Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM PUSKESMAS

PELAKSANAAN KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


DI PUSKESMAS KECAMATAN KUTA BARO, ACEH BESAR

Disusun Dalam Rangka Pelaksanaan K3S Pendidikan Profesi Ners Bidang


Keperawatan Komunitas

OLEH:

Ketua : Nelly Yusnita, S.Kep


Sekretaris : Aina Hariana, S.Kep
Bendahara : Salfiana, S.Kep

Anggota:

Adzimi Loveta G.S, S.Kep Fachyrza Oesi, S.Kep


Ayu Rahayu, S.Kep Hanny Syahyani, S.Kep
Desri Maulizani, S.Kep Hanifa Asmawita, S.Kep
Eva Fitria, S.Kep Irma Damayanti, S.Kep
Evi Purnama Sari, S.Kep M. Ridho R.S, S.Kep
Elena Safitri, S.Kep Rahmi Safitri, S.Kep
Ersa Maulia, S.Kep Welmina Dina Abaa, S.Kep

Koordinator : Ns. Arfiza Ridwan, MNS


Pembimbing : Ns. Maulina, M.Kep., Sp.Kep.Kom
Ns. Asniar, M.Kep., Sp.Kom., Ph.D
Ns. Budi Satria, MNS
Teuku Tahlil, S.Kp., MS., PhD
Ns. Farah Diba, MScPH
Teuku Samsul Alam, SKM., MNSc

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan anak merupakan salah satu indikator penting untuk mendukung proses
perkembangan belajar pada anak. Sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2003, bahwa tujuan
diselenggarakannya sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan peserta didik agar
menjadi manusia yang sehat (Ivanna, 2021). Menjaga kesehatan dilakukan dengan menjaga
pola hidup sehat, meliputi makan teratur dan olahraga teratur. Kurangnya pengetahuan
tentang pola makan yang seimbang menjadikan masyarakat kesulitan dalam mengatur
besaran nutrisi yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh tubuh mereka. Pola hidup sehat pada
anak menjadi perhatian, karena pola makan pada anak dapat mempengaruhi kesehatan anak
hingga masa dewasa (Fakhrun, Akhriza, & Prasetyo, 2017). Maka dari itu pihak Puskesmas
daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah, salah
satunya melalui promosi kesehatan.
Hasil rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada
menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, promosi
kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan
mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo,
2020). Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar
masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi (Kemenkes RI, 2013).
Program PHBS sekolah memiliki 8 indikator program yaitu mencuci tangan dengan
sabun sebelum dan sesudah makan, mengkonsumsi jajanan sehat, menggunakan jamban
bersih dan sehat, olahraga yang teratur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di
lingkungan sekolah, membuang sampah pada tempatnya, dan melakukan kerja bakti
bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang sehat (Kemenkes
RI, 2016).
Salah satu indikator PHBS sekolah adalah mengkonsumsi jajanan sehat. Maka dari itu,
pengelolaan kantin sekolah menjadi fokus utama dalam hal ini. (Ivanna, 2021). Kantin
sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menyediakan asupan makanan atau
jajanan yang bergizi bagi peserta didik di sekolah. Makanan yang sehat dan aman bagi
peserta didik yang dalam masa pertumbuhan dipengaruhi oleh kantin yang sehat pula,
penerapan sistem higienis yang baik terkait dengan bagaimana kantin tersebut menjaga
kebersihan jajanannya (Kadaryanti, 2021). Sekolah mempunyai peran untuk penjaminan
keamanan pangan pada kantin sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus memperhatikan
pengelolaan kantin agar dapat menjamin personil sekolahnya memperoleh asupan pangan
yang aman, bermutu dan bergizi (Februhartanty et al, 2018).
Penyelenggaraan kantin sehat di sekolah membutuhkan empat pilar dasar yang saling
berhubungan, yaitu komitmen dan manajemen sekolah, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, dan mutu pangan (Supriyono, Berliana & Limin, 2020). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa selain warga sekolah, penyelenggaraan kantin sehat di sekolah juga membutuhkan
dukungan dari orang tua/wali siswa (Rahayu et al., 2015). Penyelenggaraan kantin sehat di
sekolah juga harus memperhatikan adanya sisi ekonomi dalam penyelenggaraan kantin.
Kantin merupakan tempat bertemunya penjual yang memiliki kepentingan ekonomi dari
hasil penjualan makanan, dan siswa sebagai konsumen yang memanfaatkan jasa penjual di
kantin. Oleh karena itu, diperlukan suatu program penyelenggaraan kantin sehat yang dapat
mengakomodasi kepentingan ekonomi dari penjual di kantin, tetapi tetap memperhatikan
aspek kesehatan makanan untuk siswa (Kadaryanti, 2021).
Puskesmas Kuta Baro merupakan salah satu puskesmas yang memiliki program PHBS
Sekolah dengan 8 indikator dibawah pengawasan bagian Promosi Kesehatan Puskesmas.
Dari 8 indikator program PHBS Sekolah, kantin sehat merupakan salah satu program yang
pelaksanaannya masih kurang efektif dikarenakan beberapa hal seperti belum adanya
kebijakan tegas dari kepala sekolah dan ketidakpatuhan pedagang di kantin sekolah. Dari 14
Sekolah Dasar di daerah Puskesmas Kuta Baro, sudah ada 2 Sekolah Dasar yang
menerapkan kantin sehat, yaitu SDN Bueng Cala dan MIN 25 Aceh Besar. Berdasarkan
uraian diatas mahasiswa akan melakukan analisa SWOT program PBHS Sekolah khususnya
Kantin Sehat di Puskesmas Kuta Baro, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.
B. Tujuan Penulisan
1. Menganalisis program kesehatan bagian Promosi Kesehatan yang telah diterapkan di
wilayah kerja Puskesmas Kuta Baro.
2. Menganalisis kesenjangan antara program yang dilaksanakan dengan program
kesehatan nasional.
3. Mencari alternative atau strategi penyelesaian masalah berdasarkan hasil analisa SWOT.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Program Promosi Kesehatan


Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan pengertian
promosi kesehatan sebagai Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia
harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia.
Dalam Undang-Undang Kesehatan RI no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa visi
pembangunan kesehatan adalah “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO adalah mengubah perilaku individu/
masyarakat di bidang kesehatan, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi
masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri/ berkelompok mengadakan
kegiatan untu mencapai tujuan hidup sehat serta mendorong pengembangan dan penggunaan
secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

B. Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kuta Baro


Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan penanggung jawab
Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kuta Baro diketahui bahwa kegiatan yang
dijalankan dalam program promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Survey Mawas Diri (SMD)
Peraturan menteri Kesehatan Nomor 44 tahun 2016 tentang pedoman menajemen
Puskesmas disebutkan bahwa SMD merupakan salah satu proses dalam siklus
manajemen Puskesmas. SMD diperlukan untuk melaksanakan tahapan perencanaan
puskesmas yang berkualitas dengan mengedepankan kebutuhan dan harapan masyarakat
sebagai sasaran pelayanan kesehatan. SMD bertujuan agar masyarakat lebih mengenal
kesehatan yang ada di Desa/ kelurahan dan menimbulkan minat atau kesadaran untuk
mengetahui masalah kesehatan dan pentingnya permasalahan tersebut untuk diatasi.
b. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Musyawarah Masyarakat adalah pertemuan perwakilan warga desa serta warga
desa beserta tokoh masyarakatnya dan para petugas untuk membahas hasil survey
mawas diri yang dilakukan untuk merencanakan penanggulangan/ intervensi masalh
kesehatan yang diperoleh dari hasil survey mawas diri yang sudah disepakati secara
bersama
c. Pembinaan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
d. Pembinaan Desa Siaga
Desa siaga merupakan Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sember daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa Siaga adalah
suatu konsep peran serta pemberdayaan masyarakat di tingkat Desa, disertai dengan
pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya
secara mandiri. (Kemenkes, 2018)
e. Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS)
Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan penanggung jawab
Program Hidup Bersih & Sehat (PHBS) dikelompokkan menjadi:
1) Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) : Sekolah
2) Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) : Institusi kesehatan
3) Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) : Pesantren
4) Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) : Sarana kesehatan
5) Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) : Tenaga kesehatan
6) Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) : Rumah Tangga
f. Promosi Kesehatan Di Luar Gedung
Promosi kesehatan di luar gedung adalah promosi kesehatan yang dilakukan petugas
Puskesmas di luar gedung Puskesmas. Artinya promosi kesehatan dilakukan untuk masyarakat
yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Pelaksanaan promosi kesehatan di luar gedung
Puskesmas yang dilakukan oleh Puskesmas sebagai suatu upaya untuk meningkatkan PHBS
melalui pengorganisasian masyarakat.
g. Promosi Kesehatan Dalam Gedung
Penyuluhan dalam gedung merupakan promosi kesehatan yang dilakukan di
dalam gedung Puskesmas. Artinya promosi kesehatan dilakukan masyarakat yang
berada di dalam puskesmas. Promosi kesehtaan dalam gedung adalah kegiaan rutin yang
dilakukan oleh petugas Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan sebulan sekali dengan tema
ang berdeba-beda sesuai

Dari ketujuh pembagian Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS), yang menjadi
permasalahan dari hasil wawancara dengan ketua promosi kesehatan, didapatkan bahwa
Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) di sekolah belum terlalu optimal sehingga
mahasiswa mengambil Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) di sekolah menjadi topik
pembahasan untuk dianalisis lebih lanjut.

C. Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) : Sekolah


Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah
yaitu:
a) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
b) Mengkonsumsi jajanaan sehat di kantin sekolah (kantin sehat)
c) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
d) Olahraga yang teratur dan terukur
e) Memberantas jentik nyamuk
f) Tidak merokok di sekolah
g) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
h) Membuang sampah pada tempatnya

Dari delapan indikator PHBS di sekolah, hasil wawancara dengan ketua promosi
kesehatan Puskesmas Kuta Baro menyatakan bahwa indikator yang belum optimal adalah
mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah (kantin sehat).

D. Kantin Sehat
a. Pengertian Kantin Sehat
Kantin sehat sekolah adalah suatu fasilitas atau unit kegiatan di sekolah yang
memberi layanan pendukung bagi kesehatan warga sekolah. Kantin sehat harus dapat
menyediakan makanan utama dan makanan ringan yang menyehatkan, yaitu bergizi,
higienis, dan aman dikonsumsi oleh peserta didik dan warga sekolah lainnya. Secara
lebih teknis, pengertian kantin sehat dapat dilihat dalam Petunjuk Praktis
Pengembangan Kantin Sekolah Sehat yang diterbitkan SEAMEO RECFON.
Penyelenggaraan kantin sehat melibatnya beberapa institusi. Selain Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, juga terlibat Kementerian Kesehatan dalam hal regulasi
yang berkenaan dengan kesehatan, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
yang berkonsentrasi pada mutu pangan yang terdapat di kantin (SEAMEO RECFON,
2019).
1. Kebijakan Penyelenggaraan Kantin Sehat Sekolah
a) Keputusan Menteri Kesehatan No. 942 Tahun 2003.
b) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang SNP Pasal 42 Ayat 2
bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana antara
lain ruang kantin.
c) Kepmenkes No. 1429 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah.
d) Permendikbud No. 57 Tahun 2009 Mengenai Pemberian Bantuan
Pengembangan Sekolah Sehat (Judhiastuty, dkk. 2018).
b. Prasyarat Kantin Sehat
Mengutip SEAMEO RECFON dalam bukunya yang berjudul Petunjuk Praktis
Pengembangan Kantin Sehat Sekolah, setidaknya, terdapat empat pilar utama yang
dapat mewujudkan kantin sehat sekolah, yakni Komitmen dan Manajemen, Sarana
Prasarana, Sumber daya Manusia dan Mutu Pangan (SEAMEO RECFON, 2018).
1. Komitmen dan Manajemen
Komitmen menghadirkan kantin sehat sekolah tentu sangat diperlukan, dengan
adanya komitmen yang kuat maka akan melahirkan kewenangan yang kuat dalam
mewujudkan kantin sehat sekolah. Komitmen ini bisa dibuktikan dengan surat
tugas dari kepala sekolah kepada yang ditunjuk menjadi penanggungjawab kantin
untuk memastikan ketersediaan makanan dan minuman yang dijual di kantin
adalah merupakan pangan yang aman. Selain itu, diperlukan juga aturan dan
kebijakan mengenai kantin sehat sekolah mulai dari pengadaan bahan pangannya
hingga mekanisme pengawasan terhadap mutu produk yang dijual di kantin
sekolah.
2. Sarana Prasarana
Sarana prasarana juga menjadi hal utama dalam perwujudan kantin sehat.
Kriteria kantin yang sehat perlu ditunjang oleh sarana prasarana yang mendukung
Pembiasaan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang memadai. Sarana dan
prasarana yang memadai untuk kantin sehat sekolah, diantaranya dalam
konstruksi kantin, fasilitas sanitasi, dapur, tempat makan, dan tempat
penyimpanan yang harus sesuai standar kantin sehat. Juga tersedia sarana
pengendalian hama dan serangga.
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia terkait kantin sehat terutama pihak penjual makanan
dan minuman di kantin sekolah. Mereka lah yang langsung berhubungan dengan
produk makanan yang dijual dan juga dengan konsumen di kantin sekolah.
Berkenaan dengan hal tersebut, sumber daya manusia di kantin merupakan orang
yang beresiko tinggi dapat mencemari makanan. Maka, kebersihan diri mereka
menjadi sangat penting dan hal utama yang harus diperhatikan. Ketika menangani
makanan, penjual harus dalam keadaan sehat (tidak diare, batuk atau pilek), tidak
mempunyai luka terbuka, serta tidak menggunakan perhiasan berlebihan. Selain
itu, penjual juga harus mempunyai perilaku higienis yang dapat mencegah
pencemaran makanan, misalnya kuku tangan harus pendek dan bersih, tidak
merokok, dan tidak meludah. Untuk menjaga kebersihan makanan, ketika
menyiapkan makanan penjual juga harus menggunakan masker, sarung tangan
plastik, alas kaki yang bersih, serta selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan
makanan (Antoinette, dkk. 2017).
4. Mutu Pangan
Pangan yang disediakan dan/atau dijual di kantin adalah makanan dan
minuman yang menyehatkan yang berarti harus aman (dari bahaya
biologis/kuman, bahaya kimia dan bahaya fisik) dan mengandung zat gizi yang
dibutuhkan terutama bagi konsumen khususnya para peserta didik dan seluruh
warga sekolah umumnya.
c. Standar dan Kriteria Kantin Sehat Sekolah
Kantin sehat sekolah merujuk pada kriteria pengelolaan kantin yang baik di
sekolah. Terdapat setidaknya dua standar dan kriteria terkait kantin sehat, yakni
kriteria Badan POM dan Kementerian Kesehatan. Kedua nya memiliki fokus yang
berbeda dalam hal kantin sehat sekolah. Badan POM berfokus pada aspek non fisik
yakni mengenai panganan yang dijual di kantin, sementara Kemenkes berfokus pada
aspek fisik kantin sehat (BPOM RI, 2018).

STANDAR DAN KRITERIA KANTIN SEHAT SEKOLAH


Badan POM Kementerian Kesehatan
 Menyediakan makanan yang aman dan  Tersedia tempat mencuci peralatan
bersih makan dan minum dengan air yang
 Mengajarkan cara mencuci tangan mengalir
dengan baik  Tersedianya tempat cuci tangan
 Produk makanan yang dijual memiliki dengan air bersih yang mengalir
label yang jelas  Tersedia tempat penyimpanan bahan-
 Melatih anak untuk membaca label bahan makanan
informasi nilai gizi  Tersedia tempat penyimpanan
 Menyediakan berbagai minuman sehat makanan siap saji yang tertutup
 Tidak menjual makanan dan minuman  Tersedia tempat penyimpanan
berwarna mencolok peralatan makan dan minum
 Tidak menjual makanan dengan rasa  Jarak kantin dengan lokasi
tertentu (misalnya terlalu manis) pembuangan sampah sementara (TPS)
 Membatasi persediaan makanan cepat minimal 20 meter.
saji
 Membatasi persediaan makanan ringan
 Memperbanyak persediaan makanan
berserat

d. Sarana dan Prasarana Kantin Sehat Sekolah


Sebelum berbicara lebih jauh mengenai sarana dan prasarana kantin sehat ini,
tentu ada hal krusial yang harus dimiliki kantin, yakni sumber air bersih. Ketersediaan
air bersih ini menjadi hal yang penting karena air digunakan untuk banyak hal di
kantin. Selain itu mengenai tempat penyimpanan, tempat pengolahan makanan, tempat
penyajian, fasilitas sanitasi, perlengkapan kerja dan tempat pembuangan limbah pun
menjadi hal yang harus diperhatikan (BPOM RI, 2018).

Sarana Prasarana
 Air bersih  Ruang Tempat
 Meja dan Kursi Pengolahan dan
 Fasilitas Sanitasi Persiapan Makanan
KANTIN SEHAT
 Alat Masak  Ruang Tempat
SEKOLAH
 Alat Makan Penyajian Makanan
 Lemari es dan freezer  Ruang Tempat
untuk menyimpan Penyimpanan Makanan
bahan makanan.  Ruang Tempat Makan

Terdapat beberapa persyaratan mengenai sarana dan prasarana kantin sekolah ini,
diantaranya adalah:
1. Persyaratan Bangunan
Persyaratan bangunan kantin yang sehat antara lain:
 Lantai kedap air, rata, halus tidak licin, kuat, dibuat miring sehingga mudah
dibersihkan;
 Dinding kedap air, rata halus, berwarma terang, tahan lama, tidak mudah
mengelupas, dan kuar sehingga mudah dibersihkan;
 Langit-langit terbuat dari bahan tahan lama, tidak bocor, tidak berlubang-
lubang, dan tidak mudah mengelupas serta mudah dibersihkan;
 Pintu, jendela, dan ventilasi kantin dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah
pecah, rata, halus, berwarna terang, dapat dibuka tutup dengan baik, dilengkapi
kasa yang dapat dilepas sehingga mudah dibersihkan.
 Ruang pengolahan dan penyajian serta tempat makan di ruangan, lubang
angin/ventilasi minimal dua buah dengan luas keseluruhan lubang ventilasi 20%
terhadap luas lantai harus tersedia.
 Lantai, dinding, langit-langit kantin, pintu, jendela, dan lubang angin/ventilasi
selalu dalam keadaan bersih.
 Atap bangunan tidak menggunakan bahan yang berbahaya, contohnya: Asbes.
2. Persyaratan Air
Kantin dengan ruang tertututp maupun kantin dengan ruang terbuka harus
memiliki suplai air bersih yang cukup, baik untuk mengolah makanan maupun
untuk kebersihan. Sumber air di kantin dapat diperoleh dari air PAM atau air
sumur, disesuaikan dengan kondisi sumber air di sekolah secara keseluruhan.
Adapun syarat air tersebut adalah sebagai berikut:
 Air harus bebas dari mikroba dan bahan kimia yang dapat membahayakan
kesehatan, tidak berwarna, dan tidak berbau.
 Harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih atau air minum. Terutama air
yang digunakan untuk mencuci dan mengolah bahan pangan harus memenuhi
persyaratan bahan baku air minum.
3. Tempat Pengolahan dan Persiapan Makanan
Persyaratan tempat pengolahan dan persiapan makanan adalah sebagai berikut :
 Pengolahan dan persiapan makanan di kantin dilakukan di ruang khusus.
 Ruang pengolahan harus tertutup dan selalu dalam keadaan bersih dan terpisah
dari ruang penyajian dan ruang makan;
 Terdapat tempat/meja yang permanen dengan permukaan halus, tidak bercelah,
dan mudah dibersihkan;
 Ruang pengolahan disesuaikan dengan kebutuhan jumlah orang di dalamnya,
sehingga tidak berdesakan;
 Terdapat penerangan yang cukup, sehingga mempermudah pengolah makanan
dalam bekerja. Jika lampu berada langsung di atas tempat pengolahan, lampu
tersebut harus diberi penutup (mencegah adanya binatang kecil yang responsif
terhadap cahaya);
 Terdapat ventilasi yang cukup agar udara panas dan lembab di dalam ruangan
pengolahan dapat dibuang keluar dan diganti dengan udara segar;
 Terdapat exhaust fan jiika memungkinkan.
4. Tempat Penyajian Makanan
Baik kantin dengan ruangan tertutup maupun terbuka harus mempunyai tempat
penyajian makanan seperti lemari pajang, etalase, atau lemari kaca yang
memungkinkan konsumen dapat melihat makanan secara jelas. Berikut beberapa
syaratnya:
 Tempat penyajian harus selalu tertutup agar makanan terlindung dari debu dan
serangga;
 Tempat penyajian harus selalu dalam keadaan bersih dan kering (tidak lembab);
 Makanan camilan harus mempunyai tempat penyajian yang terpisah dari tempat
penyajian makanan sepinggan.
 Buah potong harus memiliki tempat tersendiri yang terhindar dari debu,
serangga, dan sebisa mungkin dalam keadaan dingin.
5. Tempat Penyimpanan Makanan
Tempat penyimpanan makanan baik bagi kantin tertutup maupun kantin di
ruang terbuka memiliki persyaratan yang sama, yaitu:
 Tempat penyimpanan bahan baku, makanan jadi yang akan disajikan, dan tempat
penyimpanan peralatan harus dimiliki oleh kantin secara terpisah;
 Tempat penyimpanan peralatan makan harus dipastikan steril, maka diperlukan
lemari khusus untuk menyimpannya dalam keadaan kering dan tidak lembab;
 Bahan-bahan bukan pangan seperti; minyak, bahan pencuci harus disimpan
terpisah;
 Bahan berbahaya seperti racun tikus, kecoa tidak boleh disimpan di kantin;
 Penyimpanan bahan baku produk pangan harus sesuai dengan suhu
penyimpanan yang dianjurkan.
6. Tempat Makan
Sarana prasarana ruang makan kantin sehat harus memenuhi syarat sebagai berikut:
 Kantin harus menyediakan meja dan kursi dalam jumlah yang cukup;
 Meja dan kursi harus selalu dibersihkan setelah digunakan, maka permukaan
meja harus mudah dibersihkan;
 Untuk kantin di ruang tertutup, harus memiliki ventilasi yang cukup agar udara
panas dan lembab berganti dengan udara segar;
 Tempat makan dan kantin secara keseluruhan harus selalu dijaga kebersihannya,
ada pertukaran udara, serta jauh dari tempat penampungan sampah, WC, dan
pembuangan limbah (jarak minimal 20 m).
7. Fasilitas Sanitasi
Fasilitas sanitasi yang harus dimiliki oleh kantin adalah sebagai berikut:
 Tersedia bak cuci piring dan peralatan dengan air mengalir serta rak pengering;
 Tersedia wastafel dengan sabun/detergen dan lap bersih atau tisu di tempat
makan dan di tempat pengolahan makanan;
 Tersedia suplai air bersih yang cukup;
 Tersedia alat cuci/pembersih yang terawat dengan baik seperti sapu lidi, sapu
ijuk, selang air, kain lap, sikat, kain pel, dan bahan pembersih seperti sabun dan
bahan sanitasi.
 Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) (BPOM RI, 2018).

e. Pangan Jajanan Anak Sekolah


Pada anak sekolah, sarapan menjadi hal yang penting dan prioritas dalam asupan
gizi. Jika kebutuhan gizi dari sarapan belum tercukupi, maka Pangan Jajanan Anak
Sekolah (PJAS) menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut
(Nuraida, dkk. 2017).
1. Jenis Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Selain kebutuhan gizi yang didapat dari makanan pokok, pemenuhan gizi harian
juga didapat dari makanan selingan. Makanan selingan harus dapat menjaga kadar
gula darah agar anak sekolah dapat berkonsentrasi, makanan selingan ini dapat
berupa bekal dari rumah atau berupa PJAS. Dalam Pedoman Jajanan Anak Sekolah
Untuk Pencapaian Gizi Seimbang yang diterbitkan oleh BPOM, jenis pangan
jajanan anak sekolah dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
 Makanan Utama/sepinggan
Makanan utama ini dikenal juga dengan “jajanan berat”. Sesuai namanya,
jajanan ini dinilai mengenyangkan dalam waktu yang cukup panjang. Contoh:
mie ayam, bakso, bubur ayam, nasi goreng, gado-gado, soto, lontong isi sayuran,
dan lain lain.
 Camilan/snack
Camilan merupakan makanan yang biasa dikonsumsi di luar makanan utama.
Camilan dibedakan menjadi dua, yaitu: camilan basah dan camilan kering.
Camilan basah contohnya: gorengan, kue lapis, donat, dan jelly. Sedangkan
camilan kering contohnya: keripik, biskuit, kue kering, dan permen.
 Minuman
Minuman dibedakan dua kelompok, yaitu minuman yang disajikan dalam gelas,
dan minuman yang disajikan dalam kemasan. Minuman yang disajikan dalam
gelas misalnya air putih, es teh manis, air jeruk, dan lain-lain. Sedangkan
minuman dalam kemasan misalnya susu pasteurisasi, yoghurt dan minuman
dalam kemasan lainnya.
 Jajanan Buah
Buah yang biasa menjadi jajanan anak sekolah yaitu buah yang masih utuh atau
buah yang sudah dikupas dan dipotong. Tempat penyimpanan jajanan buah ini
juga harus diperhatikan, untu buah potong harus disimpan di tempat bersuhu
dingin dan tertutup rapat untuk menghindari kontaminasi dari luar yang
berbahaya.
2. Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Sesuai
PJAS yang sesuai adalah PJAS yang aman, bermutu, dan bergizi serta disukai oleh
anak. Berikut beberapa tips memilih PJAS yang sesuai:
 Kenali dan pilih pangan yang aman;
Pangan yang aman adalah pangan yang bebas dari bahaya biologis, kimia, dan
benda lain. Pilih pangan yang bersih, telah dimasak, tidak bau tengik, dan tidak
berbau asam.
 Jaga kebersihan;
Cuci tangan pakai sabun menjadi hal mutlak sebelum mengkonsumsi sesuatu,
karena bisa jadi tangan kita meski terlihat bersih namun menjadi sarang kuman
yang tidak terlihat.
 Baca label dengan seksama;
Sebelum mengonsumsi makanan dalam kemasan, biasakan baca label dengan
seksama. Mulai dari komposisi hinggga informasi nilai gizi, perhatikan pula
tanggal kadaluarasanya. Sementara itu, untuk pangan tidak berlabel pastikan
dalam kondisi baik.
 Perhatikan warna, rasa, dan aroma;
Hindari makanan dan minuman yang berwarna mencolok, rasa yang terlalu asin,
manis, asam dan jauhi makanan dengan aroma yang tengik.
 Batasi konsumsi pangan cepat saji
Fast Food atau makanan cepat saji memang sangat menggugah selera, namun
jika terlalu sering dikonsumsi dapat menjadi pencetus obesitas. Selain itu,
makanan ini juga biasanya tinggi garam dan lemak serta rendah serat.
 Batasi makanan ringan;
Seperti halnya fast food, makanan ini juga umumnya tinggi garam dan lemak,
serta rendah serat, bahkan biasanya juga memiliki nilai gizi yang rendah.
 Perbanyak konsumsi makanan berserat;
Makanan berserat bersumber dari sayur dan buah, menu makanan seperti gado-
gado, karedok, urap, dan pecel adalah contoh menu makanan berserat (Susanto,
dkk. 2019).

f. Langkah-langkah Menghadirkan Kantin Sehat di Sekolah


Dalam upaya menghadirkan kantin sehat di sekolah, setidaknya terdapat lima
langkah yang dapat menjadi rekomendasi dan pijakan sekolah yaitu (PERMENKES,
2014):
1. Brainstorming
Brainstorming merupakan tahap pertama yang perlu dilakukan oleh sekolah ketika
akan melakukan pengembangan kantin nya menjadi kantin sehat. Brainstorming ini
bisa di inisiasi oleh kepala sekolah diikuti oleh seluruh unsur sekolah agar semua
unsur memiliki pengetahuan dan tujuan yang sama mengenai urgensi dan tujuan
kantin sehat di sekolahnya. Brainstorming ini dapat dilakukan dengan mengundang
beberapa unsur eksternal sekolah yang berhubungan dengan kantin sehat. Misalnya,
Puskesmas setempat. Komite sekolah perlu dilibatkan untuk menginformasikan
penyediaan kantin sekolah kepada orang tua siswa atau masyarakat.
2. Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pada tahap ini, diharapkan kepala sekolah dapat membentuk panitia untuk
menangani pengembangan kantin di sekolahnya. SDM yang terlibat nantinya tidak
hanya terfokus pada pekerjaan yang bersifat fisik kantin seperti penyiapan sarana
dan prasarana penunjang saja, tetapi juga berfokus pada pengelolaan kantin dan
penyediaan makanan dan minuman apa saja yang akan dijajakan di sekolah,
termasuk kriteria detailnya. Kriteria jajanan dan panganan ini dapat merujuk pada
kriteria Pangan Jajan Anak Sekolah yang telah dibuat oleh Badan POM.
3. Pembangunan atau Penyiapan Sarpras
Bagi sekolah yang bangunan kantinnya sudah sesuai standar, penyiapan sarana
prasarana yang sesuai kriteria kantin sehat menjadi fokus utama. Penyiapan sarana
prasarana ini harus merujuk pada kriteria kantin sehat yang telah dibuat oleh
Kemendikbud, Kemenkes atau Badan POM.
4. Seleksi Penjaja
Makanan Penjaja makanan di kantin sehat haruslah memiliki komitmen yang sama
dengan sekolah, yaitu menghadirkan makanan dan minuman yang sesuai kriteria
demi kesehatan warga sekolah dan siap menerima sanksi jika suatu hari kedapatan
melanggar. Bukan hanya menyoal makanan dan minuman yang dijajakan, dalam
proses ini juga di lihat bagaimana sikap dan kebersihan calon penjaja makanan.
5. Pengawasan dan Pengembangan
Setelah semuanya usai dan terpenuhi, pengawasan menjadi kunci. Sekolah dapat
membentuk tim pengawas kantin sehat secara khusus, yang bekerja mengawasi
setiap kegiatan dan transaksi di kantin agar tidak keluar pakem yang telah
ditentukan. Pengawasan ini dapat dilakukan menggunakan instrumen yang telah
dibuat oleh tim pengawas kantin dan menjadi tolak ukur perkembangan kantin
sekolah. Hasil dari pengawasan itu juga dapat menjadi rekomendasi sekolah dalam
melakukan pengembangan kantin sehat (Wolfenden, dkk. 2017)
BAB III
ANALISIS PROGRAM PHBS SEKOLAH: KANTIN SEHAT
DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR
TAHUN 2022

A. Analisis Program PHBS Sekolah: Kantin Sehat di Puskesmas Kuta Baro


Kabupaten Aceh Besar
Puskesmas Kuta Baro menaungi 14 sekolah jenjang dasar di wilayah Kecamatan Kuta
Baro yaitu MIN 25 Aceh Besar, MIN 26 Aceh Besar, SD Negeri Lamrabo, SD Negeri
Bueng Cala, SD Negeri Ateuk, SD Negeri Cot Bambu, SD Negeri Cot Keueung, SD
Negeri Cot Preh, SD Negeri Lam Blang, SD Negeri Lambunot Jaya, SD Negeri Lam
Teubee, SD Negeri Leupung 26, SD Negeri Ulee Kareung, SD Abulyatama.
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) khususnya kantin sehat berada
dalam naungan promosi kesehatan Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Hasil
pengumpulan data didapatkan 3 dari 14 Sekolah jenjang dasar di wiliyah Kecamatan
Kuta Baro yang memiliki kantin sehat, yaitu MIN 25 Aceh Besar, SD Negeri Leupung 26
dan SD Negeri Bueng Cala.
Data yang didapatkan dari hasil Observasi:
Tersedia Kantin
Sudah Belum
Nama Sekolah Tidak tersedia kantin
menerapkan menerapkan
kantin sehat kantin sehat
MIN 25 Aceh Besar 
MIN 26 Aceh Besar 
SD Negeri Lamrabo 
SD Negeri Bueng Cala 
SD Negeri Ateuk 
SD Negeri Cot Bambu  
SD Negeri Cot Keueung 
SD Negeri Cot Preh 
SD Negeri Lam Blang 
SD Negeri Lambunot Jaya 
SD Negeri Lam Teubee 
SD Negeri Leupung 26 
SD Negeri Ulee Kareung 
SD Abulyatama 
1. MIN 25 Aceh Besar
Hasil Observasi dan Wawancara yang telah dilakukan belum terdapat kantin sehat,
namun terdapat satu kantin kejujuran, keadaan kantin bersih, dan jenis makanan yang dijual
seperti: kue basah, nasi, bakso, dan lainnya.

2. MIN 26 ACEH BESAR


Hasil Observasi dan Wawancara yang telah dilakukan rata-rata penjual yang ada di kantin
sekolah ini telah berjualan selama 5-6 bulan, Keadaan kantin terlihat bersih dan rapi. Kantin
menjual makanan seperti mie goreng, mie gelas, bakso, gorengan dan beberpa makanan
ringan lainnya. Disamping itu Sekolah telah mendapatkan penyuluhan tentang kantin sehat
dari pihak Puskesmas Kuta Baro, namun pihak kantin belum maksimal menjalankan protokol
kantin sehat. Anak-anak sering membeli jajan dari luar sekolah.

3. SDN LAMRABO
Hasil Observasi dan Wawancara yang telah dilakukan terdapat kantin yang dikelola
warga dengan izin dari pihak sekolah. Kantin menjual makanan seperti nasi goreng, tempe
goreng, es sirup, air teh, dan menjual makanan ringan yang berpenyedap. Kebersihan kantin
pun sangat kurang dikarenakan terdapat tumpukan sampah di sampingnya. Sehingga sekolah
belum layak untuk masuk dalam kategori kantin sehat. Menurut informasi yang didapat,
pihak Puskesmas Kuta Baro pernah mengunjungi sekolah tahun lalu untuk memeriksa
kesehatan anak sekolah dan sekaligus mengarahkan pihak sekolah untuk tidak menjual
makanan yang tidak sehat bagi siswa/siswi. Pihak sekolah melarang penjual menjajakan
makanan di luar pekarangan sekolah, namun tetap ada penjual yang bersikeras untuk
berjualan dan siswa tetap membeli jajanan tersebut.

4. SDN BUENG CALA


Berdasarkan hasil observasi kantin di SDN Buengcala menjual makanan seperti nasi
gurih, pisang goreng, dan beberapa makanan lainnya yang higienis. Keadaan kantin sangat
tertata rapi dan bersih dari sampah. Kantin di sekolah tersebut di kategorikan sebagai kantin
sehat oleh puskesmas. Menurut pengelola kantin mengatakan bahwa mereka sudh berjualan
dikantin selama 5 atau 6 tahun. Adapun berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu dari
petugas kantin mengatakan sudah beberapa kali mendapatkan penyuluhan tentang kantin
sehat dari Puskesmas Kuta Baro.
5. SDN Ateuk
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menemukan fakta bahwa SDN Ateuk
tidak memiliki kantin di dalam perkarangan sekolah. Menurut hasil wawancara dengan guru
mengatakan biasanya siswa membeli makanan yang di jual oleh guru berupa nasi goreng
dan siswa tidak di perbolehkan untuk jajan di luar selain pada jam olahraga. Pihak sekolah
juga mengungkapkan bahwa sudah pernah di adakan penyuluhan terkait kantin sehat oleh
petugas puskesmas.

6. SDN Cot Bambu


Dari hasil wawancara dan observasi dengan kepala sekolah, di SDN Cot Bambu sudah
diterapkan prinsip kantin sehat, namun belum terdapat bangunan kantin sehat, pihak sekolah
masih menjajakan makanan di depan kelas menggunakan meja. Makanan yang dijual juga
sudah sesuai dengan prinsip kantin sehat, seperti nasi, puding, donat dan ice cream buatan
rumahan. SDN Cot Bambu sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang kantin sehat oleh
pihak Puskesmas Kuta Baro tahun 2021
7. SDN Cot Keueung
Hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan didapatkan data bahwa SD Cot
Keueng belum memiliki bangunan yang berfungsi sebagai kantin, namun siswa dapat
membeli makanan yang diperjualbelikan oleh guru yang diletakkan di meja depan kantor
guru, adapun jenis makanan yang diperjualbelikan berupa kacang, kerupuk, siomay, teh
poci. Jam operasional kantin adalah dari jam 08:00-11:00 WIB dan untuk sosialisasi dari
pihak puskesmas terkait program kantin sehat, pernah dilaksanakan yaitu sekitar 1 atau 2
tahun yang lalu.

8. SDN Cot Preh


Berdasrakan hasil observasi dan hasil wawancara dengan salah satu guru di SD Cot Preh
didapatkan hasil bahwa Memiliki kantin sehat yang dikelola oleh 3 orang guru honor yaitu
ibu ita, ibu muliani dan ibu Soraya, Jajanan yang disediakan dikantin sehat berupa buah-
buahan, pudding, es krim dan risol.Kantin sehat berada di depan kantor guru dengan
menggunakan sebuah meja untuk meletakkan jajanan tersebut.Kantin sehat hanya dibuka
pada saat jam istirahat yaitu pukul 09.45-10.15 WIB. Selain kantin di dalam lingkungan
sekolah juga terdapat kedai yang menjual makanan ringan dan somay yang dikelola oleh
penjaga sekolah yang bernama Bapak Mustafa, di luar pagar sekolah juga sering di singgahi
oleh penjual-penjual makanan dari luar seperti penjual somay, bakso goreng, dan penjual
eskrim dan dari hasil wawancara dengan guru sekolah didapatkan bahwa pihak puskesmas
pernah mengunjungi sekolah untuk memberikan edukassi tentang kantin sehat.
9. SDN LAMBLANG
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan salah satu guru, didapatkan bahwa
kantin sekolah dikelola oleh guru piket sejak tahun 7 tahun yang lalu serta para guru
memiliki jadwal untuk berjaga dikantin setiap hari. Dikantin sekolah menyediakan makanan
berupa donat, kue basah, gorengan, siomay, air teh poci, nasi guri, dan mie hunPihak
sekolah mengatakan ada pedagang lain yang berjualan diluar pagar dan sudah melarang
siswa/siswi untuk jajan diluar. Pihak sekolah mengatakan pihak Puskesmas sudah datang
beberapa kali ke sekolah pada tahun lalu untuk melakukan kegiatan memeriksa kesehatan
siswa/siswi dan mengarahkan mengenai kantin sehat dan berdasarkan hasil observasi
ditemukan bahwa kantin terlihat bersih, terdapat tong sampah, sampah plastic dipilah untuk
dijual dan didaur ulang.
10. SDN Lambunot Jaya
Kantin SDN Lambunot Jaya berdiri sejak 1 tahun yang lalu, kantin ini menjual
makanan seperti nasi goreng, mie gelas dan makanan ringan, keadaan kantin sangat tidak
layak, dan kebersihan kantin sangat kurang. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari
hasil wawancara bersama guru SDN Lambunot Jaya, belum ada dana untuk mendirikan
bangunan yang berfungsi sebagai kantin, dan belum pernah di adakan penyuluhan tentang
kantin sehat di SD Lambunot Jaya.

11. SDN Lamteubee


SDN Lamteubee tidak memiliki kantin di sekolah, siswa dan siswi makan jajanan yang
dijual oleh guru, guru menjual makanan seperti nasi gurih, indomie goreng dan makanan
ringan. Menurut informasi yang di dapat sekolah belum pernah di adakan penyuluhan
tentang kantin sehat.
12. SDN Leupung 26
SDN Leupung 26 Memiliki kantin yang dikelola dan dijaga oleh tiga orang guru (ada
jadwal piket guru untuk menjaga dan mengelola kantin). Kantin sekolah buka pukul 09.00
WIB tutup pukul 11.00 WIB. Makanan yang dijual dikantin: nasi, risol, kentang, jelli, siomai,
nuget, kentucky, the poci, donat, kacang, kerupuk, macaroni, kantin juga menjual alat tulis
seperti: buku gambar, penghapus, buku tulis, pensil, dan pulpen. Penyuluhan tentang kantin
sehat sudah pernah dilakukan di SDN Leupung 26 oleh Puskesmas Kuta Baro sekitar 1-2
tahun lalu.

13. SDN Ulee Kareung


Hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan tidak terdapat kantin didalam
lingkungan sekolah, siswa-siswi jajan diluar perkarangan sekolah, di pagar sekolah terdapat
penjual makanan seperti nasi dan minuman yang diletakkan di sebuah meja sebagai pondok
untuk berjualan yang di tutup setelah jam istirahat.
14. SDN SWASTA ABULYATAMA
Hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan didapatkan bahwa kantin sekolah
dikelola oleh guru piket sejak tahun 2006 serta para guru memiliki jadwal untuk berjaga
dikantin setiap hari. Siswa/siswi jajan dikantin sekolah, dan tidak terdapat penjual makanan
illegal di perkarangan Sekolah. Dikantin sekolah menyediakan makanan berupa nasi guri,
mie Aceh, gorengan, makanan ringan, es, jelli. Pihak sekolah mengatakan pihak Puskesmas
sudah datang beberapa kali ke sekolah pada tahun lalu untuk melakukan kegiatan memeriksa
kesehatan siswa/siswi dan mengarahkan mengenai kantin sehat. Berdasarkan hasil observasi
ditemukan bahwa kantin terlihat bersih, terdapat tong sampah.

B. Analisis Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh


Besar
1. Analisa SWOT
a. Strength (Kekuatan)
1) Puskesmas Kuta Baro memiliki sumber daya pengetahuan dan media mengenai
kantin sehat
2) Puskesmas Kuta Baro sudah pernah menetapkan guru piket di setiap sekolah
dasar untuk memantau kantin sekolah
3) Pihak Promkes Puskesmas Kuta Baro mengatakan sudah ada 2 dari 104 sekolah
dasar yang telah menjalankan program kantin sehat yaitu SDN Bueng Cala dan
MIN 25 Aceh Besar
4) Puskesmas Kuta Baro sudah pernah memberikan himbauan terkait kantin sehat
kepada pedagang disekitar sekolah
5) Puskesmas Kuta Baro telah memberikan konseling langsung kepada pedagang
dan sudah dilaporkan pada kepala sekolah

b. Weakness (Kelemahan)
1) Pihak Puskesmas kurang bisa berpartisipasi lebih dalam menerapkan kantin
sehat dikarenakan kebijakan dibuat oleh Kepala Sekolah. Puskesmas hanya bisa
menghimbau untuk melaksanakan kantin sehat.
2) Mayoritas Kepala Sekolah berasal dari luar daerah Kuta Baro sedangkan
kebanyakan pedaganag merupakan masyarakat setempat sehingga Kepala
Sekolah tidak berani melarang pedagang illegal untuk berjualan di halaman
sekolah.
3) Dana menjadi kendala belum terlaksananya kantin sehat.
4) Bagian Promosi Kesehatan Puskesmas masih kurang berkoordinasi dengan
Bagian lain seperti Gizi dan Kesehatan Lingkungan dalam hal penerapan kantin
sehat
5) Bagian promosi kesehatan tidak melakukan Survey Mawas Diri ke Sekolah
6) Tidak terbahasnya permasalah kantin sehat di Musyawarah Mufakat Desa

c. Opportunities (Peluang)
1) Puskesmas bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kesehatan
2) Adanya kerjasama lintas sektor Dinas Pendidikan dan Kesehatan
3) Puskesmas telah memiliki kader sekolah seperti dokter kecil dan perawat kecil
4) Bagian Promosi Kesehatan telah berkerjasama dan saling terkoordinasi dengan
penanggungjawab UKS di sekolah dalam penerapan PHBS di sekolah

d. Threats (Ancaman)
1) Adanya ancaman dari pedagang setempat yang tidak menjual makanan kategori
kantin sehat
2) Terdapat penolakan dari beberapa siswa untuk membeli makanan yang tersedia
di kantin sehat
3) Pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan promosi program kantin sehat,
hal ini dikarenakan jadwal sekolah yang berubah secara during

2. Alternatif Penyelesaian Masalah


Mulai dengan pelaksanaan Survey Mawas Diri yang belum terlaksanakan di semua
sekolah. Indentifikasi masalah baru solusi yang lain
a. Pemberdayaan dan pelatihan dokter kecil selaku kader di sekolah
Alternatif lain yang dapat menjadi upaya dalam pemenuhan kesehatan
melalui jajanan sehat di sekolah adalah dengan pemberdayaan dan pelatihan
yang ditujukan kepada dokter kecil. Hal ini diajukan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Quratal & Hidayah (2019), yang mana setelah diadakan program
dokter kecil, perilaku siswa berdasarkan 8 indikator PHBS sekolah sebagian
besar mengalami perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Perubahan
perilaku siswa tersebut disebabkan adanya motivator/ pendorong yaitu dokter
kecil yang tidak lain adalah siswa sekolah tersebut. Dokter kecil adalah siswa
yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan sebagian
usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman,
keluarga dan lingkungannya.
Pelatihan dan penyuluhan kesehatan disampaikan kepada dokter kecil secara
terjadwal dengan harapan dokter kecil akan menjadi tahu tentang informasi-
informasi kesehatan. Setelah tahu diharapkan dokter kecil akan menyampaikan
informasi yang didapat kepada siswa yang lain.
Dokter kecil juga menjadi panutan terutama dalam hal perilaku hidup bersih dan
sehat di sekolah. Dokter kecil dapat dianggap sebagai tokoh masyarakat sekolah
karena mempunyai potensi besar untuk mengubah perilaku kesehatan siswa
menjadi lebih baik dan merupakan figure yang menonjol diantara siswa yang
lain (Dian Nurafifah, 2018).

b. Edukasi penyelenggaraan kantin sehat pada pihak pengelola sekolah


Berdasarkan permasalahan yang didapatkan, perlu dilakukan upaya awal untuk
menumbuhkan kepedulian institusi pendidikan terhadap kantin sehat. Merujuk
pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetyaningrum & Kadaryati (2021),
materi edukasi yang diberikan meliputi keamanan makanan/jajanan, penyediaan
jajanan sehat di sekolah, manajemen pengelolaan kantin sehat dan contoh
penyelenggaraan kantin sehat di sekolah. Sasaran edukasi ini ialah pengelola
sekolah meliputi kepala sekolah, guru-guru dan petugas kantin. Perubahan
pengetahuan pengelola sekolah nantinya akan di ukur dengan pretest dan post
test. Empat minggu pasca pemberian edukasi dilanjutkan dengan pengamatan
perilaku kantin sekolah. Kegiatan ini dilakukan melalui monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan kantin sehat pada sekolah yang terpilih dengan menggunakan
form checklist. Dalam hal ini diharapkan terbentuknya komitmen dari pihak
sekolah terutama kepala sekolah, guru-guru dan pengelola kantin. Puskesmas
bagian Promosi Kesehatan dapat memfasilitasi pengetahuan terkait hal ini dan
dapat turun ke sekolah bersama pihak bagian Gizi Puskesmas Kuta Baro.

c. Pemanfaatan rangsangan visual (Poster) untuk mempromosikan pilihan makanan


sehat
Strategi lain yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pola nutrisi pada
anak-anak dengan cara berfokus pada penggunaan informasi berbentuk media
yang mendukung untuk meyakinkan anak tentang risiko makanan yang sehat dan
tidak sehat. Pemanfaatan rangsangan visual untuk mempromosikan pilihan
makanan yang sehat pada anak-anak telah dibuktikan oleh Ostolaza, et. all
(2020) dimana secara khusus memberikan rangsangan visual dengan gambar
emoji tersenyum yang dikelilingi oleh buah dan emoji marah/tidak senang
dikelilingi oleh jajanan yang tidak sehat.
Emoji akan berfungsi sebagai dorongan secara halus yang mendorong
anak-anak untuk membuat pilihan yang lebih sehat dan emoji marah/tidak
senang digunakan untuk melihat apakah metode penyampaian pesan kesehatan
masyarakat yang berbasis rasa takut efektif pada anak-anak. Hasil akhir yang
didapatkan Ostolaza, et.all adalah rangsangan visual positif secara signifikan
membantu mengubah kesehatan perilaku pada anak-anak. Beberapa penelitian
lain yang dilakukan Privitera, et. All (2014) dan Siegel, et. al (2015) juga
mendapat hasil yang sama, dengan menggunakan emoji mampu mempengaruhi
pilihan makanan anak-anak dan telah menunjukkan potensi mereka untuk
mengubah perilaku.

d. Meningkatkan keterampilan pengelola kantin dengan pelatihan pembuatan


makanan jajanan sehat
Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan
keterampilan pengelola kantin dengan cara mengajarkan mereka membuat
jajanan sehat. Hal ini dapat memberikan edukasi pada pengelola kantin terkait
jajanan yang sehat dan murah untuk siswa. Hal ini juga merujuk pada penelitian
yang dilakukan oleh Widiyaningsih, dkk (2018) yang mana mendapatkan hasil
bahwa terjadinya peningkatan keterampilan pengetahuan jajanan yang aman dan
tidak aman pada siswa, guru sekolah, dan pengelola kantin sekolah. Pihak
sekolah juga mampu menguji berbagai jajanan dengan reagen kit boraks,
formalin, pewarna sintetis methanyl yellow dan rodhamin b, serta pengelola
kantin mampu membuat jajanan sehat.
Widiyaningsih, dkk (2018) memberikan kegiatan pelatihan keterampilan
selama 2 hari bagi pengelola kantin. Hari pertama memberikan edukasi pada
pengelola kantin dan hari kedua melakukan demonstrasi serta praktek
pembuatan makanan jajanan yang sehat. Jajanan yang dibuat berupa bakso tahu,
jamur crispy, cilok, tahu crispy, es lilin jambu merah, es lilin jeruk peras dan es
lilin dari teh. Jajanan sehat yang sudah jadi tersebut diberikan kepada semua
siswa dan pengelola kantin. Jajanan yang diberikan meliputi jajanan kemasan
maupun tradisional. Contoh jajanan yang diberikan kepada siswa bertujuan agar
siswa mampu memilih jajanan yang aman untuk dikonsumsi. Sedangkan jajanan
yang diberikan kepada pengelola kantin bertujuan agar pengelola kantin
mengetahui jenis-jenis jajanan yang aman untuk dijual di kantinnya. Dalam hal
ini, unit Promosi Kesehatan Puskesmas Kuta Baro dapat bekerjasama dengan
unit Gizi di Puskesmas Kuta Baro.
e. Peran pemerintah daerah dalam pembinaan keamanan jajan pangan
Dalam menangani upaya program pemenuhan kesehatan siswa sekolah,
diperlukan kerjasama multi pihak dan lintas program untuk keberhasilan
program kantin sehat. Sehingga peran pemerintah juga penting untuk membantu
menyukseskan penerapan kantin sehat di sekolah-sekolah. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Aini (2018), menyebutkan peran Dinas Kesehatan antara
lain pemaparan tentang kesehatan secara umum termasuk makanan sehat, dan
perilaku hidup sehat oleh puskesmas wilayah melalui program Unit Kesehatan
Sekolah (UKS), inspeksi lingkungan sekolah sehat termasuk kantin sekolah,
serta uji sampling penggunaan BTP termasuk pangan jajanan anak sekolah. Lalu
peran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan terkait pangan jajanan anak sekolah
dasar, antara lain memfasilitasi penyiapan objek sosialisasi PJAS, memberikan
dukungan kepada sekolah terkait yang akan menerima penyuluhan ataupun yang
melaksanakan pembinaan pangan jajanan anak sekolah secara internal, baik
kepada siswa maupun pedagang dikantin dan atau luar pagar lingkungan
sekolah; serta melaksanakan lomba sekolah sehat yang melingkupi kantin di
lingkungan sekolah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan pada Puskesmas Kuta Baro terkait Program
Kantin Sehat didapatkan bahwa, Puskesmas Kuta Baro memiliki banyak kekuatan dan
peluang yang dapat membantu mengatasi kelemahan dan ancaman terkait program PHBS
sekolah terutama kantin sehat. Puskesmas Kuta Baro memiliki sumber daya pengetahuan
dan media mengenai kantin sehat. Selain itu Puskesmas Kuta Baro juga sudah pernah
menetapkan guru piket di setiap sekolah dasar untuk memantau kantin sekolah. Pihak
Promkes Puskesmas Kuta Baro mengatakan sudah ada 2 dari 104 sekolah dasar yang telah
menjalankan program kantin sehat yaitu SDN Bueng Cala dan MIN 25 Aceh Besar. Untuk
pedagang disekitar sekolah, Puskesmas Kuta Baro juga sudah pernah memberikan himbauan
terkait kantin sehat serta telah memberikan konseling langsung kepada pedagang dan sudah
dilaporkan pada kepala sekolah.
Program kantin sehat ini memiliki kelemahan yaitu pihak Puskesmas kurang bisa
berpartisipasi lebih dalam menerapkan kantin sehat dikarenakan kebijakan dibuat oleh
Kepala Sekolah. Puskesmas hanya bisa menghimbau untuk melaksanakan kantin sehat.
Lalu mayoritas Kepala Sekolah berasal dari luar daerah Kuta Baro sedangkan kebanyakan
pedagang merupakan masyarakat setempat sehingga Kepala Sekolah tidak berani melarang
pedagang ilegal untuk berjualan di halaman sekolah. Selain itu, dana juga menjadi kendala
belum terlaksananya kantin sehat.
Program kantin sehat ini juga memiliki ancaman yaitu adanya aksi protes dan ancaman-
ancaman dari pedagang setempat yang sebelumnya mendapat himbauan akibat tidak menjual
makanan kategori kantin sehat. Selain itu juga terdapat penolakan dari beberapa siswa untuk
membeli makanan yang tersedia di kantin sehat. Pandemi COVID-19 saat ini pun
menyebabkan penurunan promosi program kantin sehat, hal ini dikarenakan jadwal sekolah
yang berubah secara daring.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan terkait program Kantin Sehat untuk Puskesmas Kuta Baro
adalah:
1. Puskesmas Kuta Baro dapat melakukan pemberdayaan dan pelatihan Dokter Kecil
selaku kader di sekolah karena dokter kecil dapat dianggap sebagai tokoh masyarakat
sekolah yang mana mempunyai potensi besar untuk mengubah perilaku kesehatan
siswa menjadi lebih baik dan merupakan figur yang menonjol diantara siswa yang
lain.
2. Puskesmas Kuta Baro dapat memberikan edukasi terkait keamanan makanan/jajanan,
penyediaan jajanan sehat di sekolah, manajemen pengelolaan kantin sehat dan contoh
penyelenggaraan kantin sehat di sekolah kepada para pengelola sekolah seperti kepala
sekolah, guru-guru dan pengelola kantin. Dalam hal ini bagian Promosi Kesehatan
dengan bagian UKS, Gizi dan Kesehatan Lingungan Puskesmas Kuta Baro dapat
turun ke lapangan bersama.
3. Puskesmas Kuta Baro dapat memanfaatkan rangsangan visual (poster) untuk
mempromosikan pilihan makanan sehat seperti pemberian emoji tersenyum yang
dikelilingi oleh buah dan emoji marah/tidak senang dikelilingi oleh jajanan yang tidak
sehat.
4. Puskesmas Kuta Baro dapat meningkatkan keterampilan pengelola kantin dengan
pelatihan pembuatan makanan jajanan sehat
5. Puskesmas Kuta Baro dapat bekerjasama multi pihak dan lintas program untuk
keberhasilan program kantin sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Antoinette, S., dkk. (2017). The Healthy School Canteen Programme: A Promising Intervention
to Make the School Food Environment Healthier.

Badan POM RI. (2018). Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah untuk Pencapaian Gizi
Seimbang Orang Tua, Guru, dan Pengelola Kantin. Jakarta: Direktorat Standardisasi
Produk Pangan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Judhiastuty, I., Mardiah, L., dkk. (2018). Petunjuk Praktis Pengembangan Kantin Sehat Sekolah.
Jakarta: Southeast Asian Minister of Education Organization, Regional Center for Food
and Nutrition

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tim Pengelolaan Pangan. (2017). Rapor Penilaian
Mandiri Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan

Nuraida, M., Lilis, Z., dkk. (2017). Menuju Kantin Sehat di Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional.

Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akaemik
2020/2021 Di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), 2020, Salinan
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03/KB/2020, Nomor 612 Tahun 2020,
Nomor HK.01.08/Menkes/502/2020, Nomor 119/4536/SJ, tentang perubahan Keputusan
Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 01/KB/2020, Nomor 516 Tahun 2020, Nomor
HK.03.01/Menkes/363/2020, Nomor 440-882 Tahun 2020.

Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akaemik
2020/2021 Di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), 2020, Salinan
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 04/KB/2020, Nomor 737 Tahun 2020,
Nomor HK.01.08/Menkes/7093/2020, Nomor 420-3987 Tahun 2020.

Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 Di Masa Pandemi


Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), Keputusan Bersama Empat Menteri: Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi
Seimbang.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA)

SEAMEO RECFON. (2019). Petunjuk Praktis Kantin Sehat Sekolah.

SEAMEO RECFON. (2018). Gizi dan Kesehatan Anak Usia Sekolah Dasar.

Susanto., dkk. (2019). Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah

Wolfenden, L., dkk. (2017). Multi-Strategic Intervention to Enhance Implementation of Healthy


Canteen Policy: a Randomised Controlled Trial.

Fakhrun, N. A., Akhriza, T. M., & Prasetyo, A. (2017). Aplikasi Android Untuk Membantu
Program Diet Berbasis Aktivitas. Seminar Nasional Sistem Informasi 2017, (September),
602–612.
Ivana, A. P., Asmaniah, T.G., Nashiroh, F., Rahmawati, F. P., Desstya, A., & Kultsum, H. U.
(2021). Pengelolaan Kantin Berbasis Budaya Hidup Sehat Melalui Pemanfaatan Voucher
Food Sebagai Alat Transaksi Di Sekolah Dasar. Buletin Literasi Budaya Sekolah, 3(1).
Kadaryanti, S., Prasetyaningrum, Y. S., & Nugraha, S. (2021). Edukasi Warga Sekolah Dalam
Rangka Perwujudan Kantin Sehat Di Sekolah. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 17 (2),
165-175.
Rahayu, W. P., Nurulfalah, S., Pertanian, F. T., East, S., Food, A., & Science, A. (2015).
Perubahan Sikap Keamanan Pangan Siswa Berdasarkan Persepsi Orang Tua dan Anak.
2(2), 112–118.
Supriyono, J. S., Berliani, T., & Limin, L. D. (2020). Pengelolaan Kantin Sehat di SDN 6 Bukit
Tunggal Palangka Raya. Equity in Education Journal (EEJ), 6(1), 62-67.

Anda mungkin juga menyukai