Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PARASITOLOGI

Dosen Pengampu : Siti Hapsah Amd AK


Nama : Desy Lianti
NIM : P17334119409
Kelas : DIV-1A

LAPORAN PRAKTIKUM
Tanggal : 6 April 2020
Judul : Persiapan dan Pembuatan Sediaan hapus tipis dan hapus tebal
Tujuan : Mengetahui gambaran lapang pandang sediaan hapus tipis dan tebal
Prinsip : Adanya presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen biru
dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol.
Dasar Teori : Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih
digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan apus
ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,
kemudian dilakukan pengecatan dan diperiksa dibawah mikroskop. Guna
pemeriksaan apusan darah:
1. Evaluasi morfologi dari sel darah tepi (eritrosit, trombosit, dan leukosit)
2. Memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit
3. Identifikasi parasit (misal : malaria. Microfilaria, dan Trypanosoma).
Sediaan apus darah tepi dapat diwarnai dengan berbagai macam metode
termasuk larutan-larutan yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa,
pewarnaan acid fast, pewarnaan garam, pewarnaan wright, dan lainlain.
Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini
banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel
sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah misal
Tripanosoma, Plasmodia dan lain-lain dari golongan protozoa. (Maskoeri, 2008)
Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk
pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria
yaitu Gustav Giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik
dan untuk diagnosis histopatologis parasit malaria dan juga parasit jenis lainnya.
(Jason and Frances, 2010 ) Dasar dari pewarnaan Giemsa adalah presipitasi
hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen biru dan eosin yang
dilarutkan di dalam metanol. Yaitu dua zat warna yang berbeda yaitu Azur B
(Trimetiltionin) yang bersifat basa dan eosin y ( tetrabromoflurescin ) yang
bersifat asam seperti kromatin, DNA dan RNA. Sedangkan eosin y akan
mewarnai komponen sel yang bersifat basa seperti granula, eosinofili dan
hemoglobin. Ikatan eosin y pada azur B yang beragregasi dapat menimbulkan
warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek Romanowsky giemsa. Efek ini
terjadi sangat nyata pada DNA tetapi tidak terjadi pada RNA sehingga akan
menimbulkan kontras antara inti yang berwarna dengan sitoplasma yang
berwarna biru. ( Arjatmo Tjokronegoro, 1996)
Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling bagus dan sering
digunakan untuk mengidentifikasi parasit yang ada di dalam darah ( blood-borne
parasite ). ( Ronald dan Richard , 2004 ) Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah
darah segar yang berasal dari kapiler atau vena, yang dihapuskan pada kaca
obyek. Pada keadaan tertentu dapat pula digunakan EDTA (Arjatmo
Tjokronegoro, 1996)
Jenis apusan darah :
1. Sediaan darah tipis Ciri- ciri apusan sediaan darah tipis yaitu lebih sedikit
membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus
darah tebal, morfologinya lebih jelas. bentuk parasit plasmodium berada
dalam eritrosit sehingga didapatkan bentuk parasit yang utuh dan
morfologinya sempurna. Serta lebih mudah untuk menentukan spesies dan
stadium parasit dan perubahan pada eritrosit yang dihinggapi parasit dapat
dilihat jelas.
2. Sediaan darah tebal Ciri- ciri apusan sediaan darah tebal yaitu membutuhkan
darah lebih banyak untuk pemeriksaan dibanding dengan apusan darah tipis,
sehingga jumlah parasit yang ditemukan lebih banyak dalam satu lapang
pandang, sehingga pada infeksi ringan lebih mudah ditemukan. Sediaan ini
mempunyai bentuk parasit yang kurang utuh dan kurang begitu lengkap
morfologinya. (Sandjaja, 2007)
Sediaan darah tebal biasanya di hemolisis terlebih dulu sebelum
pewarnaan, sehingga parasit tidak lagi tampak dalam eritrosit. Kelebihan
dari sediaan ini yaitu dapat menemukan parasit lebih cepat karena volume
darah yang digunakan lebih banyak. Jumlah parasit lebih banyak dalam satu
lapang pandang, sehingga pada infeksi ringan lebih mudah ditemukan.
Sedangkan kelemahan dari sediaan darah tebal bentuk parasit yang kurang
lengkap morfologinya. (Safar, 2009)
a. Ciri-ciri sediaan yang baik :
Sediaan yang dibuat harus bersih yaitu sediaan tanpa endapan zat
pewarnaan. Sediaan juga tidak terlalu tebal, ukuran ketebalan dapat
dinilai dengan meletakkan sediaan darah tebal di atas arloji. Bila jarum
arloji masih dapat dilihat samar-samar menunjukkan ketebalan yang
tepat. Selain menggunakan arloji dapat juga dengan cara meletakkan
sediaan darah tebal di atas koran, kalau tulisan di bawah koran sediaan
masih terbaca, berarti tetesan tadi cukup baik. (Sandjaja, 2007)
b. Hasil sediaan darah tebal yang baik :
Inti sel darah putih biru lembayung tua, granula biasanya tidak tampak,
hanya granula eosinofil. Trombosit berwarna lembayung muda dan
sering berkelompok. Parasit tampak kecil, batas sitoplasma sering tidak
nyata. Titik Maurer dan titik Ziemen (P. malariae) biasanya hilang. Titik
Scuffner sering masih terlihat sebagai zona merah. Bentuk cincin sering
tampak sebagai “koma”, “tanda seru”, atau “burung terbang”, terutama
pada P. falciparum. Tropozoit yang sudah agak besar tampak pigmen.
Sitoplasma P. Vivax dapat terlihat jelas seperti amuboid. Sitoplasma
pada P. malariae mulai mengumpul disekitar inti, dan bentuk schizon
tampak jelas. (Irianto, 2009)
Cara Kerja : A. Membuat apusan darah tipis dan darah tebal pada sampel darah tepi
1. Letakkan objek gelas berisi darah dengan posisi mendatar diatas
meja/permukaan yang datar, tegak lurus terhadap badan pemeriksa.
2. Letakkan ujung jari telunjuk kiri diatas tanda identitas pasien untuk
memfiksasi objek gelas diatas meja
3. Dengan tangan kanan, letakkan objek gelas pendorong diatas tetesan darah
kedua, Buat sudut 45 derajat antara objek gelas yang berisi tetesan darah dan
objek gelas pendorong.
4. Biarkan darah menyebar keseluruh ujung gelas pendorong
5. Tarik gelas pendorong ke arah pemeriksa kira kira 5 mm, kemudian dorong
kearah depan dengan tetap mempertahankan sudut 45 derajat dan tidak
pernah terlepas dari objek gelas yang berisi tetesan darah
6. Apusan yang baik adalah apusan berbentuk lidah, rata dan makin mengecil
diujung
7. Biarkan apusan ini mengering dalam suhu kamar.
8. Apusan darah tipis dapat digunakan untuk:
– Identifikasi plasmodium dan menentukan spesies
– Melihat sel dan morfologi sel yang terdapat dalam darah misalnya untuk
melihat ananemia mikrositik hipokrom akibat infestasi cacing tambang.
– Menghitung jumlah trombosit pada pasien DHF
9. Untuk apusan darah tebal, gunakan salah satu ujung gelas pendorong untuk
menyebarkan darah
10. Ukuran apusan darah tebal kira kira 1.5-2 cm.
11. Apusan darah tebal dapat digunakan untuk:
– Identifikasi plasmodium
– Menghitung derajat parasitemia/ML darah
– Identifikasi cacing filarial
B. Membuat pewarnaan giemsa
1. Letakkan objek gelas berisi apusan darah yang sudah mengering diatas rak
objek gelas.
2. Celup apusan darah tipis kedalam larutan metanol untuk memfiksasi eritrosit,
hati hati jangan sampai apusan darah tebal ikut terfiksasi. Biarkan mengering.
3. Teteskan air keatas apusan darah tebal untuk hemolisis eritrosit, biarkan
selama 15 menit.
4. Tetesi kedua objek gelas dengan larutan giemsa 3% dan biarkan selama 30
menit.
5. Siram dengan air mengalir sampai bersih.
6. Setelah bersih letakkan dalam keadaan miring dan biarkan mengering.

Hasil Pengamatan :

Tipis Tebal

Anda mungkin juga menyukai