Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) melakukan upaya penurunan angka


kesakitan dan kematian bayi melalui United Nations Childre’s Fund (UNICEF)
dengan merekomendasikan agar bayi hanya di berikan Air Susu Ibu (ASI)
selama paling sedikit 6 bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berumur 2 tahun. WHO juga merekomendasikan bahwa seorang ibu
seharusnya menyusui bayinya dalam waktu satu jam pertama (WHO, 2017).
Peningkatan angka ibu menyusui secara global berpotensi menyelamatkan
nyawa lebih dari 820.000 anak usia balita dan dapat mencegah penambahan
20.000 kasus kanker payudara pada perempuan setiap tahunnya. Namun, di
Indonesia, hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan
ASI eksklusif, dan hanya sedikit lebih dari 5 persen anak yang masih
mendapatkan ASI pada usia 23 bulan. Artinya, hampir setengah dari seluruh
anak Indonesia tidak menerima gizi yang mereka butuhkan selama dua tahun
pertama kehidupan. Lebih dari 40 persen bayi diperkenalkan terlalu dini
kepada makanan pendamping ASI, yaitu sebelum mereka mencapai usia 6
bulan, dan makanan yang diberikan sering kali tidak memenuhi kebutuhan gizi
bayi (WHO, 2020).
Target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(Kemenkes RI) 2018 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sampai usia 6
bulan di Indonesia yaitu sebesar 47,0%, secara nasional persentase bayi baru
lahir yang mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yaitu sebesar 71,17%.
Provinsi dengan peresentase tertinggi bayi baru lahir yang mendapatkan IMD
adalah Sulawesi Barat 88,49%, sedangkan Provinsi dengan peresentase
terendah adalah Maluku 22,18% (Kemenkes, 2018)

1
Pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Bengkulu pada Bayi usia 0-6 bulan
sebesar 70,32%. Angka ini melebihi target yang ditetapkan dalam Renstra
Kemenkes RI untuk tahun 2018 (Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2018).
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). ASI
mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein
untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk mematikan kuman dalam jumlah
tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko angka
kesakitan pada bayi (Kemenkes RI, 2019).
Pemberian ASI memilik manfaat antara lain, mencegah perdarahan pasca
persalinan, mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara, mengurangi risiko
terjadinya anemia, memperkuat ikatan batin ibu dengan bayi yang dilahirkan,
Manfaat ASI bagi keluarga antara lain, mudah pemberiannya seperti tidak
perlu mencuci botol dan mensterilkan sebelum digunakan, menghemat biaya,
bayi sehat dan jarang sakit sehingga menghemat pengeluaran keluarga.
Manfaat ASI bagi Negara antara lain, menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, mengurangi devisa
untuk membeli susu formula, meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
(Elisabeth, 2017 ).
Beberapa faktor penyebab kegagalan ASI eksklusif diantaranya adalah
kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, pendidikan memengaruhi
pemberian ASI eksklusif ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah
menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah, ibu
yang sibuk bekerja sehingga tidak sempat memberikan ASI eksklusif pada
bayinya, dan kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga termasuk suami,
orang tua atau saudara lainnya sehingga pemberian ASI menurun
(Kusumaningsih, 2018).
Persiapan ASI eksklusif merupakan upaya yang dilakukan ibu dan keluarga
untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam penatalaksanaannya dapat
dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa

2
menyusui. Persiapannya dapat meliputi upaya pencarian informasi ASI
eksklusif, perawatan payudara, persiapan nutrisi, dan persiapan psikologis
(Rinata, 2016).
Faktor yang mendukung keberhasilan IMD salah satunya adalah proses
persalinan, proses persalinan spontan lebih memungkinkan ibu untuk
melaksanakan inisiasi menyusui dini karena kemungkinan komplikasi yang
terjadi pada ibu maupun bayi lebih kecil, penolong persalinan bidan atau
tenaga kesehatan merupakan penentu terlaksananya IMD, dan termasuk
dukungan suami dan keluarga dalam proses IMD. Pentingnya IMD saat masa
persalinanan yaitu dapat merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi
perdarahan pasca persalinan (Sihsiliya, 2018).
IMD adalah proses pemberian kesempatan kepada bayi untuk mencari
sendiri (tidak dipaksakan/disodorkan) sumber makanan dan menyusu pada
ibunya segera setelah dilahirkan selama minimal satu jam dan suatu proses
membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri untuk menyusu sesegera dalam satu
jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibu (Asmarani, 2020).
Continuity Of Care (CoC) yaitu pemberian asuhan berkesinambungan
kebidanan mulai dari Antenatal Care (ANC), Intranatal Care (INC), dan Bayi
Baru Lahir (BBL), asuhan postpartum, asuhan neonatus dan pelayanan
Keluarga Berencana (KB) yang berkualitas untuk membantu memantau dan
mendeteksi adanya kemungkinan komplikasi yang terjadi antara ibu dan bayi
dari hamil, persalinan, nifas, BBL sampai dengan penggunaan KB. Asuhan
berkesinambungan jika berhasil dilakukan dengan maksimal akan
meminimalisir tindakan kebidanan yang tidak dibutuhkan dan keterlambatan
rujukan kegawat daruratan maternal dan neonatal (Diana, 2017).
Survey awal yang dilakukan di Praktek Mandiri Bidan (PMB) Erika
Roriyanti Kota Bengkulu pada tanggal 08 November 2020, pada periode
Januari sampai dengan November 2020 tercatat 231 ibu hamil, dan salah satu
ibu hamil TM III G2P1A0 mempunyai riwayat kegagalan ASI saat hamil anak
pertama disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang Asi Eksklusif

3
dan ibu tidak mengetahui tekhnik menyusui dengan benar, ibu mengatakan
khawatir tidak dapat memberikan ASI eksklusif pada anak keduanya sehingga
ibu saat ini membutuhkan pemberian edukasi dan pendampingan pemberian
ASI Eksklusif.
Berdasarkan latar belakang diatas pengetahuan tentang ASI eksklusif
merupakan masalah jika tidak diatasi. Maka pada kesempatan ini penulis
tertarik melakukan asuhan kebidanan berkesinambungan (CoC) yang dimulai
sejak masa kehamilan, persalinan, dan nifas dan berfokus pada cara pemberian
ASI eksklusif selama masa kehamilan TM III, persalinan, dan 2 minggu
pertama masa nifas.

B. Rumusan Masalah
Belum diketahuinya bagaimana keberhasilan pemberian edukasi dan
pendampingan pada ibu hamil TM III, Bersalin, BBL, hingga 2 minggu masa
nifas dalam persiapan laktasi yang dimulai sejak masa kehamilan terhadap
keberhasilan IMD dan proses menyusui dalam 2 minggu pertama nifas

C. Tujuan Penulisan Studi Kasus


1. Penulis dapat mengetahui dan melakukan pengkajian data subjektif dan
objektif pada ibu hamil TM III selama masa kehamilan TM III, bersalin,
hingga 2 minggu masa nifas khususnya yang terkait dengan persiapan
laktasi.
2. Penulis dapat mengetahui dan melakukan pengkajian data subjektif dan
objektif pada BBL yang terkait dengan persiapan laktasi.
3. Penulis dapat mengetahui dan menegakkan diagnosis atau analisa ibu
hamil TM III selama masa kehamilan TM III, bersalin, hingga 2 minggu
masa nifas khususnya yang terkait dengan persiapan laktasi.
4. Penulis mengetahui dan melakukan implementasi dan evaluasi asuhan
kebidanan terhadap ibu hamil TM III khususnya terkait edukasi dan
pendampingan persiapan laktasi yang dimulai sejak masa kehamilan TM
III, bersalin, hingga 2 minggu masa nifas.

4
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil hingga nifas
pada khususnya terkait edukasi dan pendampingan persiapan laktasi yang
dimulai sejak masa kehamilan TM III hingga 2 minggu pertama nifas dan
dapat menambah keterampilan sehingga dapat memberikan asuhan secara
tepat dan lebih memiliki keberhasilan yang baik dalam memberikan
asuhan pada ibu hamil hingga nifas pada khususnya terkait edukasi dan
pendampingan persiapan laktasi yang dimulai sejak masa kehamilan TM
III hingga 2
minggu pertama nifas.
2. Bagi Institusi
Laporan Tugas Akhir dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa
tentang asuhan kebidanan pada asuhan yang komprehensif khsusnya
terkait edukasi dan pendampingan persiapan laktasi yang dimulai sejak
masa kehamilan TM III hingga 2 minggu pertama nifas.
3. Bagi lahan praktek
Laporan Tugas Akhir dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan
pelayanan kebidanan yang terkait edukasi dan pendampingan persiapan
laktasi yang dimulai sejak masa kehamilan TM III hingga 2 minggu
pertama nifas.
4. Bagi Pasien
Hasil laporan Tugas Akhir ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil
tentang pentingnya pemeriksaan antenatal untuk mengetahui komplikasi
secara dini, dan memeriksakan secara rutin ke tenaga kesehatan.
Mempersiapkan proses laktasi mulai dari hamil sampai dengan nifas
secara baik dan benar, sehingga dapat menyukseskan Asi Eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai