Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Obstruksi hidung kronis merupakan gejala umum penyakit hidung.
Hipertropi konkanasalis inferior adalah salah satu mekanisme mendasar
yang paling sering terjadi (Jones,1997). Hipertropi konka dapat bilateral atau
unilateral. Hipertropi konka bilateral disebabkanoleh peradangan hidung
sebagai akibat dari alergi dan non-alergi, pemicu lainnya adalahlingkungan
(seperti debu dan tembakau) (Rochrich et al, 2001). Hidung tersumbat merupakan
salah satu sebab yang membuat orang datang berobat kespesialis THT. Salah satu
penyebab hidung tersumbat adalah hipertrofi konka (Jones, 1997).Walaupun
hidung tersumbat ini tidak mengancam nyawa tetapi mempengaruhi kualitas
hidupseseorang, kehidupan sosial sehari-hari dan bekerja (Mangunkusumo et al,
2001)Hipertrofi konka merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali tahun
1800 yangdiartikan sebagai pembesaran konka inferior dan istilah ini masih
dipakai sampai sekarang.Hipertrofi adalah pembesaran dari organ atau jaringan
karena ukuran selnya yang meningkat.Sebaliknya hiperplasia adalah pembesaran
yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah sel.Hiperplasia dan hipertrofi
lapisan mukosa dan tulang dari konka inferior merupakan duafaktor yang
dapat menerangkan terjadinya pembesaran konka inferior (Jones,
1997).Hipertrofi konka inferior, sering dihubungkan dengan alergen
atau iritas lain di udara,maupun dengan penggunaan obat-obatan alergi itu
sendiri. Secara epidemiologi 20% populasidengan obstruksi hidung kronik
disebabkan olah hipertrofi konka pada suatu penelitian diEropa (Fradis et al,
2000).
b. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui perbedaan waktu penyembuhan paska konka reduksi pada pasien
hipertrofi konka dengan rinithis alergi dan non alergi di RSI Sultan Agung
Semarang.
II. TINJAUAN TEORI
a. Definisi
Hipertrofi konka merupakan salah satu mekanisme mendasar yang sering
terjadi. Hipertrofi konka dapat bilateral atau unilateral. Hipertrofi konka bilateral
disebabkan peradangan hidung sebagai akibat dari alergi dan non alergi, pemicu
lainnya adalah lingkungan seperti debu dan tembakau. Hipertrofi konka unilateral
berhubungan dengan deviasi congenital atau deviasi septum kontralateral.
Hipertrofi adalah pembesaran dari organ atau jaringan karena ukuran selnya yang
meningkat.
Konka hipertrofi adalah pembesaran konka nasal terutama konka nasal inferior
yang menyebabkan sumbatan hidung. Konka hipertrofi berbeda dengan konka
hyperplasia. Pada hipertrofi terjadi pembesaran jaringan karena ukurannya
meningkat sedangkan pada hyperplasia dijumpai pertambahan jumlah sel.
b. Etiologi
Terdapat dua factor penting yang dapat berpengaruh terhadap keadaan dari
membrane mukosa konka yaitu factor endogen daneksogen. Factor endogen yang
berpengaruh yaitu adanya kelainananatomik seperti deviasi septum, alergi dan
gangguan vasomotor. Factor eksogen antara lain yaitu suhu udara, polusi,
kelembaban udara, asap rokok, parfum, bahan-bahan iritan diketahui dapat
merangsang kelenjar-kelenjar di hidung menjadi hiperaktif sehingga mudah
mengalami infeksi berulang dan iritasi.
c. Anatomi dan fisiologi
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari
biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap
lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung berfungsi sebagai indra penghidu,
menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai
fungsi penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius berlapis semu yang berwarna
kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-sel syaraf yaitu sel penunjang, sel
basal, dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara
inspirasi akan melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan. Fungsi hidung
terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu sebagai jalan nafas, alat pengatur kondisi
udara, penyaring udara, sebagai indra penghidu, untuk resonansi suara, turut
membantu proses bicara dan reflek nasal.
d. Patofisiologi gambaran klinis / gejala
Hipertropi konka merupakan suatu istilah yang menunjukan adanya perubahan
mukosa hidung pada konka inferior. Penyebabnya adalah peradangan kronik yang
disebabkan oleh infeksi bakteri primerdan sekunder. Penyebab non bakteri seperti
sebagai lanjutan dari rhintitis alergi, rhintitis vasomotor dan kompensasi septum
devasi kontralateral juga dapat menyebabkan hipertrofi konka.
Gejala utama dari hipertropikonka inferior adalah sumbatan hidung
kronik,secret hidung yang berlebihan,kental dan mukopurulen.biasa nya di
temukan di dasar rongga hidungdan di antara konka inferior dan septum.beberapa
penderita mengeluhkan sakit kepala,kepala terasa berat,merasa kerimg pada
faring,gangguan fungsi tuba dan penurunan produktifitas kerja.
Konka akan tampak membengkak dan berwarna merah pada tahap awal
pemeriksaan, kemudian jika sudah terdiagnosis terjadi hipertrofi konka maka
mukosa konka menebal dan apabila ditekan tidak menekuk. Hipertropi konka dapat
terjadi sebagian atau seluruh bagian dari konka inferior. Hipertrofi dapat pula
terjadi pada konka media namun jarang.
e. Penatalaksanaan
 Medikamentosa
Penatalaksanaan dengan medikamentosa bertujuan untuk mengatasi factor
etioloh dan sumbatan hidung dengan cara memperkecil ukuran konka. Sinus
venous akan mengalami pengisian pada kasus pembesaran konka akut.
Pemberiang dekongestan topical dapat mengurangi pembesaran konka. Terapi
medikamentosa lain yang dapat diberikan antara lain kortikosteroid, sel mast
stabilizer, antihistamin dan imunoterapi.
Pemberian dekongestan baik secara local maupun sistemik efektif dalam
mengobati sumbatan hidung karena hipertrofi konka, namun penggunaan
dekongestan sistemik oral dapat menimbulkanefek samping berupa palpitasi
dan kesulitan tidur. Penggunaan dekongstan topical dalam jangka waktu yang
panjang dapat menyebabkan terjadinya rintitis medikamentosa ( rebound nasal
congestion) dan takifilaksis.
 Operatif
Teknik pembedahan reduksi konka secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu
turbinopasty dan turbinectomy. Turbinoplasty adalah teknik reduksi konka yang
mempertahankan agar mukosa hidung tetap utuh, sedangkan turbinectomy
adalah teknik reduksi konka yang memotong bagian konka yang mengalami
pembesaran. Tujuan utama dilakukannya tindakan operatif yaitu untuk
menghilangkan sumbatan hidung dan mempertahankan fungsi fisiologis hidung.
Tekhnik pembedahan yang ideal memang tidak ada, setiap teknik memiliki
keunggulan dan
kelemahan seperti adanya komplikasi jangka pendek dan panjang. Komplikasi
jangka panjang yaitu perdarahan dan rinithis atropi.
III. TINJAUAN KASUS
Nama : Tn. A
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
No MR : 072097
Waktu pemeriksaan : 02 / 11/ 2019
A. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian, Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi, susah
bernafas melalui hidung, merasa hidungnya berlendir dan bau, sulit untuk tidur
pada malam hari.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Tn.A mengatakan sebelumnya dia tidak pernah dirawat di Rumah Sakit,apabila
Tn.A sakit demam ataupun diare maka akan berobat ke praktik bidan di
lingkungan rumah
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit sinusitis
seperti klien. Riwayat kesehatan yang dimiliki keluarga adalah hipertensi
dimana Tn.A mengatakan Ayahnya sudah mengalami hipertensi. Bukan hanya
salah satu dari orang tua klien, anggota keluarga klien yaitu saudara
kandungnyajuga memiliki sakit hipertensi. Ayah klien selalu mengonsumsi obat
hipertensi dengan patuh sampai sekarang untuk menstabilkan kondisi tubuh
4. Riwayat psikososial
Tn.A mengatakan ingin sembuh dan dapat pulang kerumah, agar dapat kembali
bekerja, karena Tn.A adalah tulang punggung keluarga bagi anak dan istrinya.
Selama proses pengkajian Tn.A dapat diajak berbicara kompos mentis. Klien
juga mengatakan dekat dengan tetangga yang berada disekeliling rumah dan
seminggu sekali melakukan gotong royong bersama dilingkungan.Tn.A tidak
memiliki masalah dilingkungan keluarga, pekerjaan maupun tempat tinggal
5. Status Mental
Tingkat kesadaran klien sadar penuh (Compos Mentis), namun klien tampak
sesekali batuk, terlihat lemah dan lemas, penampilan klien rapi, dalam
komunikasi klien tampak perlahan untuk berbicara dengan perasaan yang lesu,
saat interaksi selama wawancara ada kontak mata.
6. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien compos mentis (sadar penuh), namun klien tampak lesu
dan lemas. Tanda-tanda vital klien setelah di periksa suhu tubuh 37°C, tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 72 x/i, pernafasan 20x/i, skala, Tinggi badan 163 cm,
BB 72 kg. Bentuk kepala klien simetris dengan kulit kepala yang bersih, rambut
lebat dan tidak berbau dengan warna kulit sawo matang, struktur wajah klien
simetris. Kelengkapan dan kesimetrisan pada kedua mata klien lengkap dan
simetris, konjunctiva dan sclera klien tampak merah, tekanan bola mata tidak
dilakukan pemeriksaan. Hidung klien lengkap memiliki tulang hidung dan
septum nasi, dalam lubang hidung klien adanya pembengkakan dan sekret
berlendir, cuping hidung klien berwarna merah. Fungsi pendengaran klien baik.
Mulut dan faring klien dengan keadaan bibir klien yang kering, keadaan gusi
klien merah muda dan bersih, keadaan gigi klien bersih dengan keadaan lidah
bersih. Tidak ditemukan adanya pembengkakan thyroid dan posisi trachea
normal dibagian medial. Kebersihan kulit bersih, suhu tubuh klien dalam
keadaan normal, warna kulit klien sawo matang, turgor kulit klien kembali < 2
detik, kulit klien tampak kering dan tidak ditemukan adanya kelainan pada kulit
klien. Pemeriksaan genitalia tidak dilakukan, pada pemeriksaan ekstremitas
kekuatan otot kaki dan tangan normal ekstremitas kaki dan tangan simetris
7. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Pola makan dan minum pada klien memiliki frekuensi makan 3 kali sehari
dengan porsi yang banyak, klien memiliki nafsu makan yang baik, tidak ada
nyeri di ulu hati, klien tidak memiliki alergi, klien tidak pernah merasakan mual
dan muntah ketika makan, dan klien tidak pernah memisahkan diri ketika
makan. Dalam perawatan diri, tubuh klien tampak bersih, untuk gigi dan mulut
terlihat bersih.Pola kegiatan/aktivitas klien dapat melakukan dengan
mandiri.Dalam Buang Air Besar (BAB) klien memiliki pola BAB 1 hari sekali
untuk BAB, klien mengatakan karakter dari fesesnya adalah keras, tidak pernah
mengalami perdarahan saat BAB.Untuk Buang Air Kecil (BAK) pola dalam
BAK klien sering dengan karakter urine kuning bening, klien mengatakan tidak
pernah mengalami rasa nyeri saat BAK

ANALISA DATA
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1. DS: Obstruksi saluran Ketidak efektifan
-Klien mengatakan nafas jalan nafas
sulit bernafas melalui
hidung
-Klien mengatakan
sesak nafas

DO:
-Post op sinusitis
-Klien terlihat sulit
bernafas
melalui
hidung dan bernafas
melalui mulut
-Pernafasan terlihat
lambat
-Klien terlihat tidak
nyaman
-RR: 20x/m
TD: 130/80mmhg
T:37°C
N: 72x/

2. Ds : Pembedahan Nyeri akut


Klien mengatakan Nyeri pada terputusnya
bagian luka daerah hidung Inkontuinitas
-Klien mengatakan jaringan
skala nyeri 5
DO:
-Klien terlihat tidak
nyaman
-Klien
terlihat
meringis kesakitan
- RR: 20X/m
TD: 130/80mmhg
T:37°C
N: 72x/i

DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan jalan nafas b.d obstruksi saluran nafas
2. Nyeri akut b.d pembedahan terputusnya kontinuitas jaringan

INTERVENSI
NO INTERVENSI RASIONAL
1. 1. Kaji penumpukan sekret yang ada 1. Mengetahui tingkat keparahan
2. Lakukan tindakan suction dan tindakan selanjutnya
3. Kolaborasi pengunaan oksigen 2. Peningkatan jumlah sekret tak
humidifier. berwarna awalnya normal dan
4. Berikan cairan tambahan melalui harus menurun sesuai kemajuan
intravena sesuai indikasi penyembuhan. Adanya sputum
5. Kolaborasi pemberian yang kental,berdarah atau purulen
bronkodilator, ventolin atau diduga sebagai masalah sekunder
analgesik sesuai indikasi yang memerlukan pengobatan
3. Dengan memberikan hidrasi
maksimalmembantu menghilangkan
sekret untuk peningkatan
pengeluaran.
4. Gangguan masukan oral
memerlukan tambahan melalui
intravenauntuk mempertahankan
hidrasi
5. Ventolin meningkatkan
produksi mukosa untuk
mengencerkan dan
menurunkan viskositas

2. 1. Kaji tingkat nyeri klien dengan 1. Mengetahui tingkat nyeri klien


menggunakan skala untuk menentukan tindakan
2. Jelaskan sebab dan akibat selanjutnya
nyeri pada klien dan keluarga Keluarga diharapkan dapat
3. Ajarkan tekhnik relaksasi berpartisipasi
dan distraksi dalam
4.Observasi tanda-tanda vital perawatan untuk mengurangi
klien nyeri
Klien dapat mengetahui
tekhnik relaksasi dan distraksi
dan dapat mempraktikan
tekhnik tersebut apabila nyeri
untuk mengurangi nyeri
Untuk mengetahui apakah
terjadi nya infeksi atau tidak
pada luka post operasi.

IMPLEMENTASI

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


V. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai