Anda di halaman 1dari 6

ADVOKASI GIZI

KONSEP SOSIAL MARKETING “ASI EKSLUSIF”

DISUSUN OLEH :

NAMA : HASNIATI. BR
KELAS : DIV.B / SEMESTER VI
NIM : PO714231181045

DOSEN PEMBIMBING : MANJILALA, S.GZ, M. GIZI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN GIZI
2021
A. Masalah Asi Ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah memberikan ASI saja pada bayi tanpa
memberikan makanan atau cairan lain termasuk air kecuali untuk obat-obatan atau vitamin
dan mineral (WHO, 2003). ASI eksklusif mempengaruhi kelangsungan hidup dan
perkembangan anak secara keseluruhan (Gupta et al., 2010). ASI mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas melalui pengurangan penyakit menular (Eidelman, 2012). Selain
itu, menyusui dapat meningkatkan perkembangan kognitif pada anak dan melindungi mereka
dari risiko penyakit (Fall et al., 2011). ASI Eksklusif dapat meningkatkan status gizi secara
langsung atau mengurangi infeksi (Keino et al., 2014).
ASI merupakan sumber nutrisi terbaik yang memiliki komposisi bioaktif dan secara
ilmiah dapat menyelamatkan kehidupan bayi dan anak, serta berkontribusi dalam perbaikan
status kesehatan ibu dan anak (Heymann et al., 2013). ASI Eksklusif menjadi penting dalam
mencegah Stunting dan kelebihan berat badan pada anak-anak (Keino et al., 2014). Menyusui
menurunkan risiko penyakit diare empat sampai empatbelas kali lipat (León-Cava et al.,
2002) dan risiko penyakit pernapasan lima kali lipat (Unicef and WHO, 2006).
ASI eksklusif selama 6 bulan terbukti paling protektif terutama, terhadap infeksi
gastrointestinal (Kramer and Kakuma, 2002), (GENEVA, 2001) yang termasuk penyebab
utama kematian balita secara global (Unicef 2007 dalam (Fombong et al., 2016). Semua ibu
di seluruh dunia, menyusui telah terbukti untuk meningkatkan kesehatan tertentu (GENEVA,
2001) seperti mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium, diabetes mellitus tipe 2 dan
depresi pasca persalinan (Kramer and Kakuma, 2002). Durasi dan jenis praktek menyusui 4
berdampak pada efek menguntungkan menyediakan untuk ibu dan anak (Kramer and
Kakuma, 2002) dan (GENEVA, 2001).
Dalam data yang penulis peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, terjadi angka
yang fluktuatif terhadap pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif melalui inisiasi menyusui dini
dikota Makassar. Tiga dari sebelas wilayah kecamatan yang menjadi fokus penelitian penulis
ditemukan angka terendah dalam pemberian ASI Eksklusif dalam kurun waktu dua tahun
terakhir. Sehingga hal ini pula yang manjadi perhatian dan fokus penelitian penulis.1
Pemberian ASI Eksklusif di Kota Makassar dari Tahun 2017 hingga 2019 telah
mengindikasikan rendahnya tingkat pemberian ASI Eksklusif, khususnya puskesmas yang
menjadi fokus penelitian penulis. Tingkat pemberian ASI Eksklusif Pada Puskesmas
Cendrawasih pada Tahun 2017 hanya berkisar pada 17,39%, Puskesmas Rappokalling,
46,28% dan Puskesmas Tarakan 36,21. Tingkat Pemberian ASI Eksklusif tersebut tergolong
rendah dari tahun 2017 hingga 2019 dibanding kecamatan lain yang ada di Kota Makassar.
Efektivitas Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2006 Tentang
Pemberian ASI Eksklusif masih sangat rendah. Kekhawatiran akan efektivitas pelaksanaan
Perda pada dasarnya berujung pada suatu permasalahan dasar yakni sebagain besar ibu yang
baru melahirkan memiliki pemahaman yang kurang terhadap Pemberian ASI Eksklusif dan
Pengaruh Tradisi yang kurang sesuai atau kultur masyarakat. Selain itu, memberikan ASI
Eksklusif hanya ketaatan yang bersifat compliance atau identification.
Dengan kata lain, walaupun sebagian besar ibu yang baru melahirkan langsung
memberikan ASI Eksklusif terlihat menaati aturan hukum atau peraturan daerah, namun
ukuran atau kualitas efektivitas aturan atau peraturan daerah itu masih dapat dipertanyakan
karena ibu yang melahirkan hanya memberikan ASI Eksklusif karena indikasi medis.
Selanjutnya, Faktor yang berpengaruh terhadap implementasi Perda Nomor 3 Tahun 2016
Tentang Pemberian ASI Eksklusif adalah faktor hukum yakni, belum jelasnyanya aturan
secara komprehensif dalam Perda mengenai substansi dari aturan tersebut seperti sanksi
terhadap konselor yang tidak menjalankan tugas. Selanjutnya, Faktor penegak hukum yakni,
kurangnya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pihak terkait khususnya Dinas Kesehatan
Kota Makassar.
Faktor sarana dan prasarana juga tak kalah dalam hal ini, kurangnya ruangan laktasi
yang tersedia dan memadai ditambah standarisasi ruangan tersebut tidak layak dan terkadang
dialih fungsikan sehingga tidak sesuai peruntukannya. Kemudian, faktor masyarakat menjadi
faktor yang cukup memberikan pengaruh. Masyarakat selama ini tidak mengindahkan perda
dan lebih kepada anjuran/kesadaran sendiri terhadap pemberian ASI Eksklusif. Faktor-faktor
tersebut diatas jelas mempengaruhi efektivitas penerapan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2016 Tentang Pemberian ASI Eksklusif dalam meningkatkan hasil maksimal dalam
pemberian ASI Eksklusif sehingga aturan tersebut bisa berjalan dengan efektif.
Berdasarkan data Rekam Medik Di Puskesmas Tamalate Kecamatan Tamalate Kota
Makassar diketahui bahwa pada tahun 2017 sebayak 90 bayi pada tahun 2018 sebayak 75
bayi dan pada tahun 2019, mengalami penurunan sebanyak 61 bayi ibu yang memberikan
ASI Eksklusif. (Data Pkm. Tamalate tahun 2019). Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti
bermaksud mengadakan penelitian untuk mempelajari rendahnya pemberian ASI Eksklusif
terutama yang berhubungan dengan tingkat Pengetahuan ibu, Umur Ibu, Status Pekerjaan
Ibu, dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas
Tamalate Kecamatan Tamalate Kota Makassar tahun 2019.

B. Tujuan yang ingin di capai


1. Memberikan edukasi kepada seorang ibu apa itu ASI Ekslusif.
2. Menjelaskan kepada ibu pentingnya sebuah ASI Ekslusif
3. Menjelaskan kepada ibu pentingnya mengonsumsi sayuran hijau untuk memperlancar ASI.

C. Sasaran
1. Ibu hamil
2. Ibu menyusui
3. Ibu yang mempunyai bayi dan baduta.

D. Media yang di gunakan


1. LCD
2. Laptop
3. Materi ASI Ekslusif
4. Lembar leaflet/brosur tentang ASI Ekslusif.

E. Rencana Aksi
Rencana aksi yang akan dilakukan dalam penyuluhan ASI ekslusif dengan rancangan
perbandingan kelompok melalui Pre dan Post test yaitu suatu pengukuran dilakukan pada
saat sebelum dan setelah penyuluhan. Adapun rincian rencana sebagai berikut :
1. Memasukkan surat izin penyuluhan kepada pihak RSUD Makassar
2. Memasukka surat permohonan kerjasama dengan dinas kesehatan setempat
3. Melakukan aksi penyuluhan/edukasi.
F. Cara mengukur efektivitas rencana
Adapun cara mengukur efektivitas rencana yaitu :
 Pre test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan/kemampuan peserta sebelum diberi
materi penyuluhan/edukasi.
 Post test dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta setelah menerima
materi penyuluhan/edukasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/alamwal/article/download/1419/978
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Zjc0NGY4OWQ0YzN
mY2E2YTM1NDg1ODBkMmUzYWU0OTMxNjdiZWUyMA==.pdf

Anda mungkin juga menyukai