OLEH :
Prodi Pendidikan
Pendidikan
Burden of Disease mencatat pada tahun 2004 terdapat 15,3 % populasi dunia
(sekitar 978 juta orang dari 6,4 milyar estimasi jumlah penduduk tahun 2004)
mengalami disabilitas sedang atau parah dan 2,9 % atau sekitar 185 juta mengalami
disabilitas parah. Pada populasi usia 0-14 tahun prevalensinya berturut-turut adalah
5,1% (93 juta orang) dan 0,7% (13 juta orang). Populasi usia lebih dari 15 tahun
yang mengalami disabilitas sebesar 19,4% (892 juta orang) dan 3,8 % (175 juta
orang).
(Maria et al. 2013). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SLB Musara Ate
tentang personal hygene pada siswa berkebutuhan khusus, sebagian besar masih
belum menyadari tentang menjaga kebersihan dirinya, terbukti masih banyak siswa
yang memiliki kuku yang panjang dan kotor, terlihat gigi kotor, selain itu siswa
juga tidak mencuci tangan sebelum makan/jajan. Akibat dari perilaku tidak
Health Survey dan GLobal Burden of Disease mencatat pada tahun 2004 terdapat
15,3 % populasi dunia (sekitar 978 juta orang dari 6,4 milyar estimasi jumlah
penduduk tahun 2004) mengalami disabilitas sedang atau parah dan 2,9 % atau
sekitar 185 juta mengalami disabilitas parah. Pada populasi usia 0-14 tahun
prevalensinya berturut-turut adalah 5,1% (93 juta orang) dan 0,7% (13 juta orang).
Populasi usia lebih dari 15 tahun yang mengalami disabilitas sebesar 19,4% (892
(Maria et al. 2013). Penelitian yang dilakukan di negara berkembang oleh ( United
bahwa pemantauan kondisi kesehatan pada wanita dan anak-anak sebanyak 52,4%
anak usia 6-9 tahun yang berada di sekolah dan mengalami disability tidak mampu
Menurut (Mahatfi, 2015) bahwa pola asuh yang diberikan oleh orangtua berperan
penting dalam kemandirian anak. Hal ini sesuai dengan penelitian (Moh schohib,
2010) Pola asuh orangtua mempengaruhi Personal Hygene anak disabilitas dimana
menyebutkan bahwa perlunya dukungan dan peran dari orangtua, guru maupun
berbagai faktor, diantaranya budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga,
pemenuhan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri upaya
yang dilakukan individu untuk menjaga kebersihan pribadinya agar terhindar dari
penyakit.
perorangan ini meliputi hygiene kulit, kuku, kaki dan tangan, rambut, mulut dan
gigi, mata, serta telinga dan hidung. Menjaga hygiene kuku, kaki, dan tangan
sangatlah penting dilakukan untuk menghindari segala penyakit. Kuman penyakit
dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku, kaki dan tangan yang tidak bersih. Kuku
yang panjang dan tidak terawat memudahkan telur cacing menempel di bawah kuku
kebersihan kulit kepala dan rambut, mata, hidung, telinga, kuku kaki dan tangan,
kulit, dan perawatan tubuh secara keseluruhan (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
disabilitas tingkat kemampuan personal hygene masih rendah sebanyak 61,6% dan
sisanya 38,4% telah melakukan personal hygene dengan baik. Penyebab personal
hygene yang rendah karena mereka belum memiliki kesadaran dan keterampilan
dalam hal kebersihan diri. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa personal
(2014) dampak dari personal hygene menimbulkan masalah kesehatan dan berbagai
macam penyakit seperti kerusakan gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Mazecaite-
disebutkan bahwa kesehatan gigi pada disabilitas di Lithuania sangat buruk yaitu
Sebagian besar disabilitas memiliki gigi yang rusak, kemudian penyakit kulit,
kerusakan rongga mulut, kelainan erupsi gigi dan trauma, penyakit tipus dan diare.
bagian kebersihan kuku sangat lah rendah, dimna peserta didik belum mengetahui
bagaimana Langkah-langkah atau tata cara dalam membersihkan dan merawat kuku
mereka dengan baik dan benar, dengan adanya metode pembelajaran dengan
peseta didik, sehingga peserta didik lebih memahami tata cara dalam
3. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SLB Musara Ate tentang
personal hygene pada siswa berkebutuhan khusus, sebagian besar masih belum
yang memiliki kuku yang panjang dan kotor, terlihat gigi kotor, selain itu siswa
juga tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan/jajan. Akibat dari
Kemenkes RI. (2018). Potret Sehat Indonesia dari Riskesdas 2018. Jakarta. Diakses
dari http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-
dari-riskesdas-2018.html pada 27 Oktober 2022, Jam : 11.00 WIB.
Limeres, J., F. Martínez, J. F. Feijoo, I. Ramos, A. Liñares, and P. Diz. (2014). A New
Indicator of the Oral Hygiene Habits of Disabled Persons: Relevance of the
Carer’s Personal Appearance and Interest in Oral Health. International Journal
of Dental Hygiene 12 (2): 121–26. https://doi.org/10.1111/idh.12033.
Maria, C., Pereira, G., Maria De, S., & Faria, M .(2013). Emotional Development in
Children with Intellectual Disability — A Comparative Approach with "Normal"
Children. Journal of Modern Education Review, 3(2), 2155–7993.