Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Anak

A. Definisi Anak

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 202 tentang

perlindung anak, anak adalah seseorang yang belumberusia 18

(delapan belas) tahun, termasukanak yang dalam perlindungan

terhadap anak sudah mulai sejak anak tersebut dalam kandungan

hingga berusia 18 tahun (Kemenkes, 2014).

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita)

dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih

tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan

penting, seperti mandi, minum dan makan. Perkembangan

berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namin kemampuan

lain masih terbatas masa balita merupakan merupakan priode

periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.

Perkembangan dan pertumbuhan diamsa itu merupakan masa

tumbuh kembang diusia ini merupakan masa yang berlansung cepat

dan tidak akan prnah terulang, karena itu sering disebut golden age

atau masa keemasan. (Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, 2010).

B. Perbandingan Usia pada Anak

Perbandingan usia anak menurut Fida dan Maya (2013) adalah :


1. Bayi 0-12 bulan

2. Usia toolder 1-3 tahun

3. Anak prasekolah 4-6 tahun

4. Anak sekolah 7-12 tahun

5. Anak remaja 13-18 tahun

C. Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

1. Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan anak merupakan suatu perubahan jumlah, besar,

ukuran yang dapat dinilai dengan ukuran gram (gram, pound,

kilogram) seperti tinggi badan dan berat badan. (Purwandari, dkk,

2014).

a) Indikator pemeriksaan pertumbuhan :

1) Pengukuran tinggi badan

Pada anak usia 0 sampai 2 tahun pengukuran tinggi badan

dilakukan dengan cara berbaring, sedangkan pada anak usia

lebih dari 2 tahun dilakukan dengan cara berdiri (Rizki, dkk,

2015).

2) Pengukuran berat badan

Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan

timbngan yang berguna untuk mengetahui keadaan gizi dari

tumbuh kembang anak (Sulistiawati, 2014).

3) Lingkar kepala

Lingkar kepala menggambarkan pemeriksaan patologis dari

besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.


Perkembangan otak memenuhi pertumbuhan tengkorak (Titin,

2017).

4) Lingkar lengan atas

Tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak

berpengaruh banyak oleh cairan tubuh dapat digambarkan oleh

ukuran lingkar lengan atas.pengukuran ini berguna untuk

sekrinng malnutrisi pada anak (Titin, 2017).

D. Perkembangan Anak

Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Proses ini

menyangkut perkembangan sel tubuh, organ dan sistem tubuh yang

berkembang

untuk memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan

intelektual, emosional dan tingah laku (Soetjiningsih, 2015).

Ada lima aspek perkembanagn yang perlu dipantau, yaitu :

a. Perkembangan motoric

1. Motorik kasar

adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan

otot-otot besar seperti duduk dengan berdiri (Soetjiningsih,

2015).

2. Motorik halus Adalah aspek berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan


bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,

tetapi melakukan koordinasi yang cermat seperti mengamati

sesuatu, menjepit, menulis (Fida dan Maya, 2013).

b. Perkembangan Kognitif

Merupakan proses berpikir, yang meliputi kemampuan

individu untuk menilai, menghubungkan, dan

mempertimbagakan suatu peristiwa. (Kyle da Carman 2013).

c. Perkembangan Bahasa

Kemampuan berbicara dan bahasa adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon

terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah.

d. Perkembangan Sosial

Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan dari anak (makan sendiri, membereaskan

mainan setelah bermain), bepisah dengan ibu atau

pengasuh,bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.

e. Pengukuran Perkembangan

Perkembangan merupakan proses untuk anak belajar lebih

mengenal, memakai, dan menguasai sesuatu yang lebih dari

sebuah aspek aspek. Perkembangan Bahasa ialah agar anak

mampu berkomuniasi secara verbal dengan lingkungan

(Susilawati, 2015).

E. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu :


a. Faktor dari dalam (internal)

Faktor dari dalam dapat dilihat dari factor genetic atau

hormone, factor gerontic akan mempengauhi kecepatan

pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksul, syaraf.

Kemudian pengaruh hormonaldimana sudah terjadi sejak masa

prenatal. Selain itu kelenjar tiroidjuga menghasikan kelenjar

tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta maturase

tulang, gigi, dan otak (Soetijiningsih, 2015).

b. Faktor dari luar (eksternal)

Factor dari luar dapat dilihat dari :

1). Factor pre-natal

Gizi pada waktu hamil, mekanis, otoksin, radiasi, infeksi,

stres, Imunits, anoksia embrio.

2). Faktor pos-natal

a. Faktor biologis

Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepatuhan terhadap

penyakit, perawatan penyakit kronis atau homecare.

b. Faktor lingkungan

Fisik, cuaca, musim, santai, dan keadaan rumah

c. Faktor keluarga dan adat istiadat

Pekerjaan, jumlah saudara, stabilitas rumah tangga,

adat istiadat.

2.1.2 Demam

A. Definisi Demam
Demam merupakan suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan

suhu tubuh di atas normal yaitu apabila diukur melalui rektal>38,

diukur melalui oral >37,8, dan apabila diukur melalui aksila>37,2

(cahyaningrum dan putri, 2017). Rentang suhu tubuh seseorang

dikatakan hipetermi terjadi 37,5 (Dzufaijah, 2017). Demam bukan

meupakan suatu penyakit, namun merupakan tanda gejala dari penyakit.

Umumnya demam tidak berbahaya, namun apabila demam yang terjadi

sangat tinggi maka akan berbahaya (Setyanto, 2017).

Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan

titik ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi atau pegatur

panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh dengan

menyeimbangkan sinyal dari rseptor-reseptor neuronal periferdingin

dan panas (Nelson, 2012). Demam merupakan respon normal tubuh

terhadap infeksi. Infeksi adalah masuknya mikroorganisme (makhluk

hidup yang sangat kecil) masuk kdalam tubuh dapat berupa virus,

bakteri, jamur,maupun parasit (Cahyaningrum & Putri, 2017).

B. Etiologi

Zat yang menyebabkan demam adalah pirogen. Ada dua jenis

pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari

luar tubuh dan berkemampuan untuk merangsang interleukin-1.

Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam tubuh dan memiliki

kemampuan untuk merangang demam dengan mempengaruhi kerja pusat

pengaturan suhu di hipotalamus. Zat-zat pirogen endogen, seperti


interleukin-1, tumor necrosis factor (TNF), sementara (INF). Penyebab

demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,

keganasan atau reaksi terhadap obat, juga pada gangguan pusat regulasi

suhu sentral (misalnya: pendarahan otak, koma).

Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosa peyebab demam

diperlukan ketelitian pengambilan riwayat pasien, pelaksanaan

pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan mengevaluasi

pemeriksaan labolatorium, serta penunjang lain seara tepat dan holistik.

Pada pendarahan internal, saat terjadinya reabsorpasi darah dapat pula

menyebabkan peningkatan temperatur. Suatu kenyataan perlu diketahui

saat peraktek adalah penyakit-penyakit ademik dilingkungan tempat

tinggal pasien (Sodikin, 2012). Beberapa hal yang perlu diperhatikan

pada demam adalah cara timbul demam serta keluhan dan gejala lain

yang menyertai demam (Nanda, 2013).

C. Patopisiologi

Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non

infeksiberinteraksi dengan mekanisme pertahanan hoseps. Saat mekanisme

ini berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis leukosit,

makrofag, serta limposit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran

besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan

melepaskan zat interleukine dalam cairan tubuh (zat pirogen

leukosit/pirogen endogen). Pada saat interleukin-1 sudah sampai

kehipotalamus akan mnimbulkan demam dengan cara meningkatkan

temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1 juga memiliki


kemampuan untuk memproduksi pembentukan prostagladin ataupun zat

yanag memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian

hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam (Sodikin, 2012).

Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningktan kecepatan

metabolisme basa. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan

makanan dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam tubuh cenderung

dipecah dan terdpat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah

pada ketosit (Menurut Sacharin, 1996 dan DalamYahya, 2018).

Kekurangan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam,

karena cairan dan elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan

termoregulasi di hipotalamus anterior. Jika terjadi dehidrasi atau

kekurangan cairan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di

hipotalamus anterior akan mengalami gangguan. Pada pasien febris atau

demam pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan, yaitu dengan

pemeriksaan darah misalnya : Hb, Ht, leokosit. Pada pasien febris atau

demam biasanya pada Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan

Leukositakan mengalami peningkatan. LED akan meningkat pada pasien

observasi febris atau demam yang tidak diketahui penyebabnya,

(pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang mengalami demam

sisertai batuk-batuk) (Menurut Dalam Yahya, 2018).

D. Tanda dan Gejala

Sewaktu demam berlangung, akan terlihat bebagai gejala klinis

pada demamnya. Ada 3 fase yang terjdi selama demam berlansung, yaitu :

1) Fase I (awitan dingin atau menggigil)


Pada fase awal ini demam akan disertai dengan :

a) Peningkatan denyut jantung

b) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan

c) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

d) Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi

e) Merasakan sensasi dingin

f) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontruksi

g) Rambut kulit berdiri

h) Pengeluaran keringat berlebihan

i) Peningkatan suhu tubu

2) Fase II (proses demam)

Selama proses demam berlangsung akan disertai dengan :

a) Proses menggigil hilang

b) Kulit terasa hangat (panas)

c) Merasa tidak panas (dingin)

d) Peningkatan nadi dan laju pernapasan

e) Peningkatan rasa haus

f) Dehidrasi ringan hingga berat

g) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf Lesi

mulut

h) Kehilangan nafsu makan (bila demam memanjang)

i) elemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat

katabolisme protein

3) ase III (pemulihan)


Saat fase pemuliha makan akan disertai :

a) Kulit tampak merah dan hangat

b) Berkeringat

c) .Menggigil ringan

d) Kemungkinan mengalami dehidrasi

E. Komplikasi

1) Dehidrasi

2) Kekurangan oksigen

3) Kerusakan neurologis

4) Kejang

F. Pengaturan suhu

Pada manusia, suhu tubuh cenderung berfluktuasi tiap saat. Ada

banyak faktor yang menjadi penyebab fluktuasi suhu tubuh tersebut, agar

suhu tubuh mampu dipertahankan secara konstan, maka diperlukan

pengaturan (regulasi) suhu tubuh. Keseimbangan antara produksi panas

dan kehilangan panas akan menentukan suhu tubuh. Keseimbangan

tersebut dipengaruhi oleh karena kecepatan reaksi kimia bervariasi sesuai

suhu, selain itu sistem enzim tubuh juga memiliki rentang suhu yang

sempit agar berfungsi optimum, maka fungsi tubuh yang normal

tergantung pada suhu badan yang relatif. Suhu tubuh manusia diatur oleh

suatu mekanisme umpan balik (feed back) yang berada dipusat

pengaturan suhu (hipotalamus). Hipotalamus merupakan pusat

pengaturan utama temperatur tubuh(termoregulasi), yang mendapat

stimulasi baik fisik ataupun kimia. Adanya cedera mekanis yang terjadi
secara langsung atau akibat terpajan zat kimiawi pada pusat-pusat

tersebut akan menjadi penyebab demam. Tetap bentuk stimulasi tersebut

tidak selalu ditemukan pada berbagai jenis demam yang berhubungan

dengan infeksi, neoplasma, hiper sensitivitas, dan juga penyebab radang

lainnya. Sedangkan bila suhu tubuh inti di bawah titik tetap (37oC), tubuh

akan menjalankan satu mekanisme untuk meningkatkan produksi panas

dan menurunkan laju penurunan panas tubuh dari lingkungan (Sodikin,

2012).

G. Penatalaksanaan

1) Pemberian antipiretk

Terapi antipiretik bermanfaat pada penderita berisiko tinggi

yang menderita penyakit kardiopulmonal kronis, gangguan

metabolik, atau penyakit neurologis dan pada mereka yang

berisiko mengalami kejang demam. Selain memberikan

kesembuhan simtomatis, terapi antipiretik tidak mengubah

perjalanan infeksi biasa pada anak normal, dan dengan demikian

penggunaannya tetap kontroversial pada penderita demam (Nelson,

2012).

Indikasi pemberian antipiretik, antara lain:

1. Demam lebihdari 39oC yang berhubungan dengan gejala nyeri

atau tidak nyaman, bisa timbul pada keadaan otitis media maupun

mialgia

2. Demam lebih dari 40oC


3. Demam berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme. Keadaan-keadaan berikut juga memerlukan

pemberian antipiretik seperti gizi buruk, penyakit jantung, luka

bakar, atau pascaoperasi.

4. Anak dengan riwayat kejang atau delirium yang disebabkan demam

Metode fisik Tindakan pendinginan secara tradisional, seperti

memakaikan pakaian minimal, memajan kulit dengan

udara, dan menurunkan suhu kamar, meningkatkan

sirkulasi udara, dan pemberian kompres pada bagian tubuh

(misalnya di dahi) efektif jika diberikan kurang lebih1 jam

setelah pemberian antipiretik sehingga set point dapat menurun.

Metode penanganan demam secara fisik, memungkinkan tubuh

kehilangan panas dengan cara konduksi, konveksi, atau

penguapan. Berikan minum ±1000-1.500 cc, karena adanya

penguapan cairan yang berlebihanpada saat demammelalui

keringat.

5. Metode kompres hangat Kompres hangat adalah tindakan

menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air

hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga

dapat memberikan rasa nyaman dan menurukan suhu tubuh

(Wardiyah,dkk 2016). Metode kompres hangat pada daerah aksila

lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat

pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat

apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan


memperluas daerah yang mengalami vasodilatasiyang akan

memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke

kulit (Ayu, dkk 2015).

2.1.3 Metode kompres Lidah Buaya (Aloe vera)

a. Definisi

Kompres lidaha buaya meruakan salah satu pengobatan yang

masih bnayak dilakukan oleh masyarakat indonesa,

Kandungan air yang banyak memberikan efek dingin pada saat

bersentuhan dengan kulit. Kandungan air yang melimpah ini yang

dimanfaatkan untuk menurunkan demam melalui mekanisme

penyerapan panas dari tubuh dan mentransfer panas tersebut ke

molekul-molekul air kemudian menurunkan suhu. Pemberian kompres

ini juga menyebabkan vasoliditasi pada tubuh. Vasoliditasi inilah yang

menyebabkan pelepasan panas dari dalam tubuh melalui kulit sehingga

suhu tubuh akan turun (Fakularini, 2014).

3 Metode kompres Bawang Merah

Bawang merah dapat digunakan untuk mengompres, hal

ini disebabkan karena bawang merah mengandung senyawa

sulfur oerganik yaitu allycystein sulfoxide (Aliin) yang

berfungsi menhancurkan pembekuan darah. Cara yang


dilakukan dalam pembuatan bawang merah untuk menurunkan

demam pada anak

Anda mungkin juga menyukai