Anda di halaman 1dari 16

H.

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSTIK


1. Anamnesis
Menanyakan pasien tentang keluhan yang diderita, durasi keluhan, faktor risiko seperti
pekerjaan, paparan sinar matahari dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Fisik
Melihat kedua mata pasien untuk morfologi pterygium, serta memeriksa visus pasien.
Diagnosa dapat didirikan tanpa pemeriksaan lanjut. Anamnesa positif terhadap faktor risiko
dan paparan serta pemeriksaan fisik yang menunjang anamneses cukup untuk membuat
suatu diagnosa pterygium.
3. Pemeriksaan Slit Lamp
Jika perlu, dokter akan melakukan Pemeriksaan Slit Lamp untuk memastikan bahwa lesi
adalah pterygium dan untuk menyingkirkannya dari diagnosa banding lain. Pemeriksaan slit
lamp dilakukan dengan menggunakan alat yang terdiri dari lensa pembesar dan lampu
sehingga pemeriksa dapat melihat bagian luar bola mata dengan magnifikasi dan pantulan
cahaya memungkinkan seluruh bagian luar untuk terlihat dengan jelas.

I. PENETALAKSANAAN

Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterygium
meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan. Pengobatan
pterygium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi
gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau pterygium yang telah
menutupi media penglihatan.
Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan
kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan bila perlu
dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam
bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor (prednisone asetat) maka perlu kontrol 2 minggu
dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.
Tindakan Operatif :
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan bila
pterygium telah mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh menutupi seluruh
permukaan kornea atau bola mata.
Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk mengangkat
pterygium yang membesar ini apabila mengganggu fungsi penglihatan atau secara tetap
meradang dan teriritasi. Paska operasi biasanya akan diberikan terapi lanjut seperti
penggunaan sinar radiasi B atau terapi lainnya.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:
1. Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan
2. Kemerahan
3. Iritasi
4. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea

Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi
kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus umumnya
menyebabkan diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum dilakukan
pembedahan. Pada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan
focal kornea mata akan tetapi sangat jarang terjadi.
Komplikasi post operasi pterygium meliputi:
1. Infeksi
2. Reaksi material jahitan
3. Diplopia
4. Conjungtival graft dehiscence
5. Corneal scarring
6. Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata perdarahan vitreous,
atau retinal detachment.

Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada pterygium
adalah terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian dari kasus ini dapat
memiliki tingkat kesulitan untuk mengatur.
K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.  Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, luka terasa panas dan menusuk selain itu juga
klien mengatakan kepala pusing dan nyeri semakin meningkat terutama saat klien
bergerak atau menoleh secara tiba-tiba.
2.      Riwayat Kesehatan Sekarang

 Keluarga klien mengatakan sejak 3 tahun yang lalu klien sering mengeluhkan pandangan


mata kabur dan tidak jelas, mata klien tampak keruh kemudian klien memeriksakanya
pada petugas kesehatan setempat dan dinyatakan klien menderita katarak. Semakin lama
pandangan mata klien semakin kabur dan tidak jelas dan semakin keruh. Kemudian oleh
keluarga diperiksakan ke dokter dan oleh dokter dianjurkan untuk operasi, kemudian oleh
keluarga dibawa kerumah sakit Mayjen H.A. Thalib Kerinci pada tanggal 10 Juni
2011, kemudian klien menjalani operasi pada tanggal 10 Juni 2011. Dan pada saat
melakukan pengkajian pada klien post operasi pada hari ke 1 yaitu pada tanggal 11 Juni
2011, didapatkan keluhan/data.
Paliatif     : Klien mengatakan nyeri pada luka operasi yaitu dibagian mata sebelah kanan,
nyeri terasa meenusuk, panas dan terus menerus nyeri semakin meningkat saat klien
bergerak secara tiba-tiba, duduk dan batuk.
Quality     : Klien mengatakan nyeri terasa menusuk, pedih dan panas, nyeri terasa
semakin sakit saat klien bergerak dan batuk terutama saat klien duduk selain itu klien
mengatakan mata terasa panas dan pedih serta ada sesuatu yang menganjal.
Region     : Klien mnegeluhkan nyeri terasa di luka operasi yaitu di mata sebelah kanan,
dan nyeri menjalar sampai ke kepala, telinga dan punggung.
Severity   : Kelurga klien mengatakan saat ini tidak dapat beraktivitas karena nyeri
terutama saat nyeri kambuh klien tidak mampu untuk bergerak dan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum dan BAK serta BAB klien dibantu oleh
keluarga, kondidi klien masih lemah dank lien dianjurkan untuk bedrest total.
Time         : Klien mengatakan nyeri muncul setiap saat terutama saat klien bergerak
dengan tiba-tiba dan batuk.
     Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan menderita Katarak sejak 3 tahun yang lalu, selain itu klien juga klien
sering menderita batuk dan pilek dan untuk mengobatinya klien membeli obat diwarung
dan periksa ke petugas kesehatan setempat. Klien mengatakan sebelumnya belum pernah
dirawat dan belum pernah menjalani operasi terutama dengan penyakit yang sama
(katarak). Klien juga mengatakan sebelumnya klien tidak pernah dan tidak ada riwayat
alergi terhadap makanan dan obat-obatan dan klien tidak menderita penyakit
degenerative seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung dll.

Riwayat Penyakit Keluarga


  

a.  Orang tua

Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami riwayat


penyakit yang sama yang diderita klien saat ini yaitu katarak dan keluarga klien juga
tidak ada yang mengalami penyakit menular seperti hepatitis dan alergi terhadap
makanan apapun. Tetapi menurut klien kakek klien dahulu juga pernah menderita
katarak tapi tidak dioperasi karena keterbatasan fasilitas pada saat itu. Dan tidak ada
juga yang mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, stroke dan
hipertensi
  Riwayat/Keadaan Psikososial
a.    Bahasa Yang Digunakan
Dalam kehidupan sehari-hari klien dan keluarga dalam berkomunikasi dan bergaul
terbiasa menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa daerah kerinci (Koto teluk).
b.   Persepsi Klien Tentang Penyakitnya
Klien menganggap bahwa sakit yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan dan klien
berharap cepat sembuh. Dan klien mengatakan bahwa dilingkungan keluarga selalu
menjaga kesehatan anggota keluarga dengan baik dan bila ada anggota keluarga yang
sakit selalu memeriksakan kesehatannya ke dokter dan petugas kesehatan terdekat.
Seperti saat ini klien katarak dan keluarga berusaha mengobati klien hingga klien bisa
dioperasi.
b.   Body Image
Klien mengatakan menerima kondisi sakitnya karena klien mengatakan, klien bahwa
klien menerima kondisi sakitnya dengan sabar dan keluarga menganggap ini adalah
ujian dan ia bersabar dalam menghadapi masalah ini.
c.    Ideal Diri
Klien berharap agar cepat sembuh dan segera pulang dan beraktivitas kembali sebagai
kepala keluarga yang harus mencari nafkah untuk keluarga dan istrinya.
d.   Harga Diri
Klien menganggap bahwa kondisi sakitnya saat ini adalah cobaan bagi klien dan klien
tidak merasa minder dengan kondisinya saat ini karena keluarga  klien selalu
mensuport klien, dan klien pasti dapat sembuh kembali dan sehat seperti sebelum sakit.
e.    Peran
Klien mengatakan bahwa ia adalah bahwa dia adalah seorang yang berusia 68 tahun
berperan sebagai suami dari seorang istri dengan dua orang anaknya dan 3 orang cucu
dari anak pertamanya.
f.    Identitas Diri
Klien mengatakan bahwa ia sebagai seorang suami yang bekerja sebagai petani yang
sehari-hari mencari nafkah dengan menanam sayuran, padi dan menjadi buruh disekitar
rumahnya.
3.  Keadaan Emosi

Status emosi klien stabil dibuktikan dengan saat dilakukan pengkajian ketika penulis
mengajukan pertanyaan klien sanganat kooperatif menjawab pertanyaan penulis tetapi
kata-kata klien kadang-kadang terhenti karena klien merasakan nyeri pada mata
kanannya.
a.       Perhatian Terhadap Orang Lain/Lawan Bicara
Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian dan selalu menjawab pertanyaan
penulis denga menjabarkannya/menjelaskan dank lien menceritakan tentang kondisi
sakitnya dengan menyampaikan keluhannya pada penulis kadang-kadang taanpa
diminta/ditanya, walaupun terkadang kata-kata klien terhenti karena klien merasakan
nyeri pada mata kanannya.
b.      Hubungan Dengan Keluarga
Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya hubungan keluarga klien terjalin baik dan
saling memperhatikan satu sama lainnya termasuk apabila ada anggota keluarga yang
sakit keluarga yang lain ikut mendukung untuk mendapatkan kesembuhan dengan berobat.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Keadaan umum klien lemah, tampak seperti menahan
sakit pada luka operasi dan klien tampak bedrest total
menghindari pergerakan secara tiba-tiba karena nyeri
pada luka operasi, klien bedrest total.
Kesadaran : GCS 15 (Respon buka mata 4, mata kanan klien tertutp
kasa steril, Respon motorik 5 dan Respon verbal 6),
Tingkat kesadaran Compos mentis.
Kepala :
     Rambut : Rambut klien pendek, warna hitam ditumbuhi uban,
pertumbuhan kurang merata ada sedikit kebotakan,
dikulit kepala tidak terdapat luka.
Mata : Mata kiri isokor, konjungtiva mata ananemis dan
sclera mata anikhterik sedangkan mata kanan terdapat
oedem palpebral, mata tampak merah terdapat jahitan
halus pada kornea jahitan sebanyak 5 simpul dan mata
kanan tertutup kasa steril.
c)     Telinga : Letak simetris, tidak ada serumen, dapat berfungsi
dengan baik dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
d)    Hidung : Simetris, tidak ada polip hidung, fungsi pernafasan
baik, tidak terjadi sesak nafas, tidak tampak tumpukan
sekret dan tidak terdapat masalah dalam pola nafas,
frekuensi pernafasan 20x/menit
e)     Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis. Jumlah gigi
kurang lengkap 30 buah, warna agak kuning, nafas
agak bau, lidah agak kotor, warna merah muda. 
f)      Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada
peningkatan Jugularis Vena Perifer dan teraba nadi
karotis 84 x/menit
Thorax : Bentuk simetris pergerakan dada kanan dan kiri
simetris, tidak lesi pada kulit dan tidak ada
pembengkakan dada.
a)   Paru-Paru/Pulmo
Inspeksi : Permukaan dada simetris, permukaan dada kiri/sinistra
sama dengan permukaan dada kanan/dextra, Pernafasan
normal frekuensi 20x/menit.
Palpasi : Fokal fremitus kiri/sinistra sama dengan kanan/dextra,
fokal resonan kiri/sinistra sama dengan kanan/dextra.
1. Keluhan utama
Biasanya penderita mengeluhkan adanya benda asing pada matanya, penglihatan kabur.
2. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien
dengan pterygium adalah penurunan ketajaman penglihatan. Sejak kapan dirasakan, sudah
berapa lama, gambaran gejala apa yang dialami, apa yang memperburuk atau
memperingan, apa yang dilakukan untuk menyembuhkan gejala.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya memicu resiko pterygium.
4. Riwayat penyakit keluarga
Ada atau tidak keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.
5. Data Bio – Psiko – Sosial – Spiritual
a. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi
yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur / tidak jelas.
c. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan mata menjadi merah sekali, pembengkakan
mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan kabur.
d. Rasa Aman
Yang harus dikaji adalah kecemasan pasien akan penyakitnya maumun tindakan operatif
yang akan dijalaninya.
e. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( pterigium ) kaji riwayat keluarga apakah
ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan
vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes,
serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

7. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data fokus pada mata : adanya jaringan yang tumbuh abnormal
pada mata biasanya tumbuh menuju ke kornea.

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi ditandai dengan tremor dan
tampak gelisah (D.0080)
2. Risiko Cedera berkaitan dengan pterygium dengan kondisi klinis gangguan penglihatan
(D.0136)

2. Post Operasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan tampak gelisah, dan tampak
wajah meringis kesakitan (D.0077)
2. Risiko Infeksi berkaitan dengan prosedur invasif pengangkatan pteregyium (D.0142)
1. INTERVENSI KEPERAWATAN

Pre Operasi
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
Luaran Utama : Terapi relaksasi (I.09326)
Ansietas berhubungan
1. Tingkat ansietas. (09093)
dengan akan Observasi
Setelah dilakukan intervensi
dilakukannya operasi
keperawatan selama 2 jam 1. Identifikasi teknik relaksasi
ditandai dengan 2. Periksa ketegangan otot,
berdasarkan tingkat ansietas
tremor, tampak frekuensi nadi, tekanan
menurun. darah, dan suhu
gelisah. (D.0080)
Dengan kriteria hasil : 3. Monitor respon terhadap
a. Verbalisasi khawatir terapi relaksasi

akibat kondisi yang di Terapeutik


hadapi menurun
4. Ciptakan lingkungan tenang
b. Perilaku gelisah dengan pencahayaan dan
menurun suhu ruang senyaman
mungkin
c. Perilaku tegang
5. Gunakan relaksasi sebagai
menurun strategi penunjang dengan
d. Tremor menurun analgesik.

Edukasi

6. Anjurkan mengambil posisi


nyaman
7. Anjurkan rileks

2. Resiko cedera Luaran Utama : Pencegahan cedera (I.14537)


berkaitan dengan Tingkat cedera (L.14136)
katarak dengan Observasi
Setelah dilakukan intervensi
kondisi klinis 1. identifikasi area lingkungan
gangguan keperawatan selama 2 jam yang berpotensi menyebabkan
penglihatan. berdasarkan tingkat cedera cedera
(D.0136)
menurun. Terapeutik
Dengan kriteria hasil :
2. sediakan pencahayaan yang
a. Kejadian cedera
menurun memadai
b. Luka/lecet menurun 3. sediakan alas kaki anti slip
c. Gangguan mobilitas
4. sediakan pispot untuk BAK
menurun
d. Tekanan darah 5. Pastikan barang – barang pribadi
mudah dijangkau
membaik
e. Frekuensi nadi 6. pertahankan posisi tempat tidur
di posisi terrendah.
membaik
f. Frekuensi nafas 7. diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yg sesuai (mis: tongkat)
membaik.

Post Operasi
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Luaran Utama : Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Tingkat nyeri (L.08066) Observasi
post operasi Setelah dilakukan intervensi a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
ditandai dengan keperawatan selama 2 jam durasi, frekuensi, kualitas,
tampak gelisah dan berdasarkan tingkat nyeri intensitas nyeri
tampak meringis menurun. b. Identifikasi skala nyeri
(D0077) Dengan kriteria hasil : c. Identifikasi faktor yang
a. Keluhan nyeri menurun memperberat dan memperingan
b. Meringis menurun nyeri
c. Sikap protektif menurun Terapeutik
d. Gelisah menurun
a. Berikan teknik non farmakologi
e. Kesulitan tidur menurun
untuk mengurangi nyeri
f. Frekuensi nadi membaik b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgesik

Resiko infeksi Pencegahan infeksi (I.14539)


2. Luaran Utama :
berkaitan dengan
prosedur invasif Tingkat Infeksi (L.14137) Observasi
pengangkatan Setelah dilakukan intervensi
katarak 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan selama 2 jam Terapeutik
(D.0142)
berdasarkan tingkat infeksi
2.Pertahankan teknik aseptik pada
menurun.
pasien berisiko tinggi
Dengan kriteria hasil :
a. Kebersihan tangan Edukasi
meningkat
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Kemerahan menurun
c. Nyeri menurun 2. Ajarkan mencuci tangan

3. Ajarkan cara memeriksa kondisi


luka operasi

A. EVALUASI PENANGANAN
Evaluasi :
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan tingkat kegawat daruratan klien : 1, 5, 15, 30 menit,
atau1jam sesuai dengan kondisi klien.konsep penanganan pasien dengan kegawat daruratan
harus dapat di tangani hanya dalam 2 – 6 jam.

B. DOKUMENTASI
Dokumentasi :
1. Tujuan melaksanakandokumentasi keperawatan adalah :
a. Merupakan perangkat asuhan keperawatan
b. Untukmelakukan komunikasi antar petugas
c. Merupakan dokumen legaldapat digunakan sebagai bahan dalam penelitian
d. Digunakan pencatatan secara statistic
e. Sebagai bahan pendidikan
f. Berguna untuk audit pelayana,audit kematian dll

2. Model dokumentasi keperawatan di IGD/IRD


Prinsip pendokumentasian adalah memperhatikan kemudahan, kecepatan
pencatatan dan dilakukan secara cepat dan tepat.
3. Bentuk dokumentasi askep gawat darurat
a. Grafik/flow shett : untukcatatn dat observas/ monitoring yang dicatat berulan-
ulang.
b. Rencana catatan keperawatan : sebaiknya menggunakan chek list dan
komputerisasi
c. Catatn pengobatan yang diberikan/ direncanakan
d. Lembaran untuk pemeriksaan diagnostic/ penunjang
e. Laporan kegiaatan spesifik
f. Rencana pulang : (follow up care,rujukan).

DAFTAR PUSTAKA

Webmd, 2018. Health Cataracts. Diakses Tanggal 21desember 20201


https://www.webmd.com/eye-health/cataracts/cataracts-types#1.
Who, 2018. Causes Bliddness Priority. Diakses Tanggal 21 desember
2021
https://www.who.int/blindness/causes/priority/endlex1.htmnl.
Hannah, Thalia. S. 2019. Laporan Pendahuluan Katarak. Diakses pada tanggal 07
april 2020. http://id.scribd.com.

Nurarif. A. H. Dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC- NOC. Jogjakarta: Mediaction

PersatuanPerawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus PusatPPNI.

PersatuanPerawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar LuaranKeperawatan


Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus PusatPPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar


IntervensiKeperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat

Anda mungkin juga menyukai