Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI

(PEWARNAAN GIEMSA)

Nama : Novia Novriyani

NIM : P419130

Kelompok :D

Kelas : D-19

Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis


Politeknik Kesehatan Muhammadiyah Makassar
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin untuk tujuan skrining,


diagnosis evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, batu
ginjal, dan memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

Saat ini sangat banyak penyakit-penyakit yang ada di masyarakat dan


menajdi kekhawatiran bagi masyarakat, seperti halnya penyakit jantung, hati,
lambung, ginjal dan organ-organ lain. Pada hal ini kita akan membahas yang
berkaitan dengan ginjal yaitu cairan yang sering digunakan sebagai sample
pemeriksaan yaitu urine.

Salah satu pemeriksaan urine adalah pemeriksaan mikroskopik urine,


yaitu pemeriksaan yang menggunakan alat bantu untuk melihat konstituen-
konstituen yang mungkin terdapat pada sediment urine yang tak terlihat oleh mata
telanjang. Dalam pemeriksaannya perlu ketelitian untuk melihat dan
mengidentifikasi konstituen- konstituen tersebut, memang sulit untuk melakukan
hal itu bagi orang-orang yang masih pemula. Oleh karena itu maka ada cara untuk
mempermudahnya yaitu dengan melakukan pewarnaan, teknik pewarnaan dan
konstituen- konstituen yang terkandung pada sedimen urine yang akan dibahas
pada makalah ini.

Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk membuat makalah ini selain
juga karena makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Kimia
Klinik.

Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut
dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai
dengan konsentrasi urin; urin encer hampir tidak berwarna, urin pekat berwarna
kuning tua atau sawo matang.
Sediaan urin dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk larutan-
larutan yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa, pewarnaan acid fast,
pewarnaan garam, pewarnaan wright, dan lain-lain. Pewarnaan Giemsa disebut
juga pewarnaan Romanowski.

Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metilen azur memberi
warna merah muda pada sitoplasma dan metilen biru pada inti leokosit.ketiga
jenis zat warna ini dilarutkan dengan metal alcohol dan gliserin.larutan Ini
dikemas dalam botol coklat (100-500-1000cc) dan dikenal sebagai giemsa stock
yang ph 7.
Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk
pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria
yaitu Gustav Giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik
dan untuk diagnosis histopatologis parasit malaria dan juga parasit jenis lainnya.
Dasar dari pewarnaan Giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari
penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol.
Yaitu dua zat warna yang berbeda yaitu Azur B ( Trimetiltionin ) yang bersifat
basa dan eosin y ( tetrabromoflurescin ) yang bersifat asam. Sedangkan eosin y
akan mewarnai komponen sel yang bersifat basa. Ikatan eosin y pada azur B yang
beragregasi dapat menimbulkan warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek
Romanowsky giemsa.
Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling bagus dan sering
digunakan untuk mengidentifikasi parasit yang ada di dalam urin.
Pewarna Giemsa 10% sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan
terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski.
Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk identifikasi parasit-parasit urin
misalnya dari jenis protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau larutan
yang disimpan di dalam botol yang gelap.
Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa yang
sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Semakin lama pewarnaan yang
dilakukan maka intensitasnya menjadi semakin tua. Preparat apus yang yang telah
selesai dibuat kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x.

B. Tujuan
“Untuk melakukan pewarnaan komponen dasar sel seperti sitoplasma dan
komponen asam,khususnya inti sel”.

C. Manfaat Praktikum

Untuk mengetahui tehnik pewarnaan giemsa yang dimana tehnik ini dapat
mempermudah dalam melakukan praktikum pewarnaan sel serta komponennya.

D. Waktu dan Tempat Praktikum


Waktu : Jum’at , 13 November 2020

Tempat : Laboratorium Bakteriologi Politeknik Kesehatan


Muhammadiyah Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pewarnaan giemsa merupakan campuran antara larutan metilen blue dengan
larutan eosin, bila sediaan darah diwarnai dengan larutan tersebut, maka akan
terlihat eritrosit berwarna merah muda, inti leukosit menjadi lembayung tua,
sitoplasma parasit malaria menjadi biru, inti parasit berwarna merah, dan butir
kromatin parasit menjadi merah-karmin (Cabogun, 2016). Variasi konsentrasi
giemsa yang masih dipakai di sarana kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
antara lain; 5% dengan lama pewarnaan 45menit, 10% dengan lama waktu 20–25
menit, 20% dengan lama waktu 15 menit, (Departemen Parasitologi Medis US
NAMRU-2 Jakarta, 2009), dan 3% dengan lama waktu 45–60 menit. Variasi
konsentrasi yang dianjurkan, baik WHO dan Kementrian Kesehatan adalah 3%
dengan lama waktu pewarnaan 45–60 menit. Variasi konsentrasi dan lama
pewarnaan berpengaruh terhadap hasil pembacaan sediaan darah (Direktur
Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan,2014).
Pewarna Giemsa 10% sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan
terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan Romanowski.
Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari untuk identifikasi
parasit-parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk
serbuk atau larutan yang disimpan di dalam botol yang gelap. (Kurniawan, 2010).
Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa yang
sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Semakin lama pewarnaan yang
dilakukan maka intensitasnya menjadi semakin tua. Preparat apus yang yang telah
selesai dibuat kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
(Maskoeri, 2008).
Pewarnaan ini disebabkan karena oksidasi methylen blue dan pembentukan
senyawa baru dalam campuran yang dinamakan azure. Setelah pemberiaan
campuran jenis Romanosky, diferensiasi sel-sel dapat dilakukan Berdasarkan 4
sifat pewarnaan yang menyatakan afinitas struktur sel oleh masing-masing zat
warna dari campuran, yaitu:
1. Afinitas untuk methylen blue
2. Afinitas untuk azure dikenal sebagai azurefilik ( ungu).
3. Afinitas untuk eosin (suatu zat warna asam )
4. Afinitas untuk komplek zat warna yang terdapat dalam campuran, secara
tidak tepat dianggap netral. ( Safar, 2009 ).

Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metilen azur memberi
warna merah muda pada sitoplasma dan metilen biru memberi warna pada inti sel.
Ketiga jenis pewarna ini dilarutkan dengan metil alcohol dan gliserin. Larutan ini
dikemas dalam botol coklat ( 100 – 500 – 1000 cc ) dan dikenal sebagai giemsa
stock dengan pH 7 . ( Depkes RI, 1993 ).

Larutan giemsa adalah campuran dari eosin yang berwarna merah, metilen biru
yang berwarna biru dan metilen azur yang berwarna ungu. Dalam pewarnaan
giemsa eosin berfungsi untuk memberi warna. Perpaduan antara eosin dan metilen
azur berfungsi untuk memberi warna merah pada inti sel parasit dan metilen biru
berfungsi untuk memberi warna pada sitoplasma sel.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan

Alat :

1. Syringe Holder berisi aspirat


2. Pot Urin
3. Pot Sputum
4. Kaca Objek
5. Kaca Penutup

Bahan :

1. Urin
2. Sputum
3. Methanol
4. Larutan Giemsa
5. Xylol
6. Entelan

B. Prosedur Kerja
1. Dicek kelengkapan administrasi berupa identitas pasien (nama
lengkap, jenis kelamin, usia, jumlah specimen) pada formulir
permintaan dan disesuaikan dengan specimen yang diterima.
2. Dibuat preparat apus dengan prosedur sbb :
a. Dibersihkan kaca objek. Diberi label nomor/kode sitology sesuai
dengan nomor yang ada di formulir permintaan pemeriksaan.
b. Sediaan dari sampel aspirat :
 Ditetesi kaca objek yang sudah diberi nomor dengan 1-2
tetes aspirat.
 Diapuskan aspirat dengan merata pada kaca objek dengan
menggunakan kaca objek lainnya.

Sediaan dari sampel urin :

 Disentrifus urin sebanyak 5-10 ml dengan kecepatan


3000 rpm selama 5 menit.
 Dibuang supernatant, diteteskan endapan pada kaca
objek dan diapuskan secara merata menggunakan
metode oles.

Sediaan dari sputum :

 Dituangkan sputum ke wadah yang beralaskan kertas


saring.
 Dipilih bagian sputum yang berdarah, berubah warna,
atau padat, dan letakkan sebagian kecil specimen
sputum yang terpilih ke kaca objek.
 Ditekan dengan kaca objek lainnya yang bersih.
Diputar kaca objek hingga kedua kaca objek menjadi
sejajar dan tarik kearah atas. Dipastikan ada jarak 2 cm
di sisi untuk label dan 1 cm dari bawah.
3. Difiksasi preparat apus setelah benar-benar kering dengan methanol
selama 5 menit, diangkat dan dibiarkan kering di udara.
4. Diwarnai preparat menggunakan metode pewarnaan giemsa :
a. Dimasukkan ke dalam larutan giemsa yang telah diencerkan
selama 30 menit.
b. Diangkat, dicuci dengan air mengalir, dikeringkan di udara.
c. Ditambahkan 1-2 tetes entelan
d. Ditutup dengan cover glass
e. Dibersihkan sisa entelan yang melekat pada kaca objek
5. Didiagnosis oleh spesialis patologi anatomi
6. Dikeluarkan hasil
7. Diproses pengarsipan dan diregistrasi penyakit

C. Diagram Alur Praktikum

Diapuskan
Diteteskan 1-2 Diteteskan 1-2
Dibersihkan Kaca Aspirat Merata
Aspirat Ke kaca Aspirat Ke kaca
Objek Dengan
Objek Objek
Menggunakan
Kaca Objek
Lain

Dipipet Ke
Disentrifugasi Kedua Dalam 2
Diapuskan Setelah Itu
Sampel Dengan Tabung
Sampel Merata Diteteskan
Kecepatan 2.800 Masing-
Dengan Metode Sampel Ke
rpm Selama 10 Masing
Tarik Dorong Preparat
Menit Untuk

Diberikan
Dikering Pewarna Giemsa Dilakukan
Dikering Anginkan
Anginkan Pada Preparat Pengamatan
Apusan
Apusan Hingga Merata Dibawah
Mikroskop
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

B. Pembahasan

Pewarna Giemsa 10% sebagai pewarna yang umum digunakan agar


sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga pewarnaan
Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk mempelajari untuk
identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Zat ini tersedia
dalam bentuk serbuk atau larutan yang disimpan di dalam botol yang gelap.

Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa


yang sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Semakin lama pewarnaan
yang dilakukan maka intensitasnya menjadi semakin tua. Preparat apus yang yang
telah selesai dibuat kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran
100x.

Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metilen azur memberi
warna merah muda pada sitoplasma dan metilen biru pada inti leokosit.ketiga
jenis zat warna ini dilarutkan dengan metal alcohol dan gliserin.larutan Ini
dikemas dalam botol coklat (100-500-1000cc) dan dikenal sebagai giemsa stock
yang ph 7.

Giemsa (Giemsa Stain) adalah reagen yang biasa digunakan untuk


pewarnaan giemsa. Pewarnaan giemsa, namanya diambil dari seorang peneliti
malaria yaitu Gustav Giemsa. Tinta Giemsa tersusun atas campuran pewarna
eosin, methylene blue, dan methylene azure. Campuran methylene azure dan
methylene blue akan membentuk eosinat yang membuat hasil pewarnaan menjadi
lebih stabil.

Pewarnaan Giemsa adalah sebagai tehnik standar untuk mewarnai parasit


plasmodium penyebab malaria, selain itu tehnik ini juga digunakan dalam
histologi karena mampu mewarnai kromatin, membran inti sel, metachromasia,
dan komponel sel lainnya dengan kualitas yang dinilai memuaskan. Selain itu,
tehnik pewarnaan Giemsa juga merupakan tehnik dasar untuk mengklasifikasikan
sel limfoma dalam klasifikasi Kiel. Lebih jauh lagi, tehnik pewarnaan Giemsa
juga dapat digunakan untuk membedakan bakteri dengan fungi. Dalam tampilam
mikroskop, hifa milik kapang akan menunjukkan warna ungu atau biru, setelah
dilakukan pewarnaan. Tehnik pewarnaan Giemsa juga umum digunakan untuk
mendeteksi nematoda penyebab filariasis (kaki gajah).

Cara pembuatan Giemsa stok dari Giemsa bubuk 8 gram ditambah 500 ml
methanol absolut dan 500 ml gliserin murni. Giemsa stok harus berkualitas
dengan memiliki eosin, methylen blue dan metil azur yang aktif. Elemen-elemen
zat warna Giemsa akan larut 40-90 menit dengan aquadest atau buffer. Kemudian
elemen-elemen zat warna tersebut akan mengendap dan sebagian lagi kembali ke
permukaan membentuk lapisan tipis seperti minyak dengan demikian stok
Giemsa tidak boleh tercemar air. Giemsa yang mutunya kurang baik tidak akan
mengeluarkan warna ungu atau merah atau keduanya sehingga mutu Giemsa perlu
diuji.

Dilakukan pewarnaan pada urin kemudian dilakukan pemeriksaan


mikroskopis. Hasil sesuai kriteria berarti Giemsa dan pengencerannya masih baik.
Teknik pewarnaan yang benar dapat menunjang pembacaan hasil sediaan.
Pengeringan apusan harus dilakukan dengan benar agar hasil pewarnaan baik.
Didiamkan agar apusan mengering sendiri. Fiksasi dilakukan dengan methanol
absolut. Fiksasi dilakukan selama 2-3 menit. Fiksasi yang tidak dilakukan dengan
baik dapat menyebabkan perubahan morfologi dan warna sediaan. Sediaan apus
yang sudah kering tidak dilakukan fiksasi segera, dapat menyebabkan perubahan
morfologi.

Semakin besar konsentrasi Giemsa (semakin rendah pengenceran) maka


semakin cepat reaksi asam basa antara sel darah dan komponen zat warna pada
Giemsa.

Waktu pengecatan disesuaikan dengan konsentrasi Giemsa. Semakin lama


pengecatan maka intensitasnya menjadi semakin tua, karena daya serap jaringan
berbeda. Waktu pengecatan tidak tepat warna yang dihasilkan tidak baik
memungkinkan morfologi sel tidak jelas, karena proses penyerapan cat tidak
merata atau sel terlalu banyak menyerap zat warna. Zat warna yang berlebihan
menyebabkan bagian-bagian sel darah terlalu tebal, sehingga susah diamati.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pewarnaan Giemsa merupakan pewarna differensial yang mengandung


pewarna campuran azure,methylene blue dan eosin.Azure dan eosin
merupakan pewarna asam yang mewarnai komponen dasar sel seperti
sitoplasma.Sedangkan methylene blue berperan sebagai zat warna pada
komponen asam,khususnya inti sel.

2. Tujuan pewarnaan giemsa adalah untuk mewarnai komponen sel dan


inti sel.

B. Saran
Adapun sehubungan dengan praktikum ini, khususnya ditujukan bagi
mahasiswa yaitu:

1. Diharapkan bagi seluruh mahasiswa agar selama kegiatan praktikum ini


berlangsung, Mahasiswa harus menggunakan  APD (Alat Pelindung Diri).
2. Diharapkan pula bagi semua mahasiswa, bahwa selama kegiatan
praktikum ini berlangsung, agar semua mahasiswa bersungguh-sungguh
dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati.Identifikasi Chlamydia trachomatis pada wanita dewasa dengan
pewarnaan Gram, Giemsa dengan teknik Polymerase Chain Reaction
(Tesis). Makasar. 2013

Irna I., Optimalisasi teknik pewarnaan Giemsa pada apusan darah tipis
Plasmodium berghei pasca iradiasi gamma dalam pengembangan
vaksin malaria, Skripsi, Progam Studi Farmasi, Fakultas MIPA, Insitut
Sains dan Teknologi Nasional Jakarta, 2014

Kementiaran Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Berbasis Binatang,


Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Kementrian Kesehatan , 2011

Ayers BA, Sweeney SM, Wiss K. Pityrosporum Folliculitis: diagnosis and


management in 6 female adolescents with acne vulgaris. Arc Pediatr
Adolesc Med 2005; 159: 64-6.

Ayers BA, Sweeney SM, Wiss K. Pityrosporum Folliculitis: diagnosis and


management in 6 female adolescents with acne vulgaris. Arc Pediatr
Adolesc Med 2005; 159: 64-6.

Praktikan Dosen Pembimbing

Novia
( Novia Novriyani) (Mujahidah Basarang, S.Si., M.Kes.)

Anda mungkin juga menyukai