OLEH:
Anggota:
A. Latar Belakang
Kesehatan anak merupakan salah satu indikator penting untuk mendukung proses
perkembangan belajar pada anak. Sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2003, bahwa tujuan
diselenggarakannya sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan peserta didik agar
menjadi manusia yang sehat (Ivanna, 2021). Menjaga kesehatan dilakukan dengan menjaga
pola hidup sehat, meliputi makan teratur dan olahraga teratur. Kurangnya pengetahuan
tentang pola makan yang seimbang menjadikan masyarakat kesulitan dalam mengatur
besaran nutrisi yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh tubuh mereka. Pola hidup sehat pada
anak menjadi perhatian, karena pola makan pada anak dapat mempengaruhi kesehatan anak
hingga masa dewasa (Fakhrun, Akhriza, & Prasetyo, 2017). Maka dari itu pihak Puskesmas
daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah, salah
satunya melalui promosi kesehatan.
Hasil rumusan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada
menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, promosi
kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan
mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo,
2020). Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar
masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi (Kemenkes RI, 2013).
Program PHBS sekolah memiliki 8 indikator program yaitu mencuci tangan dengan
sabun sebelum dan sesudah makan, mengkonsumsi jajanan sehat, menggunakan jamban
bersih dan sehat, olahraga yang teratur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di
lingkungan sekolah, membuang sampah pada tempatnya, dan melakukan kerja bakti
bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang sehat (Kemenkes
RI, 2016).
Salah satu indikator PHBS sekolah adalah mengkonsumsi jajanan sehat. Maka dari itu,
pengelolaan kantin sekolah menjadi fokus utama dalam hal ini. (Ivanna, 2021). Kantin
sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menyediakan asupan makanan atau
jajanan yang bergizi bagi peserta didik di sekolah. Makanan yang sehat dan aman bagi
peserta didik yang dalam masa pertumbuhan dipengaruhi oleh kantin yang sehat pula,
penerapan sistem higienis yang baik terkait dengan bagaimana kantin tersebut menjaga
kebersihan jajanannya (Kadaryanti, 2021). Sekolah mempunyai peran untuk penjaminan
keamanan pangan pada kantin sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus memperhatikan
pengelolaan kantin agar dapat menjamin personil sekolahnya memperoleh asupan pangan
yang aman, bermutu dan bergizi (Februhartanty et al, 2018).
Penyelenggaraan kantin sehat di sekolah membutuhkan empat pilar dasar yang saling
berhubungan, yaitu komitmen dan manajemen sekolah, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, dan mutu pangan (Supriyono, Berliana & Limin, 2020). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa selain warga sekolah, penyelenggaraan kantin sehat di sekolah juga membutuhkan
dukungan dari orang tua/wali siswa (Rahayu et al., 2015). Penyelenggaraan kantin sehat di
sekolah juga harus memperhatikan adanya sisi ekonomi dalam penyelenggaraan kantin.
Kantin merupakan tempat bertemunya penjual yang memiliki kepentingan ekonomi dari
hasil penjualan makanan, dan siswa sebagai konsumen yang memanfaatkan jasa penjual di
kantin. Oleh karena itu, diperlukan suatu program penyelenggaraan kantin sehat yang dapat
mengakomodasi kepentingan ekonomi dari penjual di kantin, tetapi tetap memperhatikan
aspek kesehatan makanan untuk siswa (Kadaryanti, 2021).
Puskesmas Kuta Baro merupakan salah satu puskesmas yang memiliki program PHBS
Sekolah dengan 8 indikator dibawah pengawasan bagian Promosi Kesehatan Puskesmas.
Dari 8 indikator program PHBS Sekolah, kantin sehat merupakan salah satu program yang
pelaksanaannya masih kurang efektif dikarenakan beberapa hal seperti belum adanya
kebijakan tegas dari kepala sekolah dan ketidakpatuhan pedagang di kantin sekolah. Dari 14
Sekolah Dasar di daerah Puskesmas Kuta Baro, sudah ada 2 Sekolah Dasar yang
menerapkan kantin sehat, yaitu SDN Bueng Cala dan MIN 25 Aceh Besar. Berdasarkan
uraian diatas mahasiswa akan melakukan analisa SWOT program PBHS Sekolah khususnya
Kantin Sehat di Puskesmas Kuta Baro, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar.
B. Tujuan Penulisan
1. Menganalisis program kesehatan bagian Promosi Kesehatan yang telah diterapkan di
wilayah kerja Puskesmas Kuta Baro.
2. Menganalisis kesenjangan antara program yang dilaksanakan dengan program
kesehatan nasional.
3. Mencari alternative atau strategi penyelesaian masalah berdasarkan hasil analisa SWOT.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari ketujuh pembagian Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS), yang menjadi
permasalahan dari hasil wawancara dengan ketua promosi kesehatan, didapatkan bahwa
Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) di sekolah belum terlalu optimal sehingga
mahasiswa mengambil Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) di sekolah menjadi topik
pembahasan untuk dianalisis lebih lanjut.
Dari delapan indikator PHBS di sekolah, hasil wawancara dengan ketua promosi
kesehatan Puskesmas Kuta Baro menyatakan bahwa indikator yang belum optimal adalah
mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah (kantin sehat).
D. Kantin Sehat
a. Pengertian Kantin Sehat
Kantin sehat sekolah adalah suatu fasilitas atau unit kegiatan di sekolah yang
memberi layanan pendukung bagi kesehatan warga sekolah. Kantin sehat harus dapat
menyediakan makanan utama dan makanan ringan yang menyehatkan, yaitu bergizi,
higienis, dan aman dikonsumsi oleh peserta didik dan warga sekolah lainnya. Secara
lebih teknis, pengertian kantin sehat dapat dilihat dalam Petunjuk Praktis
Pengembangan Kantin Sekolah Sehat yang diterbitkan SEAMEO RECFON.
Penyelenggaraan kantin sehat melibatnya beberapa institusi. Selain Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, juga terlibat Kementerian Kesehatan dalam hal regulasi
yang berkenaan dengan kesehatan, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
yang berkonsentrasi pada mutu pangan yang terdapat di kantin (SEAMEO RECFON,
2019).
1. Kebijakan Penyelenggaraan Kantin Sehat Sekolah
a) Keputusan Menteri Kesehatan No. 942 Tahun 2003.
b) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang SNP Pasal 42 Ayat 2
bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana antara
lain ruang kantin.
c) Kepmenkes No. 1429 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Sekolah.
d) Permendikbud No. 57 Tahun 2009 Mengenai Pemberian Bantuan
Pengembangan Sekolah Sehat (Judhiastuty, dkk. 2018).
b. Prasyarat Kantin Sehat
Mengutip SEAMEO RECFON dalam bukunya yang berjudul Petunjuk Praktis
Pengembangan Kantin Sehat Sekolah, setidaknya, terdapat empat pilar utama yang
dapat mewujudkan kantin sehat sekolah, yakni Komitmen dan Manajemen, Sarana
Prasarana, Sumber daya Manusia dan Mutu Pangan (SEAMEO RECFON, 2018).
1. Komitmen dan Manajemen
Komitmen menghadirkan kantin sehat sekolah tentu sangat diperlukan, dengan
adanya komitmen yang kuat maka akan melahirkan kewenangan yang kuat dalam
mewujudkan kantin sehat sekolah. Komitmen ini bisa dibuktikan dengan surat
tugas dari kepala sekolah kepada yang ditunjuk menjadi penanggungjawab kantin
untuk memastikan ketersediaan makanan dan minuman yang dijual di kantin
adalah merupakan pangan yang aman. Selain itu, diperlukan juga aturan dan
kebijakan mengenai kantin sehat sekolah mulai dari pengadaan bahan pangannya
hingga mekanisme pengawasan terhadap mutu produk yang dijual di kantin
sekolah.
2. Sarana Prasarana
Sarana prasarana juga menjadi hal utama dalam perwujudan kantin sehat.
Kriteria kantin yang sehat perlu ditunjang oleh sarana prasarana yang mendukung
Pembiasaan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang memadai. Sarana dan
prasarana yang memadai untuk kantin sehat sekolah, diantaranya dalam
konstruksi kantin, fasilitas sanitasi, dapur, tempat makan, dan tempat
penyimpanan yang harus sesuai standar kantin sehat. Juga tersedia sarana
pengendalian hama dan serangga.
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia terkait kantin sehat terutama pihak penjual makanan
dan minuman di kantin sekolah. Mereka lah yang langsung berhubungan dengan
produk makanan yang dijual dan juga dengan konsumen di kantin sekolah.
Berkenaan dengan hal tersebut, sumber daya manusia di kantin merupakan orang
yang beresiko tinggi dapat mencemari makanan. Maka, kebersihan diri mereka
menjadi sangat penting dan hal utama yang harus diperhatikan. Ketika menangani
makanan, penjual harus dalam keadaan sehat (tidak diare, batuk atau pilek), tidak
mempunyai luka terbuka, serta tidak menggunakan perhiasan berlebihan. Selain
itu, penjual juga harus mempunyai perilaku higienis yang dapat mencegah
pencemaran makanan, misalnya kuku tangan harus pendek dan bersih, tidak
merokok, dan tidak meludah. Untuk menjaga kebersihan makanan, ketika
menyiapkan makanan penjual juga harus menggunakan masker, sarung tangan
plastik, alas kaki yang bersih, serta selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan
makanan (Antoinette, dkk. 2017).
4. Mutu Pangan
Pangan yang disediakan dan/atau dijual di kantin adalah makanan dan
minuman yang menyehatkan yang berarti harus aman (dari bahaya
biologis/kuman, bahaya kimia dan bahaya fisik) dan mengandung zat gizi yang
dibutuhkan terutama bagi konsumen khususnya para peserta didik dan seluruh
warga sekolah umumnya.
c. Standar dan Kriteria Kantin Sehat Sekolah
Kantin sehat sekolah merujuk pada kriteria pengelolaan kantin yang baik di
sekolah. Terdapat setidaknya dua standar dan kriteria terkait kantin sehat, yakni
kriteria Badan POM dan Kementerian Kesehatan. Kedua nya memiliki fokus yang
berbeda dalam hal kantin sehat sekolah. Badan POM berfokus pada aspek non fisik
yakni mengenai panganan yang dijual di kantin, sementara Kemenkes berfokus pada
aspek fisik kantin sehat (BPOM RI, 2018).
Sarana Prasarana
Air bersih Ruang Tempat
Meja dan Kursi Pengolahan dan
Fasilitas Sanitasi Persiapan Makanan
KANTIN SEHAT
Alat Masak Ruang Tempat
SEKOLAH
Alat Makan Penyajian Makanan
Lemari es dan freezer Ruang Tempat
untuk menyimpan Penyimpanan Makanan
bahan makanan. Ruang Tempat Makan
Terdapat beberapa persyaratan mengenai sarana dan prasarana kantin sekolah ini,
diantaranya adalah:
1. Persyaratan Bangunan
Persyaratan bangunan kantin yang sehat antara lain:
Lantai kedap air, rata, halus tidak licin, kuat, dibuat miring sehingga mudah
dibersihkan;
Dinding kedap air, rata halus, berwarma terang, tahan lama, tidak mudah
mengelupas, dan kuar sehingga mudah dibersihkan;
Langit-langit terbuat dari bahan tahan lama, tidak bocor, tidak berlubang-
lubang, dan tidak mudah mengelupas serta mudah dibersihkan;
Pintu, jendela, dan ventilasi kantin dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah
pecah, rata, halus, berwarna terang, dapat dibuka tutup dengan baik, dilengkapi
kasa yang dapat dilepas sehingga mudah dibersihkan.
Ruang pengolahan dan penyajian serta tempat makan di ruangan, lubang
angin/ventilasi minimal dua buah dengan luas keseluruhan lubang ventilasi 20%
terhadap luas lantai harus tersedia.
Lantai, dinding, langit-langit kantin, pintu, jendela, dan lubang angin/ventilasi
selalu dalam keadaan bersih.
Atap bangunan tidak menggunakan bahan yang berbahaya, contohnya: Asbes.
2. Persyaratan Air
Kantin dengan ruang tertututp maupun kantin dengan ruang terbuka harus
memiliki suplai air bersih yang cukup, baik untuk mengolah makanan maupun
untuk kebersihan. Sumber air di kantin dapat diperoleh dari air PAM atau air
sumur, disesuaikan dengan kondisi sumber air di sekolah secara keseluruhan.
Adapun syarat air tersebut adalah sebagai berikut:
Air harus bebas dari mikroba dan bahan kimia yang dapat membahayakan
kesehatan, tidak berwarna, dan tidak berbau.
Harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih atau air minum. Terutama air
yang digunakan untuk mencuci dan mengolah bahan pangan harus memenuhi
persyaratan bahan baku air minum.
3. Tempat Pengolahan dan Persiapan Makanan
Persyaratan tempat pengolahan dan persiapan makanan adalah sebagai berikut :
Pengolahan dan persiapan makanan di kantin dilakukan di ruang khusus.
Ruang pengolahan harus tertutup dan selalu dalam keadaan bersih dan terpisah
dari ruang penyajian dan ruang makan;
Terdapat tempat/meja yang permanen dengan permukaan halus, tidak bercelah,
dan mudah dibersihkan;
Ruang pengolahan disesuaikan dengan kebutuhan jumlah orang di dalamnya,
sehingga tidak berdesakan;
Terdapat penerangan yang cukup, sehingga mempermudah pengolah makanan
dalam bekerja. Jika lampu berada langsung di atas tempat pengolahan, lampu
tersebut harus diberi penutup (mencegah adanya binatang kecil yang responsif
terhadap cahaya);
Terdapat ventilasi yang cukup agar udara panas dan lembab di dalam ruangan
pengolahan dapat dibuang keluar dan diganti dengan udara segar;
Terdapat exhaust fan jiika memungkinkan.
4. Tempat Penyajian Makanan
Baik kantin dengan ruangan tertutup maupun terbuka harus mempunyai tempat
penyajian makanan seperti lemari pajang, etalase, atau lemari kaca yang
memungkinkan konsumen dapat melihat makanan secara jelas. Berikut beberapa
syaratnya:
Tempat penyajian harus selalu tertutup agar makanan terlindung dari debu dan
serangga;
Tempat penyajian harus selalu dalam keadaan bersih dan kering (tidak lembab);
Makanan camilan harus mempunyai tempat penyajian yang terpisah dari tempat
penyajian makanan sepinggan.
Buah potong harus memiliki tempat tersendiri yang terhindar dari debu,
serangga, dan sebisa mungkin dalam keadaan dingin.
5. Tempat Penyimpanan Makanan
Tempat penyimpanan makanan baik bagi kantin tertutup maupun kantin di
ruang terbuka memiliki persyaratan yang sama, yaitu:
Tempat penyimpanan bahan baku, makanan jadi yang akan disajikan, dan tempat
penyimpanan peralatan harus dimiliki oleh kantin secara terpisah;
Tempat penyimpanan peralatan makan harus dipastikan steril, maka diperlukan
lemari khusus untuk menyimpannya dalam keadaan kering dan tidak lembab;
Bahan-bahan bukan pangan seperti; minyak, bahan pencuci harus disimpan
terpisah;
Bahan berbahaya seperti racun tikus, kecoa tidak boleh disimpan di kantin;
Penyimpanan bahan baku produk pangan harus sesuai dengan suhu
penyimpanan yang dianjurkan.
6. Tempat Makan
Sarana prasarana ruang makan kantin sehat harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Kantin harus menyediakan meja dan kursi dalam jumlah yang cukup;
Meja dan kursi harus selalu dibersihkan setelah digunakan, maka permukaan
meja harus mudah dibersihkan;
Untuk kantin di ruang tertutup, harus memiliki ventilasi yang cukup agar udara
panas dan lembab berganti dengan udara segar;
Tempat makan dan kantin secara keseluruhan harus selalu dijaga kebersihannya,
ada pertukaran udara, serta jauh dari tempat penampungan sampah, WC, dan
pembuangan limbah (jarak minimal 20 m).
7. Fasilitas Sanitasi
Fasilitas sanitasi yang harus dimiliki oleh kantin adalah sebagai berikut:
Tersedia bak cuci piring dan peralatan dengan air mengalir serta rak pengering;
Tersedia wastafel dengan sabun/detergen dan lap bersih atau tisu di tempat
makan dan di tempat pengolahan makanan;
Tersedia suplai air bersih yang cukup;
Tersedia alat cuci/pembersih yang terawat dengan baik seperti sapu lidi, sapu
ijuk, selang air, kain lap, sikat, kain pel, dan bahan pembersih seperti sabun dan
bahan sanitasi.
Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) (BPOM RI, 2018).
3. SDN LAMRABO
Hasil Observasi dan Wawancara yang telah dilakukan terdapat kantin yang dikelola
warga dengan izin dari pihak sekolah. Kantin menjual makanan seperti nasi goreng, tempe
goreng, es sirup, air teh, dan menjual makanan ringan yang berpenyedap. Kebersihan kantin
pun sangat kurang dikarenakan terdapat tumpukan sampah di sampingnya. Sehingga sekolah
belum layak untuk masuk dalam kategori kantin sehat. Menurut informasi yang didapat,
pihak Puskesmas Kuta Baro pernah mengunjungi sekolah tahun lalu untuk memeriksa
kesehatan anak sekolah dan sekaligus mengarahkan pihak sekolah untuk tidak menjual
makanan yang tidak sehat bagi siswa/siswi. Pihak sekolah melarang penjual menjajakan
makanan di luar pekarangan sekolah, namun tetap ada penjual yang bersikeras untuk
berjualan dan siswa tetap membeli jajanan tersebut.
b. Weakness (Kelemahan)
1) Pihak Puskesmas kurang bisa berpartisipasi lebih dalam menerapkan kantin
sehat dikarenakan kebijakan dibuat oleh Kepala Sekolah. Puskesmas hanya bisa
menghimbau untuk melaksanakan kantin sehat.
2) Mayoritas Kepala Sekolah berasal dari luar daerah Kuta Baro sedangkan
kebanyakan pedaganag merupakan masyarakat setempat sehingga Kepala
Sekolah tidak berani melarang pedagang illegal untuk berjualan di halaman
sekolah.
3) Dana menjadi kendala belum terlaksananya kantin sehat.
4) Bagian Promosi Kesehatan Puskesmas masih kurang berkoordinasi dengan
Bagian lain seperti Gizi dan Kesehatan Lingkungan dalam hal penerapan kantin
sehat
5) Bagian promosi kesehatan tidak melakukan Survey Mawas Diri ke Sekolah
6) Tidak terbahasnya permasalah kantin sehat di Musyawarah Mufakat Desa
c. Opportunities (Peluang)
1) Puskesmas bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kesehatan
2) Adanya kerjasama lintas sektor Dinas Pendidikan dan Kesehatan
3) Puskesmas telah memiliki kader sekolah seperti dokter kecil dan perawat kecil
4) Bagian Promosi Kesehatan telah berkerjasama dan saling terkoordinasi dengan
penanggungjawab UKS di sekolah dalam penerapan PHBS di sekolah
d. Threats (Ancaman)
1) Adanya ancaman dari pedagang setempat yang tidak menjual makanan kategori
kantin sehat
2) Terdapat penolakan dari beberapa siswa untuk membeli makanan yang tersedia
di kantin sehat
3) Pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan promosi program kantin sehat,
hal ini dikarenakan jadwal sekolah yang berubah secara during
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan pada Puskesmas Kuta Baro terkait Program
Kantin Sehat didapatkan bahwa, Puskesmas Kuta Baro memiliki banyak kekuatan dan
peluang yang dapat membantu mengatasi kelemahan dan ancaman terkait program PHBS
sekolah terutama kantin sehat. Puskesmas Kuta Baro memiliki sumber daya pengetahuan
dan media mengenai kantin sehat. Selain itu Puskesmas Kuta Baro juga sudah pernah
menetapkan guru piket di setiap sekolah dasar untuk memantau kantin sekolah. Pihak
Promkes Puskesmas Kuta Baro mengatakan sudah ada 2 dari 104 sekolah dasar yang telah
menjalankan program kantin sehat yaitu SDN Bueng Cala dan MIN 25 Aceh Besar. Untuk
pedagang disekitar sekolah, Puskesmas Kuta Baro juga sudah pernah memberikan himbauan
terkait kantin sehat serta telah memberikan konseling langsung kepada pedagang dan sudah
dilaporkan pada kepala sekolah.
Program kantin sehat ini memiliki kelemahan yaitu pihak Puskesmas kurang bisa
berpartisipasi lebih dalam menerapkan kantin sehat dikarenakan kebijakan dibuat oleh
Kepala Sekolah. Puskesmas hanya bisa menghimbau untuk melaksanakan kantin sehat.
Lalu mayoritas Kepala Sekolah berasal dari luar daerah Kuta Baro sedangkan kebanyakan
pedagang merupakan masyarakat setempat sehingga Kepala Sekolah tidak berani melarang
pedagang ilegal untuk berjualan di halaman sekolah. Selain itu, dana juga menjadi kendala
belum terlaksananya kantin sehat.
Program kantin sehat ini juga memiliki ancaman yaitu adanya aksi protes dan ancaman-
ancaman dari pedagang setempat yang sebelumnya mendapat himbauan akibat tidak menjual
makanan kategori kantin sehat. Selain itu juga terdapat penolakan dari beberapa siswa untuk
membeli makanan yang tersedia di kantin sehat. Pandemi COVID-19 saat ini pun
menyebabkan penurunan promosi program kantin sehat, hal ini dikarenakan jadwal sekolah
yang berubah secara daring.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan terkait program Kantin Sehat untuk Puskesmas Kuta Baro
adalah:
1. Puskesmas Kuta Baro dapat melakukan pemberdayaan dan pelatihan Dokter Kecil
selaku kader di sekolah karena dokter kecil dapat dianggap sebagai tokoh masyarakat
sekolah yang mana mempunyai potensi besar untuk mengubah perilaku kesehatan
siswa menjadi lebih baik dan merupakan figur yang menonjol diantara siswa yang
lain.
2. Puskesmas Kuta Baro dapat memberikan edukasi terkait keamanan makanan/jajanan,
penyediaan jajanan sehat di sekolah, manajemen pengelolaan kantin sehat dan contoh
penyelenggaraan kantin sehat di sekolah kepada para pengelola sekolah seperti kepala
sekolah, guru-guru dan pengelola kantin. Dalam hal ini bagian Promosi Kesehatan
dengan bagian UKS, Gizi dan Kesehatan Lingungan Puskesmas Kuta Baro dapat
turun ke lapangan bersama.
3. Puskesmas Kuta Baro dapat memanfaatkan rangsangan visual (poster) untuk
mempromosikan pilihan makanan sehat seperti pemberian emoji tersenyum yang
dikelilingi oleh buah dan emoji marah/tidak senang dikelilingi oleh jajanan yang tidak
sehat.
4. Puskesmas Kuta Baro dapat meningkatkan keterampilan pengelola kantin dengan
pelatihan pembuatan makanan jajanan sehat
5. Puskesmas Kuta Baro dapat bekerjasama multi pihak dan lintas program untuk
keberhasilan program kantin sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Antoinette, S., dkk. (2017). The Healthy School Canteen Programme: A Promising Intervention
to Make the School Food Environment Healthier.
Badan POM RI. (2018). Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah untuk Pencapaian Gizi
Seimbang Orang Tua, Guru, dan Pengelola Kantin. Jakarta: Direktorat Standardisasi
Produk Pangan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Judhiastuty, I., Mardiah, L., dkk. (2018). Petunjuk Praktis Pengembangan Kantin Sehat Sekolah.
Jakarta: Southeast Asian Minister of Education Organization, Regional Center for Food
and Nutrition
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tim Pengelolaan Pangan. (2017). Rapor Penilaian
Mandiri Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan
Nuraida, M., Lilis, Z., dkk. (2017). Menuju Kantin Sehat di Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional.
Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akaemik
2020/2021 Di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), 2020, Salinan
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03/KB/2020, Nomor 612 Tahun 2020,
Nomor HK.01.08/Menkes/502/2020, Nomor 119/4536/SJ, tentang perubahan Keputusan
Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 01/KB/2020, Nomor 516 Tahun 2020, Nomor
HK.03.01/Menkes/363/2020, Nomor 440-882 Tahun 2020.
Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akaemik
2020/2021 Di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), 2020, Salinan
Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri
Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 04/KB/2020, Nomor 737 Tahun 2020,
Nomor HK.01.08/Menkes/7093/2020, Nomor 420-3987 Tahun 2020.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi
Seimbang.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA)
SEAMEO RECFON. (2018). Gizi dan Kesehatan Anak Usia Sekolah Dasar.
Susanto., dkk. (2019). Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah
Fakhrun, N. A., Akhriza, T. M., & Prasetyo, A. (2017). Aplikasi Android Untuk Membantu
Program Diet Berbasis Aktivitas. Seminar Nasional Sistem Informasi 2017, (September),
602–612.
Ivana, A. P., Asmaniah, T.G., Nashiroh, F., Rahmawati, F. P., Desstya, A., & Kultsum, H. U.
(2021). Pengelolaan Kantin Berbasis Budaya Hidup Sehat Melalui Pemanfaatan Voucher
Food Sebagai Alat Transaksi Di Sekolah Dasar. Buletin Literasi Budaya Sekolah, 3(1).
Kadaryanti, S., Prasetyaningrum, Y. S., & Nugraha, S. (2021). Edukasi Warga Sekolah Dalam
Rangka Perwujudan Kantin Sehat Di Sekolah. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 17 (2),
165-175.
Rahayu, W. P., Nurulfalah, S., Pertanian, F. T., East, S., Food, A., & Science, A. (2015).
Perubahan Sikap Keamanan Pangan Siswa Berdasarkan Persepsi Orang Tua dan Anak.
2(2), 112–118.
Supriyono, J. S., Berliani, T., & Limin, L. D. (2020). Pengelolaan Kantin Sehat di SDN 6 Bukit
Tunggal Palangka Raya. Equity in Education Journal (EEJ), 6(1), 62-67.