Anda di halaman 1dari 20

BAB 1 PENDAHULUAN Rinitis vasomotor merupakan suatu bentuk rinitis yang tidak berhubungan dengan reaksi alergi (rinitis

non alergi) tetapi memiliki gejala yang mirip dengan rinitis alergi. Pada penderita dengan rinitis vasomotor akan dikeluhkan adanya sumbatan pada hidung yang dapat terjadi secara berulang disertai dengan pengeluaran sekret yang encer dan bersin-bersin. Perjalanan penyakit ini cenderung bersifat kronis dan bisa berlangsung seumur hidup, kondisi ini yang kadang membuat pasien terganggu sehingga menjadi tidak nyaman dan frustasi akan penyakitnya yang berdampak terganggunya aktivitas dan produktivitas penderita sehari-hari, di samping itu penderita juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk obat yang biasanya hanya bersifat simtomatis saja. Klasifikasi dari rinitis telah lama diperdebatkan menurut beberapa kepustakaan. Rinitis dibagi menjadi dua kelompok yaitu rinitis yang berhubungan dengan reaksi alergi (rinitis alergi) dan rinitis yang tidak berhubungan dengan reaksi alergi (rinitis non-alergi). Rinitis vasomotor termasuk ke dalam kelompok rinitis non-alergi. Selain itu, rinitis nonalergi dapat juga disebabkan oleh terapi medikamentosa, hormonal, dan infeksi. Rinitis vasomotor terjadi akibat gangguan vasomotor hidung yaitu terdapat gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktifitas parasimpatis. Patofisiologi rinitis vasomotor sampai saat ini belum diketahui secara pasti, meskipun begitu dapat diperkirakan sebagai akibat terjadinya gangguan keseimbangan fungsi vasomotor yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi oedem kronis serta sumbatan hidung disamping gejala lainnya. Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembaban udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-faktor tadi tidak dirasakan sebagai gangguan oleh individu tersebut. Bersin-bersin, hidung tersumbat dan ingus encer-bening sering merupakan barometer keadaan lingkungan. Pada seorang yang sensitif terhadap perubahan lingkungan sering menunjukkan keluhan sindroma rinitis seperti di atas. Diduga oleh banyak kalangan bahwa polusi udara adalah salah satu penyebab meningkatnya angka kejadian rinitis dari tahun ke tahun.

Diagnosis rinitis vasomotor dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang mempunyai gejala yang sama. Penatalaksanaan rinitis vasomotor dapat berupa konservatif baik medis, nonmedis ataupun tindakan pembedahan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Hidung Hidung terbagi atas dua bagian yaitu hidung bagian luar dan rongga hidung. Hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas kebawah yaitu pangkal hidung (bridge), dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela dan lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan rongga hidung1,2.

Gambar 2.1 Anatomi Hidung Kavum nasi berbentuk terowongan, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya sehingga rongga hidung terbagi menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan bagian belakang disebut koana yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring1. Tiap kavum nasi memiliki 4 dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial kavum nasi dibatasi oleh septum nasi, dinding lateral dibatasi oleh konka nasalis dan meatus nasi, dinding inferior dibatasi oleh dasar kavum nasi, dan dinding superior dibatasi oleh lamina kribiformis1.

Pada dinding lateral kavum nasi terdapat 4 konka nasalis. Yang terbesar dan letaknya paling bawah adalah konka inferior, kemudian konka lainya yang lebih kecil ukuranya antara lain konka media, konka superior dan konka suprema1. Diantara konka-konka tersebut terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Berdasarkan letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior. Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis. Meatus medius terletak diantara konka media dan dinding lateral kavum nasi. Pada meatus ini terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris dan infundibulum etmoid. Hiatus seminularis merupakan suatu celah sempit dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior1,2,3. Bagian bawah kavum nasi divaskularisasi oleh cabang a.maksilaris internal. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang a.fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis cabang-cabang a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach. Pleksus ini letaknya superficial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis. Vena-vena hidung bermuara ke v.oftalmika yang berubungan langsung dengan sinus kavernosus. Vena-vena ini tidak memiliki katup, sehingga memudahkan terjadinya penyebaran infeksi sampai ke intrakrania1,2. Hidung diinervasi oleh cabang-cabang nervus trigeminus yaitu ramus oftalmikus dan ramus maksilaris. Hidung mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting, antara lain1: 1. Jalan nafas Udara masuk melalui nares anterior lalu naik setinggi konka media dan turun ke arah nasofaring. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan mengikuti dan mengikuti jalan yang sama yang dilalui udara inspirasi akan tetapi saat di bagian anterior udara memecah, sebagian melalui nares anterior dan sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran nasofaring. 2. Sebagai alat pengatur kondisi udara (air conditioner) Hidung berfungsi mengatur kelembaban udara dan suhu.

3. Sebagai alat penyaring udara (filter) Berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri. 4. Sebagai penghidu Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau apabila menarik nafas dengan kuat. 5. Untuk resonansi suara Fungsi ini penting untuk kualitas suara pada waktu berbicara dan menyanyi. 6. Ikut membantu proses bicara Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. 7. Refleks nasal Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan. Adanya kelainan pada hidung akan menyebabkan gangguan terhadap fungsi hidung tersebut dan menimbulkan berbagai macam gejala penyakit. 2.2 Definisi Rinitis vasomotor adalah suatu sindrom pada hidung dengan gejala hidung tersumbat berulang disertai pengeluaran sekret yang encer serta bersin-bersin. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi diduga akibat gangguan vasomotor pada hidung yaitu adanya gangguan fisiologik pada lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas saraf parasimpatis terhadap saraf simpatis.1,4 2.3 Epidemiologi Menurut data penelitian yang telah dilakukan di AS, angka prevalensi terjadinya rhinitis vasomotor adalah 5-10% populasi, sedangkan hanya 2-4% yang datang ke tempat praktek dokter untuk berobat3. 2.4 Etiologi Istilah rinitis vasomotor telah cukup luas dikenal, namun sebenarnya dapat dianggap sebagai nama yan salah. Rinitis vasomotor seperti yang kini dimengerti, bukanlah

gangguan alergi atau peradangan pada struktur anatomi terlibat, dalam hal ini hidung. Faktor-faktor yang menyebabkan rinopati dapat dipilah secara kasar sebagai berikut1 : 1. Faktor fisik ,seperti iritasi oleh asap rokok, perubahan suhu udara yang mendadak, kelembaban udara yang tinggi, serta bebauan yang menyengat. 2. Faktor endokrin, seperti kehamilan, masa pubertas, pemakaian kontrasepsi oral, dan hipotiroidisme. 3. Faktor psikis, seperti rasa cemas, konflik kejiwaan dan stress. 4. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis antara lain: ergotamine, chlorpromazine, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topical. 2.5 Patofisiologi Pada dasarnya mekanisme terjadinya rinitis vasomotor ini adalah adanya ketidak seimbangan sistem saraf otonom yang meregulasi aliran darah di hidung atau dengan kata lain terjadi gangguan keseimbangan fungsi vasomotor. Mukosa hidung dipersarafi oleh nervus vidianus yang mengandung serat saraf simpatis dan serat saraf parasimpatis. Serat saraf parasimpatis menyebabkan dilatasi pembuluh darah dalam konka serta meningkatkan permeabilitas kapiler dan sekresi kelenjar. Sedangkan serat saraf simpatis menyebabkan efek sebaliknya. Jika terjadi ketidakseimbangan antar sistem saraf otonom seperti yang terjadi pada rinitis vasomotor, di mana aktifitas sistem saraf parasimpatis yang lebih dominan dari pada aktifitas sistem saraf simpatis, sehingga menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah kecil di mukosa hidung. Vasodilatasi ini akan menimbulkan gejala klinis yang dominan, yang berupa hidung tersumbat, dan sekresi kelenjar yang meningkat menyebabkan rinore. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsi vasomotor dengan mekanisme yang telah disebutkan di atas, antara lain adalah : 1. Asap rokok Asap rokok dapat menyebabkan iritasi pada mukosa hidung yang sifatnya kronis. Iritasi yang terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan peningkatan ekspresi dari calcitonin gene-related peptide, p-substance, vasoactive intestinal peptide (VIP), neuropeptide tyrosine (NPY). NPY

merupakan suatu senyawa peptida yang terdiri dari 36 asam amino, merupakan zat vasokonstriktor yang sering ditemukan bersamaan dengan noradrenalin pada serabut saraf simpatis perifer. VIP, zat neurotransmiter yang bersifat antikolinergik pada sistem traktus respiratorius, memberikan efek bronkodilatasi dan vasodilatasi. Selain itu iriasi asap rokok kronis dapat mengakibatkan kerusakan pada silia sel-sel mukosa hidung, sehingga kemampuan silia untuk menghalau partikel-partikel asing. 2. Induksi obat-obatan Vasodilatasi rebound disebut rhinitis medikamentosa dapat terjadi akibat penyalahgunaan tetes hidung dekongestan simpatomimetik dan semprot hidung. Rata-rata individu menderita kongesti hidung mendapat kesembuan segera selama beberapa jam dengan menggunakan preparat-preparat hidung topikal ini. Namun, penggunaan jangka lama dapat berakibat kedaan kongestif kronik di mana membran jidung menjadi peka terhadap iritan, terutama bila diberikan secara intermiten. Setelah vasokontriksi awal, terjadi vasodilatasi sekunder yang dapat membuat hidung menjadi semakin buruk. Lebih lanjut, sel-sel mukus menjadi hiperreaktif dan makin memperberat sumbatan hidung dengan sekret berlebihan. Pemakaian obat-obatan topikal juga dapat mengubah kerja silia dan memecahkan lapisan pelindung mukus dalam rongga hidung. Obat-obatan yang telah diimplikasikan pada rhinitis vasomotor adalah obat antihipertensi, agen penghambat simpatis, serpentina dan alkohol. 3. Paparan ozon yang berlebihan Hal ini menyebabkan gangguan pada sel-sel epitel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas serta perangsangan terhadap sel-sel inflamasi. Akibatnya, jika berlangsung lama akan berlangsung proses proliferasi sel-sel epitel yang akan merangsang peningkatan sekresi kelenjar. 4. Hormonal Estrogen merangsang kongesti vaskular membran hidung dan juga pembesaran uterus, umumnya memuncak pada fase premenstrual. Selama kehamilan, dengan meningkatnya kadar estrogen, maka gejala-gejala kongesti

hidung biasanya dimulai pada bulan keempat atau kelima kehamilan dan semakin hebat menjelang persalinan. Dengan cara yang sama, pil KB dapat menyebabkan pembengkakan dalam hidung. 5. Suhu Udara yang dingin umumnya meyebabkan vasokonstriksi, sedangkan udara hangat menyebabkan pembengkakan akibat vasodilatasi. Perubahan suhu lingkungan yang mendadak dapat merangsang terjadinya kongesti dan atau rinore. 6. Sebab-sebab emosional Penelitian telah menunjukkan bahwa rekoleksi (mengingat kembali) pengalaman-pengalaman yang memalukan atau yang membuat frustrasi menyebabkan respons hidung yang mirip dengan respons rangsangan yang ditimbulkan oleh perusakan jaringan mukosa hidung. Umumnya, dikatakan, rasa tajut dan tak bersemangat meyebabkan mukosa hidung menciut dan pucat, sementara kecemasan, konflik, dan rasa benci menyebabkan hiperemia, edema dan hipertensi2.

Gambar 2.2 Rinitis Non Alergi

2.6 Gejala klinik

Rinitis vasomotor menimbulkan gejala sumbatan pada hidung, rinore dan bersin. Karena mekanisme terjadinya rinitis vasomotor dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, maka dapat dipahami mengapa gangguan emosi sering ditemukan pada pasien rinitis dengan gejala hidung tersumbat2. Reaksi vasomotor selain disebabkan oleh disfungsi sistem saraf otonom, dipengaruhi juga oleh faktor iritasi, fisik dan endokrin. Penderita rinitis vasomotor umumnya menunjukan gambaran sensitivitas yang berlebihan terhadap iritasi, rangsangan dingin atau perubahan kelemban udara. Keluhan yang dominan pada rhinitis vasomotor ini adalah sumbatan pada hidung dan rinore yang hebat. Keluhan bersin dan gatal tak begitu dominan pada kasus ini. Jadi disini dapat disimpulkan bahwa gejala rinitis vasomotor dapat berupa1,2,3,4: 1. Hidung tersumbat pada salah satu sisi dan bergantian tergantung pada posisi penderita (gejala ini yang paling dominan). Pada beberapa kasus, adanya perubahan cuaca (selama musim semi dan musim gugur) dapat mencetuskan gejala ini, yang menyerupai alergi terhadap debu dan tepung sari6. 2. Rinore yang bersifat serus atau mukus, kadang-kadang jumlahnya agak banyak. 3. Bersin-bersin dan rasa gatal lebih jarang dibandingkan rinitis alergika 4. Gejala rhinitis vasomotor ini dapat memburuk pada pagi hari saat bangun tidur karena adanya perubahan suhu yang ekstrem, udara yang lembab, dan karena adanya asap rokok. 2.7 Diagnosis Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan status lokalis (THT). Dari anamnesa dicari faktor pencetusnya dan disingkirkan kemungkinan rhinitis alergi. Pemeriksaan yang dilakukan seperti yang telah dijelaskan diatas. 2.7.1 Anamnesa Dalam anamnesis dicari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor, dan disingkirkan kemungkinan rinitis alergi1. Berdasarkan gejala yang menonjol dibedakan dalam 2 golongan, yaitu golongan obstruksi (blockers) dan golongan rinore (sneezers)1. Pada golongan obstruksi, gejala yang menonjol adalah kongesti hidung, hidung

tersumbat, dan rinore yang minimal3. Pasien dengan gejala rinore yang menonjol, memperlihatkan peningkatan aktivitas kolinergik, dan pemberian atropine akan efektif untuk mengurangi gejala ini3. Kunci utama gambaran klinis rhinitis vasomotor3 : - Biasanya tidak terdapat riwayat alergi dan iritasi - Tidak ada infeksi yang menyebabkan timbulnya gejala - Rinitis vasomotor dapat mennjukkan manifestasi yang bervariasi - Sebagian besar pasien ditemukan pada usia yang lebih tua dibandingkan pada pasien hay fever - Kadang-kadang gejala yang timbul mengikuti musim akibat perubahan temperature dan kelembaban. - Pasien memperlihatkan rinore (banyak atau sedikit), sakit kepala di daerah frontal, dan hidung tersumbat, tetapi biasanya tidak disertai rasa gatal. Beberapa pasien menemukan bahwa makanan (terutama makanan pedas) dapat menyebabkan secret hidung menjadi lebih banyak atau terjadi kongesti. 2.7.2 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, permukaan konka licin atau tidak rata. Pada rongga hidung terlihat adanya secret mukoid, biasanya jumlahnya tidak banyak. Akan tetapi pada golongan rinore tampak secret serosa yang jumlahnya sedikit lebih banyak.1 2.7.3 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang ini dilakukan untuk menyingkirkan adanya penyebab alergi, ataupun kondisi lain yang memberikan gejala yang hampir sama, misalnya polip hidung atua infeksi sinus6. Pemeriksaan laboratorik. Pemeriksaan laboratorik dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis alergi. Biasanya pada pemeriksaan sekret hidung tidak ada atau ditemukan eosinofil dalam jumlah sedikit1. Tes kulit. Tes kulit (skin prick test) biasanya negatif, bila tes ini positif biasanya hanya kebetulan. Tes ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada dasar reaksi alergi yang menyebabkan gejala ini, karena hal ini akan mempengaruhi pengobatan yang aka dilakukan1,3.

10

CTscan. Pada beberapa kasus, CTscan sinus diperlikan untuk menyingkirkan kemungkinan sinusitis kronis atau poliposis3. 2.8 Diagnosa Banding Diagnosis banding dari rinitis vasomotor adalah rinitis alergi, rinitis akut, dan rinitis medikamentosa (oleh akibat penggunaan obat-obat dekongestan secara berlebihan), yang dapat dilihat perbedaannya pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Medikamentosa Perbedaan Anamnesis Hidung tersumbat Bersin-bersin Sekret Hipersensitifitas Demam Sakit tenggorokan Sakit kepala Nafsu makan menurun Pemeriksaan fisik Rhinoskopi anterior Rinitis vasomotor + ++ Seromukus Rinitis alergi + +++ Serus + Rinitis akut + ++ Seromukus /Purulen + + + + -Mukosa sembab dan hiperemi -Sekret + (tergantung stadium) dimeatus inferior -Pinggiran vestibulum nasi hiperemi karena iritasi Rinitis medikamentosa ++ ++ Serus - konka yang odem dengan sekret yang berlebihan Rinitis Vasomotor, Rinitis Alergi, Rinitis Akut, dan Rinitis

-Konkha Tidak odem agak dilakukan kemerahan -Sekret seromukus (saat serangan)

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan sekret hidung

sel-sel eosinofil +

sel-sel eosinofil

sel-sel radang banyak

Tidak dilakukan

11

Tes Kulit Uji adrenalin

namun tidak banyak Tidak dilakukan

+ banyak + Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

oedema konka tidak berkurang

2.9 Penatalaksanaan Tidak terdapat terapi kausal pada rinitis vasomotor, hanya dilakukan terapi simtomatik berupa kombinasi dekongestan dan anti histamin oral, olahraga untuk meningkatkan kondisi badan, kalau hidung terasa tersumbat dapat diberikan tetes hidung (waktu serangan akut), kaustik, konkotomi. Pada kasus yang sangat berat dan terapi simtomatik tidak berhasil dapat dilakukan Vidian Neurektomi dengan metode trans antral, trans nasal, atau trans palatal8. Penanganan farmakologik yang disarankan dirangkum dalam tabel 2.2 dan gambar 2.3. Tabel 2.2 Rekomendasi Pengobatan untuk Rhinitis Vasomotor : Pendekatan Langkah demi Langkah9
Kelas Pengobatan Antihistamin topikal Kortikosteroid topikal Kortikosteroid topikal Kromoglikat topikal Antikolinergik topikal Nama Obat Azelastine (Astelin) Efek Obat Perbaikan gejala rinore, bersinbersin, postnasal drip, dan kongesti nasal. Perbaikan gejala obstruksi nasal dan skor kongesti. Perbaikan gejala obstruksi nasal dan skor kongesti. Bersin bersin dan skor kongesti berkurang. Hanya rinore yang berkurang. Efek Samping Tidak ada efek samping yang serius; lidah terasa pahit. Epistaksis, iritasi nasal. Epistaksis, nyeri kepala, kongesti nasal. Iritasi nasal, nyeri kepala, kongesti nasal. Efek samping minimal; hidung kering dan teriritasi. Somnolens, pusing, mulut kering, nyeri kepala.

Mometasone furoate (Nasonex) Budesonide (Rhinocort), beclomethasone (Beclovent), triamcinolone acetonide (Kenalog) Cromolyn sodium (Intal) Ipratropium (Atrovent)

Obat lain yang tidak dianjurkan AHRQ Antihistamin Yang menyebabkan sedasi dan oral yang tidak menyebabkan sedasi Simpatomimetik oral Leukotriene modifiers Phenylpropanolamine

Hasil AHRQ tidak ketahui.

Ditarik dari pasar; tidak ada dekongestan lain yang diidentifikasi atau dipelajari secara spesifik.

Tidak ditemukan di penelitian manapun tentang rhinitis non alergik. Obat lain yang tidak didiskusikan oleh AHRQ: kurang ada bukti, namun penggunaan empiris mungkin

12

dilakukan. Dekongestan topikal

Oxymetazoline (Nezeril,Afrin, Dristan)

Perbaikan gejala kongesti. Perbaikan gejala kongesti.

Dekongestan Pseudoephedrine oral AHRQ = Agency for Healthcare Research and Quality.

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang sesuai rhinitis vasomotor dengan gejala predominan:

Rinore saja Rinore, bersin-bersin, postnasal drip dengan kongesti nasal Obstruksi nasal, kongesti nasal Antikolinergik topikal (ipratropium [Atrovent]) Kortikosteroid topikal (mometasone furoate [Nasonex], budesonide [Rhinocort], beclomethasone [Beclovent])

Antihistamin topikal (azelastine [Astelin])

Respon tidak adekuat

Ganti dengan Kromoglikat topikal (cromolyn sodium [Intal]).

Respon tidak adekuat

Respon tidak adekuat

Pertimbangkan antihistamin topikal

Coba agen topikal yang belum dicoba: Antihsitamin, kortikosteroid, antikolinergik, atau kromoglikat.

Respon tidak adekuat Peritmbangkan penggunaan empiris dekongestan topikal, dekongestan oral, atau antihistamin oral. Pertimbangkan kembali akurasi diagnosis awal.

Respon tidak adekuat

13
Pertimbangkan kembali akurasi diagnosis awal.

Gambar 2.3 Pendekatan yang Disarankan dalam Penanganan Farmakologik Rinitis Vasomotor8 2.10 Komplikasi Penyulit yang sering timbul pada rhinitis vasomotor adalah3: 1. Sinusitis paranasalis 2. Polip nasi 3. Otitis media

14

BAB 3 LAPORAN KASUS

15

I.

Identitas Penderita Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Suku bangsa Agama Status perkawinan Alamat Tanggal pemeriksaan : : Bali : Hindu : Sudah menikah : : : : tahun : :

II.

Anamnesis Keluhan Utama : hidung tersumbat Riwayat Pengobatan Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Pribadi/Sosial

III.

Pemeriksaan Fisik Status Present Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Respirasi Temperatur Status General Kepala Mata THT : normocephali : anemi -/-, ikterus -/: ~ status lokalis : baik : compos mentis : 120/80 mmHg : 83 x/ menit : 21 x/ menit : 36,4o C

16

Leher

: kelenjar limfe dalam batas normal kelenjar parotis dalam batas normal kelenjar tiroid dalam batas normal

Thorak Abdomen Ekstremitas

: Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-) Po : vesikuler +/+, ronchi-/-, weezing-/: dalam batas normal : dalam batas normal

Status Lokalis THT Telinga Daun telinga Liang telinga Discharge Membran timpani Tumor Tes pendengaran Suara bisik Rinne Weber Schwabach Kelenjar limfe Hidung Hidung luar Cavum nasi Septum Discharge Tumor Sinus Concha : tidak dievaluasi : +/+ : lateralisasi (-) : N/N : pembesaran () Kanan normal sempit deviasi(-) normal kongesti Kiri normal lapang deviasi(-) normal dekongesti Kanan normal lapang (-) intak (-) Kiri normal lapang (-) intak (-)

Tes keseimbangan : tidak dievaluasi

17

Koane Tenggorok Dispneu Sianosis Mukosa Dinding post. Stridor Suara Tonsil : (-) : (-)

normal

normal

: merah muda : granulasi (-) : (-) : normal : T1/T1 merah muda / merah muda permukaan rata / rata kripte tidak melebar / tidak melebar

Laring Epiglotis Plica ventricularus Plica vocalis Plica glotis IV. Resume Status lokalis THT : Telinga Tenggorok Hidung Hidung luar Cavum nasi Septum Discharge Tumor Sinus : dalam batas normal : dalam batas normal Kanan normal sempit deviasi(-) normal Kiri normal lapang deviasi(-) normal : tidak dievaluasi : tidak dievaluasi : tidak dievaluasi : tidak dievaluasi

18

Concha Koane V. Diagnosis Banding a. Rhinitis vasomotor b. Rhinitis alergika

kongesti normal

dekongesti normal

c. Rhinitis akut infeksiosa VI. Usulan Pemeriksaan VII. :

Pemeriksaan sekret hidung Tes kulit

Diagnosis Kerja : Rinitis vasomotor

VIII. Penatalaksanaan Terapi : Pseudoefedrin 3 x 1 tab Becomb C 1 x 1 tab KIE : IX. hindari faktor pencetus timbulnya penyakit hindari tempat-tempat dengan kelembaban tinggi dan minum minuman dingin posisi tidur dengan bantal agak tinggi olahraga teratur untuk meningkatkan kondisi badan memakai pakaian yang cukup tebal saat udara dingin

Prognosis : dubius at bonam

Daftar Pustaka

19

1. Soepardi E A. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. 5th ed. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia . Jakarta : Gaya Baru ; 2001. 2. Adams, Boies , Higler. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997. 3. Woodall B S, Meyers A D. Non Allergic Rhinitis. In : Emedicine. 7 Juni 2005. http://www.emedicine.com/ent/tpic402.htm. (28 Juli 2006) 4. Anonim. Vasomotor Rhinitis (VMR). In : Auckland Allergy Clinic. Januari 2003. http://www.alergyclinic.com. (28 Juli 2006). 5. Anonim. Vasomotor Rhinitis. In : Brookwood. 28 Juli 2006. http://www. Brookwood ENT.com. (28 Juli 2006) 6. Anonim. Vasomotor Rhinitis. In : IMcK. 28 Juli 2006. http://www. IMcKesson Clinical Reference Products.com. (28 Juli 2006) 7. Anonim. Non Allergic Rhinitis. In : Allergy Capital. 28 Juli 2006. http://www.allergycapital.com.au/Pages/nar.html (28 Juli 2006) 8. Aninim. Non-Allergy/Vasomotor Rhinitis-The Great Imposter. In : Allergy Health Care. 2004. http://www.allergyhealthcare.com/article%2013.htm (28 Juli 2006) 9. Wheeler, Patricia. Vasomotor Rhinitis. In : AAFP. 28 Juli 2006 http://www.aafp.org/afp (28 Juli 2006).

20

Anda mungkin juga menyukai