Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. DENGAN GANGGUAN


ASMA

1. Disusun Oleh :

FAJAR DWI NUGROHO


1902086
IIIC

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN
2021
A. Pengertian
Sesak nafas dan mengi menjadi suatu pertanda seseorang mengalami asma.
Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan tertentu, sehingga
apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan
aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya
proses radang. Dari proses radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi
(Almazini, 2012). Sedangkan menurut Wahid dan Suprapto (2013) Asma adalah suatu
penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas pada
rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini bersifat
sementara. Dari beberapa pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan asma
merupakan suatu penyakit saluran pernafasan yang mengalami penyempitan karena
hipereaktivitas oleh faktor risiko tertentu. Penyempitan ini bersifat sementara serta
menimbulkan gejala sesak nafas dan mengi.

B. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
a) Asma ekstrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus,
binatang dan debu.
b) Asma instrinsik / idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-
faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi sering
memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun setelah
menderita infeksi sinus.
c) Asma campuran
Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.

C. Tanda dan gejala


Gejala utama asma meliputi sulit bernapas (terkadang bisa membuat penderita
megap-megap), batuk-batuk, dada yang terasa sesak, dan mengi (suara yang
dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit). Apabila
gejala ini kumat, sering kali penderita asma menjadi sulit tidur
Selain sulit bernapas, sesak dada, dan mengi yang memburuk secara
signifikan, tanda-tanda lain serangan asma parah dapat meliputi:
1. Inhaler pereda yang tidak ampuh lagi dalam mengatasi gejala.
2. Gejala batuk, mengi dan sesak di dada semakin parah dan sering.
3. Sulit bicara, makan, atau tidur akibat sulit bernapas.
4. Bibir dan jari-jari yang terlihat biru.
5. Denyut jantung yang meningkat.
6. Merasa pusing, lelah, atau mengantuk.
7. Adanya penurunan arus puncak ekspirasi.

D. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang
menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau
penghisap bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan
kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli
menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme
yang pasti dari perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah
keterlibatan sistem imunologis dan sisitem otonom. Beberapa individu dengan asma
mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang
dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang
terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan
prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar
jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran mukosa dan
pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh
impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik,
ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan,
dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat.
Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga
merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan
asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak
dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi bronkokonstriksi,
bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adregenik yang dirangsang. Keseimbangan
antara reseptor α- dan β- adregenik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin
monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP,
mngarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast
bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta adrenergik mengakibatkan peningkatan
tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyababkan
bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan βadrenergik terjadi
pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap peningkatan
pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya dan Putri, 2014).
(Padila, 2015)
E. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
1. Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan cosinofit total
5. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7. Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan
bronkus dan adanya sumbatan
8. Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi

F. Pelaksanaan medis
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Farmakologi, obat anti asma :
1. Bronchodilator
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
2. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont)
3. Kortikosteroid
Predrison, hidrokortison, orodexon.
4. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.

G. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas (nama, umur, tanggal lahir, kelamin dsb)
2. Riwayat Pkerjaan dan status ekonomi
3. Lingkungan tempat tinggal
4. Riwayat kesehatan
5. Pola fungsional
6. Pemeriksaan fisik
7. Pengkajian khusus

H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien asma menurut (Nurarif dan
Kusuma, 2015) adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
dan deformitas dinding dada.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan volume
sekuncup jantung
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(hipoksia) kelemahan
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot penguyah
7. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita
I. Intervensi

N Diagnosa NOC NIC


O
1 Ketidakefektifan bersihan setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan Airway Management :
jalan napas berhubungan mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif. 1. Posisikan pasien untuk
dengan penumpukan Domain 2 :kesehatan Fisiologis, Kelas E : jantung paru. memaksimalkan ventilasi,
sekret 0410 : 2. keluarkan sekret dengan
saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk batuk (teknik batuk
pertukaran udara berat (2) menjadi ringan (4) dengan efektif),
indikator :Kemampuan untuk mengeluarkan sekret, 3. monitor vital sign (RR),
frekuensi pernafasan, suara napas tambahan, 4. observasi suara tambahan,
5. latih napas dalam (teknik
relaksasi).
2 Ketidakefektifan pola setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan Monitor Pernapasan
napas berhubungan mempertahankan pola napas yang efektif. Domain 2 : 1) Monitor kecepatan, irama,
dengan keletihan otot kesehatan Fisiologis, Kelas E : jantung paru. kedalam dan kesulitan
pernafasan dan 0402: bernafas,
deformitas dinding dada. pertukarana karbondioksida dan oksigen di alveoli 2) Monitor saturasi oksigen,
untuk mempertahankan konsentrasi darah arteri berat 3) Palpasi kesimetrisan
(2) menjadi ringan (4) dengan indikator : Saturasi ekspansi paru,
oksigen, sianosis, gangguan kesadaran, keseimbangan 4) monitor pola napas
ventilasi dan perfusi
3 Gangguan pertukaran gas setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan Terapi oksigen :
berhubungan dengan mempertahankan pertukaran kepatenan pertukaran gas. 1) Pertahankan kepatenan
retensi karbon dioksida Domain 2 : kesehatan Fisiologis, Kelas E : jantung jalan napas,
paru. 2) Berikan oksigen seperti
4020 : yang diperintahkan,
pertukarana karbondioksida dan oksigen di alveoli 3) Monitor aliran oksigen,
untuk mempertahankan konsentrasi darah arteri berat 4) Batasi merokok
(2) menjadi ringan (4) dengan indikator : Saturasi
oksigen, Sianosis, Gangguan kesadaran, Keseimbangan
ventilasi dan perfusi.
4 Penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan Perawatan jantung :
berhubungan dengan mempertahankan curah jantung yang stabil dengan 1) Catat tanda dan gejala
kontakbilitas dan volume kriteria hasil : Domain 2 : kesehatan Fisiologis, Kelas E penurunan curah jantung,
sekuncup jantung : jantung paru, 2) Monitor EKG,
Denyut nadi apikal, Tekanan darah sistol dan distol, 3) Evaluasi perubahan
Ukuran jantung, Intoleransi aktivitas. tekanan darah,
4) Monitor sesak, kelelahan,
takipnea
5 Intoleransi aktivitas setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan Manajemen energi :
berhubungan dengan mempertahankan toleransi aktivitas yang adekuat 1) Monitor respirasi pasien
antara suplai dan dengan kriteria hasil:Domain 1 : fungsi kesehatan, selama kegiatan,
kebutuhan oksigen Kelas A : pemeliharaan energi, 2) Bantu pasien identifikasi
(hipoksia) kelemahan 0005 pilihan-pilihan aktivitas,

Saturasi oksigen ketika beraktivitas, Frekuensi nadi 3) Bantu pasien untuk

keyika beraktivitas, Frekuensi pernapasan ketika menjadwalkan periode

beraktivitas, Warna kulit, Tekanan darah sistolik dan istirahat,

diastolik ketika beraktivitas. 4) Monitor respon oksigen


pasien.
6 Ketidakseimbangan setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan Pemberian makan :
nutrisi kurang dari mempertahankan nutrisi yang adekuat dengan kriteria 1) Tanyakan pasien makanan
kebutuhan hasil:Domain 2 : kesehatan fisiologi, Kelas K : yang disukai,
tubuhberhubungan pencernaan & nutrisi, Asupan makanan, Asupan cairan, 2) Atur makanan sesuai
dengan laju metabolic, Energi, Rasio tinggi badan/berat badan. dengan kesenangan pasien,
dispnea saat makan, 3) Beri minum pada saat
kelemahan otot penguyah makan,
4) Catat asupan.
7 Ansietas berhubungan setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan 1) Pengurangan kecemasan :
dengan penyakit yang menurunkan tingkat kecemasannya dengan kriteria 2) Ciptakan atmosfer rasa
diderita hasil:Domain 3 : kesehatan psikososial, Kelas M : aman untuk meningkatakan
kesejahteraan psikologis, kepercayaan,
1211 3) Instruksikan klien untuk

Perasaan gelisah, Kesulitan berkonsentrasi, Meremas- menggunakan teknik

remas tangan, Wajah tegang. relaksasi,


4) Kaji untuk tanda verbal dan
non verbal kecemasan,
5) Dorong keluarga untuk
mendampingi klien.

J. Evaluasi
evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. evaluasi terus-menerus dilakukan pada respon klien terhadap
keperawatan yang telah dilaksanakan, digunakan komponen SOAP:
S : Data objektif, data yang didapatkan dari keluhan klien langsung
O : Data objektif, data yang didapatkan dari hasil observasi perawat secara langsung
A : Analisa, merupakan interprestasi dari subjektif dan objektif. Analisa merupakan
diagnose keperawatan yang masih terjadi atau dapat dituliskan masalah baru yang
terjadi akibat perubahan status kesehatan klien P : Planning, dari perencanaan
keperawatan yang akan dilakukan, dilanjutkan, dimodifikasi dari rencana tindakan
yang telah dilakukan sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Wijaya AS, Putri YM. 2014. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Mims, JW. (2015). Asthma: Definitions and Pathophysiology. International Forum of Allergy
and Rhinology, DOI: 10.1002/alr.21609.
Danokusumo, Halim. 2000 dalam Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.
Yogyarta: Nuha medika
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai