangat, sifat
yang hangat mampu meningkatkan aliran darah untuk mendapatkan
efek analgesik dan relaksasi otot sehingga proses infalmasi
berkurang (Prihandhani, 2016).
2) Teknik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri sendi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ulinnuha, 2017 didapatkan
bahwa dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam efektif
dalam menurunkan tingkat nyeri pada lansia yang mana dengan
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam selain dapat menurunkan
tingkat nyeri yang dirasakan, klien juga dapat merilekskan otot-otot
yang tegang sehingga mengakibatkan klien merasa nyaman.
3) Terapi konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada
pasien mengenai pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk
obesitas harus mengurangi berat badan, jika memungkinkan tetap
berolahraga (pilihan olah raga yang ringan seperti berjalan-jalan
ataupun dapat melakukan senam lansia). Menurut American
Geriatics Society dalam Ambardini, 2012 bahwa edukasi pasien
menjadi komponen penting untuk rehabilitasi secara efektif.
Program konseling dapat mengurangi nyeri dan disabilitas yang
terkait dengan osteoarthritis. Pemberian edukasi (KIE) pada pasien
sangat penting karena dengan edukasi diharapkan pengetahuan
pasien menegani penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk
mencegah kerusakan organ sendi lebih lanjut. Pemberian edukasi
ini dapat dilakukan dengan memberikan brosur, penyuluhan kepada
lansia dan keluarga tentang osteoarthritis dan teknik untuk
mengurangi nyeri sehingga dapat memperbaiki fungsi dan
meningkatkan derajat kesehatan secara umum. Menurut Lee dalam
Ambardini, 2012 edukasi yang dapat dilakukan adalah dengan
menjalin hubungan yang baik dengan pasien melalui telepon,
penyuluhan kelompok dan program penyuluhan individual.
b. Terapi Farmakologi
1) Analgesik / anti-inflammatory agents. COX-2 memiliki efek anti
inflamasi spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari obat anti
inflamasi harus selalu dievaluasi agar tidak menyebabkan toksisitas.
Contoh: Ibuprofen, untuk efek antiinflamasi dibutuhkan dosis 1200-
2400mg sehari. Naproksen : dosis untuk terapi penyakit sendi
adalah 2x250375mg sehari. Bila perlu diberikan 2x500mg sehari.
2) Glucocorticoids Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat
menghilangkan efusi sendi akibat inflamasi. Contoh: Injeksi
triamsinolon asetonid 40mg/ml suspensi hexacetonide 10 mg atau
40 mg.
3) Asam hialuronat
4) Kondroitin sulfat
5) Pembedahan
a) Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan
menyebabkan rata infeksi yang rendah (dibawah 0,1%).
b) Khondroplasti, menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini
digunakan untuk mengurangi gejala osteofit pada kerusakan
meniskus.
c) Autologous chondrocyte transplatation (ACT)
d) Autologous osteochondral transplantation (OCT) (Amanda,
2015)
C. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
a. Nyeri akut
1) Data Subjektif
a) Klien mengeluh nyeri
2) Data Objektif
a) Klien tampak meringis
b) Pasien tampak gelisah
c) Frekuensi nadi meningkat
d) Pasien kesulitan untuk tidur
e) Bersikap menghindari nyeri
b. Gangguan Mobilitas Fisik
1) Data Subjektif
a) Pasien mengeluh sulit untuk menggerakkan ekstremitasnya
b) Mengeluh nyeri saat bergerak
2) Data Objektif
a) Pergerakan pasien tampak terbatas
b) Kekuatan otot klien menurun
c) Rentang gerak (ROM) menurun
d) Keadaan fisik klien lemah
c. Resiko Jatuh
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan terhambat dalam bergerak
2) Data Objektif
a) Klien tampak mengalami penurunan aktivitas gerak
b) Klien terlihat kesulitan dalam berjalan
d. Gangguan Citra Tubuh
1) Data Subjektif
a) Klien mengungkapkan perasaan negative tentang perubahan
tubuhnya
b) Klien mengatakan khawatir pada penolakan/reaksi orang lain
c) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
2) Data Objektif
a) Fungsi/struktur tubuh klien tampak berubah
b) Kehilangan bagian tubuh
c) Klien tampak menyembunyikan bagian tubuhnya.
d) Hubungan klien terhadap sosial berubah.
e. Defisit Pengetahuan
1) Data Subjektif
a) Klien menanyakan masalah yang dihadapi
2) Data objektif
a) Klien tampak mnunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
b) Klien terlihat menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah
c) Klien tampak menjalani pemeriksaan yang tidak sesuai dengan
penyakitnya
f. Deficit Perawatan Diri
1) Data Subjektif
a) Klien menolak untuk melakukan perawatan diri
b) Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas seperti
mandi, makan, dan berpakain secara mandiri
2) Data Objektif
a) Klien terlihat tidak mampu untuk mandi, mengenakan pakaian,
makan, ke toilet secara mandiri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.
b. Gagguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi.
c. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan ekstremitas
bawah.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh (deformitas sendi).
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
f. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.
3. Perencanaan
a. Prioritas Masalah
Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan klien
mengeluh nyeri, klien tampak meringis dan gelisah.
b. Rencana Asuhan Keperawatan
Kolaborasi :
7. Analgesik dapat mengurangi rasa
7. Kolaborasi dalam pemberian obat yang sakit yang menghambat gerakan.
sesuai.
4. Ajarkan pasien teknik keseimbangan tubuh 4. Latihan fisik secara teratur dapat
(latihan fisik) secara bertahap. mengurangi kekakuan otot
sehingga lansia terhindar dari
resiko jatuh.
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
selama 3 kali kunjungan diharapkan 1. Kaji secara verbal dan nonverbal respon 1. Untuk mengetahui respon klien
gangguan citra tubuh dapat teratasi klien terhadap tubuhnya mengenai apa yang dirasakan klien
dengan kriteria hasil: 2. Monitor tingkat harga diri pasien dari waktu saat ini.
1. Mampu beradaptasi dengan ke waktu dengan tepat. 2. Memantau kondisi pasien.
keterbatasan fungsional.
2. Puas dengan penampilan tubuh. Nursing intervention :
3. Mampu menyesuaikan dengan 3. Bantu pasien untuk mengenali tindakan 3. Untuk meningkatkan percayadiri
perubahan fungsi tubuh. yang akan meningkatkan penampilannya. pasien.
4. Anjurkan kontak mata dalam berkomunikasi 4. Agar pasien lebih percaya diri.
dengan orang lain.
5. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang
akan meningkatkan hargadiri pasien 5. Agar pasien bisa melakukan aktifitas.
Edukasi :
6. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, 6. Dengan pemeberian penjelasan secara
kemajuan dan prognosis penyakit. jelas kepada klien akan menambah
pemahaman klien dan mengurangi
kekhawatiran klien terhadap
penyakitnya.
5. Evaluasi
a. Diagnosa 1 : Nyeri akut
7.
Peningkatan Usia Obesitas Jenis Kelamin (wanita) Faktor Genetik
Trauma
Pecahnya kondrosit
Hannan, M., Suprayitno, E., & Yuliyana, H. (2019). Pengaruh Terapi Kompres
Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Osteoarthritis Pada Lansia Di
Posyandu Lansia Puskesmas pandian Sumenep. Wiraraja medika, 9(1), 1-
10. Diakses tanggal 03 November 2020, dari
https://ejournalwiraraja.com/index.php/FIK/article/view/689
Herdman Heather, Kamitsuru Shigemi.2017. Nanda-I Diagnosis dan Klasifikasi
2018-2020.Alih Bahasa Oleh Prof.Dr.Budi Anna Keliat dkk. Jakarta. EGC
Kholifah, Siti Nur. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Gerontik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
OLEH :
2014901198
NIM : 2014901198
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 72 tahun
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Cerai Mati
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat rumah : Banjar Pande Kota
Genogram
: Perempuan
: Klien/pasien
: Menikah
: Anak kandung
Penjelasan : Ny. N memiliki tiga orang anak laki-laki, suaminya sudah lama
meninggal. Anak pertama Ny. N memiliki dua orang anak laki-
laki. Anak kedua Ny. N memiliki tiga orang anak, dua
perempuan dan satu laki-laki. Anak ketiga Ny. N tidak
menikah. Anak pertama dan anak kedua Ny. N sudah
meninggal karena sakit. Saat ini Ny. N tinggal bersama anak
ketiga dan ketiga cucunya. Saat ini yang merawat Ny. N adalah
ketiga cucu Ny. N bersama anak Ny. N.
5. Aktivitas sehari-hari
Aktivitas (ADL) 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi ditempat tidur
Mobilisasi berpindah
Berias
ROM
Keterangan :
0 : mandiri
1 : Membutuhkan alat bantu
2 : Membutuhkan pengawasan orang
3 : membutuhkan bantuan orang lain
4 : Ketergantungan total
6. Rekreasi
Klien mengatakan saat ini sudah tidak pernah melakukan
rekreasi, hanya saja ketika ada piodalan dirumah maka anak
cucunya akan datang dan mengrob berasama.
7. Indeks KATZ
Indek Keterangan
Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan
A
pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
B Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
C Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang
lain.
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan
satu fungsi yang lain.
G Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain – Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasi sebagai C, D, E, F dan G
b. Psikologis
1. Mental (SPMSQ/MMSE)
Penilaian SPMSQ :
Kesalahan 8 - 10 fungsi intelektual berat
Kesalahan 5 – 7 fungsi intelektual sedang
Kesalahan 3 - 4 fungsi intelektual ringan
Kesalahan 0 - 2 fungsi intelektual utuh
Penilaian skor klien 8 = fungsi intelektual berat
2. Depresi (Beek/Yesavage)
Penilaian dengan menggunakan skala Depresi Beck
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih O
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pasimis atau kecil hati tentang masa depan O
C.Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagi seseorang (orang tua,
suami, Istri)
2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal O
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas O
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu yang
baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah O
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri O
sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri O
sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minta pada orang lain O
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik O
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanet dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada O
sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya O
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya O
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya O
Penilaian:
0-4 = Derpresi tidak ada atau minimal
5-7= Depresi ringan
8-15= Depresi sedang
>15 =depresi berat
3. Keadaan emosi
Pada saat pengkajian klien dan cucunya tampak kooperatif.
Klien mengatakan jarang marah saat dirumah dan emosi klien
tampak terkontrol.
4. Konsep diri
Identitas diri :
Klien mampu menyebutkan identitas dirinya, klien
mengatakan namanya Ny. N berjenis kelamin perempuan,
beragama hindu dan mengataka bahwa suaminya sudah
meninggal.
Gambaran diri :
Klien memiliki kulit sawo matang, rambut klien sudah
beruban dan tipis.
Ideal diri :
Klien memiliki sifat ramah dan sangat memperhatikan
lawa bicaranya ketika berbicara.
Peran diri :
Ny. N mengataka telah melakukan peran sebagai orang tua
yaitu sebagai Ibu yang memiliki 3 orang anak. Klien juga
megatakan saat ii perannya juga sebagai mertua dan nenek
bagi cucu-cucunya.
Harga diri :
Klien mengatakan merasa puas karena masih bisa secara
mandiri melakukan aktivitas sehari-hari dan dapat diterima
dilingkungan keluarga maupun masyarakat.
5. APGAR Gerontik
APGAR Gerontik
No Fungsi Uraian Skore
.
Keterangan :
Skor 2 jika selalu
Skor 1 jika kadang-kadang
Skor 0 jika hampir tidak pernah
c. Sosial
1. Dukungan Keluarga
Klien mengatakan respon keluarga baik, yang mana keluarga
selalu ada untuk membantu dan mendukung klien ketika klien
sakit.
2. Hubungan dengan Gerontik
Hubungan klien dengan gerontik terjali baik.
3. Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan hubungan klien dengan tetangganya terjalin
baik dan biasa untuk saling bertegur sapa.
d. Spiritual
1. Pelaksanaan ibadah
Klien mengatakan sembahyang 1 kali sehari dan melakukan
persembahyangan apabila ada piodalan di pura.
2. Keyakinan tentang kesehatan
Ketika klien sakit, klien mengatakan diantar oleh cucunya
untuk berobat ke pelayanan kesehatan.
e. Pemeriksaan Fisik
Tinjauan Sistem
1. Keadaan umun : Baik
2. GCS : E : 4 V : 5 M : 6
3. Tingkat kesedaran : Compos mentis
4. Suhu : 36,2oC Nadi : 94 x/menit
Tekanan Darah : 110/80mmHg RR : 22x/menit
Tinggi Badan : 158cm Berat BB : 55 Kg
5. Kepala (rambut)
Kulit kepala klien bersih, rambut klien tampak beruban, tidak
ada luka, tidak ada lesi dan tidak benjolan.
6. Mata, telinga, hidung dan mulut
Mata : bentuk simetris, konjungtiva normal merah muda, sklera
berwarna putih, pupil isokor dan tidak ada nyeri tekan.
Telinga : Bentuk simetris, tidak ada yeri tekan dan pendengara
masih baik.
Mulut : Gigi sudah tidak lengkap, tetapi tidak terganggu dalam
mengkonsumsi makanan dan mukosa bibir lembab.
7. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tidak ada
peningkatan vena jugularis.
8. Dada dan punggung
Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak
terdapat otot bantu pernfasan.
Punggung : Bentuk punggung simetris dan tidak ada nyeri
tekan.
9. Abdomen
Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian perut, bising usus ormal
(10-20x/menit), tidak terdapat asites, tidak ada pembesaran
ukuran organ hati, ginjal dan empedu.
10. Ekstrimitas atas dan bawah
Atas ; Gerak terkoordinasi, tidak ada edema, tidak ada sianosis,
tidak ada luka, turgor kulit elastis. Klien mengatakan jari-jari
tangannya terkadang terasa kaku pada pagi hari. Tidak ada
nyeri, tidak ada benjolan dan tidak ada deformitas.
Bawah : Tidak ada edema. Pada saat pengkajian klien tampak
memegang lutut kirinya. Klien tampak meringis. Tampak
panjang kaki kiri dengan kaki kanan tidak sama akibat fraktur
yang pernah klien alami. Klien mengatakan lutut sebelah kiri
nyeri.
Kekuatan otot klien :
555 555
555 444
11. Kulit
Kebersihan kulit baik, warna kulit sawo matang, klien tidak ada
alergi pada kulit, tidak ada penyakit kulit dan tidak ada lesi.
12. Genitalia
Tidak terkaji, Ny. menolak saat akan dilakukan pengkajian
diarea genetalia.
f. Keadaan Lingkungan
Lingkungan klien tampak bersih, tempat tidur bersih. Terdapat
pijakan tangga di luar kamar klien. Lantai di rumah klien tidak licin,
pencahayaan baik dan terdapat pegangan di sekitar pijakan tangga
di rumah klien.
B. ANALISA DATA
Data Objektif :
- Klien tampak bingung
- Tampak klien tidak mencuci
tangan setelah datang dari luar
rumah.
1. Mampu mengontrol
2. Observasi ketidaknyamanan non
nyeri (tahu penyebab 2. Untuk mengetahui
verbal.
nyeri, mampu tingkat kenyamanan
menggunakan teknik non klien
farmakologi untuk
mengurangi nyeri, 3. Monitor tanda-tanda vital pasien 3. Mengetahui KU pasien
mencari bantuan).
2. Melaporan bahwa nyeri
berkurang dengan 4. Tehnik relaksasi dapat
menggunkan 4. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam mengatasi nyeri, karena
managemen nyeri. mampu merangsang
3. Mampu mengenali nyeri peningkatan hormone
(skala, intensitas, endorphin kemudian
frekwensi dan tanda merangsang substansi
nyeri). sejenis morfin yang
4. Menyatakan rasa disuplai oleh tubuh,
nyaman setelah nyeri pada saat neuron
berkurang. perifer mengirimkan
sinyal ke sinap, terjadi
sinapis antara neuron
perifer dan neuron yang
menuju otak tempat
substansi
mengahantarkan
impuls. Sehingga
endorphin memblokir
transmisi ke impuls
nyeri di medulla
spinalis sehingga
sensasi nyeri menjadi
berkurang.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan edukasi pada klien dan 1. Dengan memberikan
keperawatan selama 3 kali keluarga mengenai pengertian, cara informasi tentang
kunjungan diharapkan penularan dan cara pencegahan covid- pengertian, cara
defisit pengetahuan dapat 19 penularan dan cara
teratasi dengan kriteria hasil: pencegahan covid-19
1. Klien dan keluarga maka klien dapat
menyatakan mengetahui tentang
pemahaman tentang covid-19, cara
COVID-19, cara penularannya serta
pencegahan, cara bagaimana
penularan covid-19 penanganannya untuk
2. Klien dan keluarga mencegah terjadinya
mampu melaksanakan penularan covid-19
prosedur yang 2. Berikan edukasi tentang cara mencuci 2. Dengan pemberian
dijelaskan secara benar. tangan 6 langkah serta penggunaan edukasi pada klien
3. Klien keluarga mampu masker yang benar. tentang penggunaan
menjelaskan kembali masker dan cara
apa yang dijelaskan mencuci tangan dengan
perawat/tim kesehatan 6 langkah dapat
lainnya. memberikan informasi
pada klien dan keluarga
mengenai pentingnya
menggunakan masker
dan cara cuci tangan
yang benar sebagai
salah satu cara
pencegahan covid-19.
E. IMPLEMENTASI
2 Kamis, Dx. 1 1. Memonitor vital sign (TD, RR, S, N) O : - Hasil pemeriksaan tanda
-tanda vital : N= 95 x/mnt,
12 November
RR= 20 x/mnt. S= 36,60C,
2020
TD= 120/80 mmHg
Pukul 16.00 Wita
3 Jumat, 13 Dx. 1 1. Memonitor vital sign (TD, RR, S, N) O : - Hasil pemeriksaan tanda
November 2020 -tanda vital : N= 96 x/mnt,
RR= 22 x/mnt. S= 36,50C,
Pukul 16. 00 wita
TD= 120/80 mmHg
F. EVALUASI
Jumat, 13 Nyeri Akut berhubungan dengan proses degeneratif S : - Klien mengatakan sudah mampu
(osteoarthritis) ditandai dengan klien mengatakan sering dalam mengontrol nyerinya
Novemeber 2020 mengalami nyeri di bagian lutut sejak ± 8 6 bulan yang lalu, dengan teknik relaksasi yang telah
Pukul : 17.00 wita denga hasil pengkajian PQRST didapat P : Nyeri dirasakan saat diajarkan
merubah posisi dari duduk menjadi berdiri. Q : Nyeri seperti - Klien mengatakan nyerinya
ditusuk-tusuk R : Nyeri di lutut sebelah kiri S : Skala nyeri 4 berkurang setelah diajarkan
(nyeri sedang) dari 0-10 skala nyeri yang diberikan. T : Nyeri relaksasi dan juga diberikan
dirasakan sewaktu – waktu ±10 menit saat merubah posisi kompres hangat dengan jahe oleh
atau digunakan untuk berjalan da klien mengatakan jari-jari cucunya.
tangan terasa kaku pada pagi hari. Klien tampak memegang - Klien dan keluarga mengatakan
lutut kirinya. paham mengenai penjelasan yang
telah diberikan.
- Keluarga klien mengatakan saat
kemarin diberikan penjelasan
mengenai kompres hangat dengan
jahe dapat meringankan nyeri
lutut yag dirasakan klien, keluarga
sudah melakukan anjuran yang
diberikan dan akan melanjutkan
pemeberian kompres untuk
membantu meringankan nyeri
yang dialami oleh klien.
Jumat, 13 Defisit pengetahuan tentang covid-19 berhubungan dengan S : - Klien dan keluarga mengatakan
November 2020 kurang terpapar informasi mengenai virus covid-19 ditandai sudah memahami tentang
Pukul 17.00 wita dengan klien mengatakan tidak mengerti dengan keadaan penjelasan yang diberikan
pandemi saat ini, klien mengatakan tidak mengetahui apa itu mengenai covid-19
virus covid-19 dan bagaimana penularannya, apa yang boleh
- Klien dan keluarga mampu
dan tidak boleh dilakukan serta klien tidak mengetahui cara
menjelaskan kembali mengenai
penggunaan masker yang benar seperti apa. Klien tampak
penjelasan yang telah diberikan.
bingung dan klien tampak tidak mencuci tangan setelah datang
dari luar rumah.
O : - Klien dan keluarga tampak aktif
berdiskusi dan kooperatif selama
diberikan penjelasan.