Pendahuluan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu penurunan pemakaian
glukosa oleh sel-sel tubuh dan peningkatan metabolisme lemak, serta berkurangnya
semakin tingginya angka obesitas dan semakin kurangnya aktivitas fisik manusia.
Pada tahun 2000, prevalensi DM diperkirakan 0,19% pada orang umur <20 th dan
8,6% pada orang umur >20 th. Pada lansia >65 th prevalensi DM adalah 20,1%.
Prevalensi pada pria dan wanita sama, kecuali pada usia >60 th lebih tinggi pria
dibanding wanita.
dan gangrene. Penyakit akibat komplikasi mikrovaskular yang dapat terjadi pada
Nefropati Diabetik adalah komplikasi diabetes melitus pada ginjal yang dapat
berakhir sebagai gagal ginjal. Penyakit ginjal (nefropati) merupakan penyebab utama
kematian dan kecacatan pada DM. Sekitar 50% gagal ginjal tahap akhir di Amerika
Serikat disebabkan nefropati diabetik. Hampir 60% penderita hipertensi dan diabetes
terjadinya peningkatan tekanan darah yang tidak normal dalam pembuluh darah arteri
dan terjadi secara terus menerus. Hipertensi adalah salah satu penyebab utama
kematian dini diseluruh dunia dan hipertensi membunuh hampir 8 miliar orang setiap
tahun di dunia. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, selain itu
faktor risiko hipertensi yaitu riwayat keluarga, jenis kelamin, riwayat merokok, berat
Tinjauan Pustaka
adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi insulin,
gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan jangka panjang
dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh
2020).
semua golongan umur, namun lebih sering terjadi pada anak-anak. Penderita DM tipe
1 membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol glukosa darahnya (IDF,
2019). DM tipe ini sering disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM),
yang berhubungan dengan antibody berupa Islet Cell Antibodies (ICA), Insulin
DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) adalah jenis DM yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 85%
pasien DM. Keadaan ini ditandai oleh resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif. DM tipe ini lebih sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi dapat pula
terjadi pada orang dewasa muda dan anak-anak (Greenstein dan Wood, 2010).
Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dan
Berbagai faktor gaya hidup merupakan salah satu yang meningkatkan risiko
DM tipe 2, seperti sedentary lifestyle (Zimmet et al., 2001), kurangnya aktivitas fisik,
merokok, dan konsumsi alkohol (“Diet, Lifestyle, and the Risk of Type 2 Diabetes
adalah faktor risiko DM tipe 2 yang paling sering dan menyebabkan resistensi insulin
(Belkina and Denis, 2010). Hampir 90% pasien DM tipe 2 mengalami obesitas
(WHO, 2011). Popularitas makanan cepat saji diantara orang dewasa dan anak-anak
makanan rendah serat dengan indeks glukosa yang tinggi juga terkait faktor risiko
DM tipe 2 (Simin Liu, MD, ScD, JoAnn E. Manson, MD, DrPH, Meir J. Stampfer,
MD, DrPH, et al., 2000). Asupan lemak menyebabkan juga menyebabkan resistensi
rasa haus (polidipsia), banyak makan (polifagia), kehilangan berat badan secara
drastis, pandangan kabur, dan merasa kelelahan (fatigue). Selain itu, ditandai dengan
sering buang air kecil pada malam hari (nokturia) dan lesu (lethargy) (Dipiro dkk.,
2015).
2.5 Diagnosis
1) Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada
2) Glukosa plasma 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL. Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) adalah pemeriksaan glukosa setelah mendapat pemasukan glukosa yang
2.6 Patofisiologi
tubuh untuk merombak glukosa menjadi energi karena tidak ada atau kurangnya
produksi insulin di dalam tubuh. Insulin adalah suatu hormon pencernaan yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan berfungsi untuk memasukkan gula ke dalam sel
tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Pada penderita DM, insulin yang
dihasilkan tidak mencukupi sehingga gula menumpuk dalam darah (Agoes dkk,
2013).
pemicu kerusakan sel beta pankreas. Tipe ini disebut tipe 1A. Sedangkan tipe non-
imun, lebih umun daripada autoimun. Tipe non-imun terjadi sebagai akibat sekunder
dari penyakit lain seperti pankreatitis atau gangguan idiopatik (Brashers dkk, 2010).
DM tipe 2 adalah hasil dari gabungan resistensi insulin dan sekresi insulin
yang tidak adekuat, hal tersebut menyebabkan predominan resistensi insulin sampai
dengan predominan kerusakan sel beta. Kerusakan sel beta yang ada bukan suatu
resistensi insulin, konsentrasi insulin yang beredar mungkin tinggi tetapi pada
keadaan gangguan fungsi sel beta yang berat kondisinya dapat rendah. Pada dasarnya
transduksi sinyal oleh resptor, atau perubahan dalam salah satu tahap kerja insulin
2.7 Komplikasi
terjadi pada pasien DM karena tingginya kadar glukosa dalam darah. Komplikasi DM
tipe 2 ada yang bersifat akut dan kronis. Diabetes ketoasidosis, hiperosmolar non
ketotik, dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut, sedangkan komplikasi kronis
yang bersifat menahun, yaitu (Audehm et al., 2014 dan Perkeni, 2015):
tengah retina), katarak, dan kesalahan bias (adanya perubahan ketajaman lensa mata
ginjal sehingga racun didalam tubuh tidak bisa dikeluarkan dan menyebabkan
mengalami amputasi, nyeri pada malam hari, bergetar dan kaki terasa terbakar
(Perkeni, 2015). Penyempitan pembuluh darah pada jantung merupakan ciri dari
penyakit pembuluh darah perifer yang diikuti dengan neuropati (Ndraha, 2014).
2.8 Penatalaksanaan
Dari awal, pada pengelolaan pasien DMT2 harus direncanakan terapi non
farmakologis dan pertimbangan terapi farmakologis. Hal yang paling penting pada
terapi non farmakologis adalah monitor sendiri kadar glukosa darah dan pendidikan
teratur (3-4 kali seminggu selama 30 menit/ kali), merupakan salah satu pilar dalam
menggunakan tangga, dan berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain
untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
jasmani yang dianjurkan adalah berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda santai, joging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif
sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan. Sementara bagi mereka yang sudah
mengalami komplikasi DM, intensitas latihan jasmani dapat dikurangi. Terapi nutrisi
medis dilaksanakan dalam beberapa tahap. Pengenalan sumber dan jenis karbohidrat,
Terapi nutrisi medis ini bersifat bersifat individu. Secara umum, terapi nutrisi medis
meliputi upaya-upaya untuk mendorong pola hidup sehat, membantu kontrol gula
selama beberapa waktu. Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran,
dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau
suntikan insulin. Pemilihan obat untuk pasien DMT2 memerlukan pertimbangan yang
banyak agar sesuai dengan kebutuhan pasien. Pertimbangan itu meliputi, lamanya
pertimbangan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung
ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, adanya ketonuria,
insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan
Terapi insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang fisiologis.
Defisiensi insulin dapat berupa defisiensi insulin basal, insulin prandial (setelah
terapi anti hipertensi golongan ACE-I ataupun Angiotensin Receptor Blocker (ARB).
Pada penderita DMT2 dengan laju filtrasi glomerulus < 30 mL/menit/1.73, harus
terapi. Bila tidak memungkinkan untuk memberikan insulin, dapat diberikan OHO
golongan sulfonil urea (gliquidone) kerja singkat dan linagliptin yang tidak
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis kronis dimana
tekanan darah di arteri meningkat, yang mengharuskan jantung bekerja lebih keras
dari biasanya untuk mengalirkan darah melalui pembuluh darah (Ibekwe, 2015).
Hipertensi dapat mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh yang menimbulkan kerusakan lebih
berat pada target organ bahkan kematian (Kayce Bell, June Twiggs, 2018).
3.2 Etiologi
Bagi sebagian besar pasien dengan tekanan darah tinggi, penyebabnya tidak diketahui.
Ini diklasifikasikan sebagai hipertensi primer atau esensial. Sebagian kecil pasien
hipertensi sekunder. Lebih dari 90% pasien dengan tekanan darah tinggi memiliki
hipertensi primer.
terapi yang tepat (termasuk modifikasi gaya hidup dan obat-obatan). Faktor genetik
bentuk tekanan darah tinggi ini cenderung berkembang secara bertahap selama
sekunder. Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis atau pengobatan yang
muncul tiba-tiba dan sering menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama untuk mendorong darah ke
sistem tubuh lain (Gambar 2.1). Perubahan setiap faktor tersebut akan mengubah
tekanan darah kecuali perubahan kempensatorik pada variabel lain sehingga tekanan
pada curah jantung (cardiac output) dan resistensi perifer. Menurut Wilson and Price
Dan curah jantung adalah hasil isi sekuncup dikali denyut jantung
vena (preload), dan 3) resistensi ditahan oleh ventrikel kiri untuk mengeluarkan darah
meregulasi tekanan darah yaitu 1) jantung, yang mensuplai tekanan untuk memompa
mengatur volume intravaskuler dan 4) hormon, yang mengatur tiga sistem yang telah
Satu mekanisme umpan balik yang sangat berperan dalam pengaturan tekanan
darah adalah refleks baroreseptor. Refleks ini dimediasi oleh reseptor yang terletak
sensasi regangan dan deformasi dari arteri. Sekiranya terjadi kenaikan tekanan darah,
pusat. Sinyal umpan balik negatif kemudin dikirim kembali ke sistem sirkulasi
1) Etnis
Menurut data dari Third National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES III, 1988-1991) dalam Sheps (2005) menunjukkan bahwa jumlah penderita
hipertensi berkulit hitam 40% akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang berkulit
putih. Hal ini belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang berkulit
hitam ditemukan kadar rennin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin
2) Riwayat Keluarga
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium.
Berbagai penelitian dan study kasus menguatkan bahwa faktor keturunan merupakan
salah satu penyebab terjadinya hipertensi, dimana jika dalam keluarga ada yang
menderita hipertensi 25-60% akan terjadi pada anaknya (Lili and Tantan, 2007).
3) Usia
Pasien yang berumur di atas 60 tahun mempunyai tekanan darah di atas 140/90
mmHg akan menyebabkan perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan
berusia > 59 tahun., sementara usia ≤ 59 tahun hanya (58,00%) yang hipertensi
4) Jenis kelamin.
(NHANES) III memperlihatkan bahwa distribusi hipertensi lebih tinggi pada populasi
masa setalah menopause atau mendekati usia 60 tahun maka distribusi hipertensi
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Hesti Rahayu (2012) menunjukkan bahwa
kejadian hipertensi lebih tinggi terjadi pad perempuan sebesar 68,3% dibandingkan
1) Merokok.
meningkatkan tekanan darah arteri pada jangka waktu yang pendek, selama dan
setelah merokok.
Dengan menghentikan rokok, maka kemungkinan terjadinya hipertensi,
serangan jantung, stroke, dan penyakit lainnya akan menurun (Rustiana, 2014).
kebanyakan kelompok etnik disemua umur. Penurunan berat badan dianjurkan untuk
mengurangi tekanan darah pada orang dewasa yang kelebihan berat badan atau
obesitas.
3) Konsumsi Natrium
yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertens yaitu tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang
(Nuraini, 2015). Asupan natrium harus dikurangi, dan kalium harus ditambah kecuali
Konsumsi secara berlebihan alkohol dan kafein yang terdapat dalam minuman
kopi, teh dan cola akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada seseorang.
tekanan darah. Sementara kafein dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya (Irza, 2009). Kafein
juga merangsang kelenjar adrenal melepas lebih banyak kartisol dan adrenalin yang
5) Aktivitas Fisik
tidak kurang dari 30 menit,≥ 3 kali per minggu (Chu-Hong Lu, Song-Tao Tang, Yi-
Xiong Lei, Mian-Qiu Zhang, Wei-Quan Lin, Sen-Hua Ding, 2015). Orang-orang yang
tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung
harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri (Nuraini, 2015).
meningkatkan tekanan darah secara mendadak sebagai respon vagal (Rustiana, 2014).
tekanan darah tinggi adalah jalan pagi,jalan kaki, sebam, bersepeda dan berenang.
Kegiatan aktiviats ini disarankan agar dilakukan ≥30 menit per hari dan ≥3hari per
3.5 Patofisiologi
normal, dan gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
esensial. Faktor yang telah banyak diteliti ialah : asupan garam, obesitas, resistensi
terhadap insulin, sistem renin-angiotensin dan sistem saraf simpatis (Lumbantobing,
2008).
Ada dua unsur utama yang menyebabkan kenaikan hipertensi yaitu cardiac
output dan tahanan perifer total. Apabila peningkatan tekanan disebabkan oleh jalur
yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan cardiac output, maka hipertensi ini
menyebabkan tekanan sistolik akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan diastolik.
Apabila peningkatan tekanan itu disebabkan oleh kenaikan tahan perifer total maka
hipertensi yang terjadi menyebabkan peningkatan tekana sistolik dan diastolik yang
bersamaan, atau lebih sering tekanan diastolik meningkat lebih tinggi dibandingkan
peningkatannya lebih besar disbanding dengan tekanan sistolik dapat terjadi jika
peningkatan tahanan perifer total sudah memperlambat fungsi ejeksi daripada cardiac
3.6 Klasifikasi
a. Berdasarkan Penyebabnya
hipertensi primer tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan terapi yang
tepat (termasuk modifikasi gaya hidup dan obat-obatan). Faktor genetik dapat
memainkan peran penting dalam pengembangan hipertensi primer (Kayce Bell, June
Twiggs, 2018).
2) Hipertensi sekunder, Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Kurang dari
10% pasien dengan tekanan darah tinggi memiliki hipertensi sekunder. Hipertensi
misalnya penyakit ginjal, tiroid, obat pil KB, dekongestan dan lainnya (Kayce Bell,
Tekanan darah bervariasi pada populasi dan cenderung untuk meningkat sesuai
dan berbanding lurus dengan kenaikan tekanan darah sehingga menentukan tahapan
bertahun – tahun. Oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer. Pada
pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,
tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat,
hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Adapun gejala klinis yang dialami oleh
mudah marah, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat,
gangguan neurologi, gejala payah jantung, dan gejala lain akibat gangguan fungsi
ginjal sering dijumpai. Payah jantung dan gangguan penglihatan sering dijumpai pada
hipertensi berat atau hipertensi maligna yang umumnya disertai dengan gangguan
pada ginjal. Gangguan serebral akibat hipertensi dapat berupa kejang atau gejala –
gejala akibat perdarahan pembuluh darah otak yang berupa kelumpuhan, gangguan
kesadaran bahkan sampai koma. Apabila gejala tersebut timbul, tekanan darah perlu
3.8 Diagnosis
Hipertensi yang dikenal sebagai silent killer karena pasien dengan hipertensi
esensial biasanya tidak ada gejala (asimtomatik). Pengukuran rata – rata dua kali atau
lebih dalam waktu dua kali control ditentukan untuk mendiagnosis dan
Kapojos, 2001). Tekanan darah biasanya diukur dengan sphygmomanometer air raksa
dengan satuan mmHg pada posisi duduk atau terlentang. Adanya variasi yang besar
tekanan darah, diagnosis hipertensi harus berdasarkan beberapa kali pengukuran tensi
darah yang diukur pada beberapa kesempatan (waktu) yang terpisah (Ketaren, 2009).
3.9 Penatalaksanaan
a. Terapi Nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan darah adalah (Irza, 2009) :
berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda. Keuntungan ini dapat terjadi
walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter
untuk mengetahui jenis olahraga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan
5) Menghentikan rokok.
b. Terapi Farmakologis
nonblack umum (termasuk yang dengan diabetes) harus mencakup diuretik tipe
atau penghambat reseptor angiotensin. Sebaliknya, terapi awal populasi kulit hitam
berbeda dari populasi nonblack berdasarkan bukti bahwa pasien kulit hitam memiliki
pengurangan tekanan darah yang lebih kecil ketika diberi terapi obat ACEi atau ARB
maupun tidak langsung. Tekanan darah yang meningkat adalah faktor risiko utama
untuk penyakit jantung kronis, stroke, dan penyakit jantung koroner. Peningkatan TD
berkorelasi positif dengan risiko stroke dan penyakit jantung koroner. Selain penyakit
jantung koroner dan stroke, komplikasinya meliputi gagal jantung, penyakit pembuluh
darah perifer, gangguan ginjal, pendarahan retina, dan gangguan penglihatan (Shikha
Umur : 48 tahun
No. RM : 094951
ANAMNESA
Telaah : Pasien datang dengan keluhan lemas badan. Hal ini di alami
1 hari SMRS, mual (+) ,muntah (+) sudah 2 kali dalam sehari ini, os juga
mengeluhkan sesak, merasa cepat lelah jika aktifitas ringan atau berjalan kaki. Os
terbiasa tidur dengan di ganjal 1 bantal. Batuk (-) pilek (-) nafsu makan baik, BAB
minum obat teratur, CHF (+), Asthma (-). Riwayat rawat inap 3 malam, pulang 2
Status Present
Suhu : 36.6 C̊
HR : 107 x/i
RR : 24 x/i
BB : 45kg
TB : 155kg
Status Lokalisata
Toraks : Simetris, BJ I,II Reguler, mur mur (-) gallop (-) Vesicular +/+ ronkhi
Abdomen : Soepel, peristaltik (+), Hepatomegali (-) splenomegali (-) Murphy sign
(+) Blumberg (-) rousing (-) obturator (-) psoas (-) defans muscular (-) Nyeri tekan
epigastrium (+)
Rontgen thorax
Ekg
DIAGNOSA BANDING
Hipertensi Stage II
CHF
DIAGNOSA KERJA
TERAPI
Spironolacton 1x12,5mg PO
Captopril 1x25mg PO
Spironolacton 1x25mg PO
Captopril 3x25mg PO
TANGGA S O A P
L
27/12/2021 Lemas (+) KU: Lemas DD - R/
Thorax
wheezing (-/-)
Abdomen
Soepel, peristaltic (+)
NTE (-)
Ekstremitas
+/+
- Inbumin 2x1
Kepala
pupil isokor,
konjunctivapalpebral
ikterik -/-
Leher :
wheezing (-/-)
Abdomen
NTE (+)
Ekstremitas
+/+
TANGGAL S O A P
- Furosemide 1x1
ikterik +/+
Leher :
Thorax
Simetris,BJI,II Regule
wheezing (-/-)
Abdomen
Ekstremitas
+/+
BAB V DISKUSI KASUS
Seorang wanita, 48 tahun, dengan keluhan lemas badan, sesak, mual, muntah,
riwayat diabetes dan hipertensi. Pada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah
222/104 mmHg, nadi 107 x/menit, reguler, pernafasan 24 x/menit, suhu 36,7°C,
abdomen didapatkan nyeri tekan epigastrium dan edema pada ekstremitas bawah.
proteinuria.
yang tidak terkontrol. Pada anamnesis disebutkan penderita tidak minum obat
teratur, dan kadar glukosa tetap tinggi. Kontrol gula darah penting untuk penderita
KESIMPULAN
Pasien laki laki berumur 54 tahun, atas nama AHMAD KHOTWA masuk
rumah sakit dengan keluhan utama nyeri perut kanan atas didiagnosa dengan
obstruksi jaundice
+kolelitiasis
dan ditatalaksana :
- IVFD rl 20 Tpm
- Inj ceftriaxone
- Urosolid 3X1
- Cetrizin 2x1
Daftar Pustaka
Joseph.Abel.2021.Jaundice.jurnal NCBI
Kumar V, Cotran RZ, Gastroenterologi Robbin SL, Buku Ajar Pathologi Robbin
Jakarta EGC
prof.Dr.R.D.Kandou Manado,Vol4,Nomor
Padang.vol2.No4