Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


INTEGRASI PROMKES DENGAN PROGRAM ASI ESKLUSIF)
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN 2021

Nama :

1. Fitri yani 206131013

2. Kiki Apriyana 206131020

3. Santi Oktavia 206131017

4. Vincha Rahma Luqman 206131009

PROGRAM STUDI PASCASARJANA FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal : INTEGRASI PROMKES DENGAN PROGRAM


ASI EKSKLUSIF DI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2021

Nama : Fitri yani 206131013

Kiki Apriyana 206131020

Santi Oktavia 206131017

Vincha Rahma Luqman 206131009

Fakultas : Kesehatan
Program Studi : Magister Kesehatan Masyarakat
Tanggal : Mei 2021

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dr. Aila Karyus., M. Kes Dr. dr. Endang Budiati,. M.Kes
NPP. 2222 NPP. 2222

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Dr. P.A. KodratPramudho,SKM, M.Kes


NPP. 2222206

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan dari pembangunan kesehatan salah satunya adalah menurunkan angka

kematian bayi. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2015

dalam Profil Kesehatan Indonesia 2017 bahwa angka kematian bayi di

Indonesia saat ini adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018).

Berbagai macam penyebab kematian bayi, salah satu diantaranya adalah diare.

Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan salah satu hal yang dapat mencegah

bayi dari penyakit infeksi diantaranya adalah diare. Adanya faktor protektif

dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta

kesakitan dan kematian anak menurun. (Kemenkes RI, 2018)

Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi

dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi

saluran pernafasan akut bagian bawah. Kolostrum mengandung zat kekebalan

10-17 kali lebih banyak dari susu matang. Zat kekebalan yang terdapat pada

ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakt diare dan menurunkan

kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit

alergi. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan

atau minuman lain kecuali obat dan vitamin dari usia bayi 0 bulan sampai

dengan 6 bulan (Fadhilah, · 2018). ASI eksklusif sangat penting untuk

pertumbuhan bayi, makan Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat

keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang

Pemberian ASI eksklusif (Kemenkes RI, 2018).


Di Indonesia, angka pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 0-6 bulan

mencapai angka 55,7%. Terdapat 23 provinsi yang mempunyai presentase ASI

eksklusif di atas angka Nasional (55,7%) yang tertinggi di NTB (85,9%) dan

terendah Sulawesi Utara (26,3%) dan Lampung (54,9%) merupakan 9

terendah dari seluruh provinsi di Indonesia (Kemenkes RI, 2016). Data

cakupan pemberian Asi ekslusif di Provinsi Lampung hingga tahun 2020

masih rendah (54,9%) dibandingkan dengan target Indonesia. Berdasarkan

data terlihat bahwa Kabupaten Pesawaran dalam cakupan pemberian ASI

eksklusif masih di bawah pencapaian provinsi sebesar 56,26%. Data yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kebupaten Pesawaran Bayi umur 0-6 bulan

yang mendapat ASI eksklusif di Kabupaten Pesawaran selama tahun 2014-

2019 berfluktuatif. Pada tahun 2014 bayi yang mendapatkan ASI secara

Eksklusif sebesar 30,19%, tahun 2015 menurun kembali menjadi 20,85%,

tahun 2016 meningkat menjadi 49,76% dan pada tahun 2019 sebesar 50,48%

(Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, 2019).

Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat

perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan

risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan

motorik dan mental. Balita yang mengalami stunting memiliki risiko

terjadinya penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan

risiko penyakit degeneratif di masa mendatang. Hal ini dikarenakan anak

stuntingjuga cenderung lebih rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga

berisiko mengalami penurunan kualitas belajar di sekolah dan berisiko lebih

sering absen.Stuntingjuga meningkatkan risiko obesitas, karena orang dengan


tubuh pendek berat badan idealnya juga rendah. Kenaikan berat badan

beberapa kilogram saja bisa menjadikan Indeks Massa Tubuh (IMT) orang

tersebut naik melebihi batas normal. Keadaan overweight dan obesitas yang

terus berlangsung lama akan meningkatan risiko kejadian penyakit

degeneratif. Kebijakan global (WHO dan UNICEF) dan kebijakan nasional

merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan,

kemudian diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak berumur 6

bulan dan meneruskan pemberian ASI selama 2 tahun. Indonesia memiliki

komitmen untuk melaksanakan Deklarasi Innoceti‖ yang menyatakan bahwa

setiap Negara diharuskan memberikan perlindungan dan dorongan kepada ibu,

agar berhasil memberikan ASI (Fadhilah, 2018).

Kegiatan Promosi Kesehatan merupakan salah satu bentuk pendidikan

kesehatan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kemauan dan

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan di

mulai dari, oleh untuk, dan bersama masyarakat, dengan lingkungan sosial

budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang

kesehatan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai wujud operasional promosi

kesehatan merupakan upaya mengajak, mendorong kemandirian masyarakat

berperilaku hidup bersih dan sehat. Sepuluh indikator perilaku hidup bersih

dan sehat di tatanan rumah tangga yang terdiri dari enam indikator perilaku

dan empat indikator lingkungan, yang termasuk indikator perilaku yaitu

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, ASI Eksklusif, tidak merokok,


melakukan aktivitas fisik setiap hari, gizi seimbang dan memiliki jaminan

pemeliharaan kesehatan (Panduan Integrasi Promosi Kesehatan, 2015).

Promosi Kesehatan ASI Eksklusif merupakan salah satu upaya yang bisa

dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan ibu serta dapat

meningkatkan kesehatan bayi dan menjamin kelangsungan hidup calon bayi.

Pemberian ASI Eksklusif kepada bayi yang baru lahir secepat mungkin atau

yang disebut Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dapat mengurangi angka kematian

bayi.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam praktik kerja lapangan ini adalah: “Bagaimana

integrasi promosi kessehatan dengan program ASI esklusif) di Dinas

Kesehatan Kabupaten Pesawaran tahun 2021?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan analisa dan implementasi integrasi promosi kessehatan dengan

program ASI esklusif) di Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran tahun

2021.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan analisis strategi advokasi integrasi promosi kesehatan ASI

Esklusif di dinas kesehatan kabupaten pesawaran

b. Melakukan analisis strategi bina suasana integrasi promosi kesehatan

ASI Esklusif di dinas kesehatan kabupaten pesawaran


c. Melakukan analisis strategi pemberdayaan masyarakat integrasi

promosi kesehatan ASI Esklusif di dinas kesehatan kabupaten

pesawaran.

D. Manfaat

1. Bagi Institusi PKL

Sebagai masukan kepada Dinas Kesehatan Pesawaaran dalam upaya

optimalisasi capaian Program Kesehatan Ibu dan Anak melalui integrasi

Promosi Kesehatan ASI Eksklusif.

2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

Hasil praktik kerja lapangan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran

sebagai masukan dan bahan penelelitian lebih lanjut dalam pembuatan

kebijakan dan inovasi dalam peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak melalui

integrasi Promosi Kesehatan ASI Eksklusif.

3. Bagi Mahasiswa

Merupakan penerapan secara nyata ilmu kesehatan masyarakat yang

selama ini dipelajari secara nyata pada institusi pemerintah yaitu Dinas

Kesehatan Kabupaten Pesawaran.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas


Kesehatan Kabupaten Pesawaran

BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT:


EMILYANA, S.KM

SEKSI KESEHATAN DAN IBU : SEKSI PROMKES & SEKSI KESEHATAN


SUKARNI, S.KM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: LINGKUNGAN, KESEHATAN
TRIO PRANOTO S.KEP KERJA DAN OLAHRAGA:
PARMAN, S.KM

STAF:
STAF: STAF: AMI KESUMANINGTYAS S.KM
LICA LESATARI, S.ST LIA SITAWATI S.KM., MKM M.KKK

STAF:
STAF: STAF: EVRI NELITA S.KM
EKA MUNIARTI, S.ST PRINCE SJAHTRI, S.KEP. M.KES

STAF:
STAF: ANA RAHMA WATI A.Md. Kep
STAF: DIGA ARIKA SANTI, A.Md. Keb
MUSTIKA ZAHRA A.Md.Gizi

STAF: STAF:
ZELTA PURNAWASARI EUIS AGUSTINA A.Md. Keb
A.Md.Keb

STAF: STAF:
OKTIANA A.Md. Keb ADE INFANTRI S.KM

Gambar 2.1
Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas)
Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran
B. Tinjauan Teori

1. Konsep Promosi Kesehatan

a. Pengertian promosi kesehatan

Secara umum promosi adalah suatu usaha menginformasikan dan

mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk

melakukan transaksi atau pertukaran produk barang atau jasa yang

dipasarkan. Promosi kesehatan (health promotion) adalah proses

pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan

melindungi kesehatannya. Promosi kesehatan adalah upaya

perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan

upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat

berpengaruh terhadap perbaikan perilaku kesehatan (Mubarak, 2012).

b. Pelaksana promosi kesehatan

Semua petugas kesehatan, utamanya yang berada di garis depan (front

line) pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah sebagai pelaksana

promosi kesehatan. Petugas kesehatan baik sebagai pegawai negeri,

pegawai pemerintah daerah, pegawai BUMN maupun swasta yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas atau

bakesmas, Poliklinik atau Praktik swasta adalah juga sekaligus

merupakan petugas Promosi Kesehatan atau Promotor/Pendidikan

Kesehatan. Dokter, dokter gigi, perawat, bidan, petugas di ruang obat

atau apotek dan sebagainya, dalam tugasnya melayani pasien sehari-

hari berkewajiban untuk menyampaikan informasi-informasi kepada


pasien atau yang dilayani (klien) terkait dengan penyakit atau masalah

kesehatan yang dialami oleh klien tersebut (Notoatmodjo, 2014).

c. Sasaran promosi kesehatan

Menurut Maulana (2016) sasaran promosi kesehatan diarahkan pada

individu/keluarga, masyarakat, pemerintah/lintas sektor/politisi/swasta

dan petugas atau pelaksana program.

1) Individu/keluarga diharapkan

a) Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran

(baik langsung maupun melalui media massa).

b) Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatannya.

c) Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

d) Berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang berkaitan

dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) kesehatan

2) Masyarakat diharapkan

a) Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan atau

upaya kesehatan

b) Bergotong royong mewujudukan lingkungan sehat

3) Pemerintah/Lintas-Sektor/Politisi/Swasta diharapkan

a) Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam

mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat

b) Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di

bidang kesehatan

4) Petugas atau pelaksana program diharapkan


a) Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap

program kesehatan

b) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang memberi

kepuasan kepada masyarakat.

d. Strategi promosi kesehatan

1) Advokasi kesehatan

Upaya pendekatan kepada pada pimpinan atau pengambil

keputusan supaya dapat memberikan dukungan, kemudahan

dan semacamnya pada upaya pembangunan kesehatan

2) Bina Suasana (social support)

Upaya membuat suasana yang kondusif atau menunjang

pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorong untuk

melakukan perilaku hidup bersih dan sehat

3) Gerakan masyarakat (empowerment)

Upaya memandirikan individu, kelompok dan masyarakat agar

berkembang kesadaran, kemauan dan kemampuan di bidang

kesehatan atau agar secara proaktif, masyarakat mempraktikkan

perilaku hidup bersih dan sehat

2. ASI Eksklusif

a. Pengertian ASI Eksklusif

ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara Ibu

melalui proses menyusui. ASI merupakan makanan yang disiapkan

untuk bayi mulai masa kehamilan payudara sudah mengalami

perubahan untuk memproduksi ASI. Air susu setiap jenis mamalia


berbeda sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan laju pertumbuhan

bayi. Komposisi air susu ibu berbeda dengan komposisi air susu

sapi karena laju pertumbuhan bayi manusia berbeda dengan bayi

sapi. Makanan-makanan yang diramu menggunakan teknologi

modern tidak bisa menandingi keunggulan ASI karena ASI

mempunyai nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan makanan

buatan manusia ataupun susu yang berasal dari hewan sapi, kerbau

atau kambing. (Andrian, 2016).

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh

kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan

air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. ASI

eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang

terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI

eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.

(Kementerian Kesehatan RI, 2018)

ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada

bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan

lain makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air

teh, air putih, dan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur

susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. ASI dapat diberikan sampai bayi
berusia 2 tahun. ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja

tanpa tambahan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir

sampai usia 6 bulan (Kemenkes, 2018)

b. Manfaat Pemberian ASI

Manfaat ASI dan menyusui selain untuk bayi manfaat untuk ibu

juga dapat dirasakan, keuntungan menyusui eksklusif selama 6

bulan dan akan dilanjutkan menjadi 2 tahun dengan makanan

pendamping ASI diatas usia 6 bulan dapat dijelaskan sebagai

berikut menurut Utami Roesli dalam skripsi Nur Rahman (2017)

yaitu:

1. Manfaat bagi bayi

a. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi

anda. Dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk

perkembangan bayi sehat.

b. ASI mudah dicerna oleh bayi.

c. Jarang menyebabkan konstipasi.

d. Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap

oleh bayi.

e. ASI kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) yang

membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi dan penyakit

lainnya.

f. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral

selenium.
g. Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi

yang diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi

dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena ASI

mengandung DHA/AA.

h. Bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan akan

menurunkan resiko sakit jantung bila mereka dewasa.

i. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas

bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan juga

menurunkan resiko kematian bayi mendadak.

j. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara

ibu dan bayi.

2. Manfaat bagi ibu

a. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan

meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi

resiko perdarahan.

b. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran

rahim ke ukuran sebelum hamil.

c. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu

penurunan berat badan lebih cepat.

d. Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker

payudara pada wanita menyusui sangat rendah. ASI lebih

hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan

mensterilkan botol susu, dot, dan sebagainya.


e. ASI tidak akan basi. ASI selalu diproduksi payudara bila

ASI telah kosong ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap

kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tidak

pernah basi dan ibu tidak perlu memerah dan membuang

ASInya setiap kali akan menyusui.

3. Manfaat untuk keluarga

a. Tidak perlu membuang uang untuk membeli susu formula.

b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih

sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan.

c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi MAL dari

ASI eksklusif.

d. Memberikan ASI pada bayi (menyusui) berarti hemat

tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap sedia.

4. Manfaat untuk masyarakat dan Negara

a. Menghemat devisa negara karena tidak perlu menyimpan

susu formula dan peralatan lain untuk persiapan.

b. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.

c. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah

bayi sakit lebih sedikit.

d. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan

menurunkan kematian.

e. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan

baru
c. Langkah keberhasilan ASI eksklusif

1) Menyusui satu jam setelah proses persalinan.

2) Menyusui secara eksklusif, hanya ASI tidak memberikan

makanan atau minuman kepada bayi.

3) Menyusui kapan pun bayi meminta, sesering bayi mau baik

siang maupun malam.

4) Tidak menggunakan botol atau empeng.

C. Integrasi Promosi Kesehatan tentang Program ASI Eksklusif

Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO dalam Maulana (2009), yakni

advokasi, dukungan social, dan pemberdayaan. Sedangkan pada Surat

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang

Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan No.1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan

Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama promosi kesehatan

adalah 1) Pemberdayaan, 2) Bina Suasana, 3) Advokasi, serta dijiwai

semangat, 4) Kemitraan. Berdasarkan strategi dasar di atas maka strategi

promosi kesehatan Puskesmas juga dapat mengacu strategi dasar tersebut

dan dapat dikembangkan sesuai sasaran, kondisi Puskesmas, dan tujuan

dari promosi tersebut.

1. Advokasi (Advocacy)

Upaya pendekatan kepada pimpinan atau pengambil keputusan supaya

dapat memberikan dukungan, kemudahan dan semabcamnya dalam

upaya pembangunan kesehatan.


2. Dukungan sosial (Social Support) / Bina Suasana

Upaya membuat suasana yang kondusif atau menunjang pembangunan

kesehatan sehingga masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku

hidup bersih dan sehat.

3. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)

Upaya memandirikan individu, kelompok, dan masyarakat agar

berkembang kesadaran, kemauan dan kemampuan di bidang kesehatan

atau agar secara proaktif, masyarakat mempraktekkan perilaku hidup

bersih dan sehat.

4. Kemitraan

Dalam pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi prinsip-prinsip

kemitraan harus ditegakkan. Ada tiga prinsip dasar kemitraan yang

harus diperhatikan dan dipraktikkan yakni :

1) Kesetaraan.

Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang

bersifat hierarki (atas-bawah) yang dilandasi kebersamaan atau

kepentingan bersama.

2) Keterbukaan.

Dalam setiap langkah menjalin kerja sama, diperlukan adanya

kejujuran dari masing-masing pihak.

3) Saling Menguntungkan

Solusi yang diajukan hendaknya selalu mengandung keuntungan

disemua pihak (win-win solution). Demikian juga dalam hubungan

antara Puskesmas dengan pihak donator.


Tujuan program PP ASI adalah meningkatnya presentase bayi yang

mendapat ASI Ekskulisf menjadi 80%. Promosi kesehatan akan

mendukung program gizi masyarakat dengan: (Panduan Integrasi

Promosi Kesehatan, 2015)

a. Merancang kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan di

provinsi kabupaten atau kota dan lintas sektor terkait dengan

program peningkatan pemberian ASI eksklusif.

b. Mengembangkan media advokasi.

c. Menggalang kemitraan dengan kelompok potensial (organisasi,

masyarakat, LSM, media usaha, media masa dan swasta).

d. Menyusun strategi promosi peningkatan pemberian ASI eksklusif.

e. Mengembangkan prototipe media promosi ASI eksklusif.

Integrasi promosi kesehatan dengan program gizi masyarakat

difokuskan pada tatanan rumah tangga dan tempat-tempat umum yang

mempunyai daya yang besar untuk meningkatkan cakupan peningkatan

pemberian ASI (PP ASI). Strategi promosi kesehatan di tatanan rumah

tangga adalah sebagai berikut: (Panduan Integrasi Promosi Kesehatan,

2015)

 Pemberdayaan Masyarakat
Gambar 1. Strategi promosi kesehatan dengan pemberdayaan masyarakat

(Panduan Integrasi Promosi Kesehatan, 2015)


 Bina Suasana

Gambar 2. Strategi promosi kesehatan dengan bina suasana (Panduan

Integrasi Promosi Kesehatan, 2015)


 Advokasi

Gambar 3. Strategi promosi kesehatan dengan advokasi (Panduan Integrasi

Promosi Kesehatan, 2015)

Dukungan provinsi yaitu mengembangkan kegiatan dan kebijakan untuk

mempercepat penurunan AKI dan AKB yang sesuai MTS strategi MPS

merupakan strategi nasional yang telah dirancang oleh presiden RI tanggal 20

Oktober 2000, mengembangkan kegiatan dan kebijakan sesuai dengan SK Menkes

nomor 284/menkes/3/2004 tentang buku KIA, melakukan kegiatan bagi pelatih

KIKP, MPR dan KIE MPS bagi sektor kesehatan dan non-kesehatan, melakukan

pemantauan fasilitas dan pembinaan terhadap pelaksanaan kebijakan yang

dilakukan di kabupaten atau kota, melakukan advokasi kepada gubernur, DPRD

dan Bappeda sehingga masyarakat dapat mengakses pelayanan kia yang

berkualitas, mendorong pelaksanaan peraturan peraturan daerah yang telah

ditetapkan dalam mendukung pelayanan kesehatan ibu dan anak, menggandakan


prototipe media KIA dan melakukan kampanye persalinan oleh tenaga kesehatan

melakukan evaluasi cakupan persalinan tenaga kesehatan. Dukungan pusat yaitu

mengembangkan kebijakan dan strategi nasional modul pedoman standar

prototipe media dan lain-lain, melakukan kampanye nasional tentang persalinan

yang aman (Making pregnancy Safe), melakukan pelatihan bagi pelatih fasilitas,

pemantauan dan studi evaluasi bagi kegiatan di provinsi dan kabupaten. (Panduan

Integrasi Promosi Kesehatan, 2015)


BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi Kegiatan

Waktu Kegiatan Praktik Kerja Lapangan dimulai tanggal 02 Juni - 22 Juni

2021, dilaksanakan setiap hari kerja, Senin-Kamis pukul 08.00-13.00 WIB.

Lokasi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan dilakukan di Dinas Kesehatan

Kabupaten Pesawaran di bidang KIA-KB.

B. Rencana Kegiatan

1. Menetapkan Prioritas Masalah

Berdasarkan pada Program Gizi yang telah dilakukan di kabupaten

Pesawaran terdapat beberapa masalah. Masalah tersebut terdapat pada

indikator Program Gizi yaitu Pemberian vitamin A pada ibu nifas,

Penimbangan balita, Pemberian makanan tambahan pada balita kurus,

Pemberian ASI Eksklusif bayi hingga usia 6 bulan, Pemberian vitamin A

pada balita 6-59 bulan, IMD pada bayi baru lahir, Pemberian tablet

tambah darah (TTD) pada ibu hamil. (Laporan Bulanan Dinas Kesehatan

Pesawaran, 2020). Berikut penetapan urutan prioritas masalah dengan

menggunakan metode USG.


Tabel 3.1. Penetapan Urutan Prioritas Masalah

No Indikator Program Gizi U S G Total Urutan

1 Pemberian vitamin A pada 4 4 4 64 3


ibu nifas
2 Bayi hanya diberi ASI 5 5 5 125 1
saja sejak usia 0-6 bulan
tanpa makanan tambahan
lain termasuk susu
formula
3 Penimbangan balita 5 4 5 100 3
dilakukan satu bulan
sekali/minimal 3 kali
setahun di sarana kesehatan
4 Pemberian vitamin A pada 4 4 5 100 4
balita 6-59 bulan
5 Inisiasi Menyusu Dini 5 4 5 100 5
(IMD) pada bayi baru lahir
6 Pemberian tablet tambah 4 5 5 100 6
darah (TTD) pada ibu hamil

Keterangan:

U: Urgency (Seberapa mendesak isu tersebut diselesaikan)

S: Seriousness (Seberapa serius isu tersebut dipecahkan)

G: Growth (Seberapa kemungkinan isu tersebut berkembang makin

memburuk).

Dalam tahapan perencanaan kesehatan kita akan mendapati suatu tahapan

yaitu tahapan menentukan prioritas masalah. Salah satu metode yang

dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah metode

USG (Urgency, Seriousness, Growth). USG adalah salah satu alat untuk

menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan

menentukan tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan isu dengan

menentukan skala nilai 1-5 atau 1-10. Isu yang memiliki total skor

tertinggi merupakan isu prioritas. Berdasarkan metode USG tersebut


ditetapkan masalah yang menjadi prioritas untuk dipecahkan adalah

pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kabupaten

Pesawaran.

2. Integrasi Promosi Kesehatan dengan ASI Eksklusif

Kerangka konsep Integrasi Promosi Kesehatan dengan ASI Eksklusif

bertujuan untuk mempermudah identifikasi faktor-faktor yang menjadi

penyebab tidak tercapainya prsentase bayi yang mendapatkan ASI

Eksklusif di Kabupaten Pesawaran.

OUTPUT
INPUT
PROSES
SDM:
Dokter spesialis: 14 Pelaksanaan
Integrasi Meningkatnya
Dokter umum: 45
Perawat :388 Promosi presentase bayi
Bidan :601 Kesehatan yang mendapat
Tenaga Kesmas: 43 dengan ASI ASI Eksklusif
Tenaga Gizi: 21 Eksklusif menjadi 80%
menggunakan pada tahun
Sarana: 2021.
RS :2 strategi
Puskesmas : 15 pemberdayaa
Pustu : 39 n masyarakat, Ou
Sarana Pelayanan bina suasana Penurunan Angka Kematia
Kesehatan lain: 186 dan advokasi.
Gambar 1.
Lingkungan:11
kecamatan dengan
jumlah penduduk
444.380 jiwa pada
periode 2019
3. Metode Penelitian

Metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif merupakan metode

penelitian yang dilaksanakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

dengan judul “Integrasi Promosi Kesehatan Program ASI Eksklusif Di Dinas

Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2021”. Penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Bogdan dan Taylor, 2011). Pendapat

tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2018) mengenai metode

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk penelitian yang lebih banyak

menghasilkan data berupa data penjabaran-penjabaran dari penelitian yang diteliti

daripada data perhitungan.

Sesuai dengan penjelasan yang telah dipaparkan, dalam penelitian kualitatif

menempatkan posisi peneliti sebagai instrument kunci. Penempatan peneliti sebagai

instrument kunci dimaksudkan karena peneliti memiliki kemampuan dalam

menghadapi kondisi dan situasi yang dinamis dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam hal

ini Peneliti melakukan langkah-langkah penelitian dengan melakukan identifikasi

topik yang akan diteliti, mengidentifikasi partisipan penelitian, menyusun asumsi,

mengumpulkan data, menganalisis data dan menyusun kesimpulan.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan

masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah

subjek dari mana data diperoleh. Untuk mendapat data yang tepat maka perlu
ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data

(purposive). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengintegrasi Promosi

Kesehatan khususnya Program ASI Eksklusif di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Pesawaran. Oleh karena itu, diperlukan subjek yang memenuhi parameter

yang dapat mengungkap hal di atas sehingga memungkinkan data dapat diperoleh.

Parameternya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kebijakan kegiatan integrasi promkes program gizi

2. Terlibat langsung sebagai koordinator/ penanggung jawab kegiatan integrasi

promkes program ASI Esklusif

3. Mengetahui kegiatan dan pelaksanaan promkes ASI Esklusif

4. Ikut terlibat berkoordinasi dalam kaitannya dengan kegiatan integrasi Promkes

ASI esklusif

Dari parameter di atas, subjek penelitian yang dianggap memenuhi karakteristik

tersebut adalah:

1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, dapat memberikan informasi

terkait dengan kebijakan integrasi promkes program ASI Esklusif.

2. Kepala Bidang Kesehatan Mayarakat di Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran,

dapat memberikan informasi dan data pelaksanaan promosi kesehatan program,

ASI Esklusif yang ada di Kabupaten Pesawaran.

3. Kepala Seksi Program Gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, dapat

memberikan informasi dan data pelaksanaan pemberian ASI Esklusif yang ada di

Kabupaten Pesawaran.
4. Pengelola Program ASI Eksklusif di Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran,

dapat memberikan informasi dan data pelaksanaan pemberian ASI Esklusif yang

ada di Kabupaten Pesawaran.

5. Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Mayarakat di Dinas

Kesehatan Kabupaten Pesawaran, dapat memberikan informasi dan data

pelaksanaan promosi kesehatan khususnya ASI Esklusif yang ada di Kabupaten

Pesawaran.

6. Kepala Puskesmas Bernung, dapat memberikan informasi kebijakan ASI Esklusif

di tingkat Puskesmas di wilayah Kabupaten Pesawaran.

7. Kepala program ASI Esklusif di Puskesmas, dapat memberikan informasi

pelaksanan ASI Esklusif di tingkat Puskesmas di wilayah Kabupaten Pesawaran.

8. Bidan Desa Sungai Langka, dapat memberikan informasi pelaksanan ASI Esklusif

di salah satu wilayah kerja Puskesmas Bernung.

Pada penelitian ini yang menjadi informan terdapat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2. Informan Penelitian

Informan inti Informan penunjang


1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran 1. Kepala Puskesmas Bernung
(Drg. Yasmin Mahlinawati, MHSM) (drg. Ida Farida, M. Kes)
2. Kepala Bidang Kesehatan Mayarakat di Dinas 2. Kepala program ASI Esklusif
Kesehatan Kabupaten Pesawaran. (Emilyana, di Puskesmas Bernung.
SKM) (Suharto, AMG)
3. Kepala Seksi Program Gizi di Dinas Kesehatan 3. Bidan Desa Sungai Langka
Kabupaten Pesawaran. (Sukarni, SKM dan Eka (Reni Muslimah, S. Tr. Keb)
Murniati, S.ST)
4. Pengelola Program ASI Eksklusif di Dinas
Kesehatan Kabupaten Pesawaran. (Zahra, Amd.
Gz)
5. Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Mayarakat di Dinas Kesehatan
Kabupaten Pesawaran (Trio Pranoto, S. Kep
dan Lia Sitawati, SKM., MKM.)
5. Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan

dengan melakukan Indepth Interview (wawancara mendalam). Data sekunder diambil dari

Profil Kesehatan Kabupaten Pesawaran 2019, Laporan Bulanan Dinas Kesehatan

Pesawaran 2020, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Pesawaran 2016-2021, Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Rencana Strategis Dinas

Keshatan Kabupaten Pesawaran 2016-2021. Dalam upaya untuk memperoleh beragam

data dalam penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan

wawancara dan studi dokumentasi.

1. Metode Wawancara

Wawancara adalah cara komunikasi yang dilakukan oleh penliti dan responden

(narasumber). Komunikasi dengan kondisi seorang peneliti memberikan pertanyaan

sedangkan responden menjawab pertanyaan yang diberikan/diajukan oleh peneliti.

Pertanyaan tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Esterberg dalam

Sugiyono (2018), menurutnya wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukan

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu.

Terdapat tujuh langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan wawancara yang

disebutkan oleh Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2018) yaitu:

a. Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan

b. Menyiapkan pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

c. Mengawali atau membuka alur wawancara

d. Melangsungkan alur wawancara


e. Mengkonfirmasikan iktisiar akhir wawancara dan mengakhirinya

f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang diperoleh

Langkah-langkah tersebut dilakukan agar mempermudah proses pencarian data

sehingga data yang didapat pun sesuai dengan kondisi fakta-fakta yang terjadi. Dengan

data-data yang sesuai maka akan mempermudah jalannya penelitian. Berikut pedoman

wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti kepada informan di Dinas Kesehatan

Pesawaran dan Puskesmas yang mewakili (Bernung):

Tabel 3.3. Pedoman Wawancara

Bidang Pertanyaan

1. Kepala Dinas Kesehatan 1. Apa saja upaya yang dilakukan oleh bidang
Kabupaten Pesawaran, promosi kesehatan dalam meningkatkan ASI
dapat memberikan Eksklusif melalui strategi advokasi? Apa
informasi terkait dengan hambatan pelaksanaannya dan harapan untuk
kebijakan integrasi kedepannya terkait program ASI Eksklusif?
promkes program ASI
Esklusif. (Drg. Yasmin
Mahlinawati, MHSM)

2. Kepala Bidang Kesehatan 1. Apakah di Dinkes Pesawaran sudah memiliki


Mayarakat di Dinas tenaga kesehatan khusus yang menangani
Kesehatan Kabupaten program promkes?
Pesawaran. (Emilyana, 2. Apakah terdapat anggaran khusus untuk
SKM) program Promkes ASI Eksklusif? Bila ada,
digunakan untuk kegiatan apa saja anggaran
tersebut dan apakah mencukupi?
3. Apa saja upaya yang dilakukan oleh bidang
promosi kesehatan dalam meningkatkan ASI
Eksklusif melalui strategi advokasi? Apa
hambatan pelaksanaannya dan harapan untuk
kedepannya terkait program ASI Eksklusif?
4. Apa saja upaya yang dilakukan oleh bidang
promosi kesehatan dalam meningkatkan ASI
Eksklusif melalui strategi bina suasana? Apa
hambatan pelaksanaannya dan harapan untuk
kedepannya terkait program ASI Eksklusif?
5. Apa saja upaya yang dilakukan oleh bidang
promosi kesehatan dalam meningkatkan ASI
Eksklusif melalui strategi pemberdayaan
masyarakat? Apa hambatan pelaksanaannya
dan harapan untuk kedepannya terkait program
ASI Eksklusif?

6. Kepala Seksi Program 1. Apakah pengelola program promkes dibantu


Gizi di Dinas Kesehatan oleh tenaga kesehatan lainnya?
Kabupaten Pesawaran.
(Sukarni, SKM dan Eka 2. Apa materi yang disampaikan selama kegiatan
Murniati, S.ST) Promkes ASI Eksklusif?
3. Apa saja alat atau media yang digunakan selama
kegiatan Promkes ASI Eksklusif?
4. Metode apa yang digunakan selama kegiatan
Promkes ASI Eksklusif?
5. Apa saja upaya yang dilakukan oleh bidang
promosi kesehatan dalam meningkatkan ASI
Eksklusif melalui strategi advokasi? Apa
hambatan pelaksanaannya dan harapan untuk
kedepannya terkait program ASI Eksklusif?
6. Apa saja upaya yang dilakukan oleh bidang
promosi kesehatan dalam meningkatkan ASI
Eksklusif melalui strategi bina suasana? Apa
hambatan pelaksanaannya dan harapan untuk
kedepannya terkait program ASI Eksklusif?
7. Apa saja upaya yang dilakukan oleh bidang
promosi kesehatan dalam meningkatkan ASI
Eksklusif melalui strategi pemberdayaan
masyarakat? Apa hambatan pelaksanaannya dan
harapan untuk kedepannya terkait program ASI
Eksklusif?

7. Pengelola Program ASI 1. Apakah pengelola program promkes dibantu


Eksklusif di Dinas oleh tenaga kesehatan lainnya?
Kesehatan Kabupaten
Pesawaran. (Zahra, Amd. 2. Apa materi yang disampaikan selama
Gz) kegiatan Promkes ASI Eksklusif?
3. Apa saja alat atau media yang digunakan
selama kegiatan Promkes ASI Eksklusif?
4. Metode apa yang digunakan selama
kegiatan Promkes ASI Eksklusif?

8. Kepala Seksi Promosi 1. Apakah di Dinkes Pesawaran sudah memiliki


Kesehatan dan tenaga kesehatan khusus yang menangani
Pemberdayaan Mayarakat program promkes?
di Dinas Kesehatan 2. Apakah terdapat anggaran khusus untuk
Kabupaten Pesawaran program Promkes ASI Eksklusif? Bila ada,
(Trio Pranoto, S. Kep dan digunakan untuk kegiatan apa saja anggaran
Lia Sitawati, SKM., tersebut dan apakah mencukupi?
MKM.)
3. Apa materi yang disampaikan selama kegiatan
Promkes ASI Eksklusif?
4. Apa saja alat atau media yang digunakan selama
kegiatan Promkes ASI Eksklusif?
5. Apa saja upaya yang dilakukan oleh bidang
promosi kesehatan dalam meningkatkan ASI
Eksklusif melalui strategi advokasi? Apa
hambatan pelaksanaannya dan harapan untuk
kedepannya terkait program ASI Eksklusif?
6. Apa saja upaya yang dilakukan oleh bidang
promosi kesehatan dalam meningkatkan ASI
Eksklusif melalui strategi bina suasana? Apa
hambatan pelaksanaannya dan harapan untuk
kedepannya terkait program ASI Eksklusif?
7. Apa saja upaya yang dilakukan oleh bidang
promosi kesehatan dalam meningkatkan ASI
Eksklusif melalui strategi pemberdayaan
masyarakat? Apa hambatan pelaksanaannya dan
harapan untuk kedepannya terkait program ASI
Eksklusif?

6. Kepala Puskesmas 1. Apakah di Dinkes Pesawaran dan Puskesmas


Bernung (drg. Ida Farida, M. Bernung sudah memiliki tenaga kesehatan
Kes) khusus yang menangani program promkes?

7. Kepala program ASI 1. Apakah pengelola program promkes dibantu


Esklusif di Puskesmas oleh tenaga kesehatan lainnya?
Bernung. (Suharto, AMG)

8. Bidan Desa Sungai Langka 1. Apakah pengelola program promkes dibantu


(Reni Muslimah, S. Tr. Keb) oleh tenaga kesehatan lainnya?
2. Apa materi yang disampaikan selama kegiatan
Promkes ASI Eksklusif?
3. Apa saja alat atau media yang digunakan selama
kegiatan Promkes ASI Eksklusif?
4. Metode apa yang digunakan selama kegiatan
Promkes ASI Eksklusif?

2. Studi Dokumentasi

Dikemukakan Lexy J Moleong (2017) bahwa “Studi dokumentasi dapat dimanfaatkan

untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan”. Hal ini karena “dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu menurut Sugiyono (2018)”. Karena

dokumen berisi data-data yang kemungkinan memiliki keterkaitan dengan penelitian

yang dilakukan. Dalam menafsirkan isi dokumen perlu dipelajari dahulu isi dari

dokumen tersebut.

Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip dan pelaporan pelaksanaan

kegiatan promkes ASI Eksklusif baik yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten

Pesawaran maupun Puskesmas. Pengumpulan data sekunder dengan cara melakukan

penelusuran terhadap dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian baik di Dinas

Kesehatan Pesawaran dan Puskesmas yang telah melaksanakan program promkes ASI

Eksklusif.

6. Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil

wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara

kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakanlangkah-langkah seperti yang dikemukakan

oleh Burhan Bungin (2011), yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)


Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan

pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan

studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan

membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis

memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak

relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian

data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk

matrik, diagram, tabel dan bagan.

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification)

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan

interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan. Antara display data

dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada. Dalam pengertian

ini analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus.

Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi

gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang

terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk
kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.

7. Uji Keabsahan Data

Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus

dipastikan ketepatan dan keberannya. Oleh karena itu setiap peneliti harus bisa memilih

dan menentukan cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh.

Menurut Sugiyono (2018), validasi merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi

pada obyek peneliti dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian

data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti

dengan data yang sungguh terjadi pada obyek penelitian.

Pengembangan validitas yang digunakan oleh peneliti adalah teknik triangulasi.

Triangulasi dalam menguji kredibilitas sebagai pengecekan data dari berbagai sumber,

dcara dan waktu. Sugiyono (2018) triangulasi dibagi menjadi tiga antara lain sebagai

berikut:

1. Triangulasi Sumber, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber

2. Triangulasi Teknik, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda

3. Triangulasi Waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas dan pengambilan

data harus disesuaikan dengan kondisi narasumber.


Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi sumber, dengan arti peneliti

membandingkan informasi yang diperoleh dari satu sumber dengan sumber lain.

Menggali satu smber yang sama dengan teknik yang berbeda dan menggali satu sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda dan menentukan waktu yang berbeda.

8. Agenda Kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan)


Adapun agenda kegiatan PKL (praktik kerja lapangan) yang akan dilakukan yakni
meliputi:

Tabel 3.4. Agenda Kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan)


Tanggal / hari Kegiatan
Rabu, 2 juni 2021 Wawancara kepala seksi bidang promkes dan
pemberdayaan masyarakat

Bpk Trio Pranoto, S.Kep

Kamis 3 juni 2021 Wawancara kepala seksi bidang program gizi

Ibu Sukarni, SKM

Senin, 7 juni 2021 Pengarahan oleh pembimbing 1 terkait isi


proposal
Dr. Aila Karyus., M.kes

Selasa, 8 juni 2021 Wawancara kepada ibu Reni Muslimah, S.Tr.


Keb selaku bidan desa di Desa Sungai Langka
kecamatan Berenung
Rabu, 9 juni 2021 Wawancara terkait program promkes dan
program gizi di puskesmas berenung oleh :
1. ibu Lathifa Baiduri, SKM kepala seksi
bidang promkes
2. bpk. Suharto, AMG kepala bidang
program gizi

Senin, 14 juni 2021 Bimbingan proposal


Selasa , 15 juni 2021 Wawancara kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten pesawaran atau kepala bidang
kesehatan masyarakat

Ibu Emilyana, SKM


Ibu Drg. Yasmin Marlinawati., MHSM
Rabu , 16 juni 2021 Bimbingan proposal
Senin, 21 juni 2021 Bimbingan proposal
Selasa, 22 juni 2021 Perpisahan sekaligus memberikan simbolis dari
mahasiswa kepada kepala bidang kesehatan
masyarakat

Ibu Emilyana, SKM

ABSENSI

NAMA MINGGU KE 1 MINGGU KE 2 MINGGU KE 3


2 3 7 08 9 14 15 16 21
JUNI JUNI JUNI JUNI JUNI JUNI JUNI JUNI JUNI
2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021
1. FITRI

2. KIKI

3. SANTI

4. VINCHA
TTG
PEMBIMBING
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran


Kabupaten Pesawaran adalah Kabupaten/Kota ke-11 di wilayah Provinsi Lampung dengan
kedudukan ibukota saat ini berada di Gedong Tataan. Secara geografis Kabupaten Pesawaran
terletak diantara 1040 54’-1050 14’ BT dan 50 7’- 5 0 48’LS. Secara umum memiliki iklim
hujan tropis sebagaimana iklim Provinsi Lampung pada umumnya, curah hujan per tahun
berkisar antara 2.264 mm sampai dengan 2.868 mm dan jumlah hari hujan antara 90 sampai
dengan 176 hari/tahun. Luas wilayah Kabupaten Pesawaran adalah ±1.173,77Km2 dengan
kedudukan ibukota di Gedong Tataan.

Kabupaten Pesawaran secara geografis terletak diantara 104,92° - 105,34° Bujur Timur (BT) dan
5,12° - 5,84° Lintang Selatan (LS), dengan luas wilayah 1.173,77 km 2 atau 117.377 ha dengan
batas administratif adalah:
1. Sebelah Barat: Kecamatan Pardasuka, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Gadingrejo,
Kecamatan Adiluwih (Kabupaten Pringsewu);
2. Sebelah Utara: Kecamatan Kalirejo, Kecamatan Bangunrejo, Kecamatan Bumi Ratu Nuban,
Kecamatan Trimurjo (Kabupaten Lampung Tengah);
3. Sebelah Timur: Kecamatan Natar (Kabupaten Lampung Selatan) Kecamatan Kemiling,
Kecamatan Teluk Betung Barat (Kota Bandar Lampung);
4. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Teluk Lampung, Kecamatan Kelumbayan dan
Kecamatan Cukuh Balak (Kabupaten Tanggamus); Kabupaten Pesawaran sampai dengan
akhir tahun 2019 terdiri dari 11 Kecamatan dan 148 Desa.

Kabupaten Pesawaran terdiri atas beberapa pulau dengan jumlah luasan keseluruhan pulau 3.721
Ha. Tiga pulau yang terbesar adalah Pulau Legundi, Pulau Pahawang, dan Pulau Kelagian.
Kabupaten Pesawaran juga mempunyai beberapa gunung, yang tertinggi adalah Gunung
Pesawaran di Kecamatan Padang Cermin, dengan ketinggian 1.604 m. Sungai terpanjang di
Kabupaten Pesawaran adalah Way Semah, dengan panjang 54 Km dan daerah aliran seluas 135,0
Km2. Sarana kesehatan terdiri dari Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit, sarana pelayanan
lain (Rumah Bersalin, Klinik, Balai Pengobatan, Praktek dokter), serta sarana distribusi
kefarmasian.
a. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Pesawaran sampai dengan
akhir tahun 2019 sebanyak 15 Puskesmas (13 puskesmas dengan status teregistrasi dan 2
puskesmas masih dalam proses registrasi) yang menyebar di 11 Kecamatan. 13 puskesmas
yang telah teregistrasi tersebar di 10 kecamatan yang terdiri dari 4 unit puskesmas rawat inap
dan 9 unit puskesmas non rawat inap. Sedangkan untuk 1 kecamatan lainnya terdapat 2
puskesmas yang sedang dalam proses.
b. Puskesmas Pembantu (Pustu)
Di Kabupaten Pesawaran sampai dengan akhir tahun 2019 terdapat 39 Puskesmas Pembantu.
Dari jumlah tersebut, 2 Puskesmas Pembantu berada di Pulau Pahawang dan Pulau Legundi.
Bahkan untuk puskesmas Pembantu di Pulau Legundi sudah dilengkapi atau difasilitasi
dengan tempat rawat inap (2 tempat tidur).
c. Puskesmas Keliling
Kabupaten Pesawaran pada tahun 2019 memiliki 12 Unit Puskesmas Keliling yang berada di
12 Puskesmas. Sedangkan 4 Puskesmas dengan fasilitas Rawat Inap masing-masing
dilengkapi dengan 1 Unit Ambulance.

B. Visi dan Misi


Visi: Masyarakat Kabupaten Pesawaran Sehat dan Mandiri
Misi:
1. Menjamin usaha kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau
2. Menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan
3. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
C. Hasil Wawancara

1. Komponen Input Program Promosi Kesehatan ASI Eksklusif di Dinkes dan


Puskesmas Kabupaten Pesawaran
Komponen Pertanyaan Jawaban
SDM Apakah di Dinkes 1. “Ya… Dinkes Pesawaran memiliki empat
Pesawaran dan tenaga kesehatan yang menangani promkes
Puskesmas Bernung dan pemberdayaan masyarakat. Dua orang
sudah memiliki tenaga merupakan lulusan S2 kesehatan masyarakat,
kesehatan khusus satu orang lulusan D3 keperawatan dan satu
yang menangani orang lagi lulusan D3 kebidanan…” (Kepala
program promkes? Bidang Kesehatan Masyarakat di Dinkes
Pesawaran)
2. “Saya sendiri sebagai kepala seksi promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di
Dinas Kesehatan Pesawaran dibantu dengan
tiga staf yang merupakan lulusan S2
kesehatan masyarakan dan D3 kebidanan.
Kami dibantu oleh tenaga kesehatan gizi
dalam program promkes ASI Eksklusif”
(Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Mayarakat di Dinkes
Pesawaran)
3. “Iya… di Puskesmas Bernung sendiri
terdapat tenaga kesehatan khusus program
promkes dan dibantu tenaga kesehatan gizi
dalam pelaksanaan program ASI Eksklusif.
Untuk tenaga kesehatan khusus promkes ada
satu orang lulusan SKM dan terdapat satu
orang tenaga kesehatan gizi serta dibantu oleh
bidan desa, kader dan bidan KIA”(Kepala
Puskesmas Bernung)

Berdasarkan wawancara diatas menginformasikan bahwa di Dinkes Pesawaran dan


Puskesmas Bernung sudah memiliki tenaga kesehatan yang khusus menangani program
Promosi Kesehatan ASI Eksklusif dan dibantu dengan tenaga kesehatan gizi.

Komponen Pertanyaan Jawaban


SDM Apakah pengelola 1. “Iya… kita dari gizi sering melakukan
program promkes penyuluhan tentang gizi, salah satunya yaitu
dibantu oleh tenaga ASI Eksklusif. Penyuluhan ini terutama
kesehatan lainnya? dilakukan di kelas Ibu Hamil, puskesmas dan
posyandu. Namun dari 14 total jejaring
puskesmas, beberapa puskesmas belum
memiliki tenaga kesehatan gizi padahal
sangat diperlukan untuk menyukseskan
program ASI Eksklusif” (Kepala Seksi
Program Gizi di Dinkes Pesawaran)
2. “Ya… kita membantu tenaga promkes.
Kita melakukan konseling bila ada pasien
yang bermasalah tidak bisa menyusui, bayi
kurus dll. Kita kadang ke posyandu namun
tidak rutin, hanya 1 bulan sekali itupun
sebelum pandemi” (Kepala program ASI
Eksklusif di Puskesmas Bernung)
3. “Saya sebagai bidan koordinator membuat
laporan setiap bulan mengenai program gizi,
karena itu bidan-bidan membahas ini pada
pertemuan lintas program. Kita juga
menghimbau kepada penolong persalinan dan
kader untuk mengutamakan IMD dan ASI
Eksklusif sesaat setelah melahirkan” (Bidan
Desa Sungai Langka)
Pengelola program Promkes ASI Eksklusif bekerja sama dengan tenaga gizi dan bidan desa
melalui aktivitas sehari-hari baik di puskesmas, posyandu dan praktik pribadi. Berdasarkan
hasil wawancara diatas menginformasikan bahwa di beberapa puskesmas Kabupaten
Pesawaran masih kurang tenaga kesahatan gizi yang dibutuhkan untuk mendukung program
ASI Eksklusif di Kabupaten Pesawaran.

Komponen Pertanyaan Jawaban


Anggaran/Biaya Apakah terdapat 1. “Tidak ada anggaran khusus, tapi ada
anggaran khusus anggaran kesehatan untuk promkes” (Kepala
untuk program Bidang Kesehatan Masyarakat di Dinkes
Promkes ASI Pesawaran)
Eksklusif? Bila ada, 2. “Ada anggaran kesehatan dari dinkes untuk
digunakan untuk pengadaan poster, leaflet, refreshing kader
kegiatan apa saja dan survey PHBS. Ada juga pemberian dana
anggaran tersebut dan transport untuk kader dari pemda setiap
apakah mencukupi? bulannya sebsar Rp. 50.000” (Kepala Seksi
Promkes Dinkes Pesawaran)
3. “Tidak ada, sumber pembiayaan dinkes
sedikit, anggaran kesehatan terbatas sehingga
tidak mencukupi untuk pelaksanaan program
promkes” (Staff Fungsional Promosi
Kesehatan Dinkes Pesawaran)

Biaya kesehatan merupakan input program Promkes. Hasil wawancara menunjukan


minimnya sumber pembiayaan untuk pelaksanaan program Promosi Kesehatan. Dana yang
ada digunakan untuk pengadaan poster, leaflet, refreshing kader dan survey PHBS. Terdapat
pemberian dana transport untuk kader dari pemda setiap bulannya sebsar Rp. 50.000.

Komponen Pertanyaan Jawaban


Materi Apa materi yang 1. “Kita memberikan penyuluhan kepada ibu
disampaikan selama hamil dengan menggunakan buku KIA. Di
kegiatan Promkes ASI dalam buku KIA kana da materi mulai dari
Eksklusif? persiapan persalinan, IMD, perawatan
payudara, cara menyusui dll” (Kepala Seksi
Promkes Dinkes Pesawaran)
2. “Materinya diberikan saat kelas ibu hamil,
tentang pentingnya ASI, kendala dalam
menyusu dan perawatan payudara” (Kepala
Seksi Program Gizi di Dinkes Pesawaran)
3. “IMD. Kita menyarankan ibu hamil saat
melahirkan hendaknya menanyakan ke bidan
yang menolong persalinannya untuk
melakukan IMD saat melahirkan. Penyuluhan
ASI EKsklusif aktif dilakukan di kelas ibu
hamil” (Bidan Desa Sungai Langka)

Terkait program Promkes ASI Eksklusif, hamper seluruh informan menyatakan bahwa
materi penyuluhan yang disampaikan tentang IMD dilakukan di kelas ibu hamil.

Komponen Pertanyaan Jawaban


Alat Apa saja alat atau 1. “IMD dan ASI Eksklusif ada leaflet, poster
media yang digunakan dan buku KIA dari dinkes. Biasanya leaflet
selama kegiatan diberikan di puskesmas saat ibu berobat atau
Promkes ASI control dan saat penyuluhan di kelas ibu
Eksklusif? hamil” (Kepala Seksi Promkes Dinkes
Pesawaran)
2. “Kalo penyuluhan kita pakai leaflet,
banner, poster dan buku KIA. Selama
pandemi kami aktif menyebarkan informasi
melalui media social berupa WA grup, FB
dan IG namun untuk materi ASI Eksklusif
belum ada. Pojok ASI juga belum tersedia di
kantor-kantor dan ini perlu advokasi lebih
lanjut untuk mendukung ASI Eksklusif
terutama untuk ibu yang sambil bekerja”
(Kepala Seksi Program Gizi Dinkes
Pesawaran)
3. “Untuk di posyandu kita melakukan
penyuluhan tatap muka karena cara ini lebih
efektif, namun cara ini tetap memperhatikan
protokol kesehatan selama pandemic ini.
Penyuluhan di posyandu menggunakan
brosur, leaflet dan poster. Kegiatan posyandu
sempat terhambat di awal masa pandemic
covid 19” (Bidan Desa Sungai Langka)

Alat yang digunakan untuk kegiatan promkes memiliki peranan yang cukup besar untuk
membuat sasaran tertarik mendengar materi yang disampaikan. Hasil pengumpulan data
menunjukan bahwa alat atau media promkes yang digunakan adalah berupa leaflet, banner,
poster dan brosur. Alat/media penyampaian materi ASI Eksklusif menggunakan media cetak
dari Dinkes Pesawaran. Dalam upaya meningkatkan terlaksananya ASI Eksklusif perlu
adanya pojok ASI di setiap kantor. Penyampaian materi ASI Eksklusif melalui media social
belum terlaksana.

Komponen Pertanyaan Jawaban


Metode Metode apa yang 1. “Ya… hanya penyuluhan bu, biasanya ya
digunakan selama di posyandu. Saya dibantu teman bidan. Jadi
kegiatan Promkes ASI ibu-ibu yang punya bayi kurang 1 tahun yang
Eksklusif? bawa bayi untuk imunisasi kita beritahu
pentingnya ASI Eksklusif ” (Kepala Program
ASI Eksklusif Puskesmas Bernung)
2. “Selain penyuluhan mulut ke mulut, kita
juga ajarin praktek cara menyusui dan
merawat payudara, bagaimana jika putting
lecet, cara menempelkan mulut bayi ke
putting dan masalah ASI lainnya” (Bidan
Desa Sungai Langka)

Keberhasilan promkes didukung dengan metode promkes yang digunakan. Hasil wawancara
dengan informan tenaga kesehatan, penyuluhan dilakukan dari mulut ke mulut baik di
puskesmas maupun di posyandu. Penyuluhan mulut ke mulut dilakukan saat kunjungan
puskesmas, konseling individu, pelayanan KIA dan gizi. Penyuluhan juga dilakukan pada
kelompok di kelas ibu.

2. Komponen Proses Program Promosi Kesehatan ASI Eksklusif di Dinkes Pesawaran

Komponen Pertanyaan Jawaban


Promosi Apa saja upaya yang 1. “Tentu saja kita sudah melakukan advokasi
Kesehatan dilakukan oleh bidang kepada bupati, namun sampai saat ini belum
dengan strategi promosi kesehatan ada SK maupun perda yang berisi tentang
advokasi dalam meningkatkan kebijakan ASI Eksklusif. Harapannya
ASI Eksklusif melalui mungkin kebijakan tentang ASI segera ada.”
strategi advokasi? Apa (Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat di
hambatan Dinkes Pesawaran)
pelaksanaannya dan 2. “Ya…Kami telah melakukan advokasi ke
harapan untuk bupati terkait SK dan perda yang mendukung
kedepannya terkait program promkes ASI Eksklusif. Kita juga
program ASI berupaya meningkatkan anggaran terkait
Eksklusif? program promkes yang tidak mencukupi,
namun belum ada yang menindaklanjuti
sehingga belum ada kebijakan khusus tentang
promkes ASI Eksklusif” (Kepala Seksi
Promkes Dinkes Pesawaran)
3. “Kami telah melakukan advokasi kepada
pemerintah terkait beberapa puskesmas di
pesawaran belum memiliki tenaga gizi, kami
juga telah melakukan advokasi mengenai
kewajiban kantor untuk menyediakan pojok
ASI sebagai upaya untuk meningkatkan
cakupan ASI Eksklusif di Pesawaran”
(Kepala Seksi Program Gizi Dinkes
Pesawaran)

Terkait strategi dasar promkes ASI Eksklusif, Dinkes Pesawaran telah berupaya telah
melakukan advokasi ke bupati terkait SK dan perda yang mendukung program promkes ASI
Eksklusif. Berdasarkan pernyataan ketiga informan, mereka juga telah berupaya
meningkatkan anggaran terkait program promkes yang tidak mencukupi. Kepala Seksi
Program Gizi Dinkes Pesawaran juga mengatakan bahwa mereka telah melakukan advokasi
kepada pemerintah terkait beberapa puskesmas di pesawaran belum memiliki tenaga gizi dan
advokasi mengenai kewajiban kantor untuk menyediakan pojok ASI sebagai upaya untuk
meningkatkan cakupan ASI Eksklusif di Pesawaran. Namun, hingga kini belum ada yang
menindaklanjuti sehingga belum ada kebijakan khusus tentang promkes ASI Eksklusif.

Komponen Pertanyaan Jawaban


Promosi Apa saja upaya yang 1. “Ya… Dinkes Pesawaran telah melakukan
Kesehatan dilakukan oleh bidang kerja sama dengan lintas sektor, tokoh
dengan strategi promosi kesehatan masyarakat untuk melakukan promkes ASI
bina suasana dalam meningkatkan Eksklusif di dalam kegiatan masyarakat
ASI Eksklusif melalui seperti PKK, pengajian dan kegiatan lintas
strategi bina suasana? sektor kecamatan” (Kepala Bidang Kesehatan
Apa hambatan Masyarakat di Dinkes Pesawaran)
pelaksanaannya dan 2. “Ya…Kami telah melibatkan kader,
harapan untuk masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat
kedepannya terkait (LSM) dalam suatu kelompok yang diberi
program ASI nama KPK (Kelompok Peduli Kesehatan).
Eksklusif? KPK bertugas untuk melakukan pelayanan
kesehatan dan promosi kesehatan termasuk
ASI Eksklusif yang dipantau Puskesmas,
namun selama pandemic ini promkes hanya
dilakukan melalui media social agar tidak
banyak mengumpulkan masa, untuk
kedepannya diharapkan kerjasama dari semua
pihak dan inovasi baru membentuk kelompok
pendukung ASI” (Kepala Seksi Promkes
Dinkes Pesawaran)
3. “Ya… kami dan para bidan desa juga
memberikan edukasi kepada keluarga ibu
seperti suami, ibu atau nenek agar selalu
memberi support kepada ibu untuk
melakukan ASI Eksklusif” (Kepala Seksi
Program Gizi Dinkes Pesawaran)

Dalam meningkatkan cakupan ASI Eksklusif, Dinkes Pesawaran telah melakukan kerja
sama dengan lintas sektor, tokoh masyarakat untuk melakukan promkes ASI Eksklusif di
dalam kegiatan masyarakat seperti PKK, pengajian dan kegiatan lintas sektor kecamatan.
Dinkes Pesawaran juga telah melibatkan kader, masyarakat dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dalam suatu kelompok yang diberi nama KPK (Kelompok Peduli
Kesehatan). KPK bertugas untuk melakukan pelayanan kesehatan dan promosi kesehatan
termasuk ASI Eksklusif, namun selama pandemic ini promkes hanya dilakukan melalui
media social agar tidak banyak mengumpulkan masa. Untuk kedepannya diharapkan
kerjasama dari semua pihak dan inovasi baru membentuk kelompok pendukung ASI

Komponen Pertanyaan Jawaban


Promosi Apa saja upaya yang 1. “Ya… Dinkes Pesawaran telah
Kesehatan dilakukan oleh bidang pemberdayaan masyarakat melalui
dengan strategi promosi kesehatan penyuluhan ASI Eksklusif yang diadakan di
pemberdayaan dalam meningkatkan kelas ibu oleh puskesmas di setiap wilayah
masyarakat ASI Eksklusif melalui kerja. Pelatihan juga diberikan kepada kader
strategi pemberdayaan yang disebut refreshing kader guna
masyarakat? Apa meningkatkan pengetahuan masyarakat
hambatan terhadap ASI Eksklusif dan menumbuhkan
pelaksanaannya dan kesadaran” (Kepala Bidang Kesehatan
harapan untuk Masyarakat di Dinkes Pesawaran)
kedepannya terkait 2. “Tentu mbak, Kami melakukan promkes
program ASI melalui pemberdayaan masyarakat berupa
Eksklusif? penyuluhan ASI Eksklusif di puskesmas dan
posyandu serta kelas ibu. Pelatihan dan
pembinaan petugas promkes dan kafer juga
diberikan setiap tahunnya, namun karna
pandemic agenda ini belum terlaksanan tahun
ini. Harapannya pembinaan dan pelatihan
petugas dapat dilaksanakan menggunakan
zoom di masa pandemic ini” (Kepala Seksi
Promkes Dinkes Pesawaran)
3. “Ya… kami dan para bidan desa juga tidak
pernah lelah memberikan edukasi ibu untuk
melakukan ASI Eksklusif bahkan IMD sejak
bayi baru lahir, namun kendalanya adalah ibu
yang bekerja dan tidak sempat memberikan
ASI dan kesadaran serta pengetahuan ASI
Eksklusif kurang karna ibu jarang datang ke
kelas ibu ” (Kepala Seksi Program Gizi
Dinkes Pesawaran)
Berdasarkan hasil wawancara, informan mengatakan Dinkes Pesawaran telah melakukan
promkes melalui pemberdayaan masyarakat berupa penyuluhan ASI Eksklusif di puskesmas
dan posyandu serta kelas ibu. Pelatihan dan pembinaan petugas promkes dan kader juga
diberikan setiap tahunnya, namun karna pandemic agenda ini belum terlaksanan tahun ini.
Harapannya pembinaan dan pelatihan petugas dapat dilaksanakan menggunakan zoom di
masa pandemic ini. Para bidan desa juga telah memberikan edukasi ibu untuk melakukan
ASI Eksklusif bahkan IMD sejak bayi baru lahir, namun kendalanya adalah kesadaran
masyarakat yang kurang. Harapannya agar kerjasama dari semua pihak dan perlunya
kehadiran ibu dalam kelas ibu untuk meningkatkan pengetahuan mengenai ASI Eksklusif.

D. Pembahasan
Penetapan masalah dengan metode yang memudahkan berdasarkan metode wawancara,
menetapkan urutan permasalahan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran setelah itu
mengetahui urutan baru menetapkan prioritas masalah, kemudian pemberian ranking I-V. Setelah
penetapan rangking ditentukan 1-10 masalah untuk pencapaian ASI eksklusif, kemudian
dilakukan metode dengan karakteristik seperti Kabupaten Pesawaran termasuk kabupaten
terendah pencapaian ASI eksklusif di antara kabupaten atau kota yang ada di Provinsi Lampung.
Bayi umur 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif di Kabupaten Pesawaran selama tahun 2014-
2019 berfluktuatif. Pada tahun 2014 bayi yang mendapatkan ASI secara Eksklusif sebesar
30,19%, tahun 2015 menurun kembali menjadi 20,85%, tahun 2016 meningkat menjadi 49,76%
dan pada tahun 2019 sebesar 50,48%. Cakupan pemberian ASI eksklusif tertinggi berada pada
wilayah kerja Puskesmas Maja yaitu 89,83% dan puskesmas dengan cakupan terendah berada di
wilayah kerja Puskesmas Gedong Tataan yaitu 19,22%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) integrasi promkes dengan program ASI
esklusif di Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran tahun 2021 yaitu masih kurangnya fungsi
manajemen program seperti fungsi perencanaan: SDM, keuangan, dan kegiatan; fungsi
pengorganisasian; fungsi penempatan dan penugasan SDM; fungsi koordinasi SDM; fungsi
penganggaran keuangan; dan fungsi evaluasi program, terutama di Dinas Kesehatan Kabupaten
Pesawaran. Perhatian dari Pemerintah Kabupaten Pesawaran untuk meningkatkan kompetensi
SDM terkait keterbatasan jumlah, serta perhatian terkait biaya kegiatan promosi kesehatan dirasa
kurang. Keberhasilan Program Promosi Kesehatan ASI Eksklusif tidak hanya ditentukan oleh
komponen input, tetapi juga kreativitas dan upaya aktif melakukan strategi promosi kesehatan
seperti advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan serta kemitraan.

B. Saran
1. Berbagai upaya perlu dilakukan agar Program Promosi Kesehatan ASI Eksklusif dapat
mencapai target cakupan ASI Ekslusif, diantaranya diciptakannya sistim monitoring dan
evaluasi program ASI Eksklusif dari Pemerintah Kotamadya/Kabupaten dan jajarannya
(Dinkes Kota/Kabupaten). Dengan berfungsinya sistem monitoring dan evaluasi maka dapat
diketahui dan ditindaklanjuti keterbatasan atau kekurangan yang ada pada program seperti
peningkatan kompetensi SDM promkes melalui kegiatan sosialisasi atau pelatihan yang
ditunjang ketersediaan biaya/dana dari Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten terkait keterbatasan
jumlah sumber daya manusia.
2. Keberhasilan Program Promosi Kesehatan ASI Eksklusif karena penguatan sistim di
Puskesmas, dan Pemerintah Kabupaten Pesawaran wajib menyediakan fasilitas yakni berupa
ruang laktasi yang dibangun di tempat umum yang ramai serta di beberapa kantor
pemerintahan supaya para ibu dapat menyusui dengan nyaman. Upaya-upaya yang telah
dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran dalam mencapai cakupan ASI Eksklusif
dan telah terbukti keberhasilannya perlu diapresiasi dan disosialisasikan sehingga daerah lain
terpacu mengimplementasikan sesuai dengan sosial budaya setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Andrian RS. Peran pemberian ASI Ekslklusif terhadap Status Gizi dan Tumbuh Kembang
pada Anak Usia Dini. Jurnal Agromedicine Unila. 2016;3(1):30-34.

Anik Maryunani. Inisiasi menyusu Dini, Asi Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta :
Trans Info Media; 2012 .

Arifin, Siregar M. Pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya


dalam:Azis, Hidayat A. ASI eksklusif. Jakarta: Salemba Medika;2004.

Azriani, D. Metode Skoring untuk menilai keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di


Kabupaten Bekasi: Journal Health Quality. 2012;2(4):212-222.

Bappenas, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019..


Indonesia: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;2014.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity Nursing


(Edisi 4), Alih Bahasa Maria A. Wijayati, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC; 2004

Burhan Bungin, 2011, Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Predana Media. Group. 

Cadwell, karin, dkk. Buku Saku Manajemen Laktasi. Jakarta: EGC; 2008.

Depkes RI. Kebijakan Departemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian Air Susu
Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Indonesia: Departemen kesehatan Republik Indonesia;
2004.

Depkes RI. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Indonesia:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.

DepKes RI. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi Indonesia.
Indonesia: Departemen kesehatan Republik Indonesia;2004

Fadhilah, 2018, Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Penurunan Kejadian


Penyakit Infeksi Pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan Di Wilayah Puskesmas Mlati Ii,
Kabupaten Sleman, Jurnal Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
Hartono, Bambang dkk. Panduan integrasi promosi kesehatan dalm program-program
kesehatan di kabupaten atau kota jilid 1 tahun 2010

Hegar B, Suradi, R., Hendarto, A., Partiwi, I Gst Ayu. Bedah ASI. Jakarta: IDAI Cabang
DKI Jakarta; 2008.

Hockenberry, M.J & Wilson, D. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis Missoury:
Mosby; 2009.

Kemenkes RI. Pusat Data dan Informasi. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;2014.

Kemenkes RI. Asuhan Gizi di Puskesmas. Indonesia: Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia; 2015.

Kepmenkes RI. Informasi Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Indonesia : Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia; 2018.

Lexy J Moleong, 2017, Metode Penelitian Kualitatif, cetakan ke-36, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya Offset

Nelson J. Cara menyusui yang baik. Jakarta: Arcan; 2001.

Nur Rahman. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo Kota Makassar (Skripsi). Makasar.
Universitas Hassanudin; 2017.

Pemerintah Provinsi Lampung. Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2015. 2015.

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2018

Purnama, RRW. Efektivitas antara pijat oksitosin dan breastcare terhadap produksi ASI
pada ibu post partum dengan sectio caesarea di RSUD Banyumas (Skripsi).
Purwokerto: FK UNSOED; 2013.

Purwanti. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Bandung : Cendekia; 2004.

Puskesmas Bernung. Data ASI Ekslusif tahun 2019.

Soetjiningsih. ASI: Petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: EGC; 1997.

Sugiarti E, Zulaekah S, Puspowati DS. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


pemberian asi eksklusif di kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Jurnal
Kesehatan. 2011; 4(2):195-206

Sugiyono, 2018, Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. 


Roesli, U & Yohmi, E. Bedah ASI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008.

WHO. Sustainable Development Goal's. World Health Organization. In: Station U,


editor. Jakarta: United Nation; 2015.

WHO. Exclusive Breast feeding. Jenewa: World Health Organization; 2015.


(http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai