MIKROBIOLOGI-PARASITOLOGI
Oleh :
Abdillah Choirul Chisholi G2A022003
Dosen pengampu: Dr. Tri Ramadhani, SKM, M.Sc
A. Pendahuluan
Plasmodium dan filaria merupakan penyakit yang ditularkan oleh vektor nyamuk.
Plasmodium merupakan parasit penyebab malaria, Malaria merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok
risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita dan ibu hamil. Selain itu malaria secara
langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Saat ini
terdapat lima spesies Plasmodium yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium
malariae.
Cara filaria menginfeksi manusia yaitu melalui gigitan vektor Antropoda, misalnya
nyamuk. Vektor ini menjadi infeksi karena menelan mikrofilaria yang berada dalam
darah mamalia. Setiap spesies filaria mempunyai pola daur hidup yang kompleks.
Infeksi pada manusia terjadi apabila terkena pemaparan larva infeksi secara intensif
dalam jangka waktu lama. Setelah pemaparan, diperlukan waktu bertahun-tahun
untuk terjadinya perubahan patologis nyata pada manusia (Onggowaluyo, 2002).
Pemeriksaan PCR konvensional dan Real Time PCR sudah dikembangkan untuk
diagnosis molekular dari infeksi plasmodium. Pemeriksaan dengan PCR dapat
mendeteksi DNA dari plasmodium pada darah manusia dan vektor nyamuk dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.
1. Usap bagian permukaan yang akan diambil darahnya dengan kapas beralkohol
70 %.
2. Tusuk dengan blood lancet, tetes darah yang pertama dihapus lagi dengan
kapas.
4. Teteskan pada slide glass dengan dengan membentuk tiga garis sejajar
sepanjang slide.
B. Pembahasan
Pada pemeriksaan mikroskopis di dapatkan plasmodium falcifarum, plasmodium
vivax dan plasmodium malarie. Pemeriksaan mikroskopis filaria di dapatkan
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi. Pemeriksaan metode PCR diperoleh hasil DNA
filaria 1100BP untuk sampel no 2 memiliki nilai marker yang sama dengan kontrol
positif.
Metode mikroskopis untuk deteksi malaria tidak terdapat infeksi campuran dan
tidak terdapat kesalahan interpretasi spesies berdasarkan pengecatan Giemsa karena
morfologi spesies p. falcifarum dan p.vivax ini memang khas dan dapat dibedakan
secara mudah melalui pengamatan di bawah mikroskop. Metode PCR sangat sensitif
dan spesifik dalam penegakan diagnosis malaria dan mampu mengidentifikasi spesies
parasit secara akurat, namun sedian darah tipis masih tetap menjadi gold standart
dalam mendiagnosa malaria.
Untuk mendeteksi filaria metode PCR mempunyai sensitiivitas dan negative
predictive value yang sangat tinggi terhadap pemeriksaan mikroskopik. Oleh karena
itu metode ini lebih tepat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pada program
eliminasi filariasis limfatik, terutama dalam membantu mengevaluasi pasca
pengobatan filariasi limfatik. Setelah dilakukan pengobatan filariasis, tampak adanya
kecenderungan densitas mikrofilaria yang semakin rendah. Keadaan semacam ini
menyebabkan tidak terdeteksinya mikrofilaria di dalam darah tepi dengan
pemeriksaan mikroskopik sehingga ditakutkan terjadi negatif palsu. Jika terjadi
negatif palsu maka tujuan eliminasi filariasis tidak akan tercapai karena transmisi
penyakit masih bisa terjadi.