Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah KMB

Disusun oleh :
IRMA ROHIMAH
NIM. 1611277011

STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS


KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan tentang “ Gastritis ” dengan lancar dan tepat waktu. Penyusunan
Laporan Pendahuluan ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas akhir
semester Mata kuliah KMB.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan
masukan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas
segala partisipasinya dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan
dan kekeliruan di dalam penulisan laporan pendahuluan ini, baik dari segi
tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima
segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga laporan pendahuluan
ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri
khususnya.

Ciamis, Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1. Pengertian
1. PENGERTIAN
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung. (Priyanto, 2008. Hal 69).
Dan Menurut Suratun (2010. Hal 59) gastritis adalah suatu peradangan
mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan
karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan
muntah.
Sedangkan menurut Broker (2009. Hal 571) gastritis adalah imflamasi
mukosa yang melapisi lambung dan gastritis dapat terjadi secara akut ataupun
kronis.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada
mukosa lambung yang dapat bersifat akut maupun kronis.
Klasifikasi Gastritis
Menurut Robbins (2009. Hal: 474) gastritis dibagi kedalam dua
klasifikasi yaitu :
a. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan proses inflamasi yang bersifat akut dan
biasanya terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaan ini paling sering
berkaitan dengan penggunaan obat obat anti inflamasi nonsteroid
(khususnya, aspirin) dalam waktu yang lama dan dosis tinggi, konsumsi
alkohol yang berlebihan, dan perokok berat. Stress berat (luka bakar dan
pembedahan), iskemia dan syokjuga menyebabkan gastritis akut, seperti
halnya kemoterapi, uremia, infeksi sistemik, tertelan zat asam atau alakali,
iradiasi lambung, trauma mekanik, dan gastrektomi distal.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis di artikan sebagai keadaan terdapatnya perubahan
inflamatorik yang kronis pada mukosa lambung sehingga akhirnya terjadi
atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Keadaan ini menjadi latar belakang
terjadinya dysplasia dan karsinoma.
2. ETIOLOGI
Menurut Suratun (2010. Hal: 60) ada beberapa penyebab yang dapat
mengakibatkan seseorang menderita gastritis antara lain yaitu :
a. Mengkonsumsi obat obatan kimia (asetaminofen (aspirin), steroid
kortikosteroid), digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid dapat
mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung, NSAIDS (nonsteroid anti
inflammation drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin
sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung
menjadi sangat asam sehingga menimbulkan iritasi mukosa lambung.
b. Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan gaster.
c. Terapi radiasi, refluk empedu, zat zat korosif (cuka, lada) menyebabkan
kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan.
d. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan
susunan saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCI lambung.
e. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella
dan lain lain.

3. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinis pada pasien dengan gastritis menurut Robbins (2009. Hal:
474) ialah sebagai berikut :
a. Gastritis akut : gambaran klinisnya gastritis akut berkisar dari keadaan
asimtomatik, nyeri abdomen yang ringan hingga nyeri abdomen akut
dengan hematemesis
b. Gastritis kronis : gastritis kronis biasanya asimtomatik, kendati gejala
nausea, vomitus atau keluhan tidak nyaman pada abdomen atas dapat
terjadi; kadang kadang, ditemukan anemia pernisiosa yang manifes. Hasil
laboratoriumnya meliputi hipoklorhidria lambung dan hipergastrinemia
serum. Resiko terjadinya kanker untuk jangka panjang adalah 2 (dua)
persen hingga 4 (empat) persen.

4. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak
mukosa lambung (gastritis erosive). Mukosa lambung berperan penting dalam
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa
lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa HCI akan merusak mukosa.
Pepsin merangsang pelepasan histamin dari sel mast.
Histamine akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke ekstra sel dan
menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada
lambung.
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi
akan menjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan
fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel
mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung
akan menurun atau menghilang sehingga cobalamin (Vitamin B12) tidak dapat
diserap di usus halus. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia.
Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratun, 2010. Hal: 61).

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menrurut Suratun (2010. Hal: 71) pemeriksaan diagnostik pada pasien
dengan gastritis meliputi :
a. Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
b. Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya
defesiensi B12.
c. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
d. Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI lambung.
Acholohidria menunjukkan adanya gastritis atropi.
e. Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel
pariental dan faktor instrinsik lambung terhadap helicobacter pylori.
f. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada
kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
g. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.

6. PENATALAKSANAAN
Menurut Manjoer (2000. Hal 493) penatalaksanaan medis pada pasien
Gastritis, baik gastritis akut maupun gastritis Kronis ialah sebagai berikut :
a. Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet
lambung, dengan porsi kecil dan sering. Obat obatan ditujukan untuk
mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H 2,
inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antacid. Juga ditujukan
sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglanding.
b. Gastritis kronis
Penatalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan sindrom
dispepsia, apa lagi jika test serologi negatif. Pertama-tama yang
dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada
gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa
antasid, antagonis H2/ inhibitor pompa proton dan obat obatan
prokinetik. Jika endoskopidapat dilakukan, dilakukan terapi eradikasi
kecuali jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil
serologi negatif.

7. KOMPLIKASI
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemasis
dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan
SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang
diperlihatkan hampir sama.
Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi
helicobacterpylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60%-90% pada
tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi
(Mansjoer, 2000, hal : 493).

8. PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian Gastritis
a. Data subyektif
Keluhan klien berupa nyeri uluhati, mual dan muntah, anorexia,
rasa penuh, pola makan salah, stres, konsumsi obat obatan, merokok,
alkohol, diit, sakit kepala, bersendawa, rasa terbakar setalah makan.
b. Data obyektif
Hasil pengkajian didapatkan nyeri tekan abdomen, dehidrasi,
muntah (frekuensi, bahan muntahan, darah).
c. Tanyakan pasien tentang tanda-tanda dan gejala-gejala yang
ditunjukkan; nyeri ulu hati, indigesti, mual, muntah; jika terdapat gejala;
apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau
minum terlalu banyak atau terlalu cepat.
d. Bagaimana gejala menghilang.
e. Selidiki apakah orang lain di lingkungan pasien mempunyai gejala-
gejala serupa; apakah sudah dimuntahkan darah atau telah menelan
suatu elemen penyebab.
f. Lakukan pengkajian fisik lengkap. Perhatikan nyeri tekan abdomen,
dehidrasi, dan bukti bukti kelainan sistemik yang mungkin bertanggung
jawab terhadap gejala-gejala.

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun Diagnosa Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 63) adalah
sebagai berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan (muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tindakan pembatasan intake nutrisi, puasa.

C. Intervensi Keperawatan
Intervesi Keperawatan menurut Suratun (2010. Hal: 64) adalah sebagai
berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan (muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas
normal, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler
kurang dari 3 detik.
Intervensi/Rasional
1) Catat karakteristik muntah dan drainase. Rasional : untuk
membedakan distress gaster.
2) Observasi tanda tanda vital setiap 2 jam. Rasional : perubahan
tekan darah dan nadi indicator dehidarasi.
3) Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgor kulit,
pengisian kapiler). Rasional : untuk mengidentifikasi terjadinya
dehidrasi.
4) Obsarvasi masukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan.
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
5) Pertahankan tirah baring. Rasional : untuk menurunkan kerja gaster
sehingga mencegah terjadinya muntah.
6) Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid. Rasional
: mencegah refluks dan aspirasi antasid.
7) Berikan cairan peroral 2 liter/hari. Rasional : menetralisir asam
lambung.
8) Jelaskan pada klien agar menghindari kafein. Rasional : kafein
merangsang produksi asam lambung.
9) Berikan cairan intravena sesuai pram terapi medik. Rasional : untuk
pergantian cairansesuai derajat hipovalemi dan kehilangan cairan
10) Pasang nasogastrik tube (NGT) pada klien yang mengalami
pendarahan akut. Rasional : untuk membersihkan lambung yang
berisi darah supaya terbentuk ammonia.
11) Pantau hasil pemeriksaan haemoglobin (HB). Rasional : untuk
mengidentifikasi adanya anemia.
12) Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit K, sesuai program medik.
Rasional : untuk mengatasi masalah gastritis dan hematamisis.
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil : klien rileks, klien dapat tidur, skala nyeri 0-2.
Intervensi/Rasional
1) Kaji dan cata keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya instensitas
skala nyeri (0-10). Rasional : untuk menetukan intervensi dan
mengetahui efek terapi.
2) Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : makanan sebagai
penetralisir asam lambung.\
3) Jelaskan agar klien menghindari makanan yang merangsang
lambung, seperti makanan pedas, asam dan mengandung gas.
Rasional : makanan yang merangsang dapat mengiritasi mukosa
lambung.
4) Atur posisi tidur senyaman mungkin. Rasional : posisi yang nyaman
dapat menurunkan nyeri.
5) Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi, seperti napas dalam,
mendengarkan music, menonton TV dan membaca. Rasional :
teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian klien sehingga dapat
menurunkan nyeri.
6) Berikan terapi analgetik dan antasid. Rasional : untuk
menghilangkan nyeri lambung.
c. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tundakan pembatasan intake nutrisi, puasa.
Tujuan : pemeuhan kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : makan habis 1 porsi, berat badan meningkat, hasil
Laboratorium : alnumin, Hb normal.
Intervensi/Rasional
1) Kaji status nutrisi dan pola makan klien. Rasional : sebagai dasar
untuk menetukan intervensi.
2) Puasakan pasien selama fase akut. Rasional : menurunkan
rangsangan lambung sehingga mencegah muntah.
3) Berikan nutrisi enteral atau parental, jika klien dipuasakan. Rasional
: Untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi.
4) Berikan minum peroral secara bertahap jika fase akut berkurang.
Rasional : untuk merangsang gaster secara bertahap.
5) Berikan makan peroral secara bertahap, mulai dari makanan saring.
Rasional : mencegah terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
6) Jelaskan agar klien menghindari minuman yang mengandung kafein.
Rasional : kafeindapat merangsang aktivitas gaster.
7) Timbang berat badan klien setiap hari dengan alat ukur yang sama.
Rasional : untuk mengetahui status nutrisi klien.
8) Berikan terapi multivitamindan antasid sesuai program medik.
Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan menghilangkan mual.

D. Impelementasi
Menurut Carpenito, (2009, hal 57). komponen implementasi dalam
proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan
untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Ketrempilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada
 Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.
 Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah
baru atau memantau status masalah yang telah ada
 Memberikan pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan
pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan
gangguan.
 Membantu klien membuat keptusan tentang layanan kesehatannya
sendiri .
 Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya
untuk mendapatkan pengarahan yang tepat.
 Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi,
atau menyelesaikan masalah kesehatan.
 Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
 Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali
pilihan yang tersedia.

E. Evaluasi
Menurut Asmadi (2008. Hal: 178) Evaluasi adalah tahap akhir dari
proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebalinya, kajian ulang (reassessment). Secara umum,
evaluasi ditunjukkan untuk :
 Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
 Menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum.
 Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatab belum
tercapai

Anda mungkin juga menyukai