Anda di halaman 1dari 147

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPEREHENSIF PADA NY. D


DENGAN PERSIAPAN ASI EKSLUSIF
DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2018

Disusun Oleh :
MUTIA MAULIDINA
P3.73.24.2.16.031

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
TAHUN 2018
LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPEREHENSIF PADA NY. D


DENGAN IMPLEMENTASI ASI EKSLUSIF
DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2018

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Praktik Klinik
Kebidanan II

Disusun Oleh :
MUTIA MAULIDINA
P3.73.24.2.16.031

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
TAHUN 2018
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. D
DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2018

Laporan Kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk
dipertahankan dihadapan penguji

Bekasi, Desember 2018


Pembimbing

Nessi Meilan, SST, M.Kes


NIP. 198205022006042035
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. D
DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2018

Laporan Studi Kasus ini telah diujikan pada tanggal tahun 2018

PENGUJI I

Mengesahkan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Jakarta III
Jurusan Kebidanan
Program Studi D.III Kebidanan
Ketua
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN

Nama Penulis : MUTIA MAULIDINA


Judul : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA NY. D DI PUSKESMAS KECAMATAN
PASAR REBO JAKARTA TIMUR TAHUN 2018
Jumlah BAB & Halaman : 5 BAB &

GAMBARAN KASUS

Bidan berperan dalam membantu menjaga status kesehatan ibu dan bayi, salah
satu upayanya memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
Kasus diambil di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur dari tanggal
11-10-2018 s/d 29-11-2018 Ny.D G2P1A0 umur 31thn alamat rumah Jl.Bengrah
Rt 04/010 no.28 Kelurahan Cijantung dan sudah melakukan asuhan kebidanan ibu
hamil 2x di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo dan 1x di Rumah Ny. D.
Tanggal 21-10-2018 jam 02.00 WIB Ny.D datang ke Puskesmas Kecamatan Pasar
Rebo dengan keluhan mulas-mulas semakin sering dan kuat. Pukul 04.50 WIB
bayi lahir spontan, menangis kuat, tonus otot baik dan warna kulit kemerahan.
Jenis kelamin laki-laki BB 3550 PB 51cm, cacat-, anus +. Ny. D P2A0 nifas 6 jam
keadaan ibu baik, IMD berhasil, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
tidak ada perdarahan. Bayi Ny. D usia 6 jam keadaan bayi baik, bayi sudah
menyusui. Pada tanggal 26 Oktober 2018 pukul 19.00 WIB, Ny. D P3A0 nifas 6
hari keadaan umum baik, tidak ada tanda-tanda trombofebilitis, ibu mengatakan
masih sedikit nyeri pada luka jahitan, penulis memberikan pendidikan kesehatan
tentang personal hygiene
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Air Susu Ibu Ekslusif atau disingkat menjadi ASI Ekslusif menurut

Wold Health Organisation (WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi

sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat

diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. ASI Ekslusif adalah ASI yang

diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan

dan / mengganti dengan makanan atau minuman lain. (Peraturan Pemerintah

Nomor 33 Tahun 2012 pada Ayat 1). Semula Pemerintah Indonesia

menganjurkan para ibu menyusui bayinya hingga usia 4 bulan. Namun,

sejalan dengan kajian WHO mengenai ASI ekslusif, Menkes lewat Kepmen

No 450/2004 menganjurkan perpanjangan pemberian ASI ekslusif hingga 6

bulan.

Dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia hanya 32,6% dari mereka

yang disusui secara ekslusif dalam 6 bulan pertama. Sedangkan di Negara

industri, bayi yang tidak beri ASI Ekslusif lebih besar meninggal dari pada

bayi yang diberi ASI Ekslusif. Sementara di Negara berkembang hanya 39%

ibu-ibu yang memberikan ASI Ekslusif (UNICEF, 2013). Cakupan ASI

Ekslusif di India mencapai 46% di Philipina 34%, di Vietnam 27% dan di

Myanmar 24% (detikhealth,2012)

3
4

Mengacu pada target program pada tahun 2014 sebesar 80%, maka

secara nasional cakupan pemberian ASI Ekslusif sebesar 52,3% belum

mencapai target. Menurut provinsi, hanya terdapat satu provinsi yang berhasil

mencapai target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7%. Provinsi

Jawa Barat, Papua Barat, dan Sumatera Utara merupakan tiga provinsi dengan

capaian terendah. Untuk DKI Jakarta, menempati urutan ke 11 dengan

presentase 67,1% . Provinsi Jawa Barat menempati urutan terendah yaitu

21,8%. Cakupan ASI ekslusif di Kota Bogor pada tahun 2012 adalah 66,5%

dan mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 38,6% dan mengalami

penurunan kembali pada tahun 2014, yaitu 17,17% (Dinkes Jabar 2015)

Persiapan ASI ekslusif merupakan hal yang penting dilakukan selama

masa kehamilan. Melakukan persiapan menyusui pada ibu hamil dapat

mempengaruhi keberhasilan menyusui (Pratiwi,2007). Hasil penelitian

Dhandapany, et al (2008) menyatakan 21% ibu hamil telah menerima

konseling antenatal tentang menyusui, sementara 79% belum menerima

konseling tersebut dan 4% yang menjalani perawatan payudara selama

kunjungan antenatal.

Konseling dan perawatan payudara selama kunjungan antenatal dapat

berdampak pada keberhasilan ASI ekslusif. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2013 menyatakan angka pemberian ASI ekslusif pada bayi

berumur 6 bulan hanya mencapai 30,2%. SPM (Standar Pelayanan Minimal)

Menteri Kesehatan NO.741 untuk program ASI ekslusif adalah 80%.

Pemberian ASI ekslusif yang kurang sesuai di Indonesia menyebabkan derajat


5

kesehatan dan gizi anak Indonesia masih memprihatinkan, serta berdampak

meningkatnya Angka Kematian Bayi (AKB) (Haryono dan

Setianingsih,2014).

Persiapan ASI ekslusif merupakan upaya yang dilakukan ibu dan

keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam

penatalaksanaannya dapat dimulai pada masa kehamilan, segera setelah

persalinan dan pada masa menyusui. Persiapannya dapat meliputi upaya

pencarian informasi ASI ekslusif, perawatan payudara, persiapan nutrisi, dan

persiapan psikologis (Padmawati 2013). Salah satu penyebab masih

rendahnya ASI ekslusif di Indonesia dikarenakan persiapan yang kurang pada

masa kehamilan (Partiwi, 2007). Keadaan tersebut menunjukkan pentingnya

melakukan persiapan menyusui pada masa kehamilan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan ASI yang pertama adalah

karena kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif (32%) yaitu ibu-ibu

menghentikan pemberian ASI karena produksi ASI kurang. Sebenarnya hal

ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup

melainkan karena kurangnya pengetahuan ibu. Kedua disebabkan oleh ibu

bekerja (28%) yaitu ibu-ibu menghentikan pemberian ASI Ekslusif karena

harus kembali bekerja. Ketiga disebabkan oleh gencarnya promosi susu

formula (16%), dimana ibu-ibu menghentikan pemberian ASI karena

pengaruh iklan susu formula. Sedangkan lainnya disebabkan oleh faktor sosial

budaya (24%) yang meliputi nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat yang

menghambat keberhasilan ibu dalam pemberian ASI Ekslusif. Faktor


6

dukungan dari petugas kesehatan (24%) dimana kegagalan pemberian ASI

Ekslusif disebabkan kurangnnya dukungan dari petugas kesehatan yang

dianggap paling bertanggung jawab dalam keberhasilan penggalakan ASI dan

yang terakhir adalah factor dari keluarga (24%) dimana banyak ibu yang gagal

memberikan ASI Ekslusif karena orang tua, nenek atau ibu mertua mendesak

ibu untuk memberikan susu tambahan formula (Bangnes 2011).

Setidaknya ada 5 (lima) hal yang mempengaruhi dan menyebabkan

rendahnya pemberian ASI Ekslusif di Indonesia, yaitu; belum semua RS

terapkan 10 LKKM (Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui), belum semua

bayi memperoleh IMD (Inisiasi Menyusui Dini), jumlah konselor menyusui

masih sedikit, promosi susu formula masih gencar, dan belum semua kantor

dan fasilitas umum membuat ruang menyusui (Mikail & Candra, 2012).

Menurut penelitian Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia

(PPIDAI), pemberian ASI Ekslusif selama enam bulan dirasa sangat lama

untuk ibu yang bekerja karena mereka harus menyelesaikan cutinya sesudah

tiga bulan dan kembali beraktivitas. Hal ini diiringi oleh jumlah pekerja

perempuan Indonesia yang terus menanjak, yaitu bertambah 2,12 juta dalam

empat tahun. Selain masalah waktu, kebijakan perusahaan dan minimnya

fasilitas menyusui di tempat kerja juga mempengaruhi. Menurut penelitian

terbaru dari Program Magister Kedokteran Kerja Departemen Kedokteran

Komunikasi FKUI, presentase pekerja sector formal di Jakarta yang memberi

ASI Ekslusif hanya 32%. Selain rendahnya pemberian ASI Ekslusif, hasil

penelitian lainnya adalah sekitar 45% pekerja perempuan sector formal


7

berhenti menyusui sebelum empat bulan dan mulai memberikan susu formula

atau makanan pendamping ASI kepada anaknya. Alasan mereka kebanyakan

adalah cemas atau repot harus kembali bekerja dan merasa tidak nyaman

meninggalkan pekerjaan.

Bagi ibu bekerja menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja tetap

harus memberi ASI kepada bayinya karena banyak keuntungannya. Jika

memungkinkan bayi dapat dibawa ketempat ibu bekerja (Ambarwati &

Wulandari, 2008). Banyak tantangan ibu bekerja dalam menyusui yang

tentunya berkemungkinanakan menyebabkan kegagalan dalam memberikan

ASI Ekslusif, diantaranya adalah mobilitas kerja yang tinggi, dinas keluar

kota atau keluar negeri, jarak kantor dengan rumah yang jauh, dan tidak ada

ruang menyusui di kantor (Wageindicator Foundation,2014).

Peranan bidan adalah dengan memberikan pelayanan asuhan

kebidanan yang sesuai dengan standar. Pelayanan yang diberikan berupa

pelayanan kebidanan yang tujuannya mengatur dan memberikan pelayanan

kebidanan untuk ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir yang tepat dan

sesuai standar pelayanan serta asuhan kebidanan yang bertujuan untuk

menekan angka morbilitas dan mortalitas ibu dan anak sampai batas yang

tidak dapat diturunkan lagi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan

asuhan kebidanan berkelanjutan atau asuhan kebidanan secara komprehensif.

Selain itu, bidan berperan penting dalam suksesnya pemberian ASI Ekslusif

karena sebagai tenaga kesehatan bidan perlu memberi dukungan dan

konseling kepada setiap ibu hamil untuk memberikan ASI secara Ekslusif.
8

Berdasarkan pernyataan diatas, bidan diharapkan mampu memberikan

asuhan kebidanan secara komprehensif dimulai dari antenatal, intranatal,

postnatal, bayi baru lahir, dan persiapan pemberian ASI ekslusif sehingga

proses tersebut dapat berlangsung dengan normal serta sesuai dengan standar.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis memfokuskan pada pelaksanaan

pelayanan “Asuhan Kebidanan Komprehensif dan Persiapan Pemberian ASI

Ekslusif pada Ny. D di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo.

B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif dan
berkesinambungan dengan menggunakan manajemen asuhan
kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir secara
menyeluruh dan sesuai dengan kebutuhan pemberian ASI Ekslusif.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, nifas, dan persiapan pemberian ASI Ekslusif.
b. Dapat menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir, nifas dan persiapan pemberian ASI
Ekslusif.
c. Dapat menarik diagnosa potensial pada ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir, nifas dan persiapan pemberian ASI Ekslusif.
d. Dapat melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir, nifas dan persiapam pemberian ASI Ekslusif.
9

e. Dapat merencanakan tindakan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru


lahir, nifas, dan persiapan pemberian ASI Ekslusif.
f. Dapat melaksanakan rencana tindakan pada ibu hamil, bersalin,
bayi baru lahir, nifas dan persiapan pemberian ASI Ekslusif.
g. Dapat melaksanakan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir, nifas dan persiapan pemberian ASI Ekslusif.
h. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

C. METODE YANG DIGUNAKAN


Pendektan yang digunakan adalah tujuh langkah Varney sebagai alur pikir
yang diterapkan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
metode pendokumentasian “SOAP”

D. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS


Pengambilan kasus dilakukan di ruang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
dan RB (Ruang Bersalin) Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo dengan
menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai tanggal :
1. 11-10-2018 : Pemeriksaan kehamilan pertama
2. 16-10-2018 : Pemeriksaan kehamilan kedua
3. 18-10-2018 : Pemeriksaan kehamilan ketiga
4. 21-10-2018 : Pertolongan persalinan
5. 21-10-2018 : Kunjungan pertama nifas enam jam
6. 26-10-2018 : Kunjungan rumah pertama, nifas hari ke 6
7. 04-11-2018 : Kunjungan rumah kedua, nifas hari ke 14 hari
8. 29-11-2018 : Kunjungan rumah ketiga, nifas 42 hari
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Kehamilan

1. Kehamilan

Kehamilan normal merupakan kehamilan yang tidak mengalami

gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan

280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama

haid terakhir/ HPHT. (Saifudin, 2010).

Kehamilan adalah proses pertemuan dan persenyawaan antara

spermatozoa (sel mani) dengan sel telur (ovum) yang menghasilkan

zigot dan berakhir sampai permulaan persalinan (Maritalia dkk, 2012)

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi yang berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 9 bulan (Sarwono, 2014).

Kehamilan adalah proses yang di awali dengan keluarnya sel

telur matang pada sal uran telur yang kemudian bertemu dengan

sperma, lalu keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh.

(BKKBN,2016)

Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah

sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut :

10
11

a) Usia kehamilan sebelum 28 minggu dengan berat janin

1000 gram bila berakhir disebut keguguran.

b) Usia kehamilan 28 minggu sampai dengan 36 minggu bila

terjadi persalinan disebut dengan prematuritas

c) Usia kehamilan 37 minggu sampai dengan 40 minggu

disebut dengan hamil aterm

d) Usia kehamilan lebih dari 42 minggu disebut dengan

kehamilan lewat bulan atau postdatism (serotinus)

Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu :

a) Trimester pertama (0-12 minggu)

b) Trimester kedua (13-28 minggu)

c) Trimester ketiga (29 sampai 42 minggu) (Manuaba,2013)

Usia kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi

sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid

terakhir. Penentuan usia kehamilan dapat dilakukan dengan

menanyakan pada ibu hamil tersebut kapan Hari Petama Haid

Terakhir (HPHT), kemudian dihitung perminggu secara manual.

Menghitung perkiraan tanggal persalinan dapat menggunakan

rumus Naegle dengan menambahkan 7 hari ke hari pertama haid

terakhir dan menghitung mundur 3 bulan, dan pada bulan

ditambahkan 9 jika HPHT dari bulan januari sampai maret, dan

dikurangi 3 jika HPHT dari bulan april sampai bulan desember.

Pada tahun HPHT ditambahkan 0 jika HPHT dari bulan januari


12

sampai maret dan ditambahkan 1 jika HPHT bulan april sampai

dengan desember. (Damanik, 2008) Rumus Naegle dilakukan

dengan asumsi bahwa siklus haid rata-rata adalah 28 hari dengan

ovulasi terjadi pada hari ke-14.

2. Perubahan Fisik Ibu Hamil Trimester III

Kehamilan menyebabkan seluruh sistem genitalia wanita

mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Selain itu

perubahan yang mendasar juga akan memberikan dampak bagi organ

tubuh yang lain. Berikut adalah perubahan fisiologi yang dialami oleh

ibu hamil dan akan lebih terpusat pada kehamilan trimester ketiga

Kurnia (2009,p. 194-197):

a. Uterus

Uterus atau rahim yang semula besarnya sebesar buah pir akan

mengalami hipertrofi atau hiperplapsia, sehingga beratnya menjadi

1000 gram pada akhir kehamilan. Panjang fundus uteri pada usia

kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada usia kehamilan 32 minggu

panjangnya adalah 27 cm, dan pada usia kehamilan 36 minggu

panjangnya adalah 30 cm. Regangan dinding rahim karena besarnya

pertumbuhan dan perkembangan janin menyebakan isthmus uteri

makin tertarik keatas dan menipis di segmen bawah rahim

(Prawirohardjo,2010). Menurut Kusmiyati (2009), adapun ukuran

pembesaran uterus yang terjadi selama trimester III yaitu :


13

1) 28 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara tiga jari diatas

pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus xifoideus (25 cm).

2) 32 minggu : fundus uteri terletak kira-kira antara ½ jarak pusat dan

prosesus xifoideus (27cm).

3) 36 minggu : fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosesus

xifoideus (30 cm).

4) 40 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah prosesus

xifoedeus (33 cm).

b. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah

payudara dan paha, perubahan ini dikenal dengan nama striae

gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan seringkali

ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan psikatrik

dari striae sebelumnya (Manuaba,2013).

c. Payudara

Payudara mengalami perubahan dan perkembangan sebagai

persiapan pemberian ASI pada saat laktasi. Puting payudara akan lebih

besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama keluar cairan

berwarna kekuningan yang disebut kolostrum (Manuaba,2013).

Menurut Kurnia (2009,p. 194-197), perubahan fisik pada trimester III

adalah :

1) Sakit bagian tubuh belakang


14

Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang),

karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang

dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan

ke arah tulang belakang (Kurnia, 2009)

2) Payudara

Keluarnya cairan dari payudara, yaitu kolostrum, merupakan

makanan bayi pertama yang kaya akan protein. Biasanya, pada

trimester ini, ibu hamil akan merasakan hal itu, yakni keluarnya

kolostrum.

3) Konstipasi

Pada trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan

rahim yang membesar kearah usus selain perubahan hormon

progesteron.

4) Pernafasan

Karena adanya perubahan hormonal yang mempengaruhi

aliran darah ke paru-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak

ibu hamil akan merasa susah bernapas. Hal ini juga didukung oleh

adanya tekanan rahim yang membesar yang berada di bawah

diafragma (yang membatasi perut dan dada). Setelah kepala bayi

turun kerongga panggul ini biasanya 2-3 minggu sebelum

persalinan pada ibu yang baru pertama kali hamil akan merasakan

lega dan bernapas lebih mudah, dan rasa panas diperut biasanya
15

juga ikut hilang, karena berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi

dibawah diafragma / tulang iga ibu.

5) Sering kencing

Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga

panggul akan makin menekan kandungan kencing ibu hamil

Kurnia (2009,p. 194-197)

6) Masalah tidur

Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam

hari sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak.

7) Varises

Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan

akan menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang

mengakibatkan vena menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah

vulva vagina. Pada akhir kehamilan, kepala bayi juga akan

menekan vena daerah panggul yang akan memperburuk varises.

Varises juga dipengaruhi faktor keturunan.

8) Kontraksi perut

Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di

bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu

hamil duduk atau istirahat.

9) Bengkak
16

Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan

meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu

hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Hal ini disebut

edema, yang disebabkan oleh perubahan hormonal yang

menyebabkan retensi cairan.

10) Kram pada kaki

Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun

atau karena kekurangan kalsium.

11) Cairan vagina

Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.

Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya

agak kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan

tersebut akan lebih cair.

Karena dinding vagina mengalami banyak perubahan

sebagai persiapan untuk persalinan yang seringnya melibatkan

peregangan vagina. Ketebalan mukosa bertambah, jaringan ikat

mengendor,dan sel otot polos mengalami hipertrofi.

12) Organ Reproduksi

Pada minggu-minggu akhir kehamilan, prostaglandin

mempengaruhi penurunan konsentrasi serabut kolagen pada

serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada

waktu persalinan.
17

Istsmus uteri akan berkembang menjadi segmen bawah

uterus pada trimester akhir. Otot-otot uterus bagian atas akan

berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan

menipis, hal itu terjadi pada masa-masa akhir kehamilan

menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang tebal dan

segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi fisiologis.

13) Perubahan pada kulit.

Terjadi hiperpigmentasi, yaitu kelebihan pigmen di tempat

tertentu. Pada wajah, pipi dan hidung (topeng kehamilan atau

kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan puting susu,

daerah yang berwarna hitam di sekitr puting susu akan

menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan

berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting

susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol.

Pada area suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang

dari ata simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam

dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang di

tengah atas pusat (liea nigra).

Pada perut, selain hiperpigmentasi, terjadi striae gravidarum

yang merupakan garis pada kulit. Terdapat dua jenis striae

gravidarum, yaitu striae livida (garis yang berwarna biru) dan

striae albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena


18

pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis

anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

14) Metabolisme

Perubahan metabolisme seperti terjadi kenaikan

metabolisme basal sebesar 15-20% dari semula, terutama pada

trimester ketiga, penurunan keseimbangan asam basa dari 155

mEq per liter menjadi 145 mEq per liter akibat hemodelusi darah

dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin. Kebutuhan protein

wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi.

Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat

badan atau sebutir telur ayam sehari. Kebutuhan kalori didapat

dari karbohidrat, lemak dan protein. Kebutuhan zat mineral untuk

ibu hamil seperti : kalsium 1,5 gram setiap hari dan 30-40 gram

untuk pembentukan tulang janin, fosfor rata-rata 2 gram dalam

sehari, zat besi 800 mg atau 30-50 mg per hari dan air yang cukup.

15) Perubahan Kardiovaskuler.

Volume darah total ibu hamil meningkat 30-50%, yaitu

kombinasi antara plasma 75% dan sel darah merah 33% dari nilai

sebelum hamil. Peningkatan volume darah mengalami puncaknya

pada pertengahan kehamilan dan berakhir pada usia kehamilan 32

minggu, setelah itu relative stabil. Postur dan posisi ibu hamil

mepengaruhi tekanan arteri dan tekanan vena. Posisi terlentang


19

pada akhir kehamilan, uterus yang besar dan berat dapat menekan

aliran balik vena sehingga pengisian dan curah jantung menurun.

Terdapat penurunan tekanan darah normal pada ibu hamil yaitu

tekanan sistolik menurun 8 hingga 10 poin, sedangkan tekanan

diastolic mengalami penurunan sekitar 12 poin. Pada kehamilan

juga terjadi peningkatan aliran darah ke kulit sehingga

memungkinkan penyebaran panas yang dihasilkan dari

metabolisme.

3. Adaptasi psikologis pada ibu hamil trimester III

Trimester III mencakup minggu ke-29 sampai 42 kehamilan.

Trimester ketiga sering kali disebut “periode menunggu, penantian dan

waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kelahiran

bayinya. Trimester III merupakan masa mempersiapkan kelahiran bayi

dan menjadi orang tua, sehingga sebagian besar tertuju pada kesiapan

persalinan. Dalam periode ini sebagian besar wanita hamil dalam

keadaan cemas.
20

Penantian dan persiapan menghadapi persalinan mempengaruhi

keadaan psikologis ibu. Ibu merasakan kekhawatiran bahwa bayinya

akan lahir sewaktu-waktu. Ibu seringkali merasa khawatir bahwa

bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ibu seringkali merasa khawatir atau

takut kalau-kalau bayinya yang akan dilahirkannya tidak normal.

Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan

menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya

membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut

akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu

mrlahirkan. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan

dukungan dari suami, keluarga dan bidan.

4. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan Trimester III

Pada kehamilan trimester III tidak semua wanita mengalami

semua ketidak nyamanan yang umum muncul selama kehamilan, tetapi

banyak wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat.

Menurut Kusmiyati (2009), ketidaknyamanan kehamilan trimester III

diantaranya:

a. Keputihan

Hal ini dikarenakan hiperplasia mukosa vagina akibat

peningkatan hormon estrogen. Cara meringankan/mencegahnya


21

yaitu meningkatkan personal hygiene, memakai pakaian dalam

yang terbuat dari katun dan menghindari pencucian vagina.

b. Nocturia (sering buang air kecil)

Nocturia diakibatkan tekanan uterus pada kandung kemih

serta ekresi sodium yang meningkat bersamaan dengan terjadinya

pengeluaran air. Cara meringankan/mencegahnya yaitu dengan

memberikan konseling pada ibu, perbanyak minum pada siang hari

namun jangan mengurangi minum pada malam hari serta batasi

minum bahan diuretika alamiah seperti kopi, teh dan cola dengan

caffein.

c. Striae gravidarum

Striae gravidarum disebabkan oleh perubahan hormon atau

gabungan antara perubahan hormon dan peregangan.

5. Gizi pada Ibu Hamil

a. Definisi

Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang

bersifat alami dimana para calon ibu harus sehat dan mempunyai

kecukupan gizi sebelum dan setelah hamil. Keadaan gizi ibu pada

waktu konsepsi harus dalam keadaan yang baik agar kehamilan

berjalan sukses dan juga harus mendapat tambahan nutrisi seperti

karbohidrat, protein, mineral dan vitamin-vitamin.

Janin mengalami proses tumbuh kembang didalam kandungan

selama 40 minggu yang dimulai dari 2 sel dan akhirnya menjadi


22

bayi dengan BB 2500 sampai 4000 gram. Pertumbuhan dan

perkembangan janin sangat penting dipengaruhi oleh keadaan gizi

yang berasal dari nutrisi ibu, zat-zat tersebut dialirkan melalui

plasenta ke dalam tubuh janin. Kekurangan atau kelebihan gizi pada

masa kehamilan dapat berakibat tidak baik bagi ibu dan janin juga

jalannya persalinan. Oleh karena itu, perhatian dalam pengawasan

berat badan selama hamil merupakan salah satu hal penting dalam

pengawasan kesehatan pada masa hamil.

Gizi yang baik sangat dibutuhkan bagi seorang ibu hamil,

makanan yang dikonsumsi ibu bukanlah untuk ibu saja tetapi diasup

pula oleh sang bayi. Sehingga, seorang ibu hamil wajib

memperhatikan kebutuhan gizinya. Pada 3 bulan pertama asupan

energi tidak perlu ditingkankan bila seorang ibu hamil

mengkonsumsi makanan bergizi, sedangkan 2 trimester akhir tubuh

ibu hamil membutuhkan tambahan 300 kalori perhari dibanding

sebelum hamil dan asupan protein 60 gram sehari, yaitu 20-30%

lebih tinggi dari kebutuhan normal (Sayoga, 2007).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil

1) Usia ibu hamil

Ibu hamil yang berusia lebih muda akan membutuhkan

lebih banyak energi dibandingkan dengan usia yang lebih tua.

2) Berat badan ibu hamil


23

Berat badan lebih maupun kurang dari rata-rata untuk usia

tertentu merupakan penentu jumlah zat yang harus dicukupi

selama hamil.

3) Suhu lingkungan

Suhu tubuh dipertahankan dari rata-rata untuk usia tertentu

yang digunakan untuk metabolism optimum, lebih besar

perbedaan suhu tubuh dan lingkungan berarti lebih besar pula

pemasukan energy yang diperlukan.

4) Pengetahuan ibu hamil dan keluarga tentang gizi

Perencanaan dan penyusunan makanan ibu atau wanita

dewasa mempunyai peranan penting. Faktor yang mempengaruhi

perencanaan dan penyusunan makanan yang sehat dan seimbang

antara lain :

a) Kemampuan keluarga dalam membeli makanan.

b) Pengetahuan tentang gizi yang akan memacu ibu hamil untuk

mengkonsumsi gizi seimbang.

5) Kebiasaan atau pandangan ibu terhadap makanan

Biasanya ibu lebih memperhatikan kebutuhan makanan

untuk keluarga dibandingkan untuk dirinya sendiri.Ibu hamil

sebaiknya memeriksakan kehamilannya, minimal empat kali

selama kehamilannya untuk mengetahui kondisi ibu dan janin

berhubungan dengan gizi ibu hamil. Keadaan zat gizi ibu hamil

dapat dilihat dari peningkatan berat badan ibu atau janin.


24

6) Aktivitas

Makin banyak aktivitas yang dilakukan, maka banyak pula

energy yang dibutuhkan oleh tubuh yang didapatkan dari gizi ibu

hamil tersebut

7) Status kesehatan

Pada saat kondisi tidak sehat maka asupan energy tetap

harus diperhatikan melalui konsumsi gizi ibu hamil yang

seimbang.

8) Status ekonomi

Status ekonomi sangat mempengaruhi pemilihan makanan.

Makin tinggi tingkat perekonomian ibu hamil, maka makin besar

kemungkinan ibu hamil untuk mendapatkan asupan gizi

seimbang untuk kehamilannya.

c. Kebutuhan gizi ibu hamil trimester II dan III

Trimester II dan III

a) Pertumbuhan janin berlangsung cepat pada masa ini.

b) Lima puluh persen (50%) penambahan berat badan terjadi pada

bulan keenam dan ketujuh.

c) Nafsu makan meningkat.

d) Kemampuan mencerna makanan bertambah baik.


25

e) Pada masa ini tambahan zat gula diperlukan untuk memelihara

kesehatan yang baik.

d. Dampak kekurangan gizi ibu hamil

Kekurangan asupan gizi pada trimester I dikaitkan dengan

tingginya kejadian bayi lahir premature, kematian janin, dan

kelainan pada sistem saraf pusat bayi. Sementara itu, kekurangan

energi pada trimester II dan III, yang dapat menghambat

pertumbuhan janin atau janin tidak berkembang sesuai usia

kehamilannya. Selain dampak tersebut, terdapat dampak lain seperti

anemia, dan resiko BBLR.

Rata-rata kenaikan berat badan selama hamil di negara maju

sebesar 12-14 kg, bila ibu hamil kurang gizi kenaikan berta badan

hanya 7-8 kg berakibat melahirkan bayi BBLR. Akan tetapi,

berdasarkan perkembangan terkini juga disampaikan bahwa

ternyata penambahan berat badan selama hamil tidak terlalu

mempengaruhi berat badan janin karena ada kalanya ibu yang

penambahan berat badannya cukup ternyata berat badan janinnya

masih kurang dan ada juga ibu yang penambahan berat badannya

kurang selama kehamilan tetapi berat badan janinnya sesuai.

e. Kebutuhan gizi ibu hamil

1) Karbohidrat atau energi

Kebutuhan energi pada ibu hamil bergantung pada berat

badan sebelum hamil dan penambahan berat badan selama


26

kehamilan, karena adanya peningkatan metabolisme dan

pertumbuhan janin yang cepat pada trimester II dan III,

direkomendasikan penambahan kalori 285 atau 300 kalori pada

trimester II dan III. Dampak kekurangan energy adalah

pertumbuhan janin terhambat yang disebut dengan IUGR (Intra-

uterine Growth Restriction) bahkan dampaknya lebih parah dapat

mengakibatkan kematian. Sumber energy karbohidrat adalah

beras, jagung, gandum, kentang, ubi-ubian dan lain-lain.

2) Protein

Tambahan protein diperlukan untuk pertumbuhan janin,

uterus, jaringan payudara, hormone, penambahan cairan darah

ibu serta persiapan laktasi sebanyak 2/3 dari protein yang

dikonsumsi sebaiknya berasal dari protein hewani yang

mempunyai nilai biologis yang tinggi, tambahan protein yang

diperlukan selama kehamilan sebanyak 12 g/ hari.Sumber

protein hewani adalah daging, ikan, unggas, telur, dan sumber

protein nabati pada kacang-kacangan.

3) Lemak

Lemak merupakan sumber tenaga yang vital selain itu juga

digunakan untuk pertumbuhan jaringan plasenta. Pada kehamilan

yang normal, kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat


27

pada akhir trimester III. Tubuh ibu akan menyimpan lemak yang

mendukung persiapannya untuk menyusui setelah bayi lahir.

4) Vitamin

a) Asam folat

Asam folat dianjurkan sebanyak 300-400 mcg/hari atau

3-4 mg/hari untuk mencegah anemia megabloblastik serta

mengurangi efek tabung neural jika dikonsumsi sebelum dan

selama 6 minggu pertama kehamilan.Bahan asam folat dapat

diperoleh dari hati, sereal, kacang-kacangan, asparagus,

bayam, jus jeruk dan padi-padian.

b) Vitamin B6

Penting untuk pembuatan asam amino dalam tubuh.

Vitamin B6 juga diberikan untuk mengurangi keluhan mual

pada ibu hamil

c) Vitamin C

Kekurangan atau defesiensi vitamin C dapat

mengakibatkan keracunan kehamilan dan juga ketuban pecah

dini. Vitamin C dapat mencegah rupture membrane sebagai

bahan semen jaringan ikat dan pembuluh darah, kebutuhannya

10 mg/hari.

d) Vitamin D
28

Selama kehamilan, mengkonsumsi vitamin D dapat

mencegah hipokalsemia karena vitamin D dapat membantu

penyerapan kalsium dan fosfor yang berguna untuk

mineralisasi tulang dan gigi. Sumber vitamin D adalah kuning

telur, susu, dan juga dari sinar matahari.

e) Vitamin E

Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi vitamin E melebihi

2 mg/hari. Defesiensi vitamin E dapat menyebabkan

keguguran.

f) Vitamin A

Kebutuhan vitamin A pada ibu hamil adalah 200 RE

(retinol ektivalen)/hari.

g) Vitamin K

Bila terjadi kekurangan vitamin K dapat mengakibatkan

gangguan perdarahan pada bayi.

5) Mineral

a) Kalsium

b) Fosfor

c) Zat besi

d) Seng

e) Yodium

f) Natrium

6) Menu sehari ibu hamil


29

Makanan untuk ibu hamil pada dasarnya tidak banyak berbeda

dari menu sebelum hamil hanya takaran yang berbeda. Berikut contoh

menu sehari ibu hamil :

Table Menu untuk Ibu Hamil

Bahan makanan Porsi Jenis zat gizi

hidangan

Nasi 5 + 1 porsi Makan pagi : nasi 1,5 porsi (150 g)

Sayuran 3 mangkuk dengan ikan/daging 1 potong (40 g),

Buah 4 potong tempe 2 potong (50 g), sayur 1 mangkok

Tempe 3 potong dan buah 1 potong sedang.

Daging 3 potong Selingan : susu 1 gelas dan buah 1

Susu 2 gelas potong sedang

Minyak 5 sendok the Makan siang : nasi 3 porsi (300 g)

Gula 2 sendok dengan bauk, sayur dan buah yang sama

Makan dengan makan pagi.

Selingan : susu 1 gelas dan buah 1

potong sedang

Makan malam : nasi 2,5 porsi (250 g)

dengan lauk, sayur dan buah yang sama

dengan makan pagi dan siang.


30

Selingan : susu 1 gelas

Sumber :Bardosono, Saptawati dari Departemen Ilmu Gizi FKUI

7. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan (Antenatal Care)

a. Pengertian

ANC (Antenatal Care) adalah suatu program yang terencana

berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil,

untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang

aman dan memuaskan (Mufdlilah, 2009).

ANC (Antenatal Care) merupakan perawatan atau asuhan

yang diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna

untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil atau

bayinya dengan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu,

mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa,

mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan

(Mufdlilah, 2009).

b. Frekuensi kunjungan ANC (Antenatal Care)

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan sedikitnya 4 kali,

satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester ke dua,

dan dua kali pada trimester ke tiga (Saifuddin, 2006).


31

Asuhan kebidanan pada ibu hamil bertujuan untuk melakukan

pengawasan sebelum persalinan, terutama ditujukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin pada rahim. Selain itu,

antenatal care bertujuan untuk mendeteksi risiko komplikasi yang

bisa mengancam jiwa wanita hamil. Oleh karena itu, setiap wanita

hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode

antenatal:

a) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14

minggu),

b) Satu kali kunjungan selama trimester kedua antara 14 minggu –

28 minggu,

c) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga antara 28 minggu

sampai 36 minggu dan sesudah 36 minggu. (Saifuddin, 2010)

c. Standar pelayanan antenatal

Menurut Departemen Kesehatan RI 2003, standar pelayanan

antenatal ada 6 (Mufdlilah,2009) :

1) Identifikasi ibu hamil

2) Pemantauan dan pelayanan antenatal

3) Palpasi abdominal

4) Pengelolaan anemia pada kehamilan

5) Pengelola dini hipertensi pada kehamilan

6) Persiapan persalinan
32

d. Pelayanan ANC (Antenatal Care)

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan

harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar (14T)

terdiri dari:

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan

pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9

kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap

bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Kenaikan berat badan wanita hamil berbeda-beda, ditentukan

sesuai dengan tinggi badan, berat badan sebelum kehamilan,

ukuran bayi dan plasenta. Metode yang biasa digunakan dalam

menentukan kondisi berat badan dan tinggi badan adalah Indeks

Masa Tubuh (IMT). Rumus yang digunakan untuk menghitung

IMT adalah IMT = Berat badan (kg)/Tinggi badan (m)2.

Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan

berdasarkan IMT.
33

Kategori IMT

Rendah <19,8

Normal 19,8 – 26

Tinggi 26 – 29

Obesitas > 29

Gemeli -

Sumber : (Prawirohardjo, 2013)

Pada trimester II dan III pada perempuan dengan gizi baik

dianjurkan kenaikan berat badan perminggu sebesar 0,4 gr.

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan

untuk menapis adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi

badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk

terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion). Kenaikan berat

badan ibu normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg (Saryono,

2010) Menurut buku asuhan kebidanan kehamilan (Saryono,

2010) yaitu mengatakan kenaikan berat badan selama hamil 9-

13,5 kg yaitu pada trimester 1 kenaikan berat badan minimal

0,7–1,4 kg , pada trimester 2 kenaikan berat badan 4,1 kg dan

pada trimester 3 kenaikan berat badan 9,5 kg.

2) Ukur Tekanan Darah


34

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan

darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia

(hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah, dan

atau proteinurin). Tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg.

Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari

140/90 mmHg. Kelainan ini dapat berlanjut menjadi pre

eklamsia dan eklamsia jika tidak ditangani dengan tepat (Depkes,

2010).

3) Nilai Status Gizi (Ukur lingkar lengan atas/LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama

oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil

beresiko KEK. Kurang Energi Kronis disini maksudnya ibu

hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung

lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm.

Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir

rendah (BBLR).

4) Ukur tinggi fundus uteri

Pada pengukuran TFU didapatkan pada usia kehamilan 38

minggu 36 cm, menurut Saifudin ( 2010 ) tinggi fundus uteri

berdasarkan usia kehamilan yaitu ± 2 cm yang berarti TFU ibu

sesuai dengan usia kehamilannya. Namun, pada usia kehamilan

39 minggu tinggi fundus uteri 35 cm, pada usia kehamilan 40


35

minggu tinggi fundus uteri 35 cm dan usia kehamilan 41 minggu

34 cm. Hal tersebut terjadi karena kepala bayi telah masuk ke

pintu atas panggul sehingga menyebabkan penurunan tinggi

fundus uteri. Menurut Manuaba (2013) panjang fundus uteri

pada usia kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, usia kehamilan 32

minggu adalah 27 cm, dan usia kehamilan 36 minggu

panjanggnya 30 cm. Selain dalam cm, tinggi fundus uteri juga

dapat dihitung dengan perjarian sebagai berikut :

a) Usia 16 minggu adalah ½ antara jarak simpisis dengan pusat

b) Usia 20 minggu adalah fundus uteri terletak 2 jari di bawah

pusat

c) Usia 24 minggu tinggi fundus uteri tepat sepusat

d) Usia 28 minggu tinggi fundus uteri tepat 3 jari di atas pusat

atau 1/3 jarak antara pusat dan prosesus xifoideus

e) Usia 32 minggu tinggi fundus uteri ½ jarak prosesus

xifoideus dan pusat

f) Usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri satu jari di

bawah prosesus xifoideus.

g) Usia kehamilan 40 minggu tinggi fundus uteri 3 jari di

bawah prosesus xifoideus.

Dari pengukuran tinggi fundus uteri kita juga dapat

menghitung tafsiran berat janin dengan menggunakan rumus

Johnson-Tausack = (Md – N ) x 155, dengan Md adalah jarak


36

simfisis ke fundus uteri dan N = 13 (apabila janin belum masuk

PAP), 12 (apabila kepala janin masih berada diatas spina

ischiadika) dan 11 (apabila kepala sudah dibawah spina

ischiadika).

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir

trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.

Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau

kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,

panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan

pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan

antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat

lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin. Buku

Acuan Midwifery Update (2016)

6) Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT)

Skrining imunisasi TT ini bila diperlukan Untuk mencegah

terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat

imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining

status imunisasi TTnya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,

disesuai dengan status imunisasi TT ibu saat ini. Ibu hamil

minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan


37

perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status

imunisasi T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT

lagi.

Pemberian Selang Waktu Minimal

TT1 Saat kunjungan pertama

(sedini mungkin pada

kehamilan)

TT2 4 minggu setelah TT1 (pada

kehamilan)

TT3 6 bulan setelah TT2 (pada

kehamilan, jika selang waktu

minimal terpenuhi)

TT4 1 tahun setelah TT3

TT5 1 tahun setelah TT4

7) Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat

minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak

pertama. Pada saat hamil aliran darah akan mengalami


38

hemodilusi yaitu pengenceran darah akibat adanya

penambahan sirkulasi darah di dalam tubuh ibu maka resiko akan

terjadi nya anemia lebih tinggi dan dapat menyebabkan

komplikasi terhadap kehamilan (Sarwono, 2002).

8) Periksa Laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil

adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan

laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus

dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah,

hemoglobin darah, protein urine, dan pemeriksaan spesifik

daerah endemis/epidemi (malaria, IMS, HIV, dan lain-lain).

Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan

laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil

yang melakukan kunjungan antenatal. Pemeriksaan haemoglobin

(Hb) selama kehamilan merupakan kegiatan yang pada

umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Hb normal pada

wanita tidak hamil adalah 12,0-16,0 gr%, sedangkan untuk

wanita hamil 10,5-14,0 gr% (Saifudin, 2006).

9) Tatalaksana/penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan

bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai


39

dengan sistem rujukan.

10) Temu Wicara (Konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal yang meliputi:

a) Kesehatan ibu

b) Perilaku hidup bersih dan sehat

c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan

d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta

kesiapan menghadapi komplikasi

e) Asupan gizi seimbang

f) Gejala penyakit menular dan tidak menular

g) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di

daerah epidemi

h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif

i) KB Pasca Persalinan

j) Imunisasi

k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain

Booster)

11) 4 Terlalu
40

Dapat mengakibatkan komplikasi pada kehamilan seperti

cacat pada janin, perdarahan bahkan sampai kematian ibu dan

janin (Manuaba, 2009)

a) Terlalu Muda, dimana ibu hamil dengan usia terlalu tua atau

kurang dari 20 tahun

b) Terlalu Sering Hamil, ibu yang hamil dengan jarak tiap anak

kurang dari 2 tahun

c) Terlalu Banyak Anak, ibu hamil dengan jumlah anak lebih

dari 4 anak

d) Terlalu Tua Hamil, ibu hamil dengan usia saat kehamilan

lebih dari 35 tahun

B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL) Umur 1 jam

1. Persalinan

a) Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,

dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran

normal adalah pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo,

2014).

Menurut Saifuddin(2009), persalinan dan kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan


41

cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dikatakan normal jika

prosesnya terajdi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai

(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan

pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan

lahirnya plasenta secara lengkap ( Depkes, 2008 ).

Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa persalinan

normal adalah proses pengeluaran janin, plasenta dan membrane

dari rahim yang cukup bulan, lahir secara spontan tanpa adanya

komplikasi baik ibu maupun janin.

a. Tanda-tanda permulaan persalinan

Gejala terjadinya persalinan menurut Rukiyah, 2012 adalah

sebagai berikut:

1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek. Beberapa sifat kontraksi

Rahim yaitu:

(a) Frekuensi, jumlah terjadinya his selama 10 menit

(b) Durasi his, lamanya his yang terjadi pada setiap saat,

diukur dengan detik


42

(c) Interval his, tenggang waktu antara kedua his.

(d) Kekuatan his yang bertambah.

2. Terjadinya his persalinan, his persalinan mempunyai sifat:

pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan, sifatnya

teratur, interval makin pendek, kekuatannya makin besar,

mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, makin

beraktivitas (berjalan) kekuatan makin bertambah.

3. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu

pengeluaran lendir dan lendir bercampur darah.

4. Dapat disertai ketuban pecah.

Pada pemeriksaan dalam, dijumpai pembukaan serviks:

pelunakan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan

serviks

b. Mekanisme persalinan normal

1) Penurunan kepala

Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari

kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran

pasien

2) Penguncian (engagement)

Tahap penurunan pada waktu diamter biparietal dari kepala

janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.

3) Fleksi
43

Dalam proses masuknya kepala janin ke dalan panggul,

kepala janin harus dalam keadaan fleksi karena agar

diameter kepaala jenin terkecil dapat bergerak melalui

panggul dan terus menuju dasar panggul kepala janin sudah

dalam keadaan fleksi maksimal

4) Putaran paksi dalam

Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter

anteroposterior dari kepala menyesuaikan diri dengan

diameter anteroposterior dari panggul ibu.

5) Lahirnya kepala secara ekstensi

Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput

posterior. Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar

panggul, dimana gaya trsebut membentuk lengkungan

cartus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju vulva.

6) Restitusi

Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45 drajat baik ke

kiri maupun ke kanan, bergantung kepada arah dimana ia

mengikuti perputaran menuju posisi oskiput anterior.

7) Putaran paksi luar

Putaran ini terjadi secaara bersamaan dengaan putaran

internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar

panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang


44

sama dengan kepala janin agar terletak dalam diameter yang

besar dari rongga panggul.

8) Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan (ekspuksi)

Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan

kemudian dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu

dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan dilahirkan

mengikuti carus

c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi persalinan

Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang harus diperhatikan,

yaitu:

a. Power (kekuatan)

Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin

keluar. Kekuatan tersebut meliputi His (kontraksi uterus)

dan tenaga mengejan. (Nurasiah, dkk, 2014)

b. Passanger (janin dan plasenta)

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir

merupakan akibat interaksi beberapa factor, yakni kepala

janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena

plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta

dianggap sebagai bagian dari passanger yang menyertai


45

janin. Namun plasenta jarang menghambat proses

persalinan normal. (Sumarah, 2010)

c. Passage (jalan lahir)

Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras yaitu

tulang panggul dan bagian lunak yaitu otot-otot dan

ligament-ligamen. (Nurasiah, dkk, 2014)

d. Psikis Ibu

Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi

daya kerja otot-otot yang dibutuhkan dalam persalinan baik

itu yang otonom mapun yang sadar. Jika seorang ibu

menghadapi persalinan dengan rasa tenang dan sabar,

maka persalinan akan terasa mudah untuk ibu tersebut.

Namun jika ibu merasa tidak ingin ada kehamilan dan

persalinan, maka hal ini akan menghambat proses

persalinan. (Sumarah, 2010)

e. Penolong

Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan

dorongan ingin mengejan asli atau palsu. Untuk itu,

seorang mitra yang dapat membantunya mengenali tanda

gejala persalinan sangat dibutuhkan. Tenaga ibu akan

menjadi sia-sia jika saat untuk mengejan yang ibu lakukan

tidak tepat. (Sumarah, 2010)


46

d. Pembagian tahapan persalinan

1) Kala 1

a) Pengertian

Prawirohardjo (2008) menyatakan bahwa pada

multigravida lama kala I sekitar 7 jam dan pada

primigravida berlangsung kira-kira 13 jam. Menurut

Manuaba (2010) lamanya kala I untuk primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

Menurut Azwar (2004) persalinan kala I adalah

pembukaann yang berlangsung antara pembukaan 1 sampai

pembukaan lengkap. Kala I ditandai dengan :

(1) Penapisan pembukaan serviks

(2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada

serviks (frekuensi minimal 2 kali 10 menit)

(3) Keluarnya lendir bercampur darah


47

b) Kala I dibagai menjadi beberapa fase :

(1) Fase Laten

Pembukaan serviks berlangsung lambat, dimulai dari

pembukaan nol sampai 3 cm. Berlangsung kira-kira 8

jam untuk primipara dan 4 jam untuk multipara

(2) Fase Aktif

Fase aktif terjadi mulai dari pembukaan 4 cm sampai

pembukaan lengkap. Berlangsung kira-kira 7

jam.(JNPK-KR Depkes RI)

Fase aktif dibagi menjadi beberapa tahapan:

(3) Fase akselerasi

Terjadi ketika pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

Berlangsung 2 jam.

(4) Fase dilatasi maksimal

Pada fase ini pembukaan sangan cepat dari pembukaan

4-9 cm, berlangsung selama 2 jam.

(5) Fase deselarasi

Fase ini berlangsung lambat, pembukaan 10 cm.

Berlangsung selama 2 jam.

(6) Perbedaan Kala I primipara dengan Multipara

(a) Primipara

Osteium uteri internum akan membuka terlebih

dahulu sehingga serviks akan mendatar dan


48

menipis. Keadaan osteum uteri eksternal membuka,

berlangsung kira-kira 12-13.

(b) Multipara

Osteum uteri internum sudah membuka sedikit

sehingga uetri internum dan eksternum serta

penipisan dan pendarahan terjadi dalam waktu yang

bersamaan, berlangsung kira-kira 8-9 jam.

2) Kala II (kala pengeluaran janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.

Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada

multipara 1 jam (Yeyeh, 2009). Persalinan pada kala II

dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)

dan berakhir dengan lahirnya bayi (JNPK-KR Depkes

RI,2008)

Tanda dan gejala kala II :

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,

dengan durasi 50-100 detik.

b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada

rektum dan/atau vagina.

d) Perineum terlihat menonjol.


49

e) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

3) Kala III (pengeluaran uri)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban,

seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi

lahir.

Tanda-tanda lepasnya plasenta menurut JNPKR-KR (2008) :

a) Semburan darah tiba-tiba

b) Tali pusat memanjang

c) Uterus globuker

Manajemen aktif kala III

Tujuan Sebagaian besar kasus kesakitan dan kematian

ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca

persalinan dimana sebagaian besar disebabkan oleh atonia

uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah

dengan melakukan manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga

langkah utama (JNPK, 2008) :

a) pemberian suntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3

bagian atas paha sebelah luar dalam waktu 1 menit

pertama setelah bayi lahir,


50

b) Melakukan peregangan tali pusat terkendali

c) Masase fundus uteri selama 15 detik

Pemijatan uterus segera setelah lahir dapat menimbulkan

kontraksi sehingga dapat mengurangi pengeluaran darah dan

mencegah perdarahan pasca persalinan (Saifuddin, 2006).

4) Kala IV (Kala Pengawasan/Observasi)

Menurut Saifudin, 2002 kala IV dimulai dari lahirnya

plasenta sampai 2 jam pertama post partum (JNPK, 2008).

Observasi yang dilakukan pada kala IV adalah:

a) Tingkat kesadaran

b) Tanda-tanda viatl (suhu, nadi, pernafasan, tekanan

darah)

c) Kontraksi uterus

d) Perdarahan

e) Kandung kemih

Memeriksa perdarahan dari perineum Klasifikasi

ruptur perineum menurut JNPK-KR (2008) adalah :

a) tingkat I: robekan terjadi pada mukosa vagina dan

sampai kulit perineum

b) tingkat II: robekan mengenai mukosa vagina sampai ke

otot perineum, tetapi tidak mengenai otot sfingtet ani

c) tingkat III: robekan mengenai otot perineum sampai

dengan otot sfingter ani


51

d) tingkat IV: robekan mengenai perineum sampai dengan

otot sfingter ani dan mukosa rectum.

Manuaba (2010) berpendapat bahwa untuk dapat

menjahit bekas luka episiotomi dan ruptur perineum dengan

tenang dan hasilnya memuaskan, dianjurkan untuk infiltrasi

dengan lidokain di sekitar luka jahitan. Anastesi lokal sangat

mendukung dalam pelaksanaan asuhan sayang ibu.

Pengawasan kala IV dilakukan selama 2 jam untuk

mengobservasi keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi,

suhu tubuh, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung

kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama

dan 30 menit pada 1 jam kedua. Hal ini sesuai dengan teori:

petugas harus memantau ibu selama 15 menit pada jam

pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada

jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil,

maka ibu harus di pantau lebih sering (Saifuddin, 2006).

a. Asuhan kebidanan pada persalinan


52

Menurut Depkes RI (2004) asuhan kala I yaitu:

1) Melakukan pengawasan menggunakan partograf mulai pembukaan 4-

10 cm.

2) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

3) Menilai dan mencatat kondisi ibu dan bayi, yaitu:

a) Lihat keadaan umum ibu

b) Tanyakan apakah sudah keluar lendir darah

c) Cek DJJ setiap 30 menit sekali

d) Nadi setiap 30 menit sekali

e) Pembukaan serviks setiap 4 jam sekali

f) Cek suhu setiap 2 jam sekali

g) Cek tekanan darah setiap 4 jam sekali

h) Cek eliminasi ibu

Asuhan Kala II

Asuhan yang diberikan pada ibu bersalin kala II menurut Depkes RI

(2008) asuhan persalinan normal 60 langkah APN.

Asuhan Kala III


53

Asuhan yang diberikan pada ibu kala III menurut (JNPK.2008)

manajement aktif kala III, meliputi:

1) pemberian oksitosin 10 IU/IM,

2) peregangan tali pusat terkendali,

3) massase uterus selama 15 detik

Menurut (Depkes RI)

1) Memindahkan klem tali pusat 5-10 cm didepan vulva

2) Meletakan 1 tangan diaatas kain diperut ibu denga posisi dorso kranial,

tangan yang lain menegangkan tali pusat.

3) Setelah uteruss berkontraksi arahkan tali pusat ketatas dan kebawah

secara hati hati. Jika plasenta lahir 30-40 cm hentikan penegangan,

tunggu kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur yang sama.

4) Mengeluarkan plasenta

a) Apabila plasenta telah berada di depan vulva sanggah dengan 1

tangan diatas dan 1 tangan dibawah putar plasenta searah jarum

jam.

b) Massase fundus uteri ibu

c) Pastikan perdarahan sudah berehenti

d) Cek kelengkapan plasenta

5) Menilai perdarahan
54

a) Memeriksa kelengkapan plasenta baik bagian ibu mauapun bagian

bayi. Apabila plansenta telah lengkap masukan plasenta kedalam

plastik

b) Observasi laserarsi pada vagina dan perineum. Jahit bila terdapat

luka

6) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik.

Asuhan Kala IV

Menurut depkes RI (2008) pemantauan pada kala IV meliputi:

1) 1 jam pertama setiap 15 menit sekali, yang dinilai yaitu:

a) Tekanan darah, tekanan darah ibu pada kala IV normalnya adalah

sistol

b) Nadi

c) Suhu

d) TFU

e) Kontraksi uterus

f) Perdarahan

g) Kandung kemih

2) 1 jam kedua setiap 30 menit yang dinilai yaitu:

a) Tekanan darah

b) Nadi

c) Suhu

d) TFU

e) Kontraksi uterus
55

f) Perdarahan

g) Kandung kemih

2. Bayi Baru Lahir umur 1 jam

a. Pengertian
56

Berdasarkan pendapat syarifudin (2009). Bayi cukup bulan

(aterm) adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42

minggu (259-293 hari). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan

berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi.

Berat saat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir

(Manuaba et al., 2007; Damanik, 2008). Prematuritas murni/Sesuai Masa

Kehamilan (SMK). Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK):

Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan

sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih besar

dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak subkutan kurang, tangisnya

lemah dan jarang.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dari kehamilan

usia 37–42 minggu dan berat badan lahir 2500 – 4000 gram (Rukiyah,

2013).

b. Ciri-Ciri Bayi Lahir Normal

a. Berat badan 2500-4000 gram

b. Panjang badan lahir 48-52 cm


57

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Bunyi jantung dalam beberapa menit pertama cepat kira-kira 180

kali/menit kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit

f. Pernafasan pada beberapa pertama cepat kira-kira 80 kali/menit

kemudian menurun kira-kira 40 kali/menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan diliputi verniks kaseosa

h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna

i. Gerak aktif

j. Bayi lahir langsung menangis kuat

k. Kuku agak panjang dan lemas

l. Genetalia : peremuan labia mayora sudah menutupi labia minora, laki-

laki tertis sudah turun, skortum sudah ada.

m. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

n. Refleks morroro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

o. Refleks grap atau menggenggam erat sudah baik

p. Refleks rooting mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut terbentuk dengan baik

q. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium bewarna hitam kecoklatan (Yulviana, 2014)


58

c. Asuhan Kebidanan pada BBL Umur 1 Jam

1) Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL belum berfungsi

sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya

pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami

hipotermia. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam

keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun

berada di dalam ruangan yang relatif hangat, (JNPK-KR, 2008).

2) Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat

Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut

tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari

klem. Adapun tujuan dari perawatan tali pusat adalah mencegah dan

mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini, setiap hari harus

melakukan pemeriksaan untuk menemukan tanda tanda bahaya infesi

(Bobak dkk, 2005)

3) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD bertujuan untuk menghindari terjadinya hipotermi pada bayi baru

lahir, mempercepat detak jantung dan pernafasan agar lebih stabil, bayi

lebih cepat memperoleh kolostrum sebagai antibody (Saifuddin, 2006)


59

pada saat dilakukan IMD hendaknya bidan tidak melakukan intervensi

apapun pada bayi, biarkan bayi mencari putting ibu sendiri.

4) Pencegahan Perdarahan

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg

intramuskular setelah satu jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai

menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K

yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

5) Pencegahan Infeksi

BBL sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar atau

terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa

saat setelah lahir.

6) Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B

terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu – bayi. Imunisasi Hepatitis B

diberikan 1 jam setelah pemberian Vitamin K1, pada saat bayi baru

berumur 2 jam(JNPK-KR, 2008). bayi usia 0 (segera setelah lahir) di

berikan imunisai hepatitis 0. (Depkes APN, 2007) pemberian Hepatitis

B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B pada bayi.

7) Pencegahan Infeksi Mata

Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam

kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi

tersebut menggunakan antibiotika harus tepat diberikan pada waktu satu

jam setelah kelahiran. Menurut Saifuddin (2009) pemberian obat mata


60

di anjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit

menular seksual) dan di berikan 1 jam setelah persalinan.

8) Penilaian Bayi Baru Lahir

Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang

disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian awal dengan

menjawab 4 pertanyaan:

a) Apakah bayi cukup bulan?

b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

c) Apakah bayi menangis atau bernafas?

d) Apakah tonus otot bayi baik?

Jika ada salah satu pertanyaan dengan jawaban tidak, maka

lakukan langkah resusitasi(JNPK-KR, 2008).

9) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan BBL dilakukan pada:

a) Saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam)

b) Saat kunjungan tindak lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur

6 jam – 48 jam, 1 kali pada umur 4 – 28 hari dan 1 kali pada umur

29 – 42 hari (JNPK-KR, 2008).

C. Bayi

1. Asuhan Neonatus Umur 1 Jam Sampai Dengan Bayi 40 Minggu

a. Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering Saleha (2009), bahwa

biasanya tali pusat akan puput sekitar 5-7 hari setelah lahir.
61

b. Tidak dilakukan pemakaian gurita pada perut bayi (Depkes RI, 2012)

penggunaan gurita pada bayi justru akan menekan bagian perut bayi dan

membuat bayi kesulitan bernafas, pemakaian gurita yang terlalu ketat juga

akan menekan lambung dan membuat bayi tidak nyaman, selain itu juga bayi

sedang masa pertumbuhan organ tubuhnya.

c. Menjaga kebersihan bayi

d. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare,

berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

e. Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24

jam.Menurut Depkes (2007) pada pernyataan ASI eksklusif adalah pemberian

ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol

sampai enam bulan.

f. Menjaga keamanan bayi

g. Menjaga suhu tubuh bayi

h. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif

pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah

dengan menggunakan buku KIA

i. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

j. Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG

k. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan (Saifuddin, 2010).

Bayi yang lahir preterm juga harus dihindari dari kedinginan , pernafasan

yang tidak adekuat, atau trauma. Suasana hangat diperlukan untuk mencegah
62

hipotermi pada neonatus (suhu badan dibawah 36,5‟C) bila memungkinkan bayi

bisa dilakukan metode kangguru untu menghindari hipotermi. Asi diberikan lebih

sering, tetapi bila tidak mungkin, diberikan dengan sonde atau dipasang infus,

semua bayi baru lahir harus mendapat nutrisi sesuai dengan kemampuan dan

kondisi bayi. Persalinan bayi terlalu muda atau terlalu kecil berlangsung pada

fasilitas yang memadai, seperti pelayanan perinatal dengan personel dan fasilitas

yang adekuat termasuk perawatan perinal intensif (Prawirohardjo, 2014)

D. Nifas

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa Latin, waktu mulai tertentu setelah

melahirkan anak ini disebut Puerperium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi

dan Parous melahirkan (Vivian, 2011). Masa nifas disebut juga masa postpartum

atau puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
63

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya

kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan

(Suherni. dkk, 2009).

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta

selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti

sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Pada masa nifas dilakukan

kunjungan nifas sebanyak 4 kali yaitu kunjungan pertama pada 6 jam setelah

melahirkan, kunjungan kedua pada 6 hari setelah melahirkan dan kunjungan

ketiga pada 14 hari setelah melahirkan serta kunjungan keempat pada 40 hari

setelah melahirkan. Kunjungan nifas dilakukan minimal 4 kali yaitu 6 jam

postpartum, nifas hari ke-6, nifas minggu ke-2 dan nifas minggu ke-6 (Soleha,

2009).

Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan

pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya

tubuh dalam keadaaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum

hamil.

Pada masa nifas dilakukan kunjungan nifas sebanyak 4 kali yaitu kunjungan

pertama pada 6 jam setelah melahirkan, kunjungan kedua pada 6 hari setelah

melahirkan dan kunjungan ketiga pada 14 hari setelah melahirkan serta

kunjungan keempat pada 40 hari setelah melahirkan. (Saleha, 2009).

2. Tahap Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :


64

a. Periode early postpartum atau nifas dini (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

b. Periode late postpartum atau nifas lanjut (1 minggu- 6 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).

3. Adaptasi perubahan fisik masa nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

Selama masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan

berangsurangsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-

perubahan alat genital ini dalam keseluruhan disebut involusi.Disamping

involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni

hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi.Yang terakhir ini karena pengaruh

lactogenic hormone dari kelenjer hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar

mamma. involusi atau pengerutan merupakan suatu proses dimana uterus

kembali kekondisi semua dengan berat sekita 60 gram proses ini dimulai

segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot polos uterus

(Ambarwati dan Wulandari, 2008).


65

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera

setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.

Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang kurang

lebih 15 cm, lebar lebih kurang 12 cm dan tebal lebih kurang 10 cm, dinding

uterus sendiri kurang lebih 5 cm sedangkan pada bekas implantasi plasenta

lebih tipis dari pada bagian lain.

Pada nifas hari ke-6 postpartum, tinggi fundus uteri yaitu

pertengahan syimpisis. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleha (2009) pada

hari ke-5 postpartum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas simfisis atau

setengah simfisis pusat. sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas

simfisis. Pada bagian bekas implantasi plasenta merupakan suatu luka yang

kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.

Penonjolan tersebut, dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering disangka

sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu

diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm.

1) Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira 1000 gram. Satu minggu

postpartum berat uterus akan menjadi kurang lebih 500 gram, 2 minggu

post partum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu postpartum, berat

uterus menjadi 40 sampai 60 gram (berat uterus normal kurang lebih 30

gram). otot-otot uterus berkontraksi segera postpartum, pembuluh-

pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta

dilahirkan.
66

2) Lochea

Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang kini telah

mengerut kembali ke ukuran semula, selama kehamilan, rahim

merupakan kapsul tempat janin hidup dan tumbuh.Rahim melindungi

janin dari lingkungan luar, menyediakan gizi melalui uri.Dan akhirnya

dengan kontraksi ototnya mengeluarkan bayi ke dunia. Sekarang unsur-

unsur tersebut telah di lalui, dan rahim menjalani involusi, segera

setelah melahirkan, berat badan menjadi 1000 gram dan dapat dirasakan

sebagai kantung yang kuat membulat, mencapai tali pusar, pada hari ke

14 setelah kelahiran, ukurannya menyusut menjadi 350 gram dan tidak

lagi dapat di rasakan keberadaannya di dalam perut, pada hari ke 60 (8

minggu) setelah kelahiran, rahim kembali ke ukuran normal. Involusi di

sebabkan oleh pembengkakan serabut otot dan penyerapan

substansinya.Sebagian ke dalam aliran darah dan sebagian lagi ke dalam

lochea. Lochea mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau menstruasi.

Bau ini lebih terasa tercium pada lochea serosa, bau ini juga akan

semakin lebih keras jika bercampur dengan keringat dan harus cermat

membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi.

a) Lochea rubra (cruenta)

Lochia pada hari ke-1 sampai hari ke-2 pasca persalinan,

berwarna merah dan hitam karena berisi darah segar, dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel decidua, vernic caseosa, lanugo, meconium

(Suherni. dkk, 2009).


67

b) Lochea sanguilenta

Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan

(Saleha, 2009).

c) Lochea serosa

Lokia serosa dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia

rubra, lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu

kemudian menjadi kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7

sampai hari ke-14 pasca persalinan (Saleha, 2009).

d) Lochea alba

Lochia alba ini dimulai setelah hari ke-14, berwarna putih

(Suherni. dkk, 2009).

3) Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan

nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal

endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata,

sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi

plasenta (Saleha, 2009).

4) Serviks

Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak

mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir.Bentuk ini

disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,


68

sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korvus dan servik berbentuk semacam cincin

(Sulistyawati, 2009).

b. Perubahan sistem pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini

disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan.

Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada

perinium, jangan sampai lepas dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air

besar harus dilakukan tiga sampai empat hari setelah persalinan.

c. Perubahan perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,

tergantung pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala dua

dilalui, besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan

(Rahmawati, 2009).

d. Perubahan sistem muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-

pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit.

Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan,

ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu

persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga

tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retropleksi karena

ligamentum rotundum menjadi kendor.Tidak jarang pula wanita mengeluh

kandungannya turun setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan


69

penunjang alat genetalia menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi

pada 6-8 minggu setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).

b. Perubahan tanda-tanda vital

1) Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius. Sesudah

partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal,

namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam pertama

melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. bila suhu lebih

dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien.

2) Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat

terjadi Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas,

mungkin ada pendarahan belebihan atau ada vitium kordis pada

penderita pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan

dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat

setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.

3) Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi

postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat

penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan tanpa

pengobatan (Saleha, 2009).

4. Adaptasi psikologis pada masa nifas

Ada 3 fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua, yaitu

fase taking in, fase taking hold, fase letting go (Lubis, 2010).

a. Fase taking in
70

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.Pada saat itu, fokus perhatian

ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan

sering berulang diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat

untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini

membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.Oleh karena

itu kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah:

1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang

bayinya misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan

lain-lain.

2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisk yang dialami ibu

misalnya rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali pada

keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.

3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

b. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.Pada fase

taking hold, ibu merasa khawatir atau ketidak mampuan dan rasa tanggung

jawabnya dalam merawat bayi.Selain itu perasaannya sangat sensitif

sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.Oleh

karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini merasakan kesempatan

yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan

bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.


71

c. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya

yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan

diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan

bayinya meningkat pada fase ini.

5. Tanda – tanda bahaya pada masa nifas

a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba – tiba

b. Perdarahan yang bertambah banyak (lebih dari haid biasa)

c. Pengeluaran vagina yang baunya membusuk

d. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung

e. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan

f. Pembengkakkan diwajah atau tangan

g. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil.

h. Payudara yang berubah menjadi merah, bengkak, panas atau tersa sakit

i. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

j. Rasa sakit, merah, lunak dan atau pembengkakkan di kaki

k. Merasa sangat sedih atau merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya

atau diri sendiri

l. Merasa sangat letih atau sangat terengah-engah.

tanda bahaya yang harus dihindari saat masa nifas seperti Perdarahan post

partum yang berlebih, lochea yang berbau busuk, kontraksi uterus tidak baik,

nyeri perut atau pelvis yang hebat, sakit kepala yang hebat, lemas yang
72

berlebihan, suhu tubuh lebih >38‟C, payudara bengkak atau memerah dan

sakit, defresi (Prawirohardjo, 2008)

6. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Berikut adalah asuhan yang dapat diberikan pada masa nifas menurut

Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002):

a. Nifas 6 Jam

Nifas 6 jam ini merupakan periode nifas dini dimana memliki tujuan

uatama untuk mendeteksi terjadinya tanda bahaya pada masa nifas. Pada

nifas 6 jam tinggi fundus uteri adalah 2 jari di bawah pusat, pengeluaran

lochea pada 6 jam masa nifas adalah lochea yang berisi darah segar dan

sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan

mekonium selama 2 hari pasca persalinan. Tujuan yang lebih rinci lagi

pada nifas 6 jam adalah :

1) Mencegah perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri

2) Mendeteksi dan memperbaiki apabila ada penyebab perdarahan atau

dapat melakukan rujukan bila diperlukan.

3) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana cara mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri

4) Memantau pemberian ASI awal

5) Melakakukan kontak intesif dari ibu kepada bayi

6) Menjaga bayi agar tidak hipotermia

b. Nifas 6 Hari dan 2 Minggu


73

Nifas 6 hari merupakan masa nifas lanjutan. Pada nifas 6 hari tinggi

fundus uteri setinggi pertengan pusat dan simfisis dan terdapat pengeluaran

lochea sanguinolenta yang berwarna merah kuning berisi darah dan lendir

dan terdapat pada hari ke 3-7 pasca persalinan. Sedangkan pada nifas 2

minggu tinggi fundus uteri tidak teraba di atas simfisis dan pengeluaran

lochea adalah lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi

dan terdapat pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Tujuan dari asuhan nifas 6

hari dan 2 minggu adalah :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uteru berkontraksi

dengan baik, tinggi fundus uterus baik, tidak ada perdarahan abnormal,

dan tidak ada bau.

2) Menilai tanda-tanda bahaya masa nifas

3) Memastikan ibu tidak kesulitan dalam menyusui

4) Memberikan konselin kepada ibu tentang perawatan bayi

c. Nifas 6 Minggu

Setelah persalinan wanita akan mengalami masa nifas, untuk dapat

mengembalikan alat genitalia interna ke dalam keadaan normal, dengan

tenggang waktu sekita 42 hari atau 6 minggu. Pada nifas 6 minggu fundus

uteri sudah tidak teraba dan terdapat pengeluaran lochea alba cairan putih

yang keluar setelah 2 minggu. Pemeriksaan akhir masa nifas sangat

penting karena dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan khusus

seperti :

1) Menilai seberapa jauh involusi uterus


74

2) Melihat dan menilai bagaimana luka postpartum

3) Mempersiapkan untuk metode KB

Periode nifas adalah periode transisi yang perlu perhatian untuk

tenaga kesehatan, ibu, dan keluarga. Hal tersebut dikarenakan banyak

orang yang terkadang lebih fokus pada masa kehamilan dan persalinan

dibandingkan dengan masa nifas. Padahal masa nifas adalah adalah masa

transisi kritis secara fisiologi, emosional, dan sosial bagi ibu dan keluarga.

Banyak hal-hal yang harus diperhatikan pada masa nifas, yaitu kebersihan

diri, istirahat, latihan-latihan pasca persalinan, gizi, menyusui, perawatan

payudara, senggama pasca persalinan, metode keluarga berencana.

7. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Menurut Saleha (2009), kebutuhan dasar ibu nifas antara lain :

a. Nutrisi dan Cairan

Nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya

500kalori/hari dan tahun kedua 400 kalori. (Suherni, Hesty Widyasih, Anita

Rahmawati, 2009,pp.101)

b. Ambulasi

Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam

24-48 jam postpartum. Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal,

biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan bantuan orang

lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan. (Bahiyatun, 2009, pp.76-77)
75

c. Eliminasi

BAK dalam 6 jam postpartum, namun jika dalam 8 jam postpartum

belum dapat berkemih juga maka bisa dilakukan katetrisasi. Sedangkan

BAB, diharapkan 2 hari setelah postpartum ibu nifas sudah dapat BAB,

namun jika 3 hari belum juga BAB, maka dapat diberikan pencahar per oral

atau per rectal.

d. Personal Hygiene

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.

Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya

infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat

penting untuk tetap dijaga. tentang personal hygiene sesuai anjuran

(Saifuddin, 2006 ).

e. Istirahat dan Tidur

Ibu nifas sangat dianjurkan sekali untuk istirahat yang cukup untuk

mencegah kelelahan yang berlebihan. Kekurangan istirahat pada masa nifas

akan mempengaruhi produksi ASI, memperlambat proses involusi uterus,

memperbanyak perdarahan serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan

untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

f. Aktivitas Seksual

Secara fisik, ibu nifas aman untuk memulai hubungan sex begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke

dalam vagina tanpa rasa nyeri. Namun keputusan ini tergantung pada

pasangan yang bersangkutan.


76

8. Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari

nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis

untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar

(Suherni, 2008: Suradi, 2006; Hamranani 2010)

Pijat oksitosin juga dapat didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh

keluarga, terutama suami pada ibu menyusui yang berupa pijatan pada punggung ibu

untuk meningkatkan produksi hormone oksitosin.

Sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta,

mencegah perdarahan, serta memperbanyak produksi ASI.

Pijat stimulasi oksitosin untuk ibu menyusui berfungsi untuk merangsang hormon

oksitosin agar dapat memperlancar ASI dan meningkatan kenyamanan ibu.

B. Laktasi

Laktasi adalah proses produksi, pengeluaran ASI. Berikut manfaat

pemberian ASI
77

a. Manfaat ASI bagi bayi

Pemberian ASI membantu bayi untuk memulai kehidupannya

dengan baik. Kolostrum/susu jolong atau susu pertama

mengandung antibody yang kuat untuk mencegah infeksi dan

membuat bayi lebih kuat. Penting sekali untuk segera memberi

ASI pada bayi dalam jam pertama sesudah lahir dan kemudian

setiap 2 jam atau 3 jam. ASI mengandung campuran yang tepat

dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi. ASI mudah

dicerna oleh bayi. ASI saja tanpa makanan tambahan lain

merupakan cara terbaik pemberian makan bayi dalam 4-6 bulan

pertama kehidupannya. Sesudah 6 bulan, beberapa makanan lain

yang baik harus ditambahkan ke dalam menu bayi. Pemberian

ASI pada umumnya harus disarankan selama satu tahun pertama

kehidupan anak.

b. Manfaat ASI bagi ibu

Pemberian ASI membantu ibu dalam pemulihan diri dari proses

persalinanya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama

membuat Rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat

perdarahan, isapan pada putting susu merangsang dikeluarkannya

oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim. Wanita

menyusui bayinya akan lebih cepat pulih dan turun berat

badannya ke berat badan sebelum kehamilan. Ibu yang menyusui

(yang haidnya belum muncul kembali) akan kecil


78

kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolactin yang

tinggi menekan hormone FSH dan ovulasi). Pemberian ASI

adalah cara yang penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih

sayangnya pada bayi.

C. ASI Ekslusif

1. Pengertian ASI Ekslusif

ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan,

tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air the, dan

air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu,
79

biscuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan

makanan pendamping ASI (MPASI), ASI dapat diberikan sampai anak

berusia 2 tahun atau lebih (Ambarwati & Wulandari 2008).

Pemberian ASI Ekslusif tidak selalu harus langsung dari payudara.

Ternyata, ASI yang ditampung dari payudara ibu dan ditunda

pemberiannya kepada bayi melalui metode penyimpanan yang benar

relative masih sama kualitasnya dengan ASI yang langsung dari payudara

ibunya ( Sulistyawati, 2009).

Komposisi ASI sampai 6 bulan sudah cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi, meskipun tanpa tambahan makanan atau produk

minuman pendamping. Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai

kehidupannya dengan baik. Kolostrum, susu jolong, atau susu pertama

mengandung antibody yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat

bayi menjadi kuat. ASI mudah dicerna bayi.

Sedangkan pemberian ASI bagi ibu dapat memulihkan diri dari

proses persalinan. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat

Rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan karena

hisapan pada putting susu merangsang dikeluarkannya oksitosin alami

yang akan membantu kontraksi Rahim (Sulistyawati, 2009)

2. Manfaat ASI Ekslusif Bagi Bayi dan Ibu

1. Manfaat ASI bagi Bayi:


80

a. Kesehatan:

Kandungan antibody yang terdapat dalam ASI tetap paling

baik sepanjang masa. Oleh karena itu, bayi yang mendapat ASI

Ekslusif lebih sehat dan lebih kuat dibandingkan yang tidak

mendapat ASI. ASI juga mampu mencegah terjadinya kanker

limfomaligna (kanker kelenjar).

b. Kecerdasan

Manfaat bagi kecerdasan bayi, antara lain karena:

Dalam ASI terkandung DHA terbaik, selain laktosa yang

berfungsi untuk proses mielinisasi otak.

1) Seperti diketahui, mielinisasi otak adalah salah satu proses

pematangan otak agar berfungsi optimal

2) Saat ibu memberikan ASI, terjadi pula proses stimulasi yang

merangsang terbentuknya networking antar jaringan otak

hingga menjadi lebih banyak dan terjalin sempurna

3) Ini terjadi melalui suara, tatapan mata, detak jantung, elusan,

pancaran dan rasa ASI.

c. Emosi

1) Pada saat disusui, bayi berada dalam dekapan ibu.

2) Hal ini akan merangsang terbentuknya „Emotional

Intelligence/El.

3) Selain itu, ASI merupakan wujud curahan kasih saying ibu

pada buah hatinya.


81

4) Doa dan harapan yang di dengungkan di telinga bayi/anak

selama proses menyusui pun akan mengasah kecerdasan

spiritual anak.

2. Manfaat Memberikan ASI untuk Ibu :

a. ASI ekslusif adalah diet alami bagi ibu.

Dengan memberikan ASI ekslusif, berat badan ibu yang

bertambah selama hamil, akan segera kembali mendekati berat semula.

Naiknya hormone oksitosin selagi menyusui, menyebabkan kontraksi

semua otot polos, termasuk otot-otot uterus. Karena hal ini

berlangsung terus-menerus, nilainya hamper sama dengan senam

perut.

b. Mengurangi risiko anemia

c. Mencegah Kanker.
82

3. Keuntungan ASI Bagi Ibu dan Bayi

Bagi Ibu Bagi Bayi

Membantu agar rahim lebih cepat Bayi mendapatkan zat antibody

mengecil dan mengurangi bahaya alami

perdarahan selama nifas

Tidak merepotkan ibu untuk Dapat lebih mengurangi risiko

menyediakan botol & persiapannya, alergi terhadap susu sapi formula.

terutama pada malam hari

Selalu siap setiap saat ASI sesuai dengan kebutuhan bayi

alamiah

Memberikan rasa bangga sebagai Mengandung zat-zat gizi yang

wanita yang sempurna dibuthkan untuk pertumbuhan dan


83

perkembangan termasuk kecerdasan

bayi

Memberikan rasa dibutuhkan Sterilisasi ASI terjamin

Mengurangi risiko kanker payudara ASI lebih mudah dicerna dan

dan indung telur diserap oleh usus bayi

Membantu menjarakan kehamilan Mengurangi kerusakan pada gigi

Meningkatkan hubungan kasih bayi dan membantu pembentukan

sayang ibu dan anak. otot pipi.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif

a. Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau

perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari

putting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah

melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby

crawl. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada putting ibu akan

merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan apabila tidak

melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi produksi

ASI (Maryunani, 2009)

b. Pemberian ASI

Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui

paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk


84

pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat

dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Semakin jarang bayi

disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga

dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada minggu pertama

kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya

merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh

telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul, 2008)

Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga

merupakan keterampilan yang pelu dipelajari. Ibu seharusnya

memahami tata laksana laktasi yang benar terutama bagaimana posisi

menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap

secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya

ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi yang tepat

akan mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah timbulnya

berbagai masalah dikemudian hari (Cox, 2006).

c. Pekerjaan/aktivitas

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria

dalam hal pelayanan kesehatan terutama karena wanita hamil,

melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya

manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan sampai dewasa.

Karena itulah wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap


85

memberikan ASI Ekslusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2

tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI 2008)

Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang

berkaitan dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak

ada penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti

melahirkan singkat (Mardiati, 2006)

d. Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan

memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI

Ekslusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa lalunya.

Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara

sukarela dan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya.

Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai

yang akan memberi sikap positif terhadap masalah menyusui (Erlina,

2008)

Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu

menganggap susu formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari ASI.

Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika

merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak


86

pula petugas kesehatan yang tidak memberikan informasi pada ibu saat

pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005)

Untuk dapat melaksanakan program ASI Ekslusif, ibu dan

keluarganya perlu menguasai informasi tentang keuntungan pemberian

ASI, kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung, cara

menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat

keluhan atau masalah seputar menyusui

e. Kelainan pada payudara

Jika terdapat lecet pada putting itu terjadi karena beberapa

factor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi

hanya menghisap pada putting. Padahal seharusnya sebagian besar

areola masuk kedalam mulut bayi. Putting lecet juga dapat terjadi pada

akhir menyusui, karena bayi tidak pernah melepaskan isapan.

Disamping itu, pada saat ibu membersihkan putting menggunakan

alcohol dan sabun dapat menyebabkan putting lecet sehingga ibu

merasa tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007)

f. Faktor petugas kesehatan

Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang

melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang

komprehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi

ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap

dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan

petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan


87

kesehatan dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan

menyusui (Arifin, 2004)

Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat

dalam hal prilaku sehat. Promosi ASI Ekslusif yang optimal dalam

setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk mendukung

keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza 2008)

Selain itu adanya sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada di

klinis maupun di masyarakat dalam hal menganjurkan masyarakat agar

menyusui bayi secara ekslusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan

sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan

dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas

(Erlina, 2008)

g. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula

Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan

paling baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi

kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia local dan sepanjang

masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui

merupakan hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari

competitor utama produk susu formula yang mendisain susu formula

menjadi pengganti ASI (YLKI,2005)

5. Alasan Tidak Memberikan Makanan Sebelum 6 Bulan :

a. Saat bayi berumur 6 bulan ke atas, sistem pencernaannya sudah relatih

sempurna dan siap menerima MPASI. Beberapa enzim pemecah


88

protein seperti asam lambung, pepsin, lipase enzim amilase, dan

sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada saat ia berumur 6

bulan.

b. Mengurangi risiko terkena alergi akibat pada makanan. Saat bayi

berumur < 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap untuk kandungan

dari makanan. Sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan

reaksi imun dan terjadi alergi

c. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari

obesitas di kemudian hari. Proses pemecahan sari-sari makanan yang

belum sempurna. Pada beberapa kasus yang ekstrem ada juga yang

perlu tindakan bedah akibat pemberian MPASI terlalu dini. Dan

banyak sekali alasan lainnya mengapa MPASI baru boleh

diperkenalkan pada anak setelah ia berumur 6 bulan.

d. Tidak ada untungnya memberikan makanan pengganti ASI sebelum 6

bulan selain kelebihan berat badan yang tidak perlu.

e. Malahan, bisa jadi MPASI tersebut memicu alergi pada bayi,

gangguan pencernaan, atau obesitas.


89

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Pertama

Tanggal 11Oktober 2018 Pukul 09.00 WIB di Ruang KIA

Puskesmas Kec Pasar Rebo

No. Rekam Medis: 13-12641

IDENTITAS KLIEN

Istri Suami

Nama : Ny.D Nama : Tn. A

Umur : 31 tahun Umur : 32 tahun

Suku : Jawa Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : D-III Pendidikan : S1

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Jalan Bengrah Rt/Rw 04/10 no 28 Kelurahan Cijantung


90

Subjektif

Alasan Datang

Alasan pemeriksaan ibu di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo adalah untuk

melakukan pemeriksaan ulang pada kehamilannya. Ibu mengatakan bahwa tidak ada

keluhan. Ibu mengatakan tidak pernah merasakan adanya tanda bahaya pada

kehamilannya seperti nyeri pada ulu hati, keluar darah dari kemaluan, penglihatan

kabur, bengkak pada tangan dan wajah. Ibu juga mengatakan belum begitu mengerti

tentang ASI Ekslusif serta bagaimana persiapan untuk memberikan ASI Ekslusif

karena anak pertama ibu tidak ASI Ekslusif melainkan susu formula.

Riwayat Haid :

Menarche usia 17 tahun, siklus 28 hari, lamanya 7 hari, banyaknya 3 kali ganti

pembalut/hari. Haid warna merah segar, dismenore negative, HPHT tanggal 16-01-

2018, Taksiran persalinan 23-10-2018.

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :

No TahunPers UsiaKeha Cara Penolong JK BB Nifas Keadaan Lama


persalinan
alinan milan Persalinan / Bayi menyusui
Tempat
1. 2015 39 minggu Spontan Bidan Lk 3000 Baik Sehat 2 th
(Klinik)
2. Hamil Ini
91

Riwayat Kontrasepsi :

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan metode KB.

Riwayat Penyakit yang Sedang Diderita :

Tidak ada riwayat kesehatan yang pernah atau sedang diderita seperti jantung,

tekanan darah tinggi, asma, atau penyakit berat lainnya. Tidak pernah atau sedang

mengalami penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, Hepatitis maupun penyakit

menular seksual lainnya, serta tidak pernah di operasi maupun mengkonsumsi

minuman beralkohol, obat-obatan, jamu.

Riwayat dan Kebiasaan Sehari-hari: Makan, Personal Hygine dan Eliminasi :

a. Nutrisi

Ibu makan 2-3 kali sehari, komposisi nasi, sayur (bayam, kacang panjang, dll),

lauk (tahu, tempe, telur, ikan), buah (papaya, jeruk dll) dan air putih 5 gelas

sehari. Selama hamil, porsi makan bertambah dengan menjadi 3-4 kali sehari,

dengan menu yang seimbang antara sayur dan lauk pauk, juga penambahan

minum air putih 6 – 8 gelas sehari.

b. Eliminasi

BAB 1 kali sehari pada pagi hari bangun tidur, konsistensi lunak, ada keluhan.

BAK 4 kali sehari, warna kuning jernih. Selama hamil, pola eliminasi bertambah

menjadi 2-3 kali BAK pada malam hari dan tidak ada keluhan.
92

c. Istirahat

Tidur sekitar 8 jam sehari. Ibu tidur dari jam 21.00 – 05.00 WIB dan terkadang

istirahat siang hari sekitar jam 12.00 – 13.00 WIB. Tidak ada keluhan.

d. Aktifitas dan olahraga

Tidak pernah melakukan olahraga fisik apapun, kegiatan ibu sehari-hari seperti

melakukan aktivitas rumah tangga biasa. Ketika hamil, setiap pagi melakukan

jalan santai selama + 30 menit dan tetap melakukan pekerjaan rumah tangga

seperti sewaktu sebelum hamil.

e. Personal hygiene

Mandi 2 kali sehari pagi dan sore hari, gosok gigi 2 kali sehari setiap mandi.

Keramas 3x seminggu, membersihkan genetalia setiap selesai BAK dengan air

bersih dari depan ke belakang, dan setelah BAB dengan air bersih dari belakang

ke depan. Setelah kehamilan pola personal hygiene lebih diperhatikan seperti

mandi 2-3 kali sehari dan keramas 1x sehari.

f. Kehidupan sexual

Frekuensi hubungan seksual 2-3 kali dalam seminggu. Semenjak hamil frekuensi

berkurang menjadi tidak pernah karena suami merasa takut dan kasihan melihat

perut ibu yang besar.

Kondisi psikososial :

Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama, menikah pada tanggal 10-10-2014,

lamanya pernikahan 4 tahun. Ibu mengatakan kehidupan sehari-hari dengan

keadaan keuangan dan ekonomi tercukupi. Sikap suami terhadap ibu dan

kehamilan ini baik, tidak mempunyai kepercayaan tertentu yang berhubungan


93

dengan kehamilan, jumlah keluarga dalam satu rumah 3 orang. Pengambilan

keputusan dalam keluarga adalah suami. Ibu dan keluarga merasa senang atas

kehamilannya.

Riwayat kehamilan ini trimester I, II dan III :

Trimester I : Sudah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 1 kali

yaitu pada kehamilan 7 minggu pada tanggal 06-03-2018.

Trimester II : Sudah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 1 kali

yaitu pada kehamilan 26 minggu pada tanggal 17-07-2018. Dan dengan hasil

pemeriksaan penunjang di dapatkan Hb 13,7 gr%, GDS 72 mg/dl, urine reduksi

(-), protein urine (-), HbsAg (-), Sifilis (-), HIV (-).

Trimester III : Ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak 4 kali yaitu pada

kehamilan 36 minggu pada tanggal 17-09-2018, 37 minggu pada tanggal 03-10-

2018. Dengan pemeriksaan ulang didapatkan Hb 13,7 gr%, Leukosit 5900/ul,

Trombosit 239000/ul, Hematokrit 41%, GDS 78 mg/dl, protein urine (-), urine

reduksi (-), usia kehamilan sekarang 38 minggu 3 hari.

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi :

Persiapan tempat persalinan di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo , penolong

persalinan Bidan, Biaya BPJS. Donor darah keluarga, Kendaraan motor.

Objektif
94

KU : Baik KES: Composmentis KE: Stabil

TD : 90/60 mmHg Nadi: 82x/menit RR: 20x/menit

Suhu : 36,0⁰C BB: 52,5 kg TB: 157 cm

Lila : 24,5 cm

Pemeriksaan Fisik

1. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

2. Muka : Tidak ada Oedema dan tidak tampak pucat

3. Gigi : Tidak ada caries, tidak berlubang

4. Bibir : Tidak pucat dan pecah-pecah

5. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan getah bening

6. Dada : Tidak ada bunyi wheezing

7. Payudara: Simetris, adanya hyperpigmentasi pada aerola, benjolan (-)

8. Abdomen: Pembesaran sesuai UK, tidak ada bekas luka operasi,

Linea +, Striae –

Palpasi : TFU : 30cm

Leopold I : Dibagian fundus teraba agak bulat, lunak dan tidak melenting.

(Bokong) Leopold II : Dibagian kanan perut teraba bagian terkecil Janin

(Ekstremitas) dan Dibagian kiri teraba panjang, keras, seperti papan dan ada tahanan.

Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat,keras,melenting (kepala) Belum

masuk panggul. Leopold IV : Teraba 5/5 bagian.


95

Auskultasi : DJJ : + 146 x/m, teratur, punctum maksimum terdengar

satu tempat sebelah kiri.

9. Ekstremitas atas dan bawah :

- Oedem : -/- - Reflek patella +/+

- Varises : -/-

Analisa

G2P1A0 Hamil 38 Minggu

Janin tunggal, hidup, presentasi kepala

Penatalaksanaan

1. Melakukan informed consent kepada ibu dan suami, bahwa akan menjadi

pasien studi kasus dan akan diberikan asuhan mulai dari umut kehamilan saat

ini sampai dengan nifas 6 minggu. Ibu dan suami setuju dan tidak keberatan

2. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini dalam kondisi

baik, Tanda-tanda ibu normal. ibu mengerti

3. Memberitahu ibu bahwa kondisi janinnya juga baik, posisi kepala di bawah

dan denyut jantung normal. Ibu mengerti dan merasa senang

4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang

mengandung karbohidrat (nasi, roti, jagung, umbi-umbian), protein (daging,

telur, ikan, tahu, tempe, kacang-kacangan, susu), vitamin (sayur-mayur, dan


96

buah-buahan). Ibu mengerti dan akan mengkonsumsi makanan yang

disebutkan

5. Menganjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi air putih minimal 2 liter/8

gelas perhari. Ibu mengerti

6. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, yaitu tidur pada malam hari 7-8 jam

dan istirahat pada siang hari +2jam. Ibu mengerti dan akan melaksanakannya.

7. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan yaitu, mual dan

muntah berlebih hingga mengganggu aktifitas, perdarahan, demam tinggi lebih

dari 2 hari, pergerakkan bayi berkurang atau tidak bergerak, bengkak pada

tangan dan kaki serta wajah disertai nyeri kepala yang berlebihan, keluar air

ketuban sebelum waktunya. Ibu mengerti dan akan segera datang ke pelayanan

kesehatan jika ibu merasakan gejala yang disebutkan tadi.

8. Menanyakan kepada ibu apa yang diketahui tentang ASI Ekslusif. Ibu

mengatakan sedikit tahu tentang ASI Ekslusif tetapi belum terlalu paham

karena anak pertama ibu tidak ASI Ekslusif.

9. Menjelaskan kepada ibu tentang pengertian dan manfaat ASI Ekslusif serta

menganjurkan kepada ibu ketika sudah bersalin nanti untuk memberikan ASI

Ekslusif kepada bayinya. Ibu mengerti dan mengatakan ingin memberikan ASI

secara Ekslusif.

10. Memberikan terapi SF 1x1 dan kalk 1x1. Memberitahu ibu untuk
meminumnya dengan air putih dan jangan meminumnya dengan teh karena
akan mengganggu proses penyerapan zat besi yang ada pada obat tersebut ke
dalam tubuh. Ibu mengerti
97

11. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan pergerakan janinnya minimal 10

kali dalam sehari, ibu mengerti dan akan lebih memperhatikan pergerakan

janinnya.

12. Mengingatkan ibu kembali mengenai tanda bahaya trimester III antara lain

muntah terus menerus dan tidak mau makan, demam tinggi, bengkak pada

muka, kaki, dan tangan, atau sakit kepala hebat disertai kejang, gerakan janin

tidak seperti biasanya atau janin tidak bergerak, perdarahan pervaginam, air

ketuban keluar sebelum waktunya, nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium,

pengelihatan kabur atau pandangan mata yang tidak jelas, serta memberitahu

ibu apabila mengalaminya segera periksa ke tenaga kesehatan terdekat. Ibu

mengerti.

13. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian

pada tanggal 17 Oktober 2018. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

dan bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Kedua

Tanggal 16 Oktober 2018 Pukul 15.30 WIB di Rumah Kediaman Ny. D


98

Subjektif

Ibu mengatakan sering pipis pada malam hari saja dan kurang nafsu makan

Objektif

KU : Baik KES: Composmentis KE: Stabil

TD : 120/80mmHg Nadi: 80x/menit RR: 20 menit

Suhu : 36,6⁰C

Pemeriksaan Fisik

1. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

2. Muka : Tidak ada Oedema, tidak tampak pucat

3. Abdomen: Pembesaran sesuai UK, tidak ada luka bekas operasi

Linea +. Striae -.

Palpasi: TFU: 30 cm

Leopold I : Dibagian fundus teraba agak bulat,lunak,dan tidak melenting.

(Bokong)

Leopold II : Dibagian kanan perut teraba bagian terkecil Janin (Ekstremitas). Dan

dibagian kiri teraba panjang,keras, seperti papan dan ada tahanan.

Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat,keras,melenting (kepala) Sudah

masuk panggul.
99

Leopold IV : TBJ : (30-11) x 155 = 2,945 gram.

Auskultasi : DJJ : + 142 x/m, teratur, punctum maksimum terdengar

satu tempat sebelah kiri.

Analisa

G2P1A0 Hamil 39 minggu 3 hari

Janin, tunggal, hidup, presentasi kepala

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan kondisi ibu dan

janinnya saat ini baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan ibu sering BAK adalah kejadian

fisiologis pada trimester III, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul

menyebabkan penekanan uterus pada vescia urinaria. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan.

3. Memberitahu ibu agar mengkonsumsi air putih dengan cara mengurangi asupan

cairan pada sore dan malam hari dan memperbanyak minum saat siang hari agar

waktu ibu untuk tidur malam hari tidak terganggu karena sering BAK. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup serta mengurangi akttivitas sehari-

hari. Melakukan konseling mengenai pola tidur. Ibu dianjurkan untuk melakukan

aktivitas pada pagi dan siang hari agar pada malam hari ibu merasa lelah dan
100

butuh istirahat tidur lebih cepat pada malam hari. Pada siang hari ibu boleh tidur

siang atau berbaring ± 1jam untuk menghindari rasa lelah setelah beraktifitas.

Memberitahu ibu untuk tidur dengan pola yang teratur yaitu malam hari minimal

6-8 jam dan 1-2 jam pada siang hari karena pola tidur berpengaruh pada

kesehatan ibu dan janin. Ibu mengerti

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan stimulasi pada janin dengan mengajak janin

berkomunikasi karena janin sudah dapat merespon suara dari luar rahim ibu. Ibu

sudah melakukannya dan merasakan respon janin saat diajak berbicara yaitu

menendang.

6. Memberitahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang

seperti karbohidrat, protein, sayur-sayuran, susu untuk ibu hamil. Ibu mengerti

7. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan mandi, sering

mengganti pakaian dalam. Ibu mengerti

8. Mengingatkan kembali mengenai tanda-tanda bahaya dalam kehamilan seperti

keluar darah dari vagina, keluar cairan ketuban dari vagina, sakit kepala yang

hebat dan terus menerus, penglihatan kabur, gerakan janin berkurang, nyeri ulu

hati. Bila ada tanda-tanda tersebut ibu dianjurkan untuk segera memeriksakan

diri ke bidan atau dokter. Ibu mengerti mengenai penjelasan yang telah diberikan.

9. Memberikan terapi SF 1x1 dan kalk 1x1. Memberitahu ibu untuk meminumnya

dengan air putih dan jangan meminumnya dengan teh karena akan mengganggu

proses penyerapan zat besi yang ada pada obat tersebut ke dalam tubuh. Ibu

mengerti.
101

10. Memberikan dukungan atas keputusan ibu untuk memberikan ASI secara

Ekslusif dan mengingatkan ibu bahwa ASI Ekslusif merupakan pemberian ASI

saja tanpa tambahan apapun selama 6 bulan.

11. Mengingatkan pada ibu untuk mempersiapkan perlengkapan ibu dan bayi untuk

persalinanya. Ibu mengerti dan mau mempersiapkannya.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Kunjungan Ketiga

Tanggal 18 Oktober 2018 Pukul 09.50 WIB di Ruang KIA

Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

Subjektif
102

Ibu mengatakan bahwa saat ini menjadi sering pipis dan gerak bayi masih aktif.

Objektif

KU : Baik KES: Composmentis KE: Stabil

TD : 100/60mmHg Nadi: 80x/menit RR: 20 menit

Suhu : 36,0⁰C

Pemeriksaan Fisik

1. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

2. Muka : Tidak ada Oedema, tidak tampak pucat

3. Abdomen: Pembesaran sesuai UK, tidak ada luka bekas operasi

Linea +. Striae -.

Palpasi: TFU: 30 cm

Leopold I : Dibagian fundus teraba agak bulat,lunak,dan tidak melenting.

(Bokong)

Leopold II : Dibagian kanan perut teraba bagian terkecil Janin (Ekstremitas). Dan

dibagian kiri teraba panjang,keras, seperti papan dan ada tahanan.

Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat,keras,melenting (kepala) Sudah

masuk panggul.

Leopold IV : TBJ : (30-11) x 155 = 2,945 gram.


103

Auskultasi : DJJ : + 142 x/m, teratur, punctum maksimum terdengar

satu tempat sebelah kiri.

Analisa

G2P1A0 Hamil 39 minggu 5 hari

Janin, tunggal, hidup, presentasi kepala

Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan

bahwa saat ini kondisi ibu dan janinnya dalam keadaan baik. Ibu mengerti

2. Menganjurkan ibu untuk persiapan pemberian ASI Ekslusif dengan rutin

membersihkan putting susu agar tidak menghambat dalam pemberian ASI

nanti. Ibu mengerti

3. Mengajarkan ibu teknik perawatan payudara untuk memperlancar

pemberian ASI, mencegah terjadinya keluhan-keluhan saat menyusui

seperti bendungan ASI. Ibu mengerti dan mau mempraktikan teknik

perawatan payudara.

4. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar agar ASI yang diberikan

kepada bayi optimal dan ibu tidak mengalami keluhan saat menyusui. Ibu

mengerti

5. Menganjurkan ibu untuk teknik relaksasi pernafasan disaat ada mules yaitu

dengan cara tarik nafas panjang dari hidung dan dikeluarkan dari mulut.

Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.


104

6. Memberitahu ibu mengenai persiapan ibu dan bayi saat menghadapi

persalinan. Ibu mengerti dan sudah dipersiapkan.

7. Memberikan support kepada ibu agar semangat dan tidak megkhawatirkan

proses persalinan bahwa ibu bisa lahir normal, dalam kondisi ibu dan bayi

sehat. Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan.

8. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan seperti keluar lendir darah,

dan mulas yang semakin sering, kuat, dan teratur atau keluar air-air

pervaginam. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan segera

datang ke puseksmas jika terdapat tanda-tanda tersebut.

9. Menganjurkan ibu istirahat cukup yaitu tidur pada manlam hari 7-8 jam dan

istirahat pada siang hari + 2 jam. Ibu menegrti dan mau melakukannya.

10. Memberikan ibu obat yaitu : SF 60 mg sebanyak XX tablet diminum 1x1/hari,

Vit. C 500 mg sebanyak XX tablet di minum 1x1/hari dan kalk 500 mg 1x1

XX tablet. Ibu mengerti dan berjanji akan menghabiskan obat yang diberikan.

11. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang pada tanggal 25 Oktober 2018. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk melakukan

kunjungan ulang.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PADA Ny. D

Tanggal 21 Oktober 2018 di Ruang Bersalin

Puskemsas Kecamatan Pasar Rebo


105

Kala I Fase Aktif, Tanggal 21 Oktober 2018 , Pukul 02.00 WIB

Subjektif

Ibu datang ke puskesmas kecamatan pasar rebo pukul 02.00 WIB dengan

keluhan mules-mules sering setiap 10 menit 2-3 kali mules sejak pukul 20.00

WIB dan sudah keluar lendir darah dan belum keluar air-air. Ibu mengatakan

makan terakhir pukul 19.00 dan minum terakhir pada pukul 01.30 WIB. Ibu

mengatakan BAB terakhir pukul 20.30 WIB dan bak terakhir pukul 01.00

WIB.

Objektif

Keadaan umum baik, Kesadaran compos mentis, TD 120/80 mmHg, nadi 80

x/menit, suhu 36,0°C, pernafasan 21 x/mnt, TFU 32 cm, difundus teraba

bokong, punggung kiri, bagian terendah kepala sudah masuk PAP. TBJ (32 –

11) x 155 = 3.255 gram. DJJ 140 kali/menit, teratur, punctum maksimum 1

tempat di

sebelah kiri dibawah pusat.His 4x/10 menit, lamanya 30 detik, kekuatan

sedang, relaksasi ada.

Periksa dalam vulva vagina tidak odem, tidak ada luka, tidak ada benjolan

pada vagina, tidak ada varrices di vagina, portio tebal lunak, Ø 6 cm, ketuban

(+), penurunan di hodge II.

Analisa

G2P1A0 Hamil 40 minggu partus kala I fase aktif

Janin, tunggal, hidup, presentasi kepala.

Penatalaksanaan
106

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu dan janin

saat ini dalam keadaan baik. TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, S:

36,6°C, RR: 21x/menit, Ø6cm, DJJ: 140x/m. Ibu mengerti

2. Menganjurkan ibu untuk teknik relaxasasi untuk mengurangi sakit yaitu

dengan menarik nafas panjang dan hidung saat ada his, dan

menghabiskannya secara perlahan melalui mulut. Ibu mengerti dan

mampu melakukaknnya

3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi miring kiri dan jalan-jalan disekitar

RB jika ibu mampu untuk membantu penurunan kepala janin. ibu

mengerti dan mampu miring kiri

4. Menganjurkan ibu untuk memilih pendamping. Ibu memilih suami

5. Menganjurkan ibu makan dan minum saat tidak ada his. Ibu sudah

makan, Ibu hanya mau minum.

6. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menahan BAB atau BAK. Ibu

mengerti

7. Menyiapkan tempat untuk persalinan kala II, obat dan alat untuk

pertolongan persalinan . Obat dan alat sudah disiapkan.

8. Mengobservasi his, djj, dan nadi ibu setiap30 menit.TD dan kemajuan

persalinan 4 jam dan suhu 2 jam kemudian. Hasil tercatat dalam batas

normal tercatat dalam partograf

9. Merencanakan pertolongan persalinan pervaginam. Ibu dan keluarga

setuju.

Kala II tanggal 21 Oktober 2018 Pukul 04.30 WIB


107

Subjektif

Ibu mengatakan ingin meneran

Objektif

Keadaan umum baik, Kesadaran compos mentis, Tampak ibu meneran, Vulva

membuka, perineum menonjol, anus mendatar. Keadaan umum baik. Leopold

4 1/5 bagian. DJJ 145 x/mnt, teratur, punctum maksimum 1 tempat disebelah

kiri bawah pusat. His 4x/10 menit, lama 45 detik, Kuat, relaksasi ada Periksa

dalam: vulva dan vagina tidak oedema, portio tidak teraba, Ø lengkap, selaput

ketuban (+), presentasi kepala, penurunan H4+, posisi UUK kiri depan.

Pengeluaran pervaginam darah dan lendir.

Terdapat tanda-tanda gejala kala II : adanya dorongan ingin meneran, tekanan

pada anus, perineum menonjol, vulva membuka.

Analisa

G2P1A0 Hamil 40 minggu partus kala II

Janin, tunggal, hidup, presentasi kepala

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu bahwa keaadan ibu dan janin dalam keadaan baik

pembukaan sudah lengkap, jika ada his ibu diperbolehkan untuk meneran.

Ibu mengerti
108

2. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan proses persalinan dengan posisi

meneran yang baik dan memberikan pilihan posisi jongkok, berdiri, dan

berbaring. Ibu memilih berbaring.

3. Memakai APD lengkap. APD sudah dipakai

4. Mendekatkan obat dan partus set.

5. Melakukan amniotomi. Cairan ketuban berwarna jernih

6. Memimpin ibu untuk meneran bila ada his dan jika tidak ada his

menganjurkan ibu untuk minum dan istirahat serta melakukan cek djj.

Tindakan sudah dilakukan

7. Membantu dan memimpin persalinan sesuai APN. Bayi lahir spontan jam

04:50 WIB, letak belakang kepala, segera menangis, warna kulit

kemerahan, bergerak aktif, jenis kelamin laki-laki, cacat (-).

Mengeringkan dan menghatkan By. Ny. D.

8. Memfasilitasi ibu untuk melalukan IMD. Bayi berada diatas dada ibu

secara tengkurap.

Kala III, Tanggal 21 Oktober 2018, Pukul 04.50 WIB

Subjektif

Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya

Objektif
109

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.TFU sepusat, kontraksi baik, uterus

globular, tidak ada janin kedua, kandung kemih tidak teraba, keluar darah tiba – tiba,

tampak tali pusat menjulur di depan vulva. Perdarahan ± 150 cc.

Analisa

P2A0 Partus kala III

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayi lahir pukul 04:50 WIB, jenis

kelamin laki-laki dan plasenta belum lahir. Ibu sudah mengetahui

2. Memeriksa adanya janin kedua. Tidak ada janin kedua

3. Melakukan menejemen aktif kala III :

a. Memberi suntikan oksitosin. Oksitosin 10 IU secara IM sudah

diberikan

b. Melakukan PTT saat uterus berkontraksi. Tampak semburan darah,

uterus glabuler, tali pusat memanjang. Sudah dilakukan

c. Melahirkan plasenta. Plasenta lahir jam 04:56 WIB plasenta lahir

spontan.

d. Melakukan masase uterus selama 15 detik. Kontraksi baik uterus

mengeras. Tfu sepusat

Kala IV tanggal 21 Oktober 2018 Pukul 04:56 WIB

Subjektif
110

Ibu mengatakan lega dan senang atas kelahiran bayinya, ibu mengatakan perutnya

masih terasa mulas.

Objektif

Keadaan umum lemas. TD 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,6oC, pernafasan

20x/menit. TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras , kandung kemih kosong,

terdapat laserasi jalan lahir derajat I, perdarahan ± 50 cc. Memeriksa kelengkapan

plasenta. Selaput ketuban lengkap, kotiledon lengkap 20 buah, diameter 20 cm tebal

2,5 cm, inserti TP sentralis, panjang tali pusat 40 cm.

Analisa

P2A0 Partus kala IV

Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik. Ibu

mengerti.

2. Memberitahu ibu bahwa terjadi ruptur (robekan) pada jalan lahir dan akan

dilakukan penjahitan tanpa menggunakan anastesi. Melakukan penjahitan

robekan jalan lahir teknik jelujur. Perineum selesai di jahit.

3. Mengajarkan pada ibu cara masase uterus. Ibu mengerti dan

mempraktikannya
111

4. Membersihkan, merapihkan, dan mengganti pakaian ibu, memakaikan ibu

pembalut guna pemantauan perdarahan. Sudah dilakukan

5. Memberikan makan dan minum pada ibu. Sudah diberikan

6. Menganjurkan kepada ibu untuk mobilisasi dini diatas tempat tidur, yaitu

dengan miring kekanan maupun miring kekiri. Ibu dapat melakukannya

7. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menahan BAK. Memberitahu ibu

pentingnya tidak menahan BAK yaitu agar involusi uteri berproses dengan

baik. Ibu mengerti

8. Mendekontaminasikan partus set, hecting set kedalam lauran clorin 0,5%

selama 10 menit. Sudah dilakukan.

9. Melakukan observasi TD, nadi, pernafasan, kontraksi, perdarahan, dan

kandung kemih setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit

pada 1 jam kedua. Hasil dalam batas normal tercatat dalam partograf

10. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasi ibu. Ibu mengerti

11. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK. Ibu mengerti dan

bersedia

12. Memberikan therapi obat Amoxillin 500mg 3 x 1 hari (XX tab), Vitamin C

250 mg 1 x 1 hari (XX tab) , Fe 60 mg 1 x 1 hari (XXX tab) dan Vitamin A

200.000 IU 1 x 1 ( 2 tablet ). Sudah diberikan

13. Melakukan rawat gabung ibu dan bayi. Sudah dilakukan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR USIA 1 JAM


112

Tanggal 21 Oktober 2018 Pukul 05.50 WIB

Subjektif

Ibu mengatakan bayinya sudah menghisap puting

susu Ibu mengatakan bayi belum BAK/BAB.

Objektif

Keadaan umum bayi baik, kulit kemerahan, tonus otot aktif, tangisan

kuat BAB/BAK (-)/(-)

BB: 3550 gram, PB: 51 cm, Lingkar kepala : 32 cm, lingkar dada : 33 cm

Suhu 36,0°C, denyut jantung 141 x/mnt, pernafasan 40x/mnt. Kulit

kemerahan, bergerak aktif, Tali pusat tidak ada infeksi dan perdarahan .

BAB/BAK (+)/(-).

Pemeriksaan Fisik

Kepala simetris, tidak ada molase, tidak ada caput, tidak ada hematoma,

fontanel datar.

Mata simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, sklera tidak ikterik

Hidung terdapat septum, tidak ada pengeluaran cairan, dan gerakan cuping

hidung tidak ada

Mulut simetris, tidak ada kelainan, bibir tidak biru, tidak sumbing,

Telinga simetris, terbentuk sempurna, tidak ada pengeluaran

cairan.
113

Dada simetris, tidak ada tarikan dinding dada,putting susu simetris dan tidak

pengeluaran

Abdomen simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat dan tidak ada

perdarahan.

Punggung tidak ada benjolan

Ekstremitas gerakan normal, jumlah jari tangan dan kaki sempurna, tidak ada

selamput pada jari, tidak ada polidaktili/ sindaktili.

Genetalia jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun ke skrotum, lubang penis

ditengah, anus positif.

Pemeriksaan refleksRefleks morro (+), sucking (+), grasping (+), rooting (+),

tonicneck (+).

Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam

Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan

bayinya baik dan normal, serta menginformasikan hasil pemeriksaan

antropometri kepada ibu dan suami. Ibu daan suami mengerti

2. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya. Ibu mengerti dan

bersedia melakukannya.

3. Memberikan salpep mata chloramphenicol untuk pencegahan infeksi

dan menyuntikkan vitamin K 0,5 cc IM pada 1/3 paha kiri luar bayi

untuk mencegah perdarahan. Salep mata dan vitamin K sudah diberikan


114

4. Memberikan peneng warna biru untuk identitas bayi dan melakukan

cap kaki bayi. Peneng telah diberikan dan sudah melakukan cap kaki

bayi

5. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian bayi,

topi,bedong dan sarung tangan.

6. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan diberikan imunisasi HB O

setelah 1 jam pemberian Vit K dibagian sepertiga paha kanan luar. Ibu

mengerti dan setuju

7. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya sesuai kemauan bayi

tidak perlu dibatasi atau dijadwalkan agar involusi uterus berjalan

dengan baik. Ibu mengerti

8. Melakukan perawatan gabung antara ibu dan bayi. Sudah dilakukan

9. Mengajarkan kepada ibu mengenai posisi-posisi yang dapat di

praktikkan saat menyusui bayinya, dan bagaimana perlekatan mulut

bayi dengan putting susu yang benar. Ibu mengerti

10. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya bayi baru lahir seperti,

tidak mau menyusu, pernafasan cepat, bayi tampak gelisah, demam

pada bayi hingga kejang, tali pusat membengkak, berdarah, bernanah.

Ibu mengerti.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 6 HARI

Tanggal 26 Oktober 2018 Pukul 19.00 WIB di Rumah Kediaman Ny. D

Subjektif
115

Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI, Bayi pintar menyusu ASI, Ibu

mengatakan tali pusat bayinya sudah puput, sudah BAB dan BAK, tinja berwarna

kehijauan dan lunak. Ibu mengatakan bayi sering dijemur pada pagi hari setelah

mandi.

Objektif

Pemeriksaan umum: keadaan umum : baik Tanda-tanda vital : DJB 125x/ menit,

pernafasan 50x/ menit, suhu: 36,8°C . Pemeriksaan Head to toe, gerak (+), warna

kulit kemerahan, tubuh bersih, perut tidak kembung, dan tidak ada tanda-tanda

infeksi, menyusu (+), BAB/BAK 2x/6x dalam sehari. BB:3650 gram.

Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 hari

Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keadaan bayi saat ini baik. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan

2. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan

tanpa memberikan makanan tambahan. Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan

3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi untuk pemenuhan

nutrisi. Ibu mengerti dan akan menerapkan


116

4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan pada bayinya, seperti menjaga

bayi agar selalu dalam keadaan bersih, hangat, dan kering dengan mengganti

pakaian yang basah sesuai keperluan, menganjurkan ibu untuk tidak memberi

apapun pada pusar bayi. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

5. Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ke Puskesmas untuk kontrol

sesuai jadwal yang ditentukan. Ibu mengerti

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI USIA 2 MINGGU

Tanggal 04 Oktober 2018 Pukul 14.45 WIB

Subjektif

Ibu mengaatakan tidak ada keluhan pada bayinya. Ibu mengatakan sudah

menjemur bayinya sesuai anjuran yang diberikan. Ibu mengatakan bayinya

menyusu dengan baik.

Objektif

Keadaan umum : baik, kesadaran : compos mentis,


0
Tanda-tanda vital : DJB 138 x/menit, pernafasan 45 x/menit, suhu:36,5 C

BB : 4000 gram.

Pemeriksaan Head to toe : Kepala: Bersih, perut : tidak kembung, tubuh:

tidak ikterik. Menyusu: positif, BAB/BAK: +/+

Analisa

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 14 hari

Penatalaksanaan
117

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa

keaadaaan bayi saat ini baik. Ibu mengerti dan senang mendengarnya

2. Memastikan tidak ada tanda0tanda bahaya pada bayi. Bayi tidak

demam, menyusu dengan baik, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

3. Mengingatkan ibu untuk selalu menyusui baying sesering mungkin

agar bayi mendapat asupan nutrisi yang cukup dan dapat tumbuh

dengan baik. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

4. Mengingatkan kepada ibu untuk hanya memberikan ASI Ekslusif

kepada bayinya selama 6 bulan tanpa tambahan makanan ataupun air

dan memberitahu ibu tentang manfaat ASI Ekslusif. Ibu mengerti

5. Memberitahu informasi pada ibu mengenai imunisasi bagi bayi. ibu

mengerti

6. Menjelaskan kepada ibu tentang lima imunisasi dasar lengkap dan

waktu imunisasi bagi bayi yaitu Hepatitis, BCG, Polio, DPT, Campak.

Ibu mengerti dan bersedia membawa bayi untuk imunisasi lengkap.

Ibu mengerti

7. Menganjurkan ibu untuk selalu memandikan bayinya setiap pagi dan

sore, apabila bayinya BAB/BAK segera ganti popok bayi yang basah

diganti dengan yang bersih dan kering. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan.

8. Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke Puskesmas

untuk imunisasi bayinya pada usia 1 bulan pada tanggal 23 November

2018. Ibu mengerti


118

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI USIA 6 MINGGU

Tanggal 29 November 2018 Pukul 18.00 WIB

Subjektif

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan saat ini bayi rewel hanya jika

lapar dan jika BAB/BAK

Objektif

Keadaan umum bayi baik. Pemeriksaan tanda-tanda vital DJB: 139x/m,

Suhu: 36,5°C, P: 40x/m, berat badan 5000 gram, warna kulit kemerahan,

mata tidak ikterik, genetalia bersih dan kering.

Analisa

Neontatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 minggu

Penatalaksanaan

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi ibu dalam keadaan

baik. Ibu mengerti

2. Melakukan pemeriksaan keadaan umum bayi, TTV, tanda-tanda infeksi

dan tanda bahaya pada bayi. Hasil dalam batas normal

3. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan. Ibu

memberikan ASI setiap 2 jam tanpa tambahan makanan atau cairan

apapun.

4. Mengingatkan ibu untuk melakukan imunisasi saat bayi umur 2 bulan

yaitu imunisasi DPT dan Polio 2 pada tanggal 27 Desember 2018. Ibu

mengerti dan akan datang.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


119

Tanggal 21 Oktober 2018 Pukul 10.50 WIB

Subjektif

Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran bayinya tetapi sedikit

lelah dan mengantuk, tidak pusing, tidak berkunang-kunang. Ibu

mengatakan sudah makan ½ nasi, sayur dan lauk, minum mineral +

500 cc. Perut masih terasamules dan nyeri pada luka jahitan. Ibu

mengatakan sudah BAK tapi belum BAB. Ibu mengatakan ASI keluar

sedikit dan bayinya sudah mau menghisap ASI.

Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional

stabil,

Tanda-tanda vital : Tekanan Darah 110/80 mmHg, Suhu tubuh 36,5

˚C,

Nadi 80 x/menit, Pernapasan 20 x/menit.

Mata konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak kuning

Payudara tidak bengkak, pengeluaran kolostrum, puting susu kanan

menonjol puting susu kiri menonjol (-)

Abdomen TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,

kandung kemih kosong,

Anogenital : pengeluaran lochea rubra ± 30 cc, luka laserasi masih

basah

Analisa
120

P2A0 post partum 6 jam

Penatalaksanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini baik.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan merupakan

hal yang normal karena uterus berkontraksi dan mengalami

pengecilan. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

3. Menganjurkan ibu untuk menambah nutrisi, tetap makan-makanan

bergizi seimbang, sayuran hijau, makan telur rebus,lauk-pauk,

buah-buahan dan susu agar dapat memperbanyak pengeluaran ASI

serta dapat membantu proses penyembuhan luka jahitan . Ibu

mngerti dengan penjelasan yang diberikan.

4. Menganjurkan ibu agar memberikan ASI sesering mungkin atau

sesuai kebutuhan yaitu setiap 2 jam bergantian antara payudara kiri

dan kanan pada bayinya. Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan.

5. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar. Ibu mengerti dan

dapat mempraktikannya

6. Menganjurkan ibu agar memberikan ASI eksklusif ( ASI selama 6

bulan ) pada bayinya. Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan
121

7. Mengingatkan ibu agar tidak menahan BAK karena dapat

mengganggu kontraksi uterus, ibu yang dapat menyebabkan

perdarahan. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

8. Memberitahu kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya masa nifas

seperti terabanya rahim yang lembek, lochea berbau dan adanya

darah yang mengalir terus menerus, jika terdapat tanda-tanda

tersebut untuk segera ke tenaga kesehatan. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan dan akan mengingatnya.

9. Menganjurkan ibu untuk beristirahat karena ibu masih merasa

lemas. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

10. Menganjurkan ibu agar menjaga kebersihan diri khususnya

kebersihan alat kelamin. Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan.

11. Memantau tanda – tanda vital, TFU, kontraksi uterus, kandung

kemih dan perdarahan ( lochea ) ibu. Pemantauan telah dilakukan

dan masih dalam batas normal.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 HARI

Tanggal 26 Oktober 2018 Pukul 19.00 WIB

Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada pantangan apapun selama nifas, ibu mengatakan

makan sehari 3x sehari yaitu dengan menu bervariasi nasi, sayuran hijau,
122

kacang-kacangan dan lauk pauk. Ibu mengatakan BABdan BAK lancar. Ibu

mengatakan luka jahitan sudah berkurang nyerinya dan ibu mengatakan ASI

keluar banyak pada payudara kanan dan kiri.

Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil,

Keadaan emosional : stabil

TTV : TD 110/80mmHg, nadi 82 x/menit, Rr 20 x/menit, suhu 36,50C

Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, payudara bengkak, pengeluaran

ASI (-) putting susu menonjol. TFU sepusat, lochea sanguinolenta, tidak ada

tanda tanda tromboplembitis. Perdarahan + 10 cc.

Analisa

P2A0 post partum 6 hari

Penatalaksanaan

1. Memberitahukan ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

bahwa pada saat ini keadaan ibu baik. Ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan.

2. Mengingatkan kembali ibu untuk menambah nutrisi. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan.

3. Memberikan semangat kepada ibu untuk memberikan ASI kepada

bayinya sampai berumur 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun.

Ibu mengatakan dari lahir sampai sekarang masih diberikan ASI.


123

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara

dan mengajarkan ibu tentang perawatan payudara. Ibu mengerti

dengan penjelasan yang diberikan dan ibu mau melakukannya.

5. Mengajarkan ibu teknik pijat oksitosin untuk memperlancar ASI.

Ibu mengerti dan mau melakukannya.

6. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya

minimal 2jam sekali atau semaunya bayi. Ibu mengerti dan mau

melakukannya.

7. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

menjaga tetap hangat, menjaga kebersihan genetalia bayi. Ibu

mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan.

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol nifas dan neonatus

pada tanggal. Ibu mengerti dan akan datang untuk kontrol nifas

dan bayinya.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 2 MINGGU

Tanggal 4 November 2018 Pukul 14.45 WIB

Subjektif

Tidak ada keluhan, cairan pervaginam sudah berwarna kekuningan,ibu

sudah beraktivitas seperti biasa, ibu mengatakan makan sehari 3x sehari


124

yaitu dengan menu bervariasi nasi, sayuaran hijau, dan lauk pauk. Ibu

mengatakan BAB dan BAK lancar. ASI keluar lancar.

Objektif

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Keadaan emosional : stabil


0
TTV :TD 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit, Rr 20 x/menit, suhu 36,6 C

Pemeriksaan fisik secara umum : wajah tidak oedem, kelopak mata tidak

bengkak, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, payudara tidak

bengkak, pengeluaran ASI (+) putting susu menonjol. TFU tidak teraba,

kandung kemih kosong, lochea alba.

Analisa

P2A0 post partum 2 minggu

Penatalaksanaan

1. Memberitahukan ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

bahwa pada saat ini keadaan ibu baik, ibu mengerti dengan

penjelasan yang diberikan

2. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk terus menerus

memberikan ASI kepada bayinya sampai berumur 6 bulan tanpa

makanan tambahan apapun. Ibu mengatakan dari lahir sampai

sekarang masih diberikan ASI.


125

3. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda

penyulit dalam menyusui. Ibu menyusui dengan sangat baik, bayi

menghisap dengan kuat, ASI yang dihasilkan banyak.

4. Memberikan konseling pada ibu untuk memperhatikan tanda-

tanda bahaya pada bayi baru lahir, tetap menjaga kehangatan bayi,

personal hygiene bayi. Ibu mengerti.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 MINGGU

Tanggal 29 November 2018 Pukul 18.00 WIB

Subjektif

Saat ini ibu tidak ada keluhan, pengeluaran ASI lancer dan banyak, ibu selalu

memberikan ASI kepada bayinya dan tidak memberikan minuman atau

makanan.

Objektif

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Keadaan emosional : stabil


0
TTV :TD 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit, Rr 20 x/menit, suhu 36,6 C

Pemeriksaan fisik secara umum : wajah tidak oedem, kelopak mata tidak

bengkak, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, payudara tidak

bengkak, pengeluaran ASI (+) putting susu menonjol. TFU tidak teraba.

Analisa

P2A0 post partum 6 minggu


126

Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu saat ini

dalam keadaan baik. Ibu mengerti

2. Mengingatkan kembali dan memotivasi ibu untuk tetap melanjutkan

pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan tanpa tambahan makanan

atau minuman apapun. Ibu melakukannya.

3. Mengingatkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan baik. Ibu

mengert

BAB IV

PEMBAHASAN

Selain memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap Ny. D

sejak umur kehamilan 38 minggu, penulis mencoba melakukan pembahasan kasus

dengan membandingkan teori-teori yang ada dengan praktik yang dilakukan di


127

lapangan. Berikut adalah pembahasan perkembangan Ny. D dimulai dari masa

kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir serta dukungan pemberian ASI

Ekslusif.

A. Asuhan Antenatal

Pada kontak pertama kali dengan klien sebelum melakukan asuhan kebidanan

antenatal terlebih dahulu penulis memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan

serta meminta persetujuan untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada

ibu. Pertama kali penulis kontak dengan Ny. D ketika usia kehamilan 38 minggu dari

HPHT.

Setelah melakukan inform consent penulis melakukan anamnesa yang

bertujuan mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan

persalinan yang dapat digunakan dalam proses membuat keputusan klinis untuk

menegakan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang

sesuai ( Asuhan Persalinan Normal, 2008).

Anamnesa dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2018 di Puskesmas Kecamatan

Pasar Rebo, klien menyatakan bahwa usianya sekarang 31 tahun. Usia ini merupakan

usia yang baik untuk bereproduksi. Dan usia yang aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah antara 20-35 tahun (Saifudin, 2010). Karena mulai umur 20 tahun,

rahim dan bagian tubuh lainnya sudah benar-benar siap untuk menerima kehamilan

dan pada umur tersebut biasanya wanita sudah siap untuk menjadi seorang ibu.

Pada teori dinyatakan bahwa pemeriksaan lengkap adalah K1, K2, dan K4. K

merupakan singkatan dari kunjungan. Hal ini berarti minimal dilakukan satu kali

kunjungan antenatal pada trimester pertama, satu kali kunjungan pada trimester kedua
128

dan dua kali kunjungan antenatal pada trimester ketiga (Saifudin, 2006). Berdasarkan

teori tersebut jumlah kunjungan ANC klien sudah mencukupi untuk memberikan

pengawasan serta mendeteksi adanya kelainan-kelainan.

Dengan dilakukannya asuhan antenatal pada saat kehamilan merupakan salah

satu upaya preventif program pelayanan kebidanan, kunjungan antenatal sebaiknya

dilakukan secara berkala dan teratur. Pada kehamilan normal pemeriksaan sebaiknya

dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan sesuai teori yang dijelaskan.

Ini adalah kehamilan kedua bagi ibu dengan HPHT 16 Januari 2018.

Berdasarkan HPHT pada saat kunjungan pertama dengan klien usia kehamilan ibu

adalah 38 minggu 3 hari HPHT klien juga dapat digunakan guna mengetahui taksiran

persalinan. Taksiran persalinan dapat dihitung menggunakan rumus Neagle yaitu

ditambahkan 7 hari ke hari pertama haid terakhir dan pada bulan ditambahkan 9 jika

HPHT dari bulan Januari sampai Maret. Dan dikurangi 3 jika HPHT dari bulan April

sampai bulan Desember. Pada tahun HPHT ditambahkan 0 jika HPHT dari bulan

Januari sampai Maret dan ditambahkan 1 jika HPHT bulan April sampai dengan

bulan Desember. (Damanik, 2008). Maka dari hasil perhitungan menurut rumus

Neagle didapatkan taksiran persalinan klien yaitu 23 Oktober 2018.

B. Asuhan Intranatal

KALA I
Pada tanggal 21 Oktober 2018 Pukul 02.00 WIB ibu datang

mengatakan mulas sejak pukul 20.00 WIB dan keluar lendir darah, ibu

menunjukkan bahwa ibu menahan rasa mulas. Penulis memeriksa TFU dan
129

DJJ didapatkan hasil pemeriksaan dalam, hasil pemeriksaan didapatkan vulva

vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 6 cm, ketuban(+),

penurunan di hodge II, dan tidak ada penyusupan. His sebanyak 4x/10 menit,

lamanya 30 detik. Dari hasil pemeriksaan, maka penulis menyimpulkan klien

dengan diagnosa G2P1A0 Hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif, janin

tunggal hidup dan presentasi kepala. Dari data ini dapat diketahui bahwa ibu

dalam keadaan inpartu kala 1 fase aktif hal ini sesuai dengan teori.menurut

JNPK-KR Depkes RI yang menyatakan bahwa fase aktif (dimulai dari

pembukaan 4cm hingga pembukaan lengkap), frekuensi dan lama kontraksi

uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat atu

memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama

40 detik atau lebih).

Asuhan yang diberikan kepada ibu adalah mengobservasi his dan djj, nadi

setiap 30 menit dan tekanan darah setiap 4 jam. Mengajarkan ibu teknik

relaksasi, memantau kemajuan dan memberikan infromasi tentang semua

pemeriksaan dan hasil yang didapatkan, memenuhi dan hidrasi, menyiapkan

partus set, heacting set dan baju bayi.

KALA II
Pukul 04.30 WIB ibu mengatakan ingin meneran. Ibu menunjukkan

gejala kala II yaitu adanya dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum

menonjol dan vulva membuka. Penulis memeriksa didapatkan DJJ 145xmenit,

teratur. Kemudian melakukan pemeriksaan dalam, hasil pemeriksaan dalam

didapatkan vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan 10
130

cm, ketuban belum pecah dan dilakukan amniotomi dan ketuban pecah berwarna

jernih, presentasi belakang kepala, posisi UUK kiri depan penurunan Hodge III,

dan tidak ada penyusupan. His 4x/10 menit dengan durasi 45 detik. Dari hasil

pemeriksaan, maka penulis menyimpulkan klien dengan diagnose G2PIA0 partus

kala II, janin tunggal hidup presentasi kepala. Pembukaan serviks telah lengkap

maka penolong segera memfasilitasi persalinan dengan menginformasikan hasil

pemeriksaan, memberitahu posisi yang dapat membantu turunnya kepala,

melibatkan pendamping persalinan pada proses persalinan, dan memimpin ibu

meneran. Penulis segera menyiapkan partus set.

Dengan posisi ibu setengah duduk, klien dipimpin meneran saat kontraksi

datang dengan merangkul kedua paha dan menarik kearah ibu. Saat kontraksi

tidak muncul penolong tetap menilai kesejahteraan janin dengan memantau DJJ,

dan melibatkan suami sebagai pendamping persalinan untuk memenuhi hidrasi

ibu. Penolong juga memberikan dorongan semangat kepada klien. Kontraksi

yang di rasakan ibu adekuat dank lien spontan meneran dengan teknik yang telah

diajarkan oleh penolong.

Setelah kepala berada didasar panggul dan membuka pintu sekitar 5-6cm di

depan vulva (crowning) maka penolong melindungi perineum ibu dengan kain

steril dan tangan lainnya melakukan sedikit penekanan diatas kepala bayi untuk

mencegah defleksi maksimal. Seteleh kepala bayi lahir, penolong segera

memeriksa adanya lilitan talipusat, dan tidak terdapat lilitan talipusat. Setelah

putaran paksi luar kemudian penolong melakukan biparietal, membawa kebawah

untuk melahirkan bahu depan kemudian membawa keatas untuk melahirkan bahu
131

belakang dan melakukan sanggah susur untuk melahirkan keseluruhan badan

bayi. Pukul 04.50 WIB bayi lahir spontan menangis kuat, kulit kemerahan, tonus

otot aktif, jenis kelamin laki-laki. Tubuh bayi segera dikeringkan dengan kain

bersih yang kering sebagai upaya pencegahan kehilangan panas. Penolong juga

mengelap punggung bayi dengan halus, hal ini bertujuan sebagai rangsangan

taktil yang dapat mengaktifkan refleks pada tubuh bayi baru lahir serta mampu

menjadi stimulasi bayi.

Penolong kemudian menjepit tali pusat yang menghubungkan plasenta dengan

bayi dengan dua buah arteri klem sekitar 3-5cm dari perut bayi, setelah di jepit

tali pusat dijepit dengan umbilical cord disposable lalu memotongnya dengan

gunting tali pusat. Setelah itu bayi segera diletakkan diatas dada ibu dengan

posisi tengkurap, hal tersebut guna kontak dengan kulit ibu dan bayi dalam

rangka penerapan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) agar bayi dapat terstimulasi

mencari putting susu ibu. IMD sangat penting dilakukan bagi bayi agar bayi tetap

hangat didekapkan ibu, selain mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara

ibu dan bayi pada jam-jam pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi

menstimulasi hormon oksitosin yang dapat membuat rahim ibu berkontraksi

dalam proses pengecilan rahim kembali keukuran semula. Proses ini juga

membantu pengeluaran plasenta, mengurangi perdarahan, merangsang hormon

lain yang dapat meningkatkan ambang nyeri, membuat perasaan lebih rileks,

bahagia, serta lebih mencintai bayi.

KALA III
132

Asuhan yang diberikan pada ibu kala III Setelah di pastikan tidak ada janin

kedua dilakukan manajement aktif kala III seperti pemberian oksitosin 10 IU/IM,

peregangan tali pusat terkendali, massase uterus selama 15 detik JNPK, 2008). Dari

semua teori penulis hampir melakukan semua asuhan. Asuhan yang penulis berikan

adalah menilai perdarahan memastikan uterus berkontraksi dengan baik. Plasenta

lahir spontan pukul 04.56 WIB, selaput dan kotiledon lengkap, diameter 20cm, tebal

2,5cm, insersi tali pusat sentralis, panjang tali pusat 40cm. Pada kala III tidak ada

keluhan yang ibu rasakan.

KALA IV

Asuhan kebidanan pada kala IV menurut depkes RI (2008) pemantauan pada

kala IV meliputi 1 jam pertama setiap 15 menit sekali dan 1 jam kedua 30 menit

sekali, yang dinilai yaitu: Tekanan darah, tekanan darah, nadi, suhu TFU,

kontraksi uterus, perdarahan, kandung kemih. Dari semua teori penulis hampir

melakukan semua asuhan dan hasilnya dalam batas normal. Pada kala IV ibu

mengeluh bahwa perutnya masih terasa mulas. Hal fisiologis yang terjadi pada

ibu nifas sesuai dengan teori (Ambarwati dan Wulandari, 2008) bahwa involusi

atau pengerutan merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi semua

dengan berat sekita 60 gram proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir

akibat kontraksi otot otot polos uterus. Asuhan yang diberikan penulis adalah

memberikan penjelasan pada ibu sesuai teori yang ada dan meyakinkan ibu

bahwa hal fisiologis ini memang terjadi pada ibu bersalin, menemani ibu selama

kala IV, memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu.


133

Pada kasus Ny. D hampir semua asuhan penulis sudah lakukan sesuai dengan

teori pada proses persalinan,

C. Bayi Baru Lahir


Asuhan Kebidanan pada BBL Umur 1 Jam (JNPK-KR, 2008)

pencegahan kehilangan panas, pemotongan dan perawatan tali pusat, IMD,

pencegahan perdarahan, pencegahan infeksi, pemberian Imunisasi,

pencegahan infeksi mata, penilaian BBL, pemeriksaan fisik. Asuhan neonatus

umur 1 jam sampai dengan bayi 40 hari (Saleha (2009), menjaga tali pusat

tetap bersih dan kering, menjaga kebersihan bayi, pemeriksaan tanda bahaya

seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan

masalah pemberian ASI, memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-

15 kali dalam 24 jam.

Menurut Depkes (2007) pada pernyataan ASI eksklusif adalah

pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi

berumur 0- 6 bulan, menjaga keamanan bayi, menjaga suhu tubuh bayi,

konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif

pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah

dengan menggunakan buku KIA, memberitahu ibu tentang tanda-tanda

bahaya bayi baru lahir, memberitahu ibu tentang imunisasi BCG, Penanganan

dan rujukan kasus bila diperlukan(Saifuddin,2010).


134

Setelah penulis melakukan asuhan didapatkan hasil dalam batas

normal selama pemeriksaan fisik, tidak menemukan tanda bahaya pada bayi

baru lahir, dan ibu tidak mengeluhkan apapun soal bayinya mulai dari lahir

sampai bayi baru lahir 2 minggu. Penulis juga memberikan beberapa nformasi

pada ibu selama kunjungan pada bayi baru lahir selain mengenai perawatan

bayi dirumah juga memberikan informasi jadwal kunjungan kontrol bayi di

puskesmas, imunisasi dasar untuk bayi, dan pada 40 hari kunjungan penulis

akan melakukan pijat bayi, ibu pun sudah menyetujuinya dan informasi

lainnya seperti seputaran bayi baru lahir.

Dari semua teori penulis hampir melakukan semua asuhan dan

hasilnya bahwa tidak didapatkan keluhan selama bayi Ny. D lahir sampai saat

ini, penulis juga mampu memberikan informasi yang ibu tidak ketahui

mengenai proses bayi baru lahir dan keluarga juga ikut serta dalam

memperhatikan bayi Ny.D Bayi Ny.D lahir dengan normal dan

perkembangannya cukup baik sampai saat ini.

D. Asuhan Postnatal
Asuhan pada ibu tidak berhenti begitu saja, ibu dilanjutkan pada

pemantauan pada masa nifas oleh penulis, salah satu hal fisiologis yang terjadi

pada ibu nifas bahwa involusi atau pengerutan merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi semua dengan berat sekitaR 60 gram proses

ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot polos uterus

(Ambarwati dan Wulandari, 2008).


135

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai

dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf

parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga

oksitosin keluar (Suherni, 2008: Suradi, 2006; Hamranani 2010)

Selama masa nifas, proses laktasi berjalan dengan baik dan tidak terjadi

pembengkakan pada payudara ibu, penulis menganjurkan agar ibu hanya

memberikan ASI saja tanpa makanan atamu minuman tambahan apapun.

Penulis juga memberikan pujian kepada ibu karena hingga pada kunjungan 6

minggu ibu masih tetap memberikan ASI kepada bayinya dan bertekad akan

memberikan ASI eksflusif hingga bayi berusia 6 bulan.

Ada beberapa asuhan yang diberikan penulis kepada ibu selama masa

nifas Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2002):

nifas 6 jam: mencegah perdarahan pasca persalinan, mendeteksi dan

memperbaiki apabila ada penyebab perdarahan atau dapat melakukan rujukan

bila diperlukan, memberikan konseling kepada ibu cara mencegah pendarahan

masa nifas karena atonia uteri, memantau pemberian ASI awal, melakakukan

kontak intesif dari ibu kepada bayi, menjaga bayi agar tidak hipotermia.

Nifas 6 hari dan 2 minggu: memastikan involusi uterus berjalan

normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uterus baik, tidak ada

perdarahan abnormal, dan tidak ada bau, menilai tanda-tanda bahaya masa

nifas, memastikan ibu tidak kesulitan dalam menyusui, memberikan penkes

tentang perawatan bayi.


136

Nifas 42 hari: menilai seberapa jauh involusi uterus, melihat dan

menilai bagaimana luka postpartum, mempersiapkan untuk metode KB.

kebutuhan dasar ibu nifas antara lain Saleha (2009) memastikan nutrisi dan

cairan, mobilisasi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur, aktivitas

seksual. Dari semua teori hampir semua asuhan telah diberikan oleh penulis

kepada ibu dan hasilnya keluhan ibu selama masa nifas teratasi.

Ada 3 fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua, yaitu

fase taking in, fase taking hold, fase letting go (Lubis, 2010). Fase taking in

yaitu fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari

kedua setelah melahirkan.Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada

dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang

diceritakannya, Fase Taking Hold Fase ini berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan, Fase Letting Go Fase ini merupakan fase menerima

tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah

melahirkan.

Dari semua teori penulis hampir melakukan semua asuhan dan

hasilnya bahwa ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan masa nifas.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat setelah diberikan

pendekatan oleh penulis. Sehingga penulis memastikan bahwa tidak ada

masalah terjadi nya pada ibu di masa nifas terutama pada fase penyesuaian ibu

nifas seperti post Partum Blues.


137

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada studi kasus komprehensif yang telah dilakukan kepada Ny. D

sejak masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan persiapan

pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, yang

bertujuan agar penulis mampu menerapkan pelaksanaannya. Selama

proses pelaksanaan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Dengan menjalin komunikasi yang baik terhadap klien dan

keluarga, maka asuhan yang diberikan dapat berjalan dengan

baik. Tidak hanya klien yang diberikan asuhan, keluarga pun

ikut serta agar dalam menjalankan asuhan klien juga

mendapatkan dukungan positif dari keluarga.

2. Rencana asuhan yang telah disusun pada pemeriksaan klien

yang telah dilaksanakan dapat mencegah, mendeteksi, dan

menangani secara dini komplikasi yang mungkin terjadi pada

masa hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir, maka penulis

mampu merencanakan serta melakukan asuhan yang aman dan

efisien tanpa melakukan intervensi yang kurang bermanfaat,

serta melibatkan keluarga semaksimal mungkin.


138

3. Mampu memberikan komunikasi, informasi, edukasi, dan

motivasi untuk ibu pada masa hamil, bersalin, bayi baru

lahir,nifas dan persiapan pemberian ASI Ekslusif maka

diharapkan pengetahuan ibu dan keluarganya menjadi

bertambah.

4. Dari seluruh rangkaian asuhan komprehensif yang telah

diberikan kepada Ny. D ,dapat dievaluasi bahwa masa

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan persiapan

pemberian ASI Ekslusif dapat dilalui dengan normal.

5. Asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. D dilakukan oleh

penulis sejak kehamilan 38 minggu 3 hari, dilakukan ANC

sebanyak 3 kali yang dilakukan di Puskesmas dan rumah ibu.

Pada kunjungan awal ibu mengatakan tidak ada keluhan, pada

kunjungan kedua ibu mengatakan tidak ada keluhan dan

gerakan janin aktif, dan pada kunjungan ketiga ibu mengatakan

sering buang air kecil. Menjelaskan kepada ibu tentang

keluhan yang mungkin terjadi pada trimester III seperti pusing,

sering buang air kecil, pegal-pegal pada punggung yang

merupakan hal fisiologis.

6. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. D ibu inpartu tanggal

21 Oktober 2018 saat usia kehamilannya 40 minggu. Kala 1

berlangsung selama 2,5 jam. Kala II berlangsung selama 20

menit, dan Kala IV berlangsung selama 2 jam.


139

7. Asuhan kebidanan pada ibu nifas dilakukan sebanyak 4 kali,

yaitu pada 6 jam, 6 hari, 14 hari dan 42 hari setelah persalinan.

Pada pengkajian nifas, pengeluaran lochea pada Ny. D

berlangsung normal. Ibu memberikan ASI Ekslusif pada

bayinya, tidak terdapat tanda-tanda bahaya nifas pada ibu dan

involusi uterus berlangsung normal. Dari pengkajian tersebut,

nifas pada Ny. D berjalan dengan normal dan tidak ditemukan

kelainan ataupun keluhan.

8. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir tanggal

21 Oktober 2018 pukul 04.50 WIB, jenis kelamin laki-laki dan

memiliki berat 3550 gram, panjang badan 51 cm, lingkar

kepala 32 cm, lingkar dada 33 cm. penulis melakukan

pemeriksaan/kunjungan untuk asuhan pada bayi sebanyak 4

kali yaitu pada 1 jam, 6 hari, 14 hari dan 42 hari. Dari hasil

pemeriksaan/kunjungan yang penulis lakukan tidak ada tanda-

tanda komplikasi pada bayi. Bayi mendapatkan ASI Ekslusif

dari ibunya, sudah mendapat imunisasi pertama yaitu HB 0,

tali pusat sudah puput saat umur 7 hari. Dari pengkajian tidak

ditemukan adanya kelainan pada bayi dan ibu dianjurkan untuk

tetap memberikan ASI secara ekslusif.

9. Dengan adanya saling percaya dan komunikasi yang baik

antara klien dan petugas kesehatan, maka asuhan kebidanan


140

secara komprehensif dapat berjalan dengan baik dengan hasil

sesuai dengan harapan.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

- Meningkatkan pemberian materi mengenai asuhan kebidanan baik

pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas bagi mahasiswi

kebidanan

- Meningkatkan kerjasama dengan pihak penyedia layanan

kesehatan guna memberikan pembelajaran bagi mahasiswi

kebidanan

2. Bagi Mahasiswi

- Meningkatkan kualitas pengetahuan baik materi maupun praktik

mengenai asuhan kebidanan baik untuk kehamilan, persalinan,

bayi baru lahir, maupun nifas. Mampu memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, bayi baru

lahir serta nifas.

- Mampu melakukan pendokumentasian secara baik dan benar.

3. Bagi Puskesmas

- Meningkatkan kualitas asuhan kebidanan yang diberikan kepada

ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas.

- Meningkatkan promosi kesehatan tentang peranan Puskesmas di

masyarakat guna menurunkan AKI dan AKB

4. Bagi Ny. D
141

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya tentang kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir dan nifas dan ASI ekslusif.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono.2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka


142

Prawirohardjo, Sarwono 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka

Departemen Kesehatan RI. (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info

Media

Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:

Salemba Medika

Supradewi, Indra, dkk. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta:IBI

Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT

Bina Pustaka

Varney, Helen (2007), Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta:

EGC.

Saleha Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Proverawati, Kusumawati. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta:

Nuha Medika

Almatsier,S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Manuaba, IBG,. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Mufdillah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta:Nuha Medika

Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama


143

https://edoc.site/perubahan-fisiologi-dan-psikologi-pada-trimester-iii-pdf-free.html. (diakses
tanggal 25-11-2018 pukul 19.00 WIB)

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/

profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf. (Diakses pada tanggal 26-11-2018 pukul 18.30

WIB)

Perinasi (2007). Bahan Bacaan: Manajemen Laktasi. Cetakkan ke-3 Jakarta

www.anneahira.com/pengertian-inisiasi-menyusui-dini.htm (diakses tanggal 05-12-

2018 pukul 20.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai