I. PENETALAKSANAAN
Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterygium
meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan. Pengobatan
pterygium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi
gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau pterygium yang telah
menutupi media penglihatan.
Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan
kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan bila perlu
dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam
bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor (prednisone asetat) maka perlu kontrol 2 minggu
dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.
Tindakan Operatif :
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan bila
pterygium telah mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh menutupi seluruh
permukaan kornea atau bola mata.
Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk mengangkat
pterygium yang membesar ini apabila mengganggu fungsi penglihatan atau secara tetap
meradang dan teriritasi. Paska operasi biasanya akan diberikan terapi lanjut seperti
penggunaan sinar radiasi B atau terapi lainnya.
J. KOMPLIKASI
Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:
1. Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan
2. Kemerahan
3. Iritasi
4. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea
Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi
kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus umumnya
menyebabkan diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum dilakukan
pembedahan. Pada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan
focal kornea mata akan tetapi sangat jarang terjadi.
Komplikasi post operasi pterygium meliputi:
1. Infeksi
2. Reaksi material jahitan
3. Diplopia
4. Conjungtival graft dehiscence
5. Corneal scarring
6. Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata perdarahan vitreous,
atau retinal detachment.
Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada pterygium
adalah terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian dari kasus ini dapat
memiliki tingkat kesulitan untuk mengatur.
K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, luka terasa panas dan menusuk selain itu juga
klien mengatakan kepala pusing dan nyeri semakin meningkat terutama saat klien
bergerak atau menoleh secara tiba-tiba.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Orang tua
Status emosi klien stabil dibuktikan dengan saat dilakukan pengkajian ketika penulis
mengajukan pertanyaan klien sanganat kooperatif menjawab pertanyaan penulis tetapi
kata-kata klien kadang-kadang terhenti karena klien merasakan nyeri pada mata
kanannya.
a. Perhatian Terhadap Orang Lain/Lawan Bicara
Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian dan selalu menjawab pertanyaan
penulis denga menjabarkannya/menjelaskan dank lien menceritakan tentang kondisi
sakitnya dengan menyampaikan keluhannya pada penulis kadang-kadang taanpa
diminta/ditanya, walaupun terkadang kata-kata klien terhenti karena klien merasakan
nyeri pada mata kanannya.
b. Hubungan Dengan Keluarga
Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya hubungan keluarga klien terjalin baik dan
saling memperhatikan satu sama lainnya termasuk apabila ada anggota keluarga yang
sakit keluarga yang lain ikut mendukung untuk mendapatkan kesembuhan dengan berobat.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Keadaan umum klien lemah, tampak seperti menahan
sakit pada luka operasi dan klien tampak bedrest total
menghindari pergerakan secara tiba-tiba karena nyeri
pada luka operasi, klien bedrest total.
Kesadaran : GCS 15 (Respon buka mata 4, mata kanan klien tertutp
kasa steril, Respon motorik 5 dan Respon verbal 6),
Tingkat kesadaran Compos mentis.
Kepala :
Rambut : Rambut klien pendek, warna hitam ditumbuhi uban,
pertumbuhan kurang merata ada sedikit kebotakan,
dikulit kepala tidak terdapat luka.
Mata : Mata kiri isokor, konjungtiva mata ananemis dan
sclera mata anikhterik sedangkan mata kanan terdapat
oedem palpebral, mata tampak merah terdapat jahitan
halus pada kornea jahitan sebanyak 5 simpul dan mata
kanan tertutup kasa steril.
c) Telinga : Letak simetris, tidak ada serumen, dapat berfungsi
dengan baik dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
d) Hidung : Simetris, tidak ada polip hidung, fungsi pernafasan
baik, tidak terjadi sesak nafas, tidak tampak tumpukan
sekret dan tidak terdapat masalah dalam pola nafas,
frekuensi pernafasan 20x/menit
e) Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis. Jumlah gigi
kurang lengkap 30 buah, warna agak kuning, nafas
agak bau, lidah agak kotor, warna merah muda.
f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada
peningkatan Jugularis Vena Perifer dan teraba nadi
karotis 84 x/menit
Thorax : Bentuk simetris pergerakan dada kanan dan kiri
simetris, tidak lesi pada kulit dan tidak ada
pembengkakan dada.
a) Paru-Paru/Pulmo
Inspeksi : Permukaan dada simetris, permukaan dada kiri/sinistra
sama dengan permukaan dada kanan/dextra, Pernafasan
normal frekuensi 20x/menit.
Palpasi : Fokal fremitus kiri/sinistra sama dengan kanan/dextra,
fokal resonan kiri/sinistra sama dengan kanan/dextra.
1. Keluhan utama
Biasanya penderita mengeluhkan adanya benda asing pada matanya, penglihatan kabur.
2. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien
dengan pterygium adalah penurunan ketajaman penglihatan. Sejak kapan dirasakan, sudah
berapa lama, gambaran gejala apa yang dialami, apa yang memperburuk atau
memperingan, apa yang dilakukan untuk menyembuhkan gejala.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya memicu resiko pterygium.
4. Riwayat penyakit keluarga
Ada atau tidak keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.
5. Data Bio – Psiko – Sosial – Spiritual
a. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi
yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur / tidak jelas.
c. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan mata menjadi merah sekali, pembengkakan
mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan kabur.
d. Rasa Aman
Yang harus dikaji adalah kecemasan pasien akan penyakitnya maumun tindakan operatif
yang akan dijalaninya.
e. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( pterigium ) kaji riwayat keluarga apakah
ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan
vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes,
serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
7. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data fokus pada mata : adanya jaringan yang tumbuh abnormal
pada mata biasanya tumbuh menuju ke kornea.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi ditandai dengan tremor dan
tampak gelisah (D.0080)
2. Risiko Cedera berkaitan dengan pterygium dengan kondisi klinis gangguan penglihatan
(D.0136)
2. Post Operasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan tampak gelisah, dan tampak
wajah meringis kesakitan (D.0077)
2. Risiko Infeksi berkaitan dengan prosedur invasif pengangkatan pteregyium (D.0142)
1. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre Operasi
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
Luaran Utama : Terapi relaksasi (I.09326)
Ansietas berhubungan
1. Tingkat ansietas. (09093)
dengan akan Observasi
Setelah dilakukan intervensi
dilakukannya operasi
keperawatan selama 2 jam 1. Identifikasi teknik relaksasi
ditandai dengan 2. Periksa ketegangan otot,
berdasarkan tingkat ansietas
tremor, tampak frekuensi nadi, tekanan
menurun. darah, dan suhu
gelisah. (D.0080)
Dengan kriteria hasil : 3. Monitor respon terhadap
a. Verbalisasi khawatir terapi relaksasi
Edukasi
Post Operasi
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Luaran Utama : Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Tingkat nyeri (L.08066) Observasi
post operasi Setelah dilakukan intervensi a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
ditandai dengan keperawatan selama 2 jam durasi, frekuensi, kualitas,
tampak gelisah dan berdasarkan tingkat nyeri intensitas nyeri
tampak meringis menurun. b. Identifikasi skala nyeri
(D0077) Dengan kriteria hasil : c. Identifikasi faktor yang
a. Keluhan nyeri menurun memperberat dan memperingan
b. Meringis menurun nyeri
c. Sikap protektif menurun Terapeutik
d. Gelisah menurun
a. Berikan teknik non farmakologi
e. Kesulitan tidur menurun
untuk mengurangi nyeri
f. Frekuensi nadi membaik b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgesik
A. EVALUASI PENANGANAN
Evaluasi :
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan tingkat kegawat daruratan klien : 1, 5, 15, 30 menit,
atau1jam sesuai dengan kondisi klien.konsep penanganan pasien dengan kegawat daruratan
harus dapat di tangani hanya dalam 2 – 6 jam.
B. DOKUMENTASI
Dokumentasi :
1. Tujuan melaksanakandokumentasi keperawatan adalah :
a. Merupakan perangkat asuhan keperawatan
b. Untukmelakukan komunikasi antar petugas
c. Merupakan dokumen legaldapat digunakan sebagai bahan dalam penelitian
d. Digunakan pencatatan secara statistic
e. Sebagai bahan pendidikan
f. Berguna untuk audit pelayana,audit kematian dll
DAFTAR PUSTAKA