1. Disusun Oleh :
B. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
a) Asma ekstrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus,
binatang dan debu.
b) Asma instrinsik / idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-
faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi sering
memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun setelah
menderita infeksi sinus.
c) Asma campuran
Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.
D. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang
menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau
penghisap bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan
kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli
menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme
yang pasti dari perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah
keterlibatan sistem imunologis dan sisitem otonom. Beberapa individu dengan asma
mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang
dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang
terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan
prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar
jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran mukosa dan
pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh
impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik,
ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan,
dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat.
Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga
merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan
asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak
dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi bronkokonstriksi,
bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adregenik yang dirangsang. Keseimbangan
antara reseptor α- dan β- adregenik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin
monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP,
mngarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast
bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta adrenergik mengakibatkan peningkatan
tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyababkan
bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan βadrenergik terjadi
pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap peningkatan
pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya dan Putri, 2014).
(Padila, 2015)
E. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
1. Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan cosinofit total
5. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7. Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan
bronkus dan adanya sumbatan
8. Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi
F. Pelaksanaan medis
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Farmakologi, obat anti asma :
1. Bronchodilator
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
2. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont)
3. Kortikosteroid
Predrison, hidrokortison, orodexon.
4. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
G. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas (nama, umur, tanggal lahir, kelamin dsb)
2. Riwayat Pkerjaan dan status ekonomi
3. Lingkungan tempat tinggal
4. Riwayat kesehatan
5. Pola fungsional
6. Pemeriksaan fisik
7. Pengkajian khusus
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien asma menurut (Nurarif dan
Kusuma, 2015) adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
dan deformitas dinding dada.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan volume
sekuncup jantung
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(hipoksia) kelemahan
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot penguyah
7. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita
I. Intervensi
J. Evaluasi
evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. evaluasi terus-menerus dilakukan pada respon klien terhadap
keperawatan yang telah dilaksanakan, digunakan komponen SOAP:
S : Data objektif, data yang didapatkan dari keluhan klien langsung
O : Data objektif, data yang didapatkan dari hasil observasi perawat secara langsung
A : Analisa, merupakan interprestasi dari subjektif dan objektif. Analisa merupakan
diagnose keperawatan yang masih terjadi atau dapat dituliskan masalah baru yang
terjadi akibat perubahan status kesehatan klien P : Planning, dari perencanaan
keperawatan yang akan dilakukan, dilanjutkan, dimodifikasi dari rencana tindakan
yang telah dilakukan sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Wijaya AS, Putri YM. 2014. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Mims, JW. (2015). Asthma: Definitions and Pathophysiology. International Forum of Allergy
and Rhinology, DOI: 10.1002/alr.21609.
Danokusumo, Halim. 2000 dalam Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.
Yogyarta: Nuha medika
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction