Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi disebabkan oleh adanya dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi dari faktor individu,
sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Upaya
pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan faktor penyebeb korupsi.
Nilai-nilai antikorupsi yang meliputi jujur, disiplin, tanggung jawab, adil,
berani, peduli, kerja keras, sederhana, dan mandiri, harus dimiliki oleh tiap-tiap
individu untuk menghindari munculnya faktor internal sehingga korupsi tidak
terjadi. Sementara itu, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi, salain
harus memiliki nilai-nilai antikorupsi, setiap individu juga harus memahami
dengan mendalam prinsip-prinsip antikorupsi yang meliputi akuntabilitas,
transparansi, kewajaran, kebijakan dan kontrol kebijakan dalam organisasi/
individu/ masyarakat. Dengan demikian, nilai-nilai dan prinsip-prinsip
antikorupsi harus tertanam dalam diri setiap individu, agar terhindar dari
perbuatan korupsi.
Pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya faktor internal (niat) dan faktor
ekstrenal (kesempatan). Niat lebih terkait dengan faktor individu yang meliputi
perilaku dan nilai-nilai yang dianut, seperti kebiasaan dan kebutuhan, sedangkan
kesempatan terkait dengan sistem yang berlaku.
Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai
antikorupsi pada semua individu. Setidaknya ada Sembilan nilai-nilai korupsi
yang penting untuk ditanamkan pada semua individu, kesembilan nilai-nilai
antikorupsi tersebut terdiri dari: (a) inti, yang meliputi jujur, disiplin dan
tanggung jawab, (b) sikap, yang meliputi adil, berani, dan peduli, serta (c) etos
kerja, yang meliputi kerja keras, sederhana, dan mandiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud akuntabilitas sebagai prinsip antikorupsi dan
bagaimana contohnya?
2. Apa yang di maksud dengan nilai-nilai dan prinsip antikorupsi dan
bagaimana contohnya dalam pelayanan antenatal?

C. Tujuan Penulis
1. Menjelaskan akuntabilitas sebagai prinsip antikorupsi beserta
contohnya.
2. Menjelaskan nilai-nilai dan prinsip antikorupsi dan contohnya dalam
pelayanan antenatal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Contoh Akuntabilitas


Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua
lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam
bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya
(individu dengan individu) maupun pada level lembaga.
Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan
untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara
memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban (answerability) kepada
sejumlah otoritas eksternal (Dubnik : 2005).
Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk
kepada kemampuan seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan. (Pierre :
2007). Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki
legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja (Prasojo :
2005).
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya,
antara lain adalah akuntabilitas program, akuntablitas proses, akuntailitas
keuangan, akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik
(Puslitbang, 2001).
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dandipertanggung
jawabkan melalui Mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan semua kegiatan. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses
pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara
langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.
Contoh akuntabilitas sebagai berikut :
Seorang Ibu Primigravida dibantu oleh seorang bidan untuk bersalin. Proses
persalinannya telah lama karena lebih 24 jam bayi belum juga keluar dan keadaan
Ibu nya sudah mulai lemas dan kelelahan karena sudah terlalu lama mengejan.
Bidan tersebut tetap bersikukuh untuk menolong persalinan Ibu tersebut karena
takut kehilangan komisi, walaupun asisten bidan itu mengingatkan untuk segera

3
di rujuk saja. Setelah bayi keluar, terjadilah perdarahan pada ibu, baru kemudian
bidan merujuk Ibu ke RS. Ketika di jalan, Ibu tersebut sudah meninggal.
Keluarganya menuntut bidan tersebut.
Analisa : I
Ibu tersebut sudah mengalami partus yang lama karena lebih dari 24 jam,
seharusnya bidan bisa mengetahui penyebab partus lama, apakah ada
malpresentasi pada janin, emosi yang tidak stabil pada ibu atau panggul yang
kecil sehingga bidan bisa bertindak secepatnya untuk menyelamatkan nyawa ibu
dan bayi, bukan mementingkan komisi yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Perdarahan itu disebabkan karena atonia uteri akibat partus yang terlalu
lama. Atonia uteri hanya bisa bertahan dalam waktu 2 jam setela Post Partum.
Dalam kasus tertentu justru bidan dengan sengaja melakukanya demi uang,
dan satu sisi pasien juga tidak mengetahui tentang hak-hak apa yang dapat
diperoleh pasien tentang kondisi kesehatannya atau pasien sengaja tidak
diberitahu informasi yang jelas tentang resiko, tindakan serta prosedur persalinan
yang yang seharusnya.Bidan tersebut telah melanggar wewenangan bidan dan
melakukan malpraktek.
Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-
hati melakukan proses kelahiran.
1. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai
menyebabkan mati atau luka-luka berat. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian
menyebabkan orang mati : “Barangsiapa karena kealpaannya
menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.”
2. Pasal 1365 KUHS. “Setiap perbuatan melanggar hukum yang
mengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena
kesalahannya mengakibatkan kerugian itu, menganti kerugian tersebut.”
Cara membuktikan kelalaiannya adalah Dereliction of Duty (penyimpangan
dari kewajiban) Jika seorang bidan melakukan pekerjaan menyimpang dari apa
yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut
standard profesinya, maka bidan tersebut dapat dipersalahkan.

4
Kepala dinas kesehatan akan memcabut SIPB setelah mendengar saran dan
keputusan dari MPEB dan IBI . MPEB akan melakukan sidang dari kasus ini.
MPEB akan meminta keterangan dari bidan dan saksi.
Yang menjadi saksi dari kasus ini adalah asisten bidan. MPEB akan meminta
keterangan dari bidan dan saksi. Setelah asisten bidan mengatakan yang
sebenarnya bahwa bidan lah yang menahan rujukan karena alasan komisi, maka
MPEB akan memberikan sanksi yang setimpal karena sudah merugikan orang
lain kepada bidan tersebut dan sebagai gantinya izin praktik bidan tersebut akan
di cabut. Keputusan MPEB bersifat final.

B. Nilai-Nilai dan Prinsip Antikorupsi dan Contohnya Dalam Pelayanan


Antenatal.
Menurut Romi, dkk. (2011 dalam Batennie, 2012) pada dasarnya korupsi
terjadi karena adanya faktor internal (niat) dan faktor eksternal (kesempatan).
Niat lebih terkait dengan faktor individu yang meliputi perilaku dan nilai-nilai
yang dianut, seperti kebiasaan dan kebutuhan, sedangkan kesempatan terkait
dengan sistem yang berlaku.

Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan menanamkan nilai- nilai


antikorupsi pada semua individu. Setidaknya ada sembilan nilainilai antikorupsi
yang penting untuk ditanamkan pada semua individu, kesembilan nilai
antikorupsi tersebut terdiri dari:(a)Inti, yang meliputi kejujuran, kedisiplinan, dan
tanggung jawab, (b)Sikap, yang meliputi keadilan, keberanian, dan kepedulian,
serta , (c)Etos kerja, yang meliputi kerja keras, kesederhanaan, dan kemandirian.

Contoh :

1. Jujur

Jujur didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong dan tidak curang.
Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa,
tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya
(Sugono, 2008).

5
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang
bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata
jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang
lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam bekerja sehingga akan membentengi diri
terhadap godaan untuk berbuat curang atau berbohong.

Contoh :
Jika pada saat melakukan praktik kebidanan, bidan Dinda harus memberikan
harga sesuai dengan yang seharusnya tanpa melebih lebihkan, dan berani untuk
menyampaikan kondisi pelayanan kepada ibu hamil tanpa menyakiti perasaannya

2. Disiplin

Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan (Sugono, 2008).

Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang, ketekunan, dan konsisten untuk
terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip
kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus
dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara mudah.

Contoh :
Bidan Sinta telah bekerja di salah satu instusi, dan mendapatkan jadwal kerja
setiap hari mulai dari jam 07.00-16.00 sebagai seorang bidan yang disiplin, bidan
Sinta harus mentaati peraturan yang tertera pada isntitusi seperti datang tepat
waktu, memakai seragam dengan atribut yang lengkap dan tidak bolos kerja dan
melaksanakan pelayanan kepada pasien atau masyarakat dengan benar sesuai
prosedur.

3. Tanggung Jawab

6
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya atau
kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan (Sugono,
2008).

Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi
kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukan
akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka
seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.

Contoh :
Bidan Husnul menangani ibu Fanny untuk melakukan pelayanan antenatal, jadi
sebagai seorang bidan yang penuh tanggung jawab bidan Husnul harus
melakukan pelayanan sesuai prosedur kebidanan, dan jika ada sesuatu kesalahan
maka bidan sinta harus berani untuk menanggung resikonya

4. Adil

Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak. Keadilan adalah
penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi
haknya, yakni dengan bertindak proporsional dan tidak melanggar hukum.
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima
sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih
dari apa yang ia sudah upayakan. Jika ia seorang pimpinan, ia akan memberikan
kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya, ia juga ingin
mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

Contoh :
Bidan Nur tidak membedakan jika melakukan pelayanan mau dari yang kaya
ataupun miskin, bidan Nur mampu untuk memberikan kesamarataan bagi setiap
ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang sama.

5. Berani

7
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran, berani mengaku kesalahan, berani bertanggung jawab,
dan berani menolak kebatilan. Ia tidak akan menoleransi adanya penyimpangan
dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas.

Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan
teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang
semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak takut tidak memiliki teman kalau
ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang. Keberanian sangat
diperlukan untuk mencapai kesuksesan, serta keberanian akan semakin matang
jika diiringi dengan keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika
pengetahuannya juga kuat.

Contoh :
Bidan Dinda harus memiliki rasa mengungkapkan kebenaran atau percaya diri
untuk melakukan suatu tindakan, misalnya pada pelayanan kepada ibu hamil
bidan Dinda harus berani berkomunikasi dengan baik dan mampu untuk
melakukan pelayanan tanpa ada rasa gugup.

6. Peduli

Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan (Sugono,


2008). Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang.

Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan


sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu,
menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak
akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar, tetapi
ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilnya untuk membantu
sesama.

Contoh :
Ada seorang ibu memiliki 2 anak. Anak pertama berumur 5 tahun dan anak kedua
berumur 3 tahun, suatu hari sang anak lapar tetapi seorang ibu itu tidak punya

8
cukup uang untuk membelikann anak-anaknya susu. Tiba-tiba seorang bidan
melihat sang ibu menangis sendirian jadi bidan mendatangi ibu tersebut dan
bertanya apa yang terjadi. Setelah mengetahui permasalahannya dengan rasa
kepedulian dan iba kepada anak-anak tersebut, bidan pun membantu mereka
membeli makanan dan susu untuk mereka.

7. Kerja Keras

Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kemauan menimbulkan


asosiasi dengan keteladan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian,
pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, dan pantang mundur.

Perbedaan nyata akan jelas terlihat antara seseorang yang mempunyai etos kerja
dengan yang tidak memilikinya. Individu beretos kerja akan selalu berupaya
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang
sebesar-besarnya. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya
hasil yang sesuai dengan target.

Contoh :
Bidan Clarita harus memiliki prinsip dimana ada ibu hamil yang
membutuhkannya, jadi bidan Clarita senantiasa mengecek atau memeriksa ibu
hamil tersebut, berjuang untuk kesehatan ibu dan anaknya.

8. Kesederhanaan

Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari


kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa
berlebih-lebihan.

Dengan gaya hidup sederhana, seseorang dibiasakan untuk tidak hidup boros
yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Selain itu seseorang yang bergaya
hidup sederhana juga akan memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya dan
tidak tergoda untuk hidup dengan gelimang kemewahan.

Ilmu pengetahuan adalah kekayaan utama yang menjadi modal


kehidupannya. Ia menyadari bahwa mengejar harta tidak akan ada habisnya

9
karena nafsu keserakahan akan selalu menimbulkan keinginan untuk mencari
harta sebanyak-banyaknya.

Contoh :

Meskipun orang yang kaya, bidan Sinta tetap rendah hati dan tidak sombong, dia
kerap memberikan baju bayi atau perlengkapan bayi kepada ibu hamil yang
melakukan pelayanan.

9. Mandiri

Di dalam beberapa buku, dijelaskan bahwa mandiri berarti dapat berdiri di


atas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam
berbagai hal. Kemandirian dianggap sebagai suatu hal yang penting dan harus
dimiliki oleh seorang pemimpin, karena tanpa kemandirian seseorang tidak akan
mampu memimpin orang lain.

Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang untuk


menjadi tidak tergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian
yang dimiliki seseorang dapat mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara
efektif. Jejaring sosial yang dimiliki pribadi yang mandiri dimanfaatkan untuk
menunjang pekerjaannya tetapi tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang
mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat.

Contoh :

Ciri Bidan mandiri adalah bidan yang memiliki kemampuan untuk mandiri dan
bertanggung jawab ditengah arus besar tuntutan kebebasan,Seoarang yang
dewasa biasanya memiliki sikap 3 R (Realible, responsble, dan reasonable).

1. Bidan mampu menghadapi tantangan dengan baik saat melakukan ANC,


meskipun sulit tetapi tidak pernah menyerah dan menganggap semua
rintangan sebagai sebuah tantangan yang harus ditempuh sebagai sebuah
proses dalam mencapai kesuksesan.

10
2. Bidan dapat menentukan keputusan dan berfikir bijak dalam keadaan
terdesak saat menghadapi pasien.

3. Bidan Sinta selalu menjadi orang yang bisa diandalkan dan bisa atau mampu
melakukan pekerjaannya sendiri untuk pelayanan antenatal, ia mengerjakan
hal tersebut karna dorongan diri sendiri dan kepercayaan diri tanpa ada
pengaruh dari luar

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas. Akuntabilitas adalah
kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk
konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu
dengan individu) maupun pada level lembaga.
Adapun nilai-nilai anti korupsi yang terdiri dari:(a)Inti, yang meliputi
kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab, (b)Sikap, yang meliputi keadilan,
keberanian, dan kepedulian, serta , (c)Etos kerja, yang meliputi kerja keras,
kesederhanaan, dan kemandirian.

B. Saran
Kita sebagai mahasiswa atau mahasiswi sangat penting mempelajari dan
menanamkan kepada diri kita bahwa melakukan tindakan korupsi adalah haram
dan dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu, kita harus berkomitmen untuk
menjadi anti korupsi

12
DAFTAR PUSTAKA

dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes, dkk. Buku ajar PBAK 2014. Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Apriyadi, muhammad. 2015. nilai dan prinsip anti koruosi. Diakses pada tanggal
31 januari 2020 pukul 18.36 melaui
https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmu-
hukum/nilai-dan-prinsip-anti-korupsi/

Heru55. 2015. prinsip anti korupsi. Diakses pada tanggal 31 januari 2020 pukul
18.55 melaui http://heru55.blogspot.com/2014/10/prinsip-prinsip-
anti-korupsi.html

13

Anda mungkin juga menyukai