Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

Nama : Siti Habibah Pasaribu


Judul Praktikum : Pembuatan Sediaan Apusan Darah Tipis dan Tebal Malaria
Hari / Tanggal : Rabu, 12 April 2021
Praktikum Ke : 5 dan 6
Dasar Teori :
A. Sediaan Malaria
Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit malaria dapat
dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini dapat menemukan
jenis serta stadium dari parasit Plasmodium adalah pembacaan sediaan darah malaria. Sediaan
darah malaria dapat dibuat dalam 2 bentuk, yaitu sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal.
(Safar, 2009).
1. Sediaan darah Tipis
a. Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan pada pembacaan pada sediaan ini, bentuk parasit plasmodium berada dalam
eritrosit sehingga didapatkan bentuk parasit yang utuh dan morfologinya sempurna. Serta lebih
mudah untuk menentukan spesies dan stadium parasit dan perubahan pada eritrosit yang
dihinggapi parasit dapat dilihat jelas. (Hadidjaja, 1992) Kelemahan dari sediaan darah tipis yaitu
kemungkinan ditemukan parasit lebih kecil karena volume darah yang digunakan relatif sedikit.
(Irianto, 2009)
b. Sediaan darah tipis yang baik :
Pada sediaan darah tipis, ada bagian yang tebal dan tipis. Jika sediaan terlalu tebal akan
menutupi sel-sel eritrosit satu sama lain sehingga mempersulit penilaian. Jika sediaan terlalu tipis
maka sel-sel akan kehilangan bentuk bikonkafitasnya terutama pada daerah tepi. (Zulkoni, 2010)
Pada sediaan tidak seperti bendera robek terutama pada bagian ekor sediaan. Karena
pada bagian ekor eritrosit menyebar, sehingga mempermudah untuk mengetahui bentuk parasit
plasmodium serta morfologinya. Sediaan juga tidak berlobang dan tidak terputus-putus. (Zulkoni,
2010)
2. Sediaan Darah Tebal
a. Kelebihan dan kekurangan
Sediaan darah tebal biasanya di hemolisis terlebih dulu sebelum pewarnaan, sehingga
parasit tidak lagi tampak dalam eritrosit. Kelebihan dari sediaan ini yaitu dapat menemukan
parasit lebih cepat karena volume darah yang digunakan lebih banyak. Jumlah parasit lebih
banyak dalam satu lapang pandang, sehingga pada infeksi ringan lebih mudah ditemukan.
Sedangkan kelemahan dari sediaan darah tebal bentuk parasit yang kurang lengkap
morfologinya. (Safar, 2009)
b. Ciri – ciri sediaan yang baik
Sediaan yang dibuat harus bersih yaitu sediaan tanpa endapan zat pewarnaan. Sediaan
juga tidak terlalu tebal, ukuran ketebalan dapat dinilai dengan meletakkan sediaan darah tebal di
atas arloji. Bila jarum arloji masih dapat dilihat samar-samar menunjukkan ketebalan yang tepat.
(Sandjaja, 2007) Selain menggunakan arloji dapat juga dengan cara meletakkan sediaan darah
tebal di atas koran, kalau tulisan di bawah koran sediaan masih terbaca, berarti tetesan tadi cukup
baik. (Sandjaja, 2007)
c. Hasil sediaan darah tebal yang baik
Inti sel darah putih biru lembayung tua, granula biasanya tidak tampak, hanya granula
eosinofil. Trombosit berwarna lembayung muda dan sering berkelompok. Parasit tampak kecil,
batas sitoplasma sering tidak nyata. (Irianto, 2009) Titik Maurer dan titik Ziemen (P. malariae)
biasanya hilang. Titik Scuffner sering masih terlihat sebagai zona merah. Bentuk cincin sering
tampak sebagai “koma”, “tanda seru”, atau “burung terbang”, terutama pada P. falciparum.
(Irianto, 2009) Tropozoit yang sudah agak besar tampak pigmen. Sitoplasma P. vivax dapat
terlihat jelas seperti amuboid. Sitoplasma P. malariae mulai mengumpul disekitar inti, schizon
tampak jelas. (Irianto, 2009)

PRINSIP KERJA :
Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas
objek glass, kemudian dilakukan pengecatan dan diperiksa dibawah mikroskop.

BAHAN / ALAT I :
1. Spesimen Darah
2. Kaca sediaan bersih dan bebas lemak
3. Methanol
4. Giemsa + buffer
5. Botol semprot berisi air
6. Rak pewarnaan
7. Emersi oil
8. Mikroskop
9. Pipet tetes
BAHAN / ALAT II :
1. Sarung tangan
2. Masker
3. Alcohol swab
4. Spuit 3cc
5. Touniquit
6. Plaster
7. Larutan giemsa 3%, 4%, 5%, dan 6%
8. Kaca objek
9. Lancet
10. Mikroskop
11. Pipet tetes
12. Emersi Oil

REAGENSIA :
1. Zat warna Giemsa
2. Larutan Buffer

CARA KERJA :
I. Cara Pembuatan Sediaan darah tebal
a. Siapkan alat dan bahan
b. Persiapkan pasien, ambil darah kapiler dari jari pasien menggunakan lancet
c. Teteskan darah pada kaca objek 1-2 tetes dikeempat kaca objek
d. Ratakan tetesan darah membentuk lingkaran dan searah jarum jam menggunakan
batang kaca
e. Persiapan alat-alat yang digunakan : spuit, kapas alkohol 70%, plester, tourniquet
dan kapas kering
f. Ambil darah vena mengggunakan spuit sebanyak 3 cc
g. Darah dimasukkan ke dalam tabung yang ada EDTA dan dihomogenkan
h. Siapkan pengaduk dan objek gelas
i. Teteskan dua tetes darah vena diatas objek gelas
j. Lalu dirapikan sediaan dengan membentuk lingkaran searah jarum jam, biarkan
kering
k. Ulangi langkat tersebut pada kaca objek lain sesuai yang dibutuhkan
l. Lisiskan sediaan darah tebal dengan digenangi air dan dibiarkan selama 15 menit
m. Lakukan pengecatan dengan larutan giemsa keringkan selama 5 menit
n. Bilas dengan air mengalir keringkan diudara
o. Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x untuk melihat lapang
pandang lalu 40 x setelah sesuai, teteskan emersi oil dan periksa di perbesarfan
100 x
II. Cara Pembuatan Sediaan Apus Darah Tipis
1. Siapkan 2 buah kaca sediaan, satu digunakan untuk sediaan satu nya lagi untuk
membuat apusan
2. Sterilkan kedua objek gelas
3. Teteskan darah di 1/3 panjang dari objek gelas
4. Lakukan apusan dengan menggunakan objek gelas yang satunya dengan sudut
40, pertama – tama letakkan objekgelas di depan tetesan darah lalu ditarik
perlahan ke belakang lalu ratakan ke kanan dan kiri
5. Setelah itu, didorong ke depan dengan sudut 40 secara gentle dan cepat
6. Setelah dilakukan apusan sediaan dibiarkan kering diudara
7. Lakukan pewarnaan di rak pewarnaan
8. Teteskan methanol 1 – 2 tetes dan dibiarkan selama 2-3 detik
9. Setelah kering lanjutkan pewarnaan dengan giemsa, teteskan diseluruh permukaan
objek gelas lalu diamkan selama 15 menit
10. Setelah kering, Bilas dengan air mengalir, dibilas dari bagian atas objek gelas
11. Keringkan diudara
12. Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x untuk melihat lapang
pandang lalu 40 x setelah sesuai, teteskan emersi oil dan periksa di perbesarfan
100 x

HASIL ANALISA:
I. APUSAN DARAH TEBAL
II. APUSAN DARAH TIPIS

Dengan menggunakan mikroskop, kita bisa melihat gambaran parasite pada dsarah pasienyang
menderita malaria. Gambar diatas merupakan gambaran apusan darah pada pasien yang
menderita malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax. Disini terlihat bahwa, parasite ada
didalam eritrosit, dan eritrosit yang terinfeksi membesar dari ukuran normal biasanya. Terlihat
bahwa (1) merupakan stadium trofozoit berbentuk ringform, (2) merupakan stadium trofozoit
yang berbentuk ameboid dan terlihat adanya Titik Scuffner.

Pada gambar apusan darah ini adalah pada pasien yang menderita malaria yang disebabkan
Plasmodium falciparum. Seperti yang kita lihat (1a) parasite ada dalam eritrosit dan eritrosit
yang terinfeksi tidak membesar dan merupakan stadium trofozoit dengan bentuk ringform yang
sendiri, double infection da nada yang double dobt.
KESIMPULAN
1. Pada apusan darah tipis terdapat pasien yang menderita malaria yang disebabkan oleh
Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.
2. Sediaan apusan darah tebal dikatakan lisis saat darah pada kaca objek luluh atau luntur.
3. Pada pemeriksaan apusan darah tebal tidak ditetesi methanol sebelum pewarnaan giemsa.

MEDAN,
PRAKTIKAN,

SITI HABIBAH PASARIBU

5. https://www.youtube.com/watch?v=Go72jjeMzac
6. https://www.youtube.com/watch?v=vAJv5AQtDNw

Anda mungkin juga menyukai