FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
REFARAT
ASCARI
Miftahuljannah Ali
ASIS
11120192146
Pembimbing :
dr. Setia Budi, Sp.A (K)
PENDAHULUAN
Indonesia masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi, terutama yang berkaitan
dengan kondisi sanitasi lingkungan yang belum baik. Salah satu penyakit yang insidennya masih tinggi
adalah infeksi kecacingan. Penyakit kecacingan yang paling sering ditemukan adalah penyakit infeksi
cacing usus yang ditularkan melalui tanah (Soil transmitted helminth atau STH).
Parasit ini lebih banyak ditemukan pada tanah liat dengan kelembaban tinggi dan suhu 25-30°C
sehingga sangat baik untuk menunjang perkembangan telur cacing tersebut. Prevalensi tertinggi tetap
didapatkan pada golongan anak usia sekolah dasar yang berusia 5-9 tahun dikarenakan terdapat
hubungan dengan kebiasaan anak-anak yang sering bermain di tanah yang terkontaminasi telur cacing
sehingga lebih mudah terinfeksi.
PENDAHUUAN
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris Lumbrocoides. Penyakit yang disebabkannya
disebut askariasis. Ascaris lumbricoides atau lebih dikenal dengan cacing gelang merupakan
cacing yang penularannya dengan perantaraan tanah (“Soil Transmited Helminths”).
Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam usus halus.
Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan fisiologi
yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat. Ascaris lumbrocoides merupakan parasit
yang kosmopolit yaitu tersebar di seluruh dunia, lebih banyak sehingga mengganggu gerakan
peristaltik dan penyerapan makanan.
DEFINISI
Askariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Kondisi lingkungan
yang optimal untuk keberlangsungan hidup A. lumbricoides adalah keadaan iklim tropis dengan
kelembaban yang tinggi, tanah liat, serta keadaan higiene dan sanitasi yang buruk. Indonesia
mempunyai iklim dan kondisi yang sesuai untuk tempat hidup A. lumbricoides sehingga
prevalensi askariasis tinggi
MORFOLOGI
Jika migrasi ke kulit akan menyebabkan gejala alergi seperti urtikaria dan
kemerahan di kulit (skin rash), nyeri pada mata dan insomnia karena reaksi D. Migrasi ke kantung empedu
alergi terhadap : Migrasi cacing ke kandung empedu, menyebabkan kolik biliare dan
kolangitis.
- Ekskresi dan sekresi metabolik cacing dewasa
- Cacing dewasa yang mati
DIAGNOSIS
Pada infeksi ringan, gejala tidak jelas dan keluhan penderita tidak khas, berupa nyeri abdomen,
dan manifestasi alergi. Pada infeksi berat dapat menimbulkan komplikasi denga gejala klinis,
misalnya volvulus, intususepsi usus, obstruksi usus, dan alergi berat.5
Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan
cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut. Telur dapat di temukan ditinja pada sedian basah
apus tinja ( direct wet smear ) atau sedian basah dari sedimen pada metode konsentrasi.
Pemeriksaan darah menunjukkan gambaan eosinophilia (eosinophilia >4%)
TERAPI
A. Pirantel pamoat
Dosis 10 mg/kg BB (maksimum 1 g) dapat diberikan dosis tunggal. Efek samping gangguan
gastrointestinal, sakit kepala, pusing, kemerahan pada kulit dan demam.
B. Mebendazol
Dosis 100 mg dua kali per hari selama lebih dari 3 hari. Efek samping : diare rasa sakit pada abdomen,
kadang –kadang leucopenia. Mebendazol tida k di anjurkan pada wanita hamil karena dapat
membahayakan janin.
C. Piperasin sitrat
Dosis 75 mg/kg BB (maksimum 3,5 g/hari), pemeberian selama dua hari. Efek samping : kadang –
kadang menyebabkan urtikaria, gangguan gastrointestinal dan pusing.
D. Albendazol
Dosis tunggal 400 mg,dengan angka kesembuhan 100% pada infeksi cacing Ascariasis.
PENCEGAHAN
A. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
B. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan
menggunkan sabun dan air mengalir.
C. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dengan air
mengalir.
D. Mengadakan terapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah yang rawan
terhadap penyakit askariasis.
E. Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
F. Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing misalnya memakai
jamban/WC.
G. Makan makanan yang dimasak saja.
H. Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan tinja sebagai pupuk.
PROGNOSIS
Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis mencapai 70
hingga 99%.
KESIMPULAN
Askariasis (ascariasis) adalah infeksi usus kecil yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides.
Ascaris lumbricoides adalah cacing gelang besar yang panjangnya dapat mencapai 40 cm dan setebal
pensil. Askariasis terjadi di seluruh dunia, namun lebih sering terjadi pada daerah yang beriklim tropis
dan subtropis.
Terapi ascariasis biasanya diberikan Pirantel pamoat Dosis 10 mg/kg BB (maksimum 1 g) dapat
diberikan dosis tunggal, Mebendazol Dosis 100 mg dua kali per hari selama lebih dari 3 hari,
Piperasin sitrat Dosis 75 mg/kg BB (maksimum 3,5 g/hari), pemeberian selama dua hari, dan
Albendazol Dosis tunggal 400 mg,dengan angka kesembuhan 100% pada infeksi cacing Ascariasis.
Pencegahan ascariasis dapat dilakukan dengan mengadakan sosialisasi di sekolah-sekolah mengenai
cacing askaris ini. Dianjurkan pula untuk membiasakan mencuci tangan sebelum makan, mencuci
makanan dan memasaknya dengan baik.
Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis mencapai 70
hingga 99%.