Anda di halaman 1dari 85

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas disebut juga masa kritis bagi ibu setelah

melahirkan, sekitar 50% kematian ibu dapat terjadi dalam 24 jam

pertama postpartum akibat perdarahan serta penyakit komplikasi

yang terjadi pada saat kehamilan, Jika di tinjau dari penyebab

adanya masalah yang dialami oleh ibu dapat berimbas juga

terhadap kesejahteraan bayi yang dilahirkan, karena bayi tidak

akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya, dengan

demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayipun akan meningkat

(Nurul & Rafhani 2019).

Menurut Word Health Organization (WHO 2019) Angka

Kematian Ibu (maternal mortality rate) merupakan jumlah kematian

ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan

yang dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan. Angka

Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global Sustainable

Development Goals (SDGs) dalam menurunkan angka kematian

ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
2

Angka Kematian Ibu disebabkan oleh beberapa faktor, faktor

tertinggi disebabkan oleh perdarahan dengan jumlah 38,3%,

selanjutnya Preeklamsi dengan jumlah 19,1%, anemia dengan

jumlah 13,6%, Infeksi dengan jumlah 7,3%, dan faktor penyebab

lainnya seperti penyakit penyerta sebanyak 22% (Rakersnas 2019).

Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu

sebanyak 303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu

sebesar 235 per 100.000 kelahiran hidup (ASEAN Secretariat

2020).

Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2019

sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup dan jumlah kematian

sebesar 4.221 dan terjadi peningkatan hingga tahun 2021

mencapai  6.856 kasus (Kemenkes RI, 2021).

Kementerian Kesehatan pada tahun 2021 mencatat,

persentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada bayi berusia

0-6 bulan sebesar 71,58%. Angka ini menunjukan perbaikan dari

tahun sebelumnya yang sebesar 69,62% (Rizaty, 2022).


3

Meskipun pencapaian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sudah

mulai meningkat akan tetapi peningkatan cakupan ASI eksklusif 2

masih perlu ditingkatkan karena belum mencapai target nasional

cakupan ASI eksklusif yaitu 80% (BPS, 2021).

Berdasarkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2021. Angka

Kematian Ibu (AKI) di Sulawesi Selatan tahun 2020 sebesar 86 per

100.000 kelahiran hidup (KH) dengan prevalensi 133 kasus untuk

jumlah ibu hamil yang meninggal karena hamil, bersalin dan nifas.

Namun terjadi peningkatan pada tahun 2021 mencapai 129 per

100.000 KH dengan prevalensi 195 kasus, sedangkan Angka

Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2021 sebesar 5 per 1000 KH

denga prevalensi 791 kasus untuk jumlah kematian bayi berumur

kurang dari 1 tahun dan terjadi peningkatan sebanyak 844 kasus

pada tahun 2021.

Berkaitan dengan uraian di atas Kabupaten Gowa pada tahun

2021 menempati urutan pertama penyumbang kasus kematian Ibu

di Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah 17 kasus Kematian

Ibu, sedangkan untuk jumlah kematian bayi neonatal (0-28 hari)

Kabupaten Gowa menempati urutan kedua dengan jumlah 64

kasus (LKIP Sulawei Selatan, 2021)


4

Pemberian asuhan pada ibu masa nifas sangat penting

dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan

deteksi dini adanya komplikasi dan infeksi. Pada masa nifas

umumnya terjadi perubahan-perubahan fisik maupun psikologis.

Salah satu perubahan fisiologis adalah laktasi atau pengeluaran air

susu (Saputri, 2020).

Upaya untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif ini dengan

memberikan informasi mengenai berbagai manfaat ASI eksklusif

bagi ibu dan bayi .Untuk mencapai target ASI eksklusif terkadang

sulit didapatkan, karena tidak lancarnya proses keluarnya ASI

menjadi salah satu penyebab seseorang tidak menyusui bayinya

sehingga proses menyusui terhambat (Nurainun & Susilowati,

2021).

Salah satu upaya untuk memperlancar produksi ASI yaitu

dengan melakukan pijat oksitosin, karena dengan cara pijat

oksitosin dapat merangsang sekresi hormon oksitosin sehingga

dapat merangsang produksi ASI sedini mungkin (Handayani &

Rustiana, 2020)
5

Pijat oksitosin setelah melahirkan dapat meningkatkan hormon

oksitosin yang dikirimkan ke otak sehingga hormon oksitosin

dikeluarkan dan mengalir ke dalam darah, kemudian masuk ke

payudara ibu menyebabkan otot-otot disekitar alveoli berkontraksi

dan membuat ASI mengalir disaluran ASI (Manurung &

Sigalingging, 2020).

Menurut penelitian oleh Sutrani syarif, dan kawan-kawan yang

di lakukan di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Kota Makassar tahun

2020 Berdasarkan karakteristik responden yang tidak diberikan pijat

oksitosin pada kelompok intervensi, mayoritas ibu berusia 20-26

tahun sebanyak 7 orang (46,7%) rentang usia 27-33 sebanyak 6

responden (40%) dan rentang usia 34-40 sebanyak 2 orang

(13,3%). Berdasarkan Pendidikan terakhir, responden SMA

sebanyak 7 orang (46,7%), responden SMP Sebanyak 5 orang

(33,3%) dan responden SD Sebanyak 3 orang (20%).

Berdasarkan Paritas ibu primipara sebanyak 7 responden

(46,6%) dan ibu multipara 8 responden (53,3%).Dengan

kesimpulan yaitu peningkatan produksi ASI pada ibu post partum

yang melakukan pijat oksitosin sebesar 81,80% Hasil Penelitian

menunjukkan terdapat perbedaan kelancaran ASI Pada ibu

postpartum sebelum dan setelah diberikan pijat oksitosin yang

mana mengalami kelancaran ASI.


6

Berdasarkan latar belakang bahwa masih kurangnya produksi

ASI pada masa nifas sehingga, penulis tertarik untuk mengambil

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan pada ibu

Nifas dengan Penerapan Pijat Oksitosin Melibatkan Peran Suami”

dengan menggunakan standar asuhan kebidanan berdasarkan

keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

938/Menkes/SK/VIII/2007.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan

penerapan pijat okstiosin melibatkan peran suami di TPMB

Jumaega Kab. Gowa sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab bidan ?

C. Tujuan

1) Tujuan Umum

Mendapatkan pengalaman untuk mengaplikasikan serta

melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan

penerapan Pijat Oksitosin Melibatkan Peran Suami di TPMB

Jumaega Kab. Gowa Tahun 2023 dengan menggunakan

standar asuhan kebidanan berdasarkan keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.938/Menkes/SK/VIII/2007.


7

2) Tujuan Khusus

a) Dapat melaksanakan pengkajian data dasar pada asuhan

kebidanan ibu nifas dengan penerapan pijat oksitosin

Melibatkan Peran Suami

b) Dapat merumuskan diagnosa dan masalah kebidanan

pada asuhan kebidanan ibu nifas dengan penerapan pijat

oksitosin Melibatkan Peran Suami

c) Dapat menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan ibu

nifas dengan penerapan pijat oksitosin Melibatkan Peran

Suami

d) Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan

kebidanan ibu nifas dengan penerapan pijat oksitosin

Melibatkan Peran Suami

e) Dapat mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu

nifas dengan penerapan pijat oksitosin Melibatkan Peran

Suami

f) Dapat membuat pendokumentasian asuhan kebidanan

dengan menggunakan metode SOAP pada ibu nifas

dengan penerapan pijat oksitosin Melibatkan Peran Suami


8

D. Manfaat

1) Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi

kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan dalam

pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan

penerapan pijat okstiosin melibatkan peran suami

2) Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak

pendidikan untuk menambah bahan bacaan yang dapat

dijadikan sebagai acuan bagi mahasiswa kebidanan dalam

melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan

penerapan pijat okstiosin melibatkan peran suami

3) Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat turut aktif membantu tenaga

kesehatan dalam melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

dengan penerapan pijat okstiosin melibatkan peran suami.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Definisi Masa Nifas

Ada beberapa pengertian masa nifas, diantaranya :

a. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali,

mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan

kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.

Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa

dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan

tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam

minggu (Zubaidah, dkk, 2021).

b. Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu

atau 40 hari atau beberapa jam setelah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu berikutnya. Masa nifas merupakan masa

pembersihan rahim, akan tetapi seluruh alat kandungan

kembali seperti semula (sebelum hamil) dalam waktu kurang

lebih 3 bulan (Dewi Andariya 2020)

c. Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan

kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung

selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan


10

tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak

perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak

memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang

tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila

tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim,

2020).

Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa

sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta

selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih

6 minggu

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas (Andita Vita Susanto,2019)

Adapun Tujuan dari asuhan masa nifas adalah :

a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas

b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

c. Memberikan pendidikan kesehatan diri

d. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan

payudara

e. Konseling mengenai KB
11

3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami

oleh wanita selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :

a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah

melahirkan. ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan

b. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah

melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi

berlangsung selama 6- minggu.

c. Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan,

inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat

sempurna. Waktu sehat bisa berminggu-minggu, bulan dan

tahun.

4. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4

kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu

dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi , dan

menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai

berikut:

a. 6-8 jam setelah persalinan

1) Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk

bila pendarahan berlanjut


12

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas

karena atonia uteri

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi

b. 6 hari setelah persalinan

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

pendarahan abnormal, tidak ada bau

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan

pendarahan abnormal

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat

4) Memastikan ibu menyusio dengan baik dan tidak

memperlihatkan tan-tanda penyulit

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari

c. 2 minggu setelah persalinan

Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur

dan meraba bagian rahim


13

d. 6 minggu setelah persalinan

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit- penyulit yang ibu

atau bayi alami

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini

5. Perubahan Fisiologi Masa Nifas (Andita Vita Susanto,2019)

Ada beberapa perubahan fisiologi pada masa nifas yaitu :

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Involusi Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras

karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya, sehingga

dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara

pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim tersebut

terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman

sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna,

dengan demikian terhindar dari perdarahan postpartum.

Fundus uteri 3 jari di bawah pusat selama 2 hari

berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang tetapi

sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat,

sehingga pada hari ke 10 tidak teraba lagi dari luar, dan

sampai dengan 6 minggu tercapai lagi ukurannya yang

normal.
14

2) Involusi Tempat Plasenta

Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat

dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira

besarnya setelapak tangan. Dengan cepat luka ini

mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4

cm dan pada akhir nifas 1-2cm

3) Lokhea

Pada bagian pertama masa nifas biasanya keluar cairan

dari vagina yang dinamakan lokhea. Lokhea berasal

dari luka dalam rahim terutama luka plasenta. Jadi, sifat

lokhea berubah seperti secret lukaberubah menurut

tingkat penyembuhan luka. Pada 2 hari pertama lokhea

berupa darah yang berwarna merah karena berisi darah

segar dan disebut lokhea rubra.

Setelah 2-4 hari merupakan darah encer yang disebut

lokhea serosa dan pada hari ke 10 menjadi cairan putih

atau kekuning-kuningan yang disebut lokhea

alba.Warna ini disebabkan karena banyak leucocyt

terdapat didalamnya bau lokhea khas amis dan yang

berbau busuk menandakan infeksi.


15

4) Serviks Dan Vagina

Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum

dapat dilalui oleh 2 jari, pinggirnya tidak rata tetapi

retak-retak karena robekan persalinan. Pada akhir

minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jari saja,

dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian dari

canalis servikalis.

b. Perubahan sistem pencernaan (Andita Vita Susanto,2019)

Biasanya ibu mengalami obsipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat percernaan

mendapat tekanan yang menyebabkan kolon jadi kosong,

pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,

(dehidrasi) kurang makan, hae morid, laserasi jalan lahir.

c. Perubahan sistem perkemihan (Andita Vita Susanto,2019)

Pelvis, ginjal, dan ureter yang meregang dan berdilatasi

selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu

keempat setelah melahirkan, Pemeriksaan siskotopik

segera setelah melahirkan menunjukkan tidak saja edema

dan hyperemia dinding kandung kemih, tetapi sering kali

terdapat ekstravasasi darah pada submukosa.


16

d. Perubahan sistem musculoskeletal (Andita Vita

Susanto,2019)

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang

begitu lama, tetapi biasanya pulih dalam 6 minggu.

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-

angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang

uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi.

Alasannya, ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi

secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan. Akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan

distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus

pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur

untuk sementara waktu. Pemulihannya dibantu dengan

latihan.

e. Perubahan sistem mendokrin (Andita Vita Susanto,2019)

1) Hormon Plasenta

Hormon plasenta adalah hormon yang dihasilkan

plasenta selama kebuntingan seekor hewan betina atau

wanita. Hormon ini dioerlukan untuk memepertahankan

kebuntingan, memulai, dam mempermudah proses

kelahiran.
17

2) Hormon Pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita

tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH

dan LHmeningkat pada fase konsentrasi folikuler pada

minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi

terjadi.

3) Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian

belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan

jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan,

oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian

seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi,

mengrangi tempat plasenta dan menncegah

perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui

bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya

oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke

bentuk normal serta pengeluaran air susu.

4) Hipotalamik Pituary Ovarium

Bagi wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.

Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi

yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan

progesteron. Di antara wanita laktasi sekitar 15%


18

memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45%

setelah 12 minggu, sedangkan wanita yang tidak laktasi

40% menstruasi setelah 6 minggu,655 setelah 12

minggu dan 905 setelah 24 minggu. Umumnya, wanita

laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk

wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

f. Perubahan tanda – tanda vital (Runjati 2019)

Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas di antaranya

adalah

1) Tekanan darah biasanya tidak berubah, kemungkinan

tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan

karena ada perdarahan

2) Suhu kembali normal setelah masa persalinan ,sedikit

meningkat (3,7,3° C) dan akan stabil dalam waktu 24

jam

3) Nadi dalam batas normal pada orang dewasa 60-80 kali

per menit, jika lebih dari 100x/menit. Waspada

kemingkinan infeksi atau perdarahan masa nifas

4) Pernapasan batas normal 16-20 per menit


19

g. Perubahan sistem kardiovaskuler (Andita Vita

Susanto,2019)

Segera setelah bayi lahir, kerja jantung mengalami

peningkatan 80% lebih tinggi daripada sebelum persalinan

karena autotransfusi dari uteroplacenter. Resistensi

pembuluh perifer meningkat karena hilangnya

prosesuteroplacenter dan kembali normal setelah 3 minggu.

h. Perubahan sistem hematologic (Andita Vita Susanto,2019)

Perubahan pada sistem ini berupa peningkatan volume

darah ibu, penurunan hemoglobindan hematokrit,

peningkatan kebutuhan besi, perubahan pada leukosit

dansistem imunologis, serta kehilangan darah yang terjadi

selama proses kelahiran

6. Perubahan Psikologi Masa NIfas (Eny & Diah Wulandari 2019)

Perubahan psikologis ibu masa nifas sebagai berikut :

a. Fase taking in Fase ini merupakan periode ketergantungan

yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua

setelah melahirkan. Perasaan ibu masih berfokus pada

dirinya. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra

makanan untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu

makan ibu memang meningkat.

b. Fase taking hold Fase ini berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan


20

ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam

merawat bayinya. Pada fase ini, ibu memerlukan dukungan

karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk

menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan

bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

c. Fase letting go Fase ini merupakan fase menerima

tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10

hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya. Pada fase ini, keinginan

ibu untuk merawat diri dan bayinya meningkat.

7. Kebutuhan Dasar Masa NIfas (Runjati,2019)

Berikut adalah kebutuhan dasar masa nifas

a. Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas ibu di anjurkan untuk mengomsumsi

tambahan kalori sebesar 500 kalori/hari, menu makanan

gizi seimbang cukup protein, mineral dan vitamin. Ibu nifas

di anjurkan untuk minum air mineral 3 liter/hari,

mengonsumsi suplemen zat besi minimal selama 3 bulan

post partum. Segera setelah melahirkan, ibu mengomsumsi

suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU.


21

b. Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya selekas mungkin berjalan

c. Eliminasi

Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat

buang air kecil. Segera buang air kecil setelah melahirkan

dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.

Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah dapat buang air

besar.

d. Kebersihan dini

1) Menjaga kebersihan tubuh ibu

2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air,

yaitu dari daerah depan ke belakang, setalah itu anus.

3) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari menyentuh

daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.

e. Istirahat

Ibu nifas membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup.

Istirahat sangat penting bagi ibu menyusui. Setelah selama

Sembilan bulan ibu mengalami kehamilan dengan beban

kandungan yang begitu berat dan proses persalinan yang

melelahkan. Ibu membutuhkan istirahat yang cukup untuk


22

memulihkan keadaan. Istirahat ini dapat dilakukan dengan

tidur siang atau tidur malam.

8. Manajemen Laktasi (Yuliana & Bawon,2020)

Asi merupakan cara hidup yang dinamis, memiliki

kandungan gizi yang beragam dan lengkap. Asi dengan segala

kandungannya sesuai dengan keadaan bayi bersifat alami,

bukan sintetik sehingga aman dan dapat dimanfaatkan secara

maksimal. Kandungan utama asi sebanyak 88 % adalah air.

Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Asi ekslusif adalah pemberian asi saja pada bayi dilahirkan

sampai usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan

mendapat tambahan cairan lain seperti susu formula, bubur,

dan sebagainya. Pemberian ASI secara benar akan mencukupi

kebutuhan bayi selama 6 bulan tampa makanan pendamping.

Setelah bayi berusia 6 bulan bayi sudah memerlukan

pendamping ASI. Namun pemberian ASI dapat berlanjut sampai

usia anak 2 tahun


23

9. Tanda Bahaya Nifas (Kemenkes, 2019),

Tanda bahaya masa nifas yang harus diperhatikan dan

diwaspadai saat bersalin dan nifas antara lain adalah:

a. Perdarahan berlebihan

b. Infeksi pada Rahim

c. Ibu merasa sakit kepala yang tidak dapat ditahan

d. Bengkak di wajah, tangan atau kaki.

e. Demam lebih 2 hari

f. Payudara bengkak, kemerahan dan disertai rasa sakit

10. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas (Dewi

Andariya, 2020)

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian

asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan

dalam masa nifas antara lain:

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama

masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi

ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas

b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta

keluarga.

c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan

meningkatkan rasa nyaman.


24

d. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang

berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan

kegiatan administrasi

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

f. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan

keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,

mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik,

serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

g. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara

mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana

tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat

proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.

h. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.

11. Perubahan Payudara Masa Nifas (Eny & Diah Wulandari 2019)

Perubahan payudara masa nifas adalah perubahan selama

kehamilan hormone estrogen dan progesterone menginduksi

perkembangan alveolus dan duktus laktiverus didalam mamae

atau payudara juga merangsang produksi kolostrum.

Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah

melahirkan bayi ketika kadar hormone estrogen menurun.

Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan naiknya kadar

prolaktin dan produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang


25

berkesinambungan disebabkan oleh menyusuinya bayi pada

payudara ibu.

Refleks prolaktin adalah sewaktu bayi menyusu, ujung

syaraf peraba yang teraba pada puting susu

terangsang.Rangsangan tersebut disebut oleh serabut afferent

di bawah ke hipotalamus di dasar otak, memacu hipofise

anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin ke dalam darah.

Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro endokrin.

Rangsangan sentuhan pada payudara yaitu bayi mengisap akan

merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi

sel-sel miopitel. Proses ini disebut sebagai reflek “let down” atau

“pelepasan ASI” dan membuat ASI tersedia bagi bayi.

12. Laktasi (Eny & Diah Wulandari 2019)

a. Defenisi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.

Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI

eksklusif sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar

serta mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.

b. Anatomi dan Fisiologi Payudara

1) Anatomi payudara Secara vertikal payudara terletak antara

kosta II dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir

sternum sampai linea aksilaris medialis. Ukuran normal 10-


26

12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gr,

pada wanita hamil aterm 400-600 gr dan pada masa

laktasi sekitar 600-800 gr. Bentuk dan ukuran payudara

akan bervariasi menurut aktivitas fungsionalnya.Ada 3

bagian utama payudara, yaitu :

a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

b. Areola, yaitu bagian yang kehitaman ditengah

c. Papilla atau putting, yaitu bagian yang menonjol

dipuncak payudara

2) Fisiologi Laktasi (Eny & Diah Wulandari 2019), fisiologi

laktasi terdiri dari :

a) Refleks prolaktin Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf

peraba yang terdapat pada putting susu terangsang.

Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke

hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior

untuk mengeluarkan hormone prolaktin kedalam darah.

Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli)

untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang

disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan

dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan

lamanya bayi menghisap.


27

b) Refleks Aliran (Let Down Refleks) Rangsangan yang

ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain

mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone

prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior

mengeluarkan hormone oksitosin. Dimana setelah

oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot

polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus

berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli,

duktulus, dan sinus menuju puting susu. Tanda-tanda

dari let-down adalah tetesan pada payudara lain yang

dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan

ibu.

c. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI (Eny & Diah

Wulandari 2019), dukungan bidan dalam pemberian ASI

adalah:

1) Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan

selama beberapa jam pertama.

a. Membina hubungan atau ikatan disamping bagi

pemberian ASI

b. Memberikan rasa hangat dengan membaringkan dan

menempalkan pada kulit ibunya dan menyelimutinya


28

2) Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk

mencegah masalah umum yang timbul. Tujuan perawatan

payudara adalah :

a. Untuk melancarkan sirkulasi darah

b. Mencegah tersumbatnya saluran susu

3) Bantulah ibu pada awal pertama kali memberi ASI. Posisi

menyusui yang benar adalah :

a. Posisi berbaring miring

b. Posisi duduk

4) Bayi harus ditempatkan dekat dengan ibunya dikamar

yang sama (rawat gabung). Tujuan rawat gabung atau

rooming in adalah:

a. Agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan

saja dan dimana saja dan dapat menunjukkan tanda-

tanda bayi lapar

b. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi

secara benar yang dilakukan oleh bidan, serta

mempunyai bekal keterampilan merawat bayi setelah

ibu pulang ke rumahnya

c. Dapat melibatkan suami atau keluarga klien secara aktif

untuk membantu ibu dalam menyusui dan merawat

bayinya
29

5) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. Bayi disusui

sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat

menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat

mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI

dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.

6) Hanya berikan ASI dan ASI saja. ASI merupakan makanan

terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat

sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-

masing

7) Hindari susu botol dan dot empeng. Pemberian susu

dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi

bingung putting serta menolak menyusui dan hisapan

kurang baik. Hal ini disebabkan mekanisme menghisap

dari putting susu ibu dengan botol jauh berbeda.

13. ASI Eksklusif

Air Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi

sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan dan/ atau

mengganti dengan makanan atau minuman lain. Menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, ASI eksklusif

adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama

enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan

makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral)

(Kemenkes RI, 2019).


30

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja selama 6

bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air

jeruk, air teh, air putih, madu dan tanpa pemberian makanan

padat seperti pisang, biscuit, bubuk susu, bubur nasi, dan nasi

tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping

ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun

atau lebih (Eny dan Diah Wulandari, 2019)

14. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI (Eny & Diah

Wulandari 2019),

Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah sebagai

berikut

1) Makanan Ibu harus makan secara teratur dan cukup

mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi

produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat

bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup.

Makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak,

dan vitamin serta mineral yang cukup dan ibu dianjurkan

minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari. Bahan

makanan yang dibatasi untuk menyusui :

a. Yang merangsang, seperti : cabe, merica, jahe, kopi,

alkohol.

b. Yang membuat kembung, seperti : ubi, singkong, kol, sawi

dan daun bawang.


31

c. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan

lemak.

2) Ketenangan jiwa dan pikiran Produksi ASI sangat di

pengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam

keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai

bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI

bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi

ASI yang baik hrus dalam keadaan tenang.

3) Penggunaan alat kontrasepsi Pada ibu yang menyusui

bayinya penggunaan alat kontrasepsi perlu diperhatikan

karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat

mempengaruhi produksi ASI.

4) Perawatan payudara Dengan merangsang buah dada akan

mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormone

progesterone, estrogen lebih banyak lagi dan hormone

oksitosin.

5) Anatomis buah dada Apabila jumlah lobus dalam buah dada

berkurang, lobulus pun akan berkurang. Dengan demikian

produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang

menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan

berkurang.
32

6) Fisiologi Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormone

terutama prolaktin, hormone ini merupakan hormone

laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan

mempertahankan sekresi air susu.

7) Faktor istirahat Ibu yang kurang istirahat akan mengalami

kelemahan dalam menjalankan fungsinya. Dengan demikian

pembentukan dan pengeluaran ASI akan berkurang.

8) Faktor hisapan anak. Ibu yang jarang menyusui anaknya dan

berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dan

mengakibatkan pengeluaran ASI pun berkurang.

9) Faktor obat-obatan Obat-obatan yang mengandung hormone

mempengaruhi hormone prolaktin dan hormone oksitosin

yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI.

Apabila hormone-hormon ini terganggu dengan sendirinya

akan mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.

15. Komposisi Gizi Dalam ASI (Eny & Diah Wulandari 2019)

Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam sebagai berikut :

1) Kolostrum ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari

ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang

agak kental berwarna kekuning-kuningan lebih kuning

dibanding dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena

mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan kasiat

kolostrum sebagai berikut :


33

a. Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran

pencernaan siap untuk menerima makanan

b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama

immunoglobulin sehingga dapat memberikan perlindungan

tubuh terhadap infeksi

c. Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi

tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka

waktu sampai dengan enam bulan.

2) ASI masa transisi ASI yang dihasilkan mulai hari keempat

sampai hari kesepuluh

3) ASI mature ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai

seterusnya.

16. Tanda Bayi cukup ASI (Eny & Diah Wulandari 2019)

Tanda bayi cukup ASI adalah :

1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam.

2) Warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat.

3) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun

dari tidur dengan cukup.

4) Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam.

5) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai

menyusui.

6) Ibu dapat merasakan “rasa geli” karena aliran ASI setiap kali

bayi menyusui.
34

7) Ibu dapat mendengar suara menelan yang aktif ketika ketika

bayi menelan ASI.

8) Bayi bertambah berat badannya.

17. Teknik menyusui yang benar (Eny & Diah Wulandari 2019)

Teknik menyusui yang benar adalah:

1) Cara menyusui dengan sikap duduk :

a. Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi

yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung

ibu bersandar pada sandaran kursi.

b. Sebelum munyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada putting susu, areola dan sekitarnya. Cara

ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga

kelembaban putting susu.

c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi

ditidurkan diatas pangkuan ibu dengan cara :

2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan

pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada

lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi

ditahan dengan telapak tangan ibu.

3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang

satu di depan.

4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi

menghadap payudara.
35

5) Telinga dan badan bayi terletak pada satu garis lurus.

6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

a. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari,

ibu jari menekan payudara bagian atas areola.

b. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut atau rooting

refleks dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu

atau menyentuh sisi mulut bayi.

c. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

diletakkan ke payudara ibu dengan putting serta areola

dimasukkan kemulut bayi. Usahakan sebagian besar

areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga putting

susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan

menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang

terletak di bawah areola.

7) Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara

sampai terasa kosong, sebaiknya diganti menyusui pada

payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi :

a. Jari kelingking ibu dimasukkan kedalam mulut bayi melalui

sudut mulut atau.

b. Dagu bayi ditekan ke bawah.

8) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum

terkosongkan ( yang dihisap terakhir)


36

9) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan

kering dengan sendirinya.

10) Menyendawakan bayi ujuan menyendawakan bayi adalah

mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah

(gumoh jawa). setelah menyusu cara menyendawakan bayi

sebagai berikut :

a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu

kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

b. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu,

lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa

18. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar (Nina Siti

Mulyani 2018)

Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting

susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga

mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan

menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik

yang benar, yaitu :

a. Bayi tampak tenang dan asyik menyusu

b. Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi

c. Bayi menghisap lama dan dalam, kuat serta terdengar suara

menelan

d. Badan bayi menempel pada perut ibu (breast to breast)


37

e. Dagu bayi menempel pada payudara ibu (chin to chest)

f. Kepala bayi tidak menengadah

g. Putting susu ibu tidak terasa sakit atau nyeri

19. Perawatan Payudara (Elisabeth dan Endang, 2018).

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat

payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk

memperlancar pengeluaran ASI

1) Tujuan Perawatan Payudara

a. Memelihara hygene payudara

b. Melenturkan dan menguatkan putting susu

c. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup

untuk kebutuhan bayi

d. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu

khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah

sehingga kurang menarik.

e. Dengan perawatan payudara yang baik putting susu tidak

akan lecet sewaktu dihisap oleh bayi.

f. Melancarkan aliran ASI

g. Mengatasi putting susu datar atau terbenam supaya dapat

dikeluarkan sehingga siap untuk disusukan kepada

bayinya.
38

2) Prinsip perawatan payudara

a. Menjaga payudara agar bersih, kering terutama putting

susu

b. Menggunakan bra/BH yang menopang dan tidak menekan

c. Menyusui tetap dilakukan dengan mendahulukan putting

susu yang lecet

3) Waktu perawatan payudara Dimulai sedini mungkin yaitu 1-2

hari setelah bayi lahir dan dilakukan 2 kali sebelum mandi

a) Persiapan alat

(1) Handuk untuk mengeringkan payudara yang basah

(2) Kapas digunakan untuk mengompres putting susu

(3) Minyak kelapa / baby oil sebagai pelican

(4) Baskom yang berisi air hangat untuk kompres hangat

(5) Baskom yang berisi air dingin untuk kompres dingin

(6) Waslap digunakan untuk merangsang erektilitas putting

susu

b) Langkah-langkah perawatan payudara

(1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

(2) Cuci tangan dibawah air mengalir dengan sabun

(3) Kompres putting susu dengan kapas yang telah

dibasahi minyak/babyi oil kurang lebih 2 menit

(4) Bila putting susu masuk ke dalam, lakukan gerakan

Hoffman atau gunakan pompa putting :


39

(a) Gerakan Hoffman : Tarik telunjuk sesuai dengan

kanan dan kiri, atas dan bawah. Gerakan ini akan

meregangkan kulit payudara dan jaringan yang ada

dibawahnya. Lakukan 5-10 kali. Gerakan di ulang

dengan telunjuk di pindahkan berputar disekeliling

putting sambil menarik putting susu yang masuk.

Lakukan gerakan ini 5-10 kali.

(b) Penggunaan pompa putting Bila pompa putting tidak

tersedia, dapat di buat dari modifikasi spuit 10 ml.

Bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian

pendorong dimasukkan dari arah potongan tersebut.

Cara penggunaannya yaitu dengan menempelkan

ujung pompa (spuit injeksi) pada payudara sehingga

putting berada di dalam pompa. Kemudian tarik

perlahan hingga terasa ada tahanan dan

dipertahankan selama setengah sampai satu menit.

Bila terasa sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur ini

diulangi terus hingga beberapa kali dalam sehari.

20. Manfaat Pemberian ASI (Eny & Diah Wulandari 2019)

Manfaat pemberian ASI adalah :

1) Bagi Bayi

a. Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.

b. Mengandung antibody.
40

c. ASI mengandung komposisi yang tepat.

d. Mengurangi kejadian karies dentis.

e. Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya

ikatan antara ibu dan bayi.

f. Terhindar dari alergi

g. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.

h. Membantu perkembangan rahang dan merangsang

pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi

pada payudara. Telah dibuktikan bahwa salah satu

penyebab mal oklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang

mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan

dot.

2) Bagi Ibu

a. Aspek Kontrasepsi Hisapan mulut bayi pada putting susu

merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior

hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke

indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak

ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI

memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama

6 bulan pertama setelah kelahiran bayi (eksklusif) dan

belum terjadi menstruasi kembali.


41

b. Aspek Kesehatan ibu Isapan bayi pada payudara akan

merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.

Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah

terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid

dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan

mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Mencegah

kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya

secara eksklusif. Penelitian membuktikan ibu yang

memberikan ASI secara eksklusif memiliki resiko terkena

kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil

dibanding daripada yang tidak menyusui secara eksklusif.

c. Aspek penurunan berat badan Ibu yang menyusui secara

eksklusif lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat

badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil,

berat badan bertambah, selain karena ada janin, juga

karena penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak

disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi

ASI. Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI

lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi

sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Jika timbunan

lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke

keadaan seperti sebelum hamil.


42

d. Aspek Psikologis Keuntungan menyusui bukan hanya

bermanfaat untuk bayi, tetapi juga bermanfaat untuk ibu,

ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang

dibutuhkan oleh semua manusia.

3) Bagi keluarga

a. Aspek ekonomi ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang

seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat

digunakan untuk keperluan yang lain. Selain itu, bayi yang

mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi

biaya berobat.

b. Aspek psikologis Dengan memberikan ASI, kebahagiaan

keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang,

sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat tercipta

kedekatan hubungan antara ibu dan bayi dengan anggota

keluarga.

c. Aspek kemudahan Menyusui sangat praktis, karena dapat

diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu

repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus

dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.

4) Bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.

Kandungan ASI yang berupa zat protektif dan nutrien

didalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi,


43

menjamin status gizi bayi menjadi baik dan kematian bayi

menurun.

b. Menghemat devisa Negara. ASI dapat dianggap sebagai

kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan

dapat menghemat devisa Negara sebesar Rp 8,6 milyar

yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

c. Mengurangi subsidi untuk Rumah Sakit. Subsidi untuk

rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi dirumah sakit,

mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial

serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan

anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat

di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu

formula.

d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa Anak

yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara

optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan

terjamin.

21. ASI Tidak Lancar

a) ASI tidak lancar merupakan hubungan yang utuh antara

hipotalamus dan hipofise akan mengatur prolaktin dan

oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat membantu


44

untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan

air susu selama menyusui.

b) Tanda-tanda ASI Tidak Lancar, dan sebab ASI tidak lancar :

(1) Kurangnya stimulasi menyusui

(2) Kelelahan, stres dan penyakit ibu

(3) Kafein, rokok dan alcohol

(4) Obat, pil KB penyebab ASI tidak lancar

(5) Diet dan hamil saat menyusui

(6) Ibu dengan anemia.

c) Penatalaksanan ASI Tidak Lancar penatalaksanaan ASI tidak

lancar meliputi :

(1) Melakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran,

tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan

pernafasan).

(2) Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI

dan manfaatnya.

(3) ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk

kolostrum tanpa tambahan apapun sejak lahir, dengan

kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula, dan

madu untuk bayi baru lahir tidak diberikan ASI eksklusif

bermanfaat banyak bagi bayi, ibu, keluarga, dan Negara.

(4) Memberikan konseling pijat oksitosin pada ibu dan

keluarga
45

(5) Memberikan pijat oksitosin setiap 2-3 kali sehari

(6) Pijat oksitosin akan memberikan rasa nyaman dan rileks

pada ibu setelah mengalami proses persalinan sehingga

tidak menghambat sekresi hormon prolaktin dan oksitosin.

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk

mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.

(7) Mengobservasikan tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin

(8) Tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin antara lain ibu

merasa diperas tajam pada payudara saat sebelum

menyusui bayi atau selama menyusui bayi, ASI mengalir

pada payudara bila ibu memikirkan bayinya atau

mendengar tangisannya, ASI menetes dari payudara

sebelah lain jika bayi menyusui pada payudara lain, nyeri

karena kontraksi rahim, kadang dengan aliran darah

selama meneteki dalam minggu pertama ibu melahirkan,

serta isapan pelan dan dalam dari bayi terdengar menelan

ASI.

(9) Mengobservasikan tenik menyusui yang benar, tubuh

bagian depan menempel pada tubuh ibu, dagu bayi

menempel pada payudara, dagu bayi menempel pada

dada ibu yang berada di dasar payudara (bagian bawah),

telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan

lengan bayi, mulut bayi terbuka dengan bibir bawah


46

terbuka, sebagian besar aerola tidak tampak, bayi

menghisap dalam dan perlahan, bayi puas dan tenang

pada akhir menyusui, terkadang terdengar suara bayi

menelan, puting susu tidak terasa sakit atau lecet

22. Pijat Oksitosin (Yeni dkk,2021)

a. Definisi Pijat oksitosin merupakan salah satu untuk mengatasi

ketidakanlancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah

pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebra) sampai

tulang costae kelima- keenam dan merupakan usaha untuk

merangsang hormone proklatin dan oksitosin setelah

melahirkan.

b. Pijat Oksitosin Refleks pengaliran atau pelepasan ASI (Let

down reflex ) setelah diproduksi oleh sumber pembuat susu,

ASI akan dikeluarkan dari sumber pembuat susu sdan

dialirkan ke saluran susu . pengeluaran ASI ini terjadi karena

sel otot halus disekitar kelenjar payudara mengerut sehingga

memeras ASI untuk keluar. Penyebab otot- otot ini mengerut

adalah suatu hoemone yang diamankan oksitosin.

Dengan demikian sering menyusui penting untuk

pengosongan payudara agar ( payudara bengkak), tetapi

justru mempelancar pengaliran ASI. Selain itu, oksitosin

berperan juga memacu kontraksi otok rahim, sehingga

mempercepat keduanya plasenta dan mengurangi


47

perdarahan setelah persalinan. Hal penting adalah bahwa

bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup bila hanya

mengandalkan refleks pembentukan ASI atau reflex prolaktin

saja. Akan mendapatkan ASI yang memadai

c. Manfaat Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek

oksitosin atau refleksn let down. Selain untuk merangsang let

down manfat pijat oksitosin adalah untuk memberikan

kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak, mengurangi

sumbatan pada ASI, merangsang pelepasan hormon

oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi

sakit

d. Cara menstimulasi refleks oksitosin

1) Bantu ibu secara psikologis

(a) Bangkitkan rasa percaya diri

(b) Coba mengurangi sumber rasa sakit atau rasa takut

(c) Bantu ibu untuk mempunyai pikiran dan perasaan baik

tentang bayinya

2) Ajak ibu dalam kelompok pendukung ASl sehingga ibu

dapat belajar tentang cara pemberian ASI

3) Anjurkan kontak kulit ke kulit selama memerah ASl jika

memungkinkan bila tidak, ibu dapat memandang bayinya

atau memandangkan foto bayinya


48

4) Tidak minum kopi

5) Beri kompres hangat pada payudara atau mandi air

hangat

6) Stimulasi putting susu dengan cara menarik pelan- pelan

dan memutar putting susu dengan jari

7) Massase payudara

8) Mintalah seseorang menggosok punggung, caranya

yaitu:

(a) Ibu duduk, bersandar kedepan, lihat lengan di atas

sandaran meja di depannya danletakkan kepala di atas

lengannya

(b) Payudara tergantung lepas, punggung tanpa baju

(c) Gosok kedua sisi tulang punggung dengan ibu jari

penolong

(d) Kepal kedua tangan seperti tinju dan ibu jari

menghadap kearah atas/depan

(e) Tekan kuat, bentuk lingkaran kecil dengan kedua ibu

jarinya

(f) Gosok ke arah bawah dikedua sisi belakang pada saat

yang sama, dari leher ke arah tulang belikat selama 2-

3 menit
49

e. Tanda-tanda refleks oksitosin aktif Tanda- tanda refleks

oksitosin aktif yaitu :

1) Ibu akan merasa diperas atau tajam pada payudara saat

sebelum menyusui atau selama menyusui

2) ASI mengalir pada payudara bila ibu memikirkan bayinya

atau mendengar tangisnya

3) ASI menetes dari payudara sebelah lain, jika bayi

menyusui pada payudara lainnya

4) Nyeri karena kontaksi rahim, kadang dengan aliran darah

selama menyusui dalam minggu pertama ibu melahirkan

5) Isapan pelan dan dalam dari bayi serta bayi melihat atau

mendengar menelan ASI merupakan tanda bahwa ASI

mengalir kedalam mulut bayi

23. Peran Suami

Suami merupakan sosok yang diharapkan mampu

menjadi sumber kebahagiaan ibu nifas di samping ibu

menyusui sang buah hatinya. Beberapa aspek kecil sebagai

bentuk dukungan yang diberikan suami untuk kesehatan ibu

nifas yaitu perawatan masa nifas, mengurangi perilaku

merokok, dan konsumsi alkohol serta membantu

menerapkan pijat oksitosin dam upaya meningkatkan

produksi ASI.
50

Bentuk dukungan emosional yang suami bisa berikan

kepada ibu nifas yaitu sabar dalam melayani istri serta selalu

menenangkan dan mendampingi ibu selama proses

menyusui. Selain dukungan emosional, dukungan moral pun

juga diperlukan seperti motivasi untuk menyusui sampai

dengan sang buah hati mendapatkan Makanan Pendamping

ASI. Selain itu, peran suami lainnya berperan dalam hal

menyediakan akses pelayanan kesehatan serta diusahakan

selalu mendampingi, mengantar, dan menjaga istri ketika

masa nifas dalam melakukan pemeriksaan kesehatan. Hal

ini sebagai bentuk deteksi secara dini dan pencegahan

komplikasi masa nifas.

B. Standar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang sesuai dengan

wewenang dan ruang lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat

kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau

masalah kebidanan, implementasi, evaluasi dan pencatatan

asuhan kebidanan. Standar kebidanan pada panduan berdasarkan

keputusan mentri republik Indonesia nomor 938/menkes/VIII/2007

tentang standar asuhan kebidanan


51

1. Standar I :pengkajian

a. Peryataan standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang actual, relefan

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien.

b. Kriteria pengkajian

1) Data tepat,akurat dan lengkap

2) Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa:biodata,

keluahan utama, riwayat obstertik, riwayat kesehatan dan

latar belakang social budaya )

3) Data objektif ( hasil pemeriksaan fisik,psikologi dan

pemeriksaan penunjang)

2. Standar II :perumusan diagnosa atau masalah kebidanan

a. Pernyataan standar

Bidan menganalisi data yang diperoleh pada pengkajian

menginterprestasikan secara akuran dan logis untuk

menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat

b. Kriteria perumusan diagnosa atau masalah kebidanan

1) Diagnosa sesuai dengan nomenklator kebidanan

2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara

mandiri, kolaborasi dan rujukan


52

3. Standar III : perencanaan

a. Pernyataan standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan

diagnosa dan masalah yang ditegakkan.

b. Kriteria perencanaan

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi

dan asuhan secara komprehensif.

2) Melibatkan klien/pasien dan keluarga

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, social budaya

klien/keluarga.

4) Memiliki tindakan yang aman sesuai kondis dan

kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan

memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat

untuk klien

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang

berlaku, sumber daya serta fasilitas yang ada

4. Standar IV:Implementasi

a. Pernyataan standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan

evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya


53

promotif, preventif, kuratif dan rehabilatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

b. Kriteria implementasi

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk

psikososial, spiritual, kultural

2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan

dari klien atau keluarganya

3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence

based

4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan

5) Menjaga privacy klien/pasien

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara

berkesinambungan.

8) Menggunakan sumber daya,sarana dan fasilitas yang

ada dan sesuai

9) Melakukan tindakan sesuai standar

10)Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

5. Standar V:Evaluasi

a. Pernyataan standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dan asuhan


54

yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien

b. Kriteria evaluasi

1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan

asuhan sesuai kondisi klien

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada

klien dan keluarga

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

4) Hasil evaluasi di tindak lanjut sesuai dengan kondisi

klien/pasien

6. Standar VI:pencatatan asuhan kebidanan

a. Pernyataan standar

Bidan melakukan pernyataan secara lengkap, akurat,

singkat, dan jelas mengenai keadaaan atau kejadian yang

ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan

kebidanan

b. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan

asuhan formulir yang tersedia (rekam medic/KMS/status

pasien/buku KIA)

2) Ditulis dalam catatan perkembangan SOAP

3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan


55

5) A adalah analisis, mencatat diagnosa dan masalah

kebidanan

6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh

perencanaan dan pemeriksaan yang sudah dilakukan

seperti tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan

secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi/follow up dan rujukan.


56

C. Kerangka Teori Dan Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Masa nifas

Kebijakan program
nasional masa nifas:
1. Kunjungan I (6-8 Perubahan psikologi
Perubahan fisiologi masa nifas :
jam setelah nifas :
persalinan) 1. Fase taking in
1. Perubahan system 2. Fase taking hold
2. Kunjungan II ( 6 reproduksi
hari setelah 3. Fase taking Go
2. Perubahan system
persalinan) pencernaan
3. Kunjungan III ( 2 3. Perubahan system
minggu setelah perkemihan
persalinan) 4. Perubahan TTV
4. Kunjungan IV ( 6
minggu setelah
persalinan)

Tanda bahaya pada masa nifas


1. Perdarahan atau keluar bau dari jalan lahir dan ibu sering terlihat murung dan
menangis tanpa sebab
2. Bengkak wajah tangan dan kaki serta sakit kepala
3. Demam lebihdari 2 hari dan payudara kemerahan yang disertai rasa sakit

Sumber :Rini & kumala (2017)


57

2. Kerangka konsep

Input Proses Output

Asuhan kebidanan
1. Identifikasi dan analisis masalah
2. Perumusan diagnosa /masalah
1. Kesehatan ibu
Ibu nifas kebidanan
2. Kesehatan bayi
3. Penyusunan rencana tindakan
4. Implementasi
5. Evaluasi

Sumber : Rini dan Kumala, (2017).


58

BAB III

METODE LAPORAN KASUS

A. Desain Laporan Kasus

Laporan Tugas Akhir ini merupakan studi kasus dengan

mengambil catatan asuhan kebidanan pada salah satu pasien

masa nifas yang telah diberikan asuhan kebidanan pada saat

praktik klinik kebidanan III (tiga).

Metode yang digunakan dalam asuhan kebidanan pada ibu

masa nifas di TPMB Jumaega Kab. Gowa adalah deskriptif

observasi studi kasus yang sifatnya telah kasus yaitu dengan cara

mengambil kasus dari lahan tempat praktik penulis melakukan

praktik,kemudian melakukan pengkajian data untuk dianalisis

sebagai dasar interpretasi data yang dilanjutkan dengan

perumusan dan penetapan diagnosa masalah sebagai dasar

memformulasikan intervensi, sehingga dapat menjadi implementasi

dan dilakukan evaluasi serta hasilnya didokumentasikan dalam

bentuk SOAP

B. Lokasi dan waktu

1. Lokasi studi ini dilaksanakan di TPMB Jumaega Kab. Gowa

2. Waktu pelaksanaan studi kasus Februari – Maret 2023


59

C. Subjek Laporan Kasus

Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini “Ibu Nifas di

TPMB Jumaega Kab. Gowa“

D. Instrument Studi Kasus

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih

dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan

data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah

olehnya, dan instrument yang digunakan adalah lembar observasi,

wawancara dan studi dokumentasi dalam bentuk format asuhan

kebidanan pada ibu nifas dengan penerapan pijat oksitosin

melibatkan peran suami sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007.

E. Tehnik Pengumpulan Data

1. Sumber primer dikumpulkan dengan cara:

a. Pengamatan/observasi/pemeriksaan/pengukuran dengan:

Metode pengumpulan data melalui suatu pengamatan

dengan menggunakan panca indra maupun alat sesuai

format asuhan kebidanan

b. Wawancara: wawancara dilakukan dengan menggunakan

format pengkajian asuhan kebidanan.


60

2. Sumber sekunder

Sumber sekunder dikumpulkan dari rekam medic atau

status pasien dan buku KIA

F. Trigulasi data

Pada studi kasus ini trigulasi data yang dilakukan adalah

dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang berbeda-

beda yaitu mendapatkan data informan dari ibu/keluarga dan

petugas kesehatan serta mendapatkan data dari dokumen buku

kesehatan ibu dan anak (KIA) atau rekam medic, dan

menggunakan tehnik wawancara meliputi anamnesis, lalu cek

dengan observasi pemeriksaan laboratorium dan selanjutnya

dilakukan dokumentasian.

G. Alat dan Bahan Studi Kasus

1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara

yaitu format asuhan kebidanan pada ibu masa nifas dan alat

tulis

2. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi

adalah pedoman observasi yang berupa portofolio asuhan

kebidanan nifas untuk mengetahui keluhan ibu, tanda vital,

proses laktasi, proses involusio uterus,vulva/perineum dan alat

dan bahan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan fisik

adalah stetoskop, tensimeter,jam, handscoon, hand sanitizer


61

dan APD lengkap sesuai dengan penerapan protocol kesehatan

yaitu masker dan baju apron/gaun.

3. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan pijat oksitosin

yaitu minyak zaitun atau baby oil,waslap,kursi, dan handuk.

4. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi kasus

dokumentasi adalah catatan medic atau status pasien, buku

KIA, serta telah dokumentasi asuhan kebidanan ibu masa nifas.


62

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran lokasi

TPMB JUMAEGAH S,ST berlokasi di Desa Moncobalang

Kec. Barombong, Kab. Gowa, jarak antara kampus poltekkes

kemenkes Makassar dari TPMB JUMAEGAH S,ST yaitu sbb:

Sumber : maps 2023 (https://g.co/kgs/tNQyvW)


63

B. Tinjauan kasus

Pada bab ini akan dibahas tentang Asuhan kebidanan masa

nifas normal pada Ny”H” di TPMB Jumaegah Kab. Gowa tanggal 9

Maret 2023 dengan menggunakan standar asuhan kebidanan.

No.Register : xxxx

Tanggal masuk : 9 Maret 2023, Pukul 10.20

Tanggal melahirkan : 9 Maret 2023, Pukul 12.58

Tanggal pengkaji : 9 Maret 2023, Pukul 16.30

Nama pengkaji : Andi Nur Ainun Putri Apat

1. Standar I : Pengkajian

a. Identitas Istri/Suami

Nama : Ny “H” / Tn “L”

Umur : 26 tahun / 30 tahun

Nikah : 1x / ± 7 tahun

Pendidikan : SMK / SD

Pekerjaan : IRT / Buruh Bangunan

Agama : Islam / Islam

Suku : Makassar / Makassar

Alamat : Tompobalang
64

b. Data Biologis / fisiologis

1) Keluhan utama

Ibu mengeluh nyeri pada perut bagian bawah

2) Riwayat kehamilan sekarang

a) Ini merupakan kehamilan Kedua dan tidak pernah

keguguran

b) HPHT tanggal 05 Juni 2022

c) HTP tanggal 12 Maret 2023

d) Ibu telah melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 5

kali di TPMB

e) Ibu telah mendapat imunusasi TT sebanyak 2 kali

f) Selama kehamilan ibu rutin mengonsumsi tablet Fe

dan vitamin

3) Riwayat persalinan sekarang

a) Kala I ( kala pembukaan) : berlansung ± 3 jam

b) Kala II ( kala pengeluaran): berlansung ± 28

menit ,bayi lahir spontan pukul 12.58 wita, segera

menangis ,tonus otot baik, warna kulit kemerahan

dengan BBL/PBL: 3600 gram/51 cm, jenis kelamin

laki-laki.

c) Kala III ( kala pengeluaran uri) : berlansung ± 10

menit plasenta lahir lengkap


65

d) Kala IV ( kala pengawasa): jumlah perdarahan ± 100

cc. kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras,

TFU setinggi pusat dan terdapat robekan pada jalan

lahir.

4) Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu tidak pernah menderita penyakit yang serius,

misalnya penyakit jantung, TBC, hipertensi ,hepatitis,

diabetes dan penyakit menular

5) Riwayat pemenuhan nutrisi

a) Nutrisi : nafsu makan baik,ibu minum ± 3 gelas

setelah melahirkan

b) Personal hygene: vulva vagina bersih, ibu sudah ganti

pembalut

c) Eliminasi : ibu sudah BAK dan belum BAB

d) Istirahat: ibu istirahat ± 30 menit setelah persalinan

dan terbangun karena ingin menyusui bayinya.

c. Riwayat social,Ekonomi dan psikologis

Ibu senang dengan kelahiran bayinya, hubungan ibu

dengan suami dan keluarga baik. Pengambilan keputusan

adalah suami, bisa juga dimusyawarakan kepada keluarga.

Penghasilan suami cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Biaya perawatan selama di TPMB Jumaegah

ditanggung oleh suami.


66

d. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran composmentis

3) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36.5  C

Pernapasan : 24x/menit

4) Kepala dan wajah : kepala tidak ada benjolan dan nyeri

tekan, rambut tidak rontok, wajh tidak oedema dan

konjungtiva merah muda,sclera putih ,hidung tidak ada

retraksi cuping, pendengaran baik.

5) Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembekakan pada kelenjar limfe, dan kelenjar tyroid.

6) Payudara : puting susu menonjol, tidak ada benjolan dan

nyeri tekan, kolostrum ada saat payudara dipencet.

7) Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi

baik,uterus teraba bundar dan keras.

8) Genetalia : tidak ada tanda-tanda infeksi,pengeluaran

lochea rubra

9) Ekstermitas : tidak ada oedema dan nyeri tekan


67

2. Standar II : Diagnosa kebidanan

Masa nifas hari pertama

3. Standar III: Perencanaan

a. Jelaskan penyebab nyeri yang dirasakan pada ibu

b. Ajarkan ibu melakukan tehnik relaksasi pada saat nyeri

c. Observasi TTV,TFU, kontraksi uterus ,kandung kemih,dan

lochea.

d. Ajarkan ibu mobilisasi dini

e. Ajarkan Suami dan keluarga Ibu mengenai tehnik pijat

oksitosin untuk kelancaran produksi ASI

f. Fasilitasi ibu dalam pemberian ASI awal dengan

mengajarkan ibu tehnik menyusui yang baik dan benar serta

menjelaskan manfaat ASI awal bagi bayi.

g. Jaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

yaitu dengan cara dibedong

h. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dengan mengganti

pembalut setiap sudah merasa tidak nyaman

i. Memberikan ibu obat untuk diminum yaitu tablet

Fe ,paracetamol, vitamin C dan Vitamin A

4. Satndar IV : Implementasi
68

a. Menjelaskan pada ibu dan keluarga penyebab nyeri yang

dirasakan ibu saat ini yaitu disebabkan karena adanya

jahitan di jalan lahir dan proses involusio ( proses

pengembalian uterus seperti keadaan sebelum hamil )

dimana proses involusio yang baik. Kontraksi uterus teraba

keras bulat yang dapat menghentikan perdarahan dan

apabila kontraksi uterus tidak baik akan teraba lembek dan

dapat menyebabkan perdarahan.

b. Mengajarkan ibu melakukan tehnik relaksasi dengan

menarik napas melalui hidung dan buang melalui mulut

pada saat ibu merasakan nyeri.

c. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih,

dan pengeluaran lochea rubra

d. Mengajarkan ibu mobilisasi dini yaitu apabila ibu baring

ditempat tidur usahakan untuk miring ke kiri atau ke kanan

dan menyusui bayinya sambil duduk

e. Mengajarkan Suami dan keluarga ibu tentang tehnik pijat

oksitosin untuk kelancaran produksi ASI serta menjelaskan

apa manfaat bagi ibu dan bayinya

f. Memfasilitasi ibu dalam pemberian ASI awal dengan cara

mengajarkan tehnik menyusui yang benar serta menjelaskan

manfaat ASI awal bagi bayi


69

g. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi yaitu

dengan cara dibedong

h. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dengan

mengganti pembalut setiap sudah merasa tidak nyaman.

i. Memberikan obat pada ibu untuk diminum yaitu tablet Fe

( 500 mg ) 1x1,paracetamol ( 500 mg) 2x1 Vitamin C ( 50

mg) 2x1, Vitamin A( 200.000 IU) 1x1.

5. Standar V : Evaluasi

a. Masa nifas berlansung normal, ditandai dengan tanda-tanda

vital dalam batas normal, TD : 120/80 mmHg, Nn :

80x/menit, S: 36,6 C , P: 20x/ menit , kontraksi uterus baik

( teraba keras dan bundar ). TFU 1 jari dibawah pusat.

Kandung kemih kosong, pengeluaran lochea rubra, dan tidak

terjadi perdarahan.

b. Ibu sudah mengerti tentang penyebab nyeri yang dirasakan

dan mulai beradaptasi dengan nyeri

c. Ibu sudah melakukan tehnik relaksasi yang diajarkan

dengan menarik napas panjang saat nyeri

d. Ibu sudah melakukan mobilisasi dini dengan cara duduk

menyusui banyinya , meskipun ibu mengeluh sedikit nyeri

saat bergerak dan bila berbaring ditempat tidur ibu miring ke

kiri .
70

e. Ibu dan suami beserta keluarganya sudah mengetahui dan

mengimplementasikan tehnik pijat oksitosin yang baik dan

benar

f. Ibu sudah menyusui bayinya dengan tehnik menyusui yang

benar dan mengerti tentang manfaat ASI awal bagi bayi

g. Bayi sudah dibedong dan didekatkan dengan ibunya

h. Ibu bersedia menjaga kebersihan dini dan pembalut telah

diganti

i. Ibu sudah minum obat-obatan yang diberikan pada pukul

11.10 wita.

6. Standar VI: Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada

Ny”H”

Tanggal Kunjungan : 9 Maret 2023, Pukul 10.20

Tanggal Pengkajian : 9 Maret 2023, Pukul 16.30

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ini adalah persalinan kedua ibu

2. Ibu mendapat jahitan pada jalan lahir

3. Ibu mengeluh merasakan nyeri pada luka jahitan.

DATA OBJEKTIF (O)

1. Ekspresi wajah ibu tampak meringis saat bergerak.

2. Keadaan umum ibu baik, kesadaran komosmentis.

3. Tanda- tanda vital :

- TD : 110/80 mmHg
71

- N : 80 x/menit

- S : 36,5 ºC

- P : 24 x/menit

4. TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar

5. Tampak luka jahitan pada perineum dan masih basah.

6. Tampak pengeluaran lochia rubra.

ASSESTMENT (A)
Nifas hari pertama dengan nyeri luka jahitan pada perineum.

PLANNING (P)

Tanggal 9 Maret 2023, Pukul 16.30

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

2. Mengobservasi TTV, kontraksi uterus, dan pengeluaran lochia,

- TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36,5 ºC

P : 24 x/menit

- Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)

- Pengeluaran lochia rubra ± 15 cc

3. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal hygiene dengan

cara mengganti pemnbalut jika terasa penuh dan lembab

4. Menyampaikan pada ibu bahwa sakit/ nyeri yang dirasakan adalah

normal karena perubahan Rahim ke bentuk semula


72

5. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini agar dapat

beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan

6. Mengjarkan Ibu dan suami beserta keluarga tentang tehnik pijat

oksitosin untuk memperlancar produksi ASI

7. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

8. Mengajarkan teknik menyusui yang benar pada ibu

9. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi

khususnya kacang-kacangan dan sayuran hijau

10. Penatalaksanaan pemberian obat pada ibu :

- Tablet Fe 1x1 500 mg

- Paracetamol 2x1 500 mg

- Vitamin C 2X1 50 g

- Vitamin A 1x1 200.000 IU

CATATAN PERKEMBANGAN I

Tanggal Kunjungan : 10 Maret 2023, pukul 15.00 WITA

Tanggal Pengkajian : 10 Maret 2023, pukul 15.00 WITA

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu sudah dipijat Oksitosin dengan bantuan peran suami

2. ASI sudah lancar setelah diberikan Pijat Oksitosin Oleh suami, ibu

lebih semangat menyusui bayinya,


73

3. Nafsu makan baik,

4. Istirahat kurang baik karena harus bangun malam untuk menyusui

bayinya,

5. Bisa beradaptasi terhadap nyeri luka bekas jahitan.

6. BAB pada pagi hari, dan sering BAK.

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis

2. TTV :

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36,5 ºC

P : 24 x/menit

3. TFU : pertengahan pusat – simfisis pubis, kontraksi uterus baik,

teraba keras dan bulat, pengeluaran lochea sanguinolenta

ASSESTMENT (A)

P2, Nifas hari ke dua berlangsung normal, keadaan umum ibu baik

PLANNING (P)

Tanggal 10 Maret 2023, pukul 15.00 WITA

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu.

2. Menganjurkan Suami dan keluarga untuk lebih sering melakukan

pijat oksitosin

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

4. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.


74

5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya dan bayinya.

6. Menganjurkan Ibu untuk makan-makanan yang bergizi seimbang.

CATATAN PERKEMBANGAN II

Tanggal Kunjungan : 15 Maret 2023, pukul 09.00 WITA

Tanggal Pengkajian : 15 Maret 2023, pukul 09.00 WITA

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu sering menyusui bayinya lebih dari 1 kali dalam 2 jam

2. Pijat Okstiosin hamper dilakukan Suaminya setiap hari dengan

waktu 15-20 menit.

3. ASI sudah lebih banyak dan lancar ,

4. Nyeri luka bekas jahitan sudah lebih berkurang.

5. Tidak menggunakan pembalut lagi dan pakaian dalam tetap diganti

tiap kali basah/lembab

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum ibu baik.

2. Kesadaran composmentis

3. TTV :

TD : 110/80 mmHg
75

N : 80 x/menit

S : 36,5 ºC

P : 24 x/menit

4. Payudara konsistensi keras karena produksi ASI.

5. TFU sudah tidak teraba dan pengeluaran lochea serosa berwarna

kekuningan.

6. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti ; demam, berbau, bernanah,

bengkak, dan merah pada ibu.

ASSESTMENT (A)

P2, Nifas hari ke enam berlangsung normal, keadaan umum ibu

baik.

PLANNING (P)

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum baik,

tanda-tanda vital dalam batas normal, puncak rahim sudah masuk

ke dalam panggul, payudara konsistensi keras karena produksi

ASI, pengeluaran cairan berwarna kekuningan dan tidak ada tanda-

tanda infeksi seperti demam, berbau, bernanah, bengkak, dan

merah pada ibu.

2. Memberitahu ibu manfaat dari pijat oksitosin yang ibu rasakan

sampai di hari ke-6 Masa Nifas, bahwa ibu merasa lebih rileks dan

ASI lebih lancer sehingga bayi mendapat nutrisi yang cukup


76

3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kesehatan dan stamina selama

masa nifas dan menyusui dengan mengkonsumsi makanan dengan

gizi seimbang agar produksi ASI lancar dan kebutuhan nutrisi ibu

terpenuhi.

4. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas berlebih agar tidak

terlalu lelah.

5. Menganjurkan ibu untuk menghubungi menggunakan media

telephone atau WA ketika ada keluhan atau ada hal yang ingin

ditanyakan mengenai diri dan bayinya.

6. Mengucapkan terimakasih atas kerjasama dari ibu dan keluarga.

C. Pembahasan kasus

1. Pengkajian

Pengkajian data dasar pada Ny”H” di peroleh dari data

subjektif dan data objektif yaitu dengan mengumpulkan

informasi ibu dengan dengan tepat, akurat dan lengkap.

Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis yang meliputi

identitas istri/suami, keluhan utama, riwayat persalinan

sekarang, riwayat kesehatan lalu dan sekarang, riwayat

psikososial, spiritual, dan ekonomi, riwayat pemenuhan

kebutuhan sehari-hari. Hasil anamnesis yang masih bersifat

subjektif dilanjutkan dengan pengambilan data objektif melalui

pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan TD: 110/80 mmHg, N:


77

80x/menit, S:36,5C, P: 24x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat,

ASI kurang, pengeluaran lochea rubra

Ditinjau dari tinjuan pustaka yaitu masa (perperium) adalah

dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu atau 42 hari , pada hari 1-3 setelah persalinan terdapat

pengeluaran lochea rubra yang berwarna merah karena berisi

darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban ( prawirahardjo

2018).

Pengkajian data dasar pada Ny”N” menunjukkan adanya

kesamaan dengan tinjauan pustaka, sesuai hasil pengkajian

yang didapatkan ibu dengan post partum pertama

2. Perumusan Diagnosa

Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh, aka

ditegakkan diagnosa yaitu dengan masa nifas dengan masalah

dihari pertama yang didapatkan adalah ASi lancar dan

kurangnya pengetahuan ibu tentang tehnik menyusui yang baik

dan benar, mobilisasi dini dan personal hygene.

Menurut teori pada tinjauan pustaka masa nifas

( perpurium) adalah setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat

reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa

nifas berlansung selama 6 minggu – 42 hari (Austutik,2015),

sedangkan menurut pendapat yang lain menyebutkan bahwa

masa nifas atau puerperium adalah masa pemulihan kembali,


78

mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan

kembali seperti prahamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu

(Asih, Risneni, 2016).

Kasus Ny ”H” di post partum hari pertama dari hasil

anamnesis, dan hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya

persamaan di tinjauan pustaka yakni post partum hari pertama

ASI belum lancar.

3. Perencanaan

Ny ”N” post partum hari pertama pada tanggal 9 Maret

penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan

diagnosa /masalah yaitu observasi keadaan umum ibu dan

tanda-tanda vital, jelaskan kepada ibu tentang penyebab nyeri

yang dirasakan, anjurkan suami atau keluarga untuk melakukan

pijat oksitosin ,anjurkan suami atau keluarga untuk memberi

makanan menu gizi seimbang, anjurkan ibu untuk istirahat yang

cukup, anjurkan ibu untuk mandi dan lakukan personal Hygene,

ajarkan ibu tentang tehnik menyusui yang benar, beritahu ibu

tanda-tanda bahaya post partum, anjurkan ibu perawatan bayi

sehari-hari, berikan ibu obat Paracetamol, tablet Fe, dan vitamin

A dan vitamin c

Berdasarkan perencanaan yang dilakukan pernyataan

standar yaitu merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan

diagnosa dan masalah yang ditegakkan adapun kriteria


79

perencanaan yaitu rencana yang disusun berdasarkan pada

masalah dan kondisi Ny “H” serta melibatkan Ny “H” serta

melibatkan peran suami

Kasus Ny “H” post partum hari pertama menunjukkan

adanya persamaan di tinjauan pustaka tentang rencana

tindakan yang dilakukan pada Ny “H” dengan menganjurkan ibu

istirahat yang cukup, menjaga pola makan, memberikan obat

dan vitamin pada ibu.

4. Implementasi

Kasus Ny”H” post partum hari pertama tanggal 9 Maret

2023 semua tindakan yang direncanakan sudah dilakukan

dengan baik, yakni mengobservasi keadaan umum ibu dan

tanda-tanda vital, menjelaskan kepada ibu tentang penyebab

nyeri yang dirasakan, menganjurkan suami atau keluarga untuk

melakukan pijat oksitosin ,menganjurkan suami atau keluarga

untuk memberi makanan menu gizi seimbang, menganjurkan

ibu untuk istirahat yang cukup, menganjurkan ibu untuk mandi

dan lakukan personal hygene, mengajarkan ibu tentang tehnik

menyusui yang benar, memberitahu ibu tanda-tanda bahaya

post partum, menganjurkan ibu perawatan bayi sehari-hari,

memberikan ibu obat ptc,tablet Fe, dan vitamin A.


80

Kasus Ny “ H” post partum hari pertama menunjukkan

adanya persamaan di tinjauan pustaka sesuai dengan

pelaksanaan yang dilakukan berdasarkan perencanaan.

5. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan berdasarkan pada respon Ny”H”

yang mengacu pada implementasi yang dilaksanakan pada

tanggal 9 , 10, 11, dan 15 Maret. Post partum hari pertama

berlansung normal TFU 1 jari dibawah pusat ..

6. Pendokumentasian

Pendokumentasian hasil asuhan pada Ny”H” sebagai bukti

pertanggung jawaban terhadap tindakan yang telah dilakukan

dicatat dalam bentuk SOAP selama 2 kali kunjugan rumah,

pada tanggal 11 dan 15 Maret.


81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas

dengan penerapan pijat oksitosin berdasarkan teori dan pengalaman

praktik dengan melakukan secara langsung studi kasus pada Ny.”H” di

TPMB J tanggal 6 Februari S/D 18 Maret 2023, maka dalam bab ini

penulis mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pada pengkajian data dasar yang dilakukan pada Ny.”H” sudah

sesuai dengan standar asuhan kebidanan masa nifas dengan

penerapan pijat oksitosin

2. Perumusan diagnosa atau masalah kebidanan berdasarkan data

subjektif dan objektif yang diperoleh dari pengkajian data, maka

ditegakkan diagnosa masa nifas hari pertama.

3. Perencanaan asuhan yang dibuat pada Ny ”H” mengacu pada

diagnosa yang ditegakkan.


82

4. Implementasi yang dilakukan pada Ny ”H” mengacu pada rencana

asuhan yang telah dibuat. Semua asuhan yang dibuat sudah

terlaksana tanpa hambatan di karenakan ibu yang kooperatif,

cepat, tanggap dalam menerima semua saran dan tindakan yang

diberikan.

5. Evaluasi asuhan kebidanan pada Ny ”H” berdasarkan respon

pasien dan pelaksanaan asuhan didapatkan hasil keadaan ibu

dalam keadaaan normal.

6. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap

pada proses asuhan kebidanan, karena hal ini merupakan bukti

tanggung jawab dan tangggung gugat bidan terhadap asuhan yang

diberikan kepada klien. Pendokumentasian ditulis dalam bentuk

catatan perkembangan SOAP.

B. Saran

1. Diharapkan agar dalam melakukan pengkajian data dilakukan

secara sistematis dan sesuai dengan standar asuhan kebidanan

masa nifas.

2. Diharapkan agar dapat menegakkan diagnosa berdasarkan data

subjektif dan objektif.

3. Diharapkan agar dalam merencanakan tindakan sesuai dengan

diagnosa yang telah dibuat.

4. Diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan kehamilan

sesuai perencanaan dengan melibatkan pasien dan keluarga.


83

5. Diharapkan dalam melakukan evaluasi berdasarkan respon pasien

untuk mengetahui secara jelas kondisinya serta asuhan apa yang

telah diberikan sebelumnya.

6. Dalam pembuatan dokumentasi, diharapkan memperhatikan

prinsip, manfaat, serta syarat-syarat dalam dokumentasi agar data

pasien tepat dan akurat sesuai dengan aturannya.


84

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna Dan Diah Wulandari. 2019 Asuhan Kebidanan


Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Andina Vita Sutanto. 2018 . Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui- Teori
Dalam Praktik Kebidanan Profesional.Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.

Anggraini, W.N. 2019. Pemberian Tindakan Pijat Oksitosin Terhadap


Peningkatan Produksi ASI Pada Asuhan Keperawatan Ny. W
Dengan Post Partum Di Ruang Nifas RSUD D R. Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri

Astutik, R Yuli., 2015 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan
Menyusui CV.Trans Info Medika : Jakarta Timur

Dewi Andariya 2020. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Rihama

Dewi,A.V,2020 Asuhan Kebidanan Media Sains . Bandung,Indonesia

Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 2019 Profil Kesehatan Provinsi


Sulewasi Selatan

Elizabeth,.Siwi W, .Endang P. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan


Menyusui.Jakarta : Pustaka Baru Press.

Hamilton 2017 Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Jakarta:Fakultas


Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Kemenkes 2019 Sari Kesehatan Ibu Hamil Bersalin Dan Nifas Jakarta
Direktorat Kesehatan Keluarga

Prawirohardjos,2018 Ilmu Kebidanan. Jakarta. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
85

Rini, S. Dan Feti Kumala,2017.Asuhan Nifas Dan Evidence Based


Practice,
Yogyakarta:Deepublish

Runjati,2019 Kebidanan Teori Asuhan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Simanulang.E,2017.Modul Askeb Nifas Dan Menyusui,Medan: Akademi


Kebidanan Mitra Husada Medan

Siti Mulyani, Nina. 2018. Asi Dan Pedoman Ibu Menyusui. Nuha Medika,
Yogyakarta

Susanto. Andina Vita. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas Dan


Menyusui.Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Wahyuni D 2018 Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui.Jakarta


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Yuliana W Dan Bawon N.H 2020 Emodemo Dalam Asuhan Kebidanan


Masa Nifas, Takalar : Yayasan Ahmad Pendikia Indonesia

Zubaidah, Dkk. 2021. Asuhan Keperawatan Nifas. Yogyakarta :


Deepublish

Anda mungkin juga menyukai