BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, infeksi cacingan merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai.
Angka kejadian infeksi cacingan yang tinggi tidak terlepas dari keadaan Indonesia yang
beriklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi serta tanah yang subur yang
merupakan lingkungan yang optimal bagi kehidupan cacing. Infeksi cacingan tersebar
luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Hasil survei Cacingan di Sekolah Dasar di
beberapa propinsi pada tahun 1986-1991 menunjukkan prevalensi sekitar 60% - 80%,
sedangkan untuk semua umur berkisar antara 40% - 60%. Hasil Survei Subdit Diare
pada tahun 2002 dan 2003 pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan prevalensi berkisar
antara 2,2% - 96,3% .
Pada banyak penelitian, intensitas dan prevalensi infeksi cacingan meningkat pada
anak-anak dan remaja. Kurva intensitas menurun sejalan dengan bertambahnya usia.
Puncak intensitas terjadi antara umur 5-10 tahun untuk Ascaris lumbricoides dan
Trichuris trichiura, sedangkan cacing tambang pada umur 10 tahun.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian penyakit cacingan ?
2. Etiologi ?
3. Cara penularan ?
4. Tanda dan gejala ?
5. Manifestasi klinis ?
6. Patofisiologis ?
7. Pemeriksaan penunjang ?
8. Penatalaksanaan ?
9. Komplikasi ?
D. Manfaat
Agar penulis maupun pembaca bisa lebih memahami dan mengetahui apa itu
penyakit cacingan dan bagaimana asuhan keperawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Askariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi cacing Ascaris
Lumbricoides atau cacing gelang (Noer, 1996: 513). Hal senada juga terdapat dalam
Kamus Kedokteran (Ramali, 1997: 26).
Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris
lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk
parasit. inang dari Askariasis adalah manusia. Di manusia, larva Ascaris akan
berkembang menjadi dewasa dan menagdakan kopulasi serta akhirnya bertelur.
Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis
sekitar 70-80%.
Infeksi pada manusia oleh cacing gelang ascaris lumbricoides, yang di temukan
dalam usus halus, menyebabkan nyeri kolik dan diare, khususnya pada anak-anak.
Setelah di telan, larva bermigrasi dari usus ke paru yang menyebabkan pneumonitis, dan
kemudian ke trakea, esofagus, dan usus, untuk tumbuh menjadi dewasa. Bila cacing-
cacing dewasa berjumlah cukup banyak, cacing ini dapat menyebabkan obstruksi usus.
B. Etiologi
Etiologi askariasis adalah ascaris lumbricoides, manusia merupakan satu-satunya
hospes.
Penyebab dari Ascariasis adalah Ascaris Lumbricoides. Ascaris termasuk Genus
Parasit usus dari kelas Nematoda: Ascaris Lumbricoides: cacing gelang (Garcia, 1996:
138). Menurut Reisberrg (1994: 339) ascaris adalah cacing gilig usus terbesar dengan
cacing betina dengan ukuran panjang 20-35 cm dan jantan dewasa 15-35 cm. Rata-rata
jangka hidup cacing dewasa sekitar 6 bulan.
1. Ascaris lumbricoides
Stadium :
a. Dewasa
b. Telur
Di luar tubuh resisten terhadap kebanyakan zat kimia (mati) > sinar
matahari langsung, panas > 80 C > makanan / minuman > lambung >
Duodenum, jejunum bagian atas
c. Larva
Dinding usus > sistim porta/limfe > paru > alveoli > trachea >
epiglottis > esophagus >lambung >usus halus > duodenum (2-3
bulan).
C. Cara Penularan
Penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah termasuk keluarga nematoda,
saluran cerna penularan dapat terjadi melalui 2 cara yaitu :
1. Infeksi langsung
2. Larva yang menembus kulit.
Penularan langsung dapat terjadi bila telur cacing dari tepi anal masuk ke
mulut tanpa pernah berkembamg dulu ditanah. Cara ini terjadi pada cacing kremi (
oxyuris vermikularis ) dan trikuriasis ( trichuris trichiura ). Selain itu penularan
langsung dapat pula terjadi setelah periode berkembangnya telur di tanah kemudian
telur tertelan. melalui tangan atau makanan yang tercemar. Cara ini terjadi seperti
pada infeksi ascarias lumbricoides ( cacing gelang ) dan toxocara canis. Penularan
melalui kulit terjadi pada cacing tambang/ ankilostomiasis dan strongiloidiasis di
mana telur terlebih dahulu menetas di tanah baru kemudian larva yang sudah
berkembang menginfeksi
melalui kulit.
E. Manifestasis Klinis
1. Batuk
2. Demam
3. Eosinofilia
4. Infiltrat (menghilang dalam waktu 3 minggu)
Askep pada pasien cacingan. Page 5
System pencernaan
5. Mual
6. Nafsu makan berkurang
7. Diare atau konstipasi
8. Malnutrisi
9. Malabsorpsi
10. Obstruksi usus (ileum)
F. Patofisiologi
esofagus
Masuk ke lambung dan peningkatan
Secara ascenden
duodenum kemudian permiabilitas
ke trachea
menetas kapiler dan sensasi
gatal
Larva menembus
dinding usus, Via Pelepasan
sirkulasi portal ke histamin
jantung kanan
Sirkulasi pulmonal ke
Tembus kapiler
paru-paru Melepas
masuk alveoli dan
antigen askaris Reaksi
bronchi
alergi
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium merupakan diagnosa pasti dari askariasis. Diagnosa
askariasis ditegakkan dengan pemeriksaan feses pasien dimana dijumpai telur cacing
askaris. Setiap satu ekor cacing askaris mampu memproduksi jumlah telur yang
banyak, sehingga biasanya pada pemeriksaan pertama bisa langsung ditemui.
I. Komplikasi
Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi
yang berat dan pneumonitis, dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
1. Biodata pasien
a. Nama : An. C
b. Usia : 12 tahun
c. Alamat : kp.kopo wetan
d. Jenis kelamin : perempuan
e. Pendidikan : SD
f. Suku bangsa : Indonesia
g. Tanggal masuk R.S : 28 juni 2017
h. Tanggal pengkajian : 28 juni 2017
i. Diagnose medis : Askariasis
5. Genogram
- tidak terkaji
6. pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bentuk kepala simetris,warna rambut hitam,keadaan rambut tidak
rontok,kulit kepala bersih dan tidak ada memar.
2) Mata /penglihatan
Ketajaman penglihatan klien baik,sclera putih dan jernih,reaksi
pupil sama besar,dan bereaksi terhadap cahaya,konjungtiva
baik,lapang pandang jelas.
3) Hidung/penciuman
Bentuk simetris,struktur bagian dalam merah muda,fungsi
penciuman klien baik.
4) Telinga/pendengaran
Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang,tidak terdapat lesi.
Fungsinya baik ,tidak ada nyeri,tidak menggunakan alat bantu
mendengar.
5) Mulut /pengecap
Bibir berwarna pucat,simetris,kelembapan tidak baik,mukosa mulut
pucat,gigi bersih,tidak ada caries,gigi lengkap,keadaan gusi
baik,tidak ada peradangan. Fungsi mengunyah baik,fungsi pengecap
baik,fungsi bicara baik,reflex menelan juga baik.
6) Leher
4. S : 39C.
b. Data spiritual
Klien menganut agama islam.
B. ANALISA DATA
DO :
DO :
DO :
DO :
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
An : An.C
Ruang : melati no 5
cairan intra
vena.
diharapkan bisa
menurunkan suhu
tubuh.
An : An. C
Ruang : mawar no.5
Pasien dengan penyakit cacingan.
28/01/2017
yang adekuat.(dx1-
3)
Kolaborasi :
1. mengobservasi
pemberian cairan
intra vena.(dx1-4)
09.00 Mandiri :
1. mengkaji tingkat
S : klien mengatakan
dan karakteristik
nyeri sudah
nyeri. (dx2-1)
berkurang.
2. memberi kompres
O : klien terlihat
hangat di perut.
sudah tidak kesakitan
(dx2-2)
lagi
3. mengatur posisi
Klien juga
yang nyaman yang
telihat lebih nyaman.
dapat
A : masalah teratasi
mengurangi nyeri.
sebagian
(dx2-3)
P : intervensi
(1,2,34) dilanjutkan.
Kolaborasi :
1. Kolaburasi untuk
pemberian
analgesik. (dx2-4)
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Penyakit askariasis ini di sebabkan oleh investasi cacing askaris lumbricoides
atau cacing gelang. Cacing ini berbentuk bulat besar dan hidup dalam usus manusia.
Cacing ini terutam tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim
panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Di indonesia prevalensi askariasis tinggi
terutama pada anak. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran
tanah dengan tinja di sekitar rumah. Cacing betina akan mengeluarkan telur yang
kemudian akan menjadi matang dan invektif, dengan tumbuhnya larva pada telurnya di
dalam waktu 2-3 minggu.
Infeksi pada manusia terjadi karna larva cacing ini mengkontaminasi makanan
dan minuman. Di dalam usus halus larva cacing akan keluar menembus dinding usus
dan kemudian menuju pembuluh darah dan limpe menuju paru. Setelah itu larva cacing
ini akan bermigrassi ke bronkus, faring dan kemudian turun ke esofagus dan usus halus.
Lama perjalanan sampai menjadi bentuk cacing dewasa 60-75 hari, panjang cacing
dewasa 20-40 cm dan hidup di dalam usus halus manusia untuk bertahun-tahun
lamanya. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur di perlukan waktu
kurang lebih 2 bulan.
B.SARAN
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.