Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PARASITOLOGI

LAPORAN PENGAMATAN

SEDIAAN SECARA MIKROSKOPIS

Oleh :
Luh Putu Hartadi 211310841

Anak Agung Ayu Eka Cahyani, S.Si., M.Kes

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2022
Bab I
1.1 Pendahuluan

Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat akut ataupun kronik yang disebabkan oeh protozoa
genus
Plasmodium
ditandai dengan demam ,menggigil,,anemia,dan splenomegaly. Malaria yangdiesertai komplikasi
disebut malaria berat. Parasit malaria termasuk dalam filum apicomplexa kelassporozoida genus
plasmodium yang terbagi menjadi empat species yang dapat menginfeksi manusia ,diantaranya adalah :
P. Vivax,P.Ovale,P.Falcifarum dan P.Malariae.
Daur hidup plasmodium terdiri dari fase Aseksual dalam tubuh manusia dan fase seksual dalamtubuh
vector nyamuk
Anopheles
betina sebagai hospes definitif.
Fase Aseksual dalam tubuh manusia
Fase eksoeritrositerSaat nyamuk
Anopheles
infektif menghisap darah manusia,sporozoid masuk ke dalamaliran darah manusia menuju sel hati dan
berkembang biak membentuk skizon hati yangterdiri dari 10.000-30.000 merozoid. Proses
ini berlangsung kurang lebih dua minggu.Pada
P.Vivax dan P.Ovale,
sebagian sporozid membentuk hipnozoid (dorman) dalam hatisehingga dapat relaps jangka panjang dan
infeksi rekurens. Pada akhir fase ,skizon pecahmengeluarkan merozoid yang masyuk ke aliran darah. b.
Fase eritrositerMerozoit menyerang eritrosit dan membentuk trofozoid dan sebagiannya
membentukgametosit dalam eritrosit. Kemudian dari trofozoid terbentuklah skizon dan
meozoidkemudian eritosit akan pecah dan melepskan merozid yang dapat menyerang eritrositlain.
Waktu antara awal infeksi hingga ditemukannya parasite daam darah tepi disebutmasa prapaten
sedangkan waktu antara masuknya sporozoit dalam badan hospes hinggatimbulnya gejala disebut masa
inkubasi.
2. Fase Seksual dalam tubuh nyamukBentuk gametosit dalam eritrosit yang terhisap oleh nyamuk
Anopheles
masuk kedalamlamung nyamuk melalui gigitan dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot.
Zigot berkembang menjadi ookinet yang menembus dinding lambung dan menjadi ookista.
Ookistayang pecah mencapai kelenjar liur nyamuk dan dapat ditularkan kembali kepada
manusiamelalui gigitan nyamuk infektif ini.
Diagnosis malaria dapat ditegakan dengan melakukan pemeriksaan sediaan darah tebaldan tipis
dengan mikroskop untuk memnetukan ada tidaknya spesies,stadium dan kepadatan
plasmodium
( semikuantitatif, kuantitatif).
1. Plasmodium Vivax
a. Bentuk Trofozoid muda :
Berbentuk cincin,inti merah,sitoplasma biru
Terdapat vakuola didalamnya
Plasma yang berhadapan dengan inti menebal
Letak plasmodium sentral didalam eritrosit.biasanya hanya satu dalam satu eritrosit
b. Bentuk Trofozoid tua :
Bentuk ameboid
Sitoplasma Nampak teratur
Khas : Nampak titik Schuffnerc.
Bentuk skizon muda :
Bentuk bulat,mengisi hampir separuh eritrosit,plasma padat tidak berakuola
Inti sudah membelah
Antara inti-inti ada titik-titik berwarna coklat yang diesebut butir hematin
Terdapat titik schuffnerd.
Bentuk skizon tua :
Inti sudah membelah terbagi menjadi 12-24
Tiap pembelahaan inti diikuti sitoplasma sehingga tampak 12-24 buah merozoid
Mengisi penuh eritrosit
Di tengah
tengah terdapat pigmen malaria
Titik schuffner tetap terlihate.
Bentuk gametosit jantan ( mikrogametosit)

Bentuknya bulat besar,lebih kecil dari makrogametosit


inti besar pucat,dan letaknya sentral
plasma Nampak pucat kelabu sampai merah muda
pigmen malaria tersebar
bentuk gametosit betina ( Makrogametosit)
bentuk lonjong atau bulat lebih besar dari mikrogametosit mengisi hampir seluruh
Eritrosit
inti Nampak kexil,kompak(padat) ,letaknya eksentris
plasma biru
pigmen malaria tersebar
plasmodium falciparuma.
bentuk trofozoid muda :
bentuk cincin kecil 0.1-0.3 kali eritrosit
sitoplasma tanoak halus kadang kadang seperti cincin atau burung di pinggir eritrosit( accole)
inti di tepi eritrosit,merah,kadang kadang ada lebih dari satu inti ( pada infeksimultiple)
bentuk skzon muda:
mengisi kira-kira separuh eritrosit
bentuk agak membulat
inti sudah membelah tapi belum diikuti sitoplasmanya
pigmen malaria mulai nampak diantara inti titik Maurer dalam eritrosit menghilangc.
bentuk skizon matang :
sitoplasma tidak mengisi seluruh eritrosit( ¾ eritrosit) inti sudah membelah menjadi 15-30 buah
diikuti pemebelahan sitoplasma sehingga tampak merozoit-merozoit pigmen malaria
sudah menggumpald. bentuk mikrogametosit bentuk pisang atau ginjal ,tampak lebih
gemuk plasma merah muda inti lebih besar,tersebar,pucat pigmen malaria tersebar diantara
inti ,ukuran 2-3 x 9-14 mikrometere. bentuk makrogametosit bentuk langsing
plasma biru inti kecil,padat,senrtal pigmen malaria tersebar disekitar inti3.
plasmodium malariae :
a. bentuk trofozoid muda :
bentuk cincin,inti merah,sitoplasma biru
cincin lebih besar dari P.falciparum
b. bentuk trofozoid tua :
eritrosit tidak membesar amuboid
plasma melintang berbentuk pita inti memanjang berbentuk pita
parasite tampak lebih nyata karena plasma kasar dan padatc.
bentuk skizon muda :
sitoplasma padat hampir mengisi seluruh eritrosit inti sudah membelah terdapat pigmen malaria
disekitar intid.
bentuk skizon tua : seperti bunga mawar mengisi seluruh eritrosit inti membelah menjadi 3-12
akan membentuk merozoit pigmen berkumpu di pusate.
bentuk mikrogametosit : bentuk bulat hampr mengisi seluruh eritrosit,plasma merah muda
inti besar tersebat,pucat ,sentral pigmen malaria kasar tersebarf. bentuk makrogametosit
bentuk lonjong atau bulat ,lebih besar dari mikrogametosit
sitoplasma biru
inti tampak kecil,padat,eksentris
pigmen kasar tersebar
1.2 Alat dan Bahan & Langkah Kerja
Indikasi Klinis
Demam Suspect malaria
Malaise,lesu,dan riwayat berkunjung atau tinggal di daerah endemik malaria
Alat dan BahanUmum :
Meja kerja
Tempat sampah biohazard
Tempat sampah biasa
Sabun cuci tangan
Westafel
Sarung tangan
Marker/spidol/stiker nama
Pengambilan darah :
Kapas alcohol
Lancet
Objek glass
Membuat pewarnaan giemsa :
Rak pencuci objek glass
Air dalam botol
Giemsa 3% dalam larutan buffer saline
Larutan methanol
Pinset
Pipet
Pemeriksaan mikroskop :
Mikroskop
Minyak emersi
Langkah kerja :Mengambil sampel darah tepi
Persiapkan semua alat dan bahan
Jelaskan tujuam,prosedurr dan meminita persetujuan pemeriksaan.
Menuliskan nama dan tanggal pemeriksaan pada objek glass4.
Menggunakan sarung tangan
Membersihkan jari manis( ring finger) dengan kapas alcohol biarkan mengering6.
Pijat-pijat jari ke arahdistal
Tusuk jari pada bagian samping
Hapuslah darah yang pertama kali keluar
Tempelkan objek glass pada darah sebanyak 1 tetes untuk apusan tipis dan 3 tetes untukapusn tebal
Membuat apusan tipis :
1. Letakan objek glass berisi darah pada posisi mendatar diatas meja yang datar tegak lurus
terhadap pemeriksa.
2. Fiksasi ujung objek glass dengan tangan tidak dominan
3. Dengan tangan dominan ,letakan objek glass pendorong di atas tetesan darah,buat sudut 45 0
antara objek glass yang berisi darah dengan objek glass pendorong
4. Biarkan darah menyebar keseluruh ujung objek glass pendorong
5. Tarik pendorong kea rah pemeriksa 5 mm,kemudian dorong kearah depan
6. Biarkan apusan mengering pada suhu kamar
7. Masukan dalam metanol 3-15 menit,angkat biarkan etanol pad apusan mengering pada suhukamar
8. Tetesi larutan giemsa 3% dan biarkan 30 menit
9. Alirkan dengan air pada botol pada bagian atas apusan yang telah tercat
10. Biarkan mongering,dan identifikasi
Membuat apusan tebal :
1. Gunakan salah satu ujung kaca pendorong untuk meratakan darah
2. Ukuran apusan tebal kira-kira 1,5-2 cm
3. iarkan apusan ini mongering dalam suhu kamar
4. Tetesi larutan giemsa 3 % dan biarkan 30 menit
5. Alirkan dengan air pada botol pada bagian atas dari apusan tebal
6. Biarkan mongering dan identifikasi
Apusan tipis :
a. Plasmodium
P.vivax : negatif
P. falcifarum : negatif
P. Ovale : negatif
P. Malariae : negatif
Eritrosit pecahBentuk tear drop : positif pada apusan darah tipisc.
Leukosit dalam batas normal,tidak terlihat peningkatan leukosit,namun tidak dapatdiberikan angka pasti
karena tidak dilakukan penghitungan leukosit.Apusan tebal : tidak berhasil karena terhapus pada saat
pencucian.
Apusan Tebal : Dari langkah kerja yang telah saya lakukan,saya mendapatkan kesalahan yang
sayalakukan pada saat pencucian cat di apusan darah tebal,seluruh apusan saya terhapus ditambah lagi
waktu pengeringan saya secara tidak sengaja mengelap bagian apusan sehinggaapusan ini tidak dapat
digunakan untuk pengamatan. Pembuatan apusan darah tebal dapatdigunakan untuk identifikasi
plasmodium,menghitung derajad parasitemia per milliliter darahdan identifikasi cacing filaria. Pada
pembuatan apusan tebal tidak di fiksasi dengan metanolhal ini untuk membiarkan sel darah merah
terhemolisis sehingga leukosit dan parasite malariamerupakan elemen yang dapat di deteksi.
Penambahan larutan giemsa digunakan untukmewarnai sel leukosit dan parasite namun pada larutan
giemsa ini juga di tambahkan akuadesuntuk membantu hemolysis dari eritrositApusan tipis :Dari
langkah pembuatan apusan tipis ,saya sempat mengulang beberapa kali karena darahyang saya berikan
pada objek glass terlalu sedikit ataupun karena keterampilan saya dalammembuat apusan yang masih
kurang. Pembuatan apusan tipis digunakan untukmengidentifikasi plasmodium dan menentukan
spesies,melihat sel dan morfologi sel yangterdapat dalam darah misalnya untuk melihat anemia
mikrositik hipokorom dan mengitung jumlah trombosit pada malaria dengan diagnosis banding
DHF. Oleh karena fungsinya diatasmaka sebelum melakukan pengecatan apusan harus di fiksasi
terlebih dahulu untuk mencegah lisisnya eritrosit.
KepalaPada bagian kepala terlihat eritrosit masih menumpuk satu sama lain. Hal ini terjadikarena
kepala merupakan bagian yang paling tebal dari apusan,sehingga eritrosit belumtersebar dengan baik
dan masih menumpuk.Tengah ( badan )Eritrosit telihat sudah saling terpisah dan apusan sudah mulai
rata , pada bagian initer dapat tear
Gambaran tear drop ini terjadi karena kerusakan eritrosit karena tekanan saat pembuatanapusan.Pada
daerah ekor terlihat eritrosit sudah sangat berjauhan antara satu dengan yang lain,hal ini dikarenakan
bagian ini merupakan bagian paling tipis dari apusan.Gambar pembuatan apusan
Pemeriksaan Sediaan Darah

1. Komponen Darah Normal Jika darah vena dalam tabung didiamkan dalam waktu 5-20
menit, maka darah tersebut akan terbagi menjadi 2 lapisan. Bagian serum berupa
cairan berwarna kuning pucat, kemudian bekuan darah akan berwarna merah tua atau
kehitaman yang mengandung sel darah merah, sel darah putih dan trombosit/platelets.
Komponen-komponen ini akan terlihat jelas di bawah mikroskop bila sudah diwarnai.
a) Sediaan Darah Tipis o Sel darah merah (eritrosit) Merupakan sel darah yang
terbanyak dalam sediaan darahtipis, berbentuk bulat dan pada pewarnaan Giemsa

yang baik, terlihat berwarna merah muda keabuan. Sel darah merah tidak mempunyai
inti dan jumlahnya sekitar 5 juta/μl darah.
2. Sel darah putih (leukosit) Sel darah putih berjumlah 6.000-8.000/ μl darah. Sel darah
putih terdiri dari inti, sitoplasma dan membran sel. Di dalam sitoplasma terdapat
granule-granule
3. Leukosit terbagi dalam dua kelompok besar yaitu: 1) leukosit multilobul (PMN =
polymorphonuclear)  Netrofil Pada orang sehat jumlahnya mencapai 65% dari total
leukosit. Inti berwarna ungu tua. Granule terlihat jelas dalam sitoplasma. Pada kasus-
kasus malaria dapat dijumpai pigmen malaria yang merupakan sisa-sisa parasit yang
difagositosis oleh netrofil.  Eosinofil Pada orang sehat jumlahnya mencapai 1-4%
dari total leukosit. Granule pada sitoplasma berwarna merah dari zat warna eosin. 
Basofil Merupakan leukosit yang paling jarang, jumlahnya Sediaan darah tebal Pada
waktu memeriksa sediaan darah tebal dengan lensa objektif 100x dan okuler 10x akan
terlihat : Sisa-sisa sel darah merah, sel darah putih, trombosit. Pada sediaan darah
tebal gambaran sel darah putih dan trombosit menyerupai sediaan darah tipis, hanya
ukurannya lebih kecil. sediaan darahterdiri dari sejumlah besar sel darah merah
(eritrosit) yang lisis dan saling menumpuk. Bila sediaan darah tebal diwarnai Giemsa,
air yang berasal dari zat warna Giemsa akan melarutkan isi sel darah merah tersebut.
Hemoglobin merupakan komponen utama sel darah merah, sehingga proses ini
disebut hemoglobinisasi. Hal ini dapat terlihat bila kita meletakkan sediaan darah

tebal dalam bak pewarnaan berisi air. Dalam waktu 1-2 menit warna merah dari
hemoglobin akan lepas dari sediaan darah tebal sehingga menjadi pucat dan jernih.

Proses ini terjadi pada saat akhir pewarnaan, yang terlihat adalah sisa eritrosit, lekosit
dan trombosit.
4. . Morfologi Parasit Malaria a) Pengenalan Parasit Malaria Parasit malaria terdiri dari :
o Inti/kromatin; bentuknya bulat dan berwarna merah. o Sitoplasma; bentuknya
seperti cincin sampai bentuk yang tidak beraturan, umumnya berwarna biru. b)
Stadium Parasit Malaria Stadium parasit malaria yang dapat dilihat dalam sediaan

darah sebagai berikut : o Stadium Trofozoit Merupakan stadium yang paling umum

ditemukan, seringkali disebut sebagai stadium cincin. Meskipun tidak selalu terlihat
berbentuk cincin yang sempurna.
5. Trofozoit merupakan stadium pertumbuhan, sehingga dapat ditemukan dalam
berbagai ukuran dari kecil sampai besar. Pigmen merupakan hasil
pertumbuhan/metabolisme parasit, warnanya bervariasi dari kuning pucat sampai
coklat kehitaman atau hitam. o Stadium Skizon Pada stadium skizon terlihat inti
membelah secara aseksual menjadi 2, 4, 8 dan seterusnya secara aseksual tanpa
melibatkan sel kelamin jantan dan betina. Stadium skizon mempunyai beberapa fase
mulai dari parasit dengan inti dua sampai parasit dengan banyak inti yang masing-
masing intinya disertai dengan sitoplasma
6. Stadium Gametosit Merupakan stadium seksual yang akan menjadi sel kelamin jantan
dan betina, berkembang lebih lanjut di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina.
Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang tergantung spesies. Warna dari
sitoplasma parasit dapat digunakan untuk membedakan sel kelamin jantan
(mikrogametosit) dan sel kelamin betina (makrogametosit).
7. Kunci untuk Mengidentifikasi Stadium Parasit Malaria pada sediaan darah Tipis

1. Apakah dalam sel darah merah ditemukan satu atau lebih titik kromatin yang berwarna
merah dan sitoplasma yang berwarna biru ? Ya : lanjut ke no.
2 Tidak : yang terlihat bukan parasit . Apakah ukuran dan bentuk sesuai dengan parasit
malaria ? Ya : kemungkinan yang dilihat adalah parasit malaria, lanjut ke no.
3 Tidak : yang terlihat bukan parasit 3. Apakah ada pigmen malaria di dalam sel
tersebut ? Ya : lanjut ke no. 7 Tidak : lanjut ke no. 4
3. Apakah parasit tersebut mempunyai satu inti dengan sitoplasma yang berbentuk cincin,
dengan vakuola yang jelas terlihat ? Ya : ini adalah stadium trofozoit. Tidak : lanjut ke no.
4. . Apakah parasit mempunyai satu kromatin yang menempel pada sitoplasma biru yang
kompak (bisa disertai dengan vakuola yang kecil) ? Ya : ini adalah stadium trofozoit. Tidak :
lanjut ke no
5. Apakah parasit dengan satu kromatin berbentuk tidak beraturan dan terfragmentasi ? Ya :
ini adalah stadium trofozoit.
6. Apakah parasit yang berpigmen mempunyai inti satu ? Ya : lanjut ke no. 8 Tidak : lanjut ke
no. 9 8. Apakah parasit mempunyai satu vakuola atau sitoplasmanya berfragmentasi ? Ya :
Kemungkinan adalah stadium trofozoit lanjut. Tidak : lanjut ke no. 11 9. Apakah parasit yang
mempunyai dua inti/kromatin yang menempel pada satu cincin yang bervakuol ? Ya : Ini
adalah stadium trofozoit. Tidak : lanjut ke no. 10 10.Apakah parasit mempunyai inti yang
berjumlah antara 2-32, disertai pigmen ? Ya : Ini adalah stadium skizon 11. Apakah parasit
berbentuk bulat atau seperti pisang ? Bulat : lanjut ke no.12 Seperti pisang : lanjut ke no.14
12.Apakah parasit yang berbentuk bulat, mempunyai inti/kromatin yang terlihat jelas dan
sitoplasma yang berwarna biru tua ? Ya : Ini adalah gametosit betina Tidak : Lanjut ke no.13
21 13.Apakah parasit yang berbentuk bulat, secara keseluruhan berwarna kemerahan
sehingga kromatin tidak terlihat jelas? Ya : Ini adalah gametosit jantan Tidak : Lanjut ke
no.14 14.Apakah parasit berbentuk pisang, mempunyai sitoplasma yang berwarna biru dan
kromatin yang berwarna merah ? Ya : Ini adalah gametosit betina Tidak : Lanjut ke no.15
15.Apakah parasit berbentuk pisang, secara keseluruhan berwarna kemerahan sehingga
kromatin tidak jelas terlihat ? Ya : Ini adalah gametosit jantan c) Spesies Parasit Malaria
Gambaran spesies parasit pada sediaan darah tipis. Petunjuk yang paling sederhana untuk
membedakan keempat spesies malaria adalah perubahan yang terlihat pada sel darah merah
yang terinfeksi. Ukuran sel darah merah yang terinfeksi dapat terlihat membesar atau normal.
Pada sitoplasma eritrosit yang terinfeksi dapat ditemukan titik Schuffner atau Maurer.
Disamping itu, petunjuk yang lainnya adalah keteraturan sitoplasma parasit. Sitoplasma yang
teratur dapat berupa cincin, koma, tanda seru dan sayap burung terbang. Secara umum, pada
infeksi Plasmodium falciparum dapat ditemukan satu stadium (trofozoit atau gametosit). Pada
infeksi spesies lainnya dapat ditemukan berbagai stadium
Gambaran spesies parasit pada sediaan darah tebal Pada sediaan darah tebal tidak terlihat.
Walaupun demikian parasit malaria tetap terlihat, meskipun ukurannya lebih kecil
dibandingkan pada sediaan darah tipis. Parasit malaria harus dicari dengan lebih teliti. Setiap
berpindah lapang pandang, mikrometer digunakan untuk memfokuskan objek yang dilihat.
Pada sediaan darah tebal, parasit dapat berada pada lapisan yang berbeda. Sitoplasma
trofozoit yang berbentuk cincin halus, dapat terlihat terputusputus atau tidak sempurna.
Dengan lisisnya sel darah merah, titik Schuffner sulit dilihat demikian juga dengan titik
Maurer. Walaupun demikian, masih terlihat sisa-sisa sel darah merah yang mengelilingi
parasit (zona merah/ bayangan merah). Kunci untuk identifikasi spesies parasit pada sediaan
darah tipis dan sediaan darah tebal dapat dilihat pada gambar sketsa parasit 1-4. Artefak pada
sediaan darah Artefak merupakan sejumlah objek (benda-benda) yang gambarannya
menyerupai parasit. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan dalam diagnosis parasit malaria.
Gambaran yang dapat terlihat antara lain jamur. Untuk mencegah pertumbuhan jamur pada
sediaan darah, warnai sediaan darah secepat mungkin (tidak lebih dari 24 jam). Kontaminan
lain dapat berasal dari lingkungan, seperti debu yang berterbangan dan menempel pada
sediaan darah pada waktu pengeringan (baik sebelum maupun sesudah pewarnaan). Artefak
lain dapat berupa kotoran yang berasal dari jari penderita, atau object glass yang kurang
bersih. Gambar ini memperlihatkan jenis-jenis artefak yang dapat ditemukan pada sediaan
darah.
PEMERIKSAAN RUTIN UNTUK SEDIAAN DARAH MALARIA
1. Pemeriksaan sediaan darah Tipis
a) Sediaan darah diletakkan pada meja sediaan mikroskop.
b) Lihat sediaan darah dengan lensa objektif pembesaran 10 kali dan fokuskan lapang
pandang pada bagian yang bertanda ”x”
c) Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”.
d) Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e) Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit terlihat
jelas. Periksa sediaan darah dengan menggerakkan meja sediaan dengan arah kekiri
dan kekanan sesuai arah panah (lihat gambar).
f) Pemeriksaan dilakukan sampai 100 lapangan pandang untuk menentukan negatif.
Bila diperlukan dapat dilihat sampai 400 lapang pandang.
2. Pemeriksaan sediaan darah Tebal
a. sediaan darah diletakkan pada meja sediaan mikroskop
b. Lihat sediaan darah dengan lensa objektif 10 kali dan fokuskan lapang pandang
pada bagian tepi sediaan darah tebal (tanda ”x” pada gambar)
c. Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda ”x”.
d. Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e. Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit terlihat
jelas. Periksa sediaan darah dengan menggerakkan meja sediaan dengan arah kekiri
dan kekanan sesuai arah panah (lihat gambar).
f. Pemeriksaan rutin tebal dinyatakan negatif bila tidak ditemukan parasit pada 100
lapang pandang. Bila ditemukan parasit, pemeriksaan dilanjutkan dengan 100
lapangan pandang sebelum diagnosa ditegakkan. Hal ini dilakukan untuk memastikan
ada tidaknya infeksi campur.
3. Menghitung Jumlah Parasit Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung
parasit, yaitu
a) Jumlah parasit/μl darah dihitung berdasarkan jumlah leukosit pada sediaan darah
tebal (standar = 8.000 /μl). Untuk penghitungan parasit diperlukan 2 buah tally
counter. Satu tally counter untuk menghitung parasit, dan yang lainnya untuk
menghitung leukosit. x x 35
1) Bila pada 200 leukosit ditemukan 100 parasit atau lebih, catat hasilnya per 200
leukosit
2) Bila pada 200 leukosit hanya ditemukan 99 parasit atau kurang, lanjutkan
pemeriksaan sampai menjadi 500 leukosit, catat hasilnya per 500 leukosit.
3) Jadi jumlah parasit dalam 1 μl darah : jumlah parasit x 8.000 jumlah leukosit 4)
Apabila penghitungan parasit dilakukan terhadap 200 leukosit maka jumlah parasit
dikalikan 40. Bila penghitungan parasit dilakukan terhadap 500 leukosit, jumlah
parasit dikalikan 16.
5) Secara umum jumlah gametosit dan stadium aseksual dihitung secara terpisah. b)
Secara semi kuantitatif atau sistem plus. Merupakan metode yang lebih sederhana
untuk menghitung parasit dalam sediaan darah tebal. Namun cara ini kurang
memuaskan, hanya dilakukan apabila penghitungan dengan metode a) tidak
memungkinkan. Sistem ini menggunakan kode 1+ sampai 4+ seperti dibawah ini :
1) + = 1 sampai 10 parasit dalam 100 lapang pandang sediaan darah tebal.
2) + + = 11 sampai 100 parasit dalam 100 lapang pandang sediaan darah tebal.
3) + + + = 1 sampai 10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal.
4) + + + + = >10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal.
PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH

Eritrosit pecahBentuk tear drop : positif pada apusan darah tipis. Leukosit dalam batas
normal,tidak terlihat peningkatan leukosit,namun tidak dapatdiberikan angka pasti karena tidak
dilakukan penghitungan leukosit.Apusan tebal : terlihat eritrosit telah lisis sehingga tidak tampak
eritrosit, terlihat trombositleukosit dan sedikit artefak.
Pembahasan
Dari langkah pembuatan apusan tebal secara makroskopis di dapati tetesan darah yangterlalu
banyak sehingga terlihat sangat tebal setelah dicampur, yang akhirnya saya
beri perlakuan menggunakan tisu untuk menyerap darah yang berlebih di kaca obyek.
Pemberiancat giemsa saya rasa sudah tepat pada waktunya, yaitu menunggu setelah apusan tebal
sayatelah kering. Hasilnya secara mikroskopis didapati eritrosit telah lisis yang terlihat dari
tidakterlihatnya bulatan-bulatan sel eritrosit pada preparat, terlihat juga leukosit dan trombosityang
terlihat di preparat seperti titik-titik berwarna ungu. Pembuatan apusan darah tebal inimerupakan
indikasi apabila didapati gejala diagnosis Malaria dimana untuk menentukan banyak nya plasmodium
yang ada sehingga bisa ditentukan derajat intensitas infeksi pada pasien. Pada pembuatan
apusan tebal tidak di fiksasi dengan methanol, dikarenakan untukmembiarkan terjadinya
hemolisis pada sel darah merah sehingga sel-sel ataupun parasit laindaat terlihat. Terlihat pada
pewarnaan sudah pas kebasaan nya tidak terlalu asam (merah),terlalu basa (ungu gelap). Didapati
adanya artefak yang terlihat sebagai warna putih pada preparat hal ini bisa saja dikarenakan
kurangnya pengalaman pemeriksa dalam membuatapusan darah tebal sehingga bisa saja
dikarenakan kotor ataupun gelembung.Apusan tipis :Dari langkah pembuatan apusan tipis secara
makroskopis sudah di dapati tetesan darahyang cukup namun dikarenakan kurangnya pengealaman
pemeriksa ketika membuat apusansehingga diulang dalam pembuatan apusan tipis. Pengulangan yang
terakhir didapati apusandarah tipis yang baik dimana terlihat seperti komet pada kaca obyek. Sehingga
terlihat jelas perbedaan antara bagian kepala, badan, dan ekor pada apusan darah tipis.
Pembuatan apusantipis digunakan untuk mengidentifikasi plasmodium dan menentukan
spesies,melihat sel danmorfologi sel yang terdapat dalam darah sehingga bisa menentukan terapi yang
tepat pada pasien misalnya untuk melihat jenis anemia (mikrositik hipokorom, makrositik,
normositiknormokromik) dan mengitung jumlah trombosit pada malaria dengan diagnosis
bandingDHF. Berbeda dengan apusan darah tebal, apusan darah tipis disini diberikan metanoldimana
untuk fiksasi sehingga mencegah terjadinya lisis eritrosit. Secara mikroskopis pada bagian kepala
komet, didapati eritrosit yang bergerombol dan berdesakan atau yang disebutdengan rouleaux
hal ini dikarenakan posisi darah diteteskan dekat didaerah tersebut ketika proses
spreading
Pada bagian badan didapati eritrosit sudah mulai tidak menumpuksehingga bisa pada bagian ini
lebih mudah bagi kita untuk melihat hal-hal yang dicari seperti jenis plasmodium, hitung trombosit,
maupun melihat sel dan morfologi sel seperti anemiamikrositik hipokromik. Pada bagian ekor
ditemukan eritrosit saling berjauhan danmemberikan
space
antara eritrosit lain hal ini dikarenakan daerah ini merupakan daerah paling jauh dan paling
tipis ketika dilakukan
spreading
. Terlihat pada pewarnaan sudah paskebasaan nya tidak terlalu asam (merah), terlalu basa (ungu gelap).
Leukosit dalam batasnormal,tidak terlihat peningkatan leukosit,namun tidak dapat diberikan angka pasti
k a r e n a t i d a k d i l a k u k a n p e r h i t u n g a n l e u k o s i t .
Apusan darah tebal (400x) Apusan darah tebal didapati artefak (400x)Apusan darah tipis (kepala) A
pusan darah tipis (badan) Apusan darah tipis (ekor)400x 400x 400x
Hasil dan Pembahasan
Apusan Tebal : Pada apusan tebal didapati kegagalan pembuatan preparat. Hal ini mungkin terjadi
karena praktikan menyiramkan air tepat pada darah setelah pengecatan, bukan mengalirkan
melaluiatasnya. Pada preparat tidak didapati adanya eritrosit dan malah ditemukan adanya lemak-
lemak. Eritrosit memang seharusnya tidak ditemukan pada apusan tebal karena pada apusantebal terjadi
lisis pada eritrosit. Sedangkan gelembung air banyak ditemukan yang mungkindisebabkan karena
kesalahan praktikan yaitu memasang preparat pada mikroskop dalamkeadaan masih basah tanpa
menunggu kering terlebih dahulu. Pada apusan tebal ini tidakdapat ditentukan derajat infeksi dari
plasmodium, mengingat kegagalan dalam pembuatan preparat dan juga pada apusan tipis tidak
ditemukan plasmodium. Probandus yang diambildarahnya juga mengaku tidak menderita malaria
dan tidak menjalani pengobatan sehinggatujuan dari apusan darah tebal yakni menentukan kemajuan
pengobatan dan menentukanresistensi obat tidak dapat tercapai.Apusan tipis : Pada bagian kepala,
didapati eritrosit-oritrosit yang terlihat normal dan tidak
terjadi penumpukan. Pada bagian badan, didapati eritrosit sangat berdempet dan bertumpuk-
tumpuk, Pada bagian ekor eritrosit masih berdempet dan bertumpuk-tumpuk, namun pada paling
ujungnya eritrosit sudah tidak bertumpuk-tumpuk lagi.Pada keseluruhan preparat didapati warna
yang normal, yang menandakan tidak terlaluasam maupun terlalu basa. Keadaan asam mungkin terjadi
karena metanol yang memilikisifat asam. Pada pembuatan apus sediaan darah tipis ini tidak ditemukan
adanya parasitmalaria (plasmodium) dan tidak ditemukan eritrosit yang litik. Apabila
ditemukan plasmodium akan ditemukan gambaran adanya plasmodium di dalam eritrosit dima
na plasmodium akan tampak dengan kromatin berwarna merah dan sitoplasma
berwarna pucatkebiruan. Selain itu dari preparat terlihat bahwa tiap-tiap eritrosit memiliki
ukuran dan bentuk yang kurang lebih sama, pada eritrosit yang terinfeksi plasmodium akanme
nunjukkan perbedaan bentuk maupun ukuran dibanding eritrosit noral. Tidak juga
ditemukan adanya bintik Schiiffner’s yang dapat dideteksi apabila eritrosit menga
ndungPlasmodium vivax atau Plasmodium Ovale. Bintik Maurer juga tidak ditemukan, bintik
inimungkin terdapat pada eritrosit yang mengandung P. Falciparum. Dilihat dari morfologieritrosit
didapati eritrosit normal yaitu normokrom normositik. Pada preparat didapatigambar dari mikroskop
blur setengah layar bagian kiri, hal ini mungkin terjadi karenakurangnya pengalaman praktikan, yaitu
identifikasi dilakukan saat preparat masih dalamkeadaan basah sehingga mengotori kaca dari mikroskop
dan layar mikroskop juga tidakdibersihkan. Selain itu terjadi didapati bahwa baik pada badan dan ekor
terjadi penumpukaneritrosit, hal ini dikarenakan pada pembuatan preparat, praktikan tidak melakukan
spreaddengan benar karena melakukan spreading dengan ragu-ragu sehingga terbentuk
sediaan bergaris-garis. Hal ini menyebabkan pada saat melakukan spread terputus-
putus terjadi penekanan dan kecepatan yang tidak konstan dan eritrositpun menjadi
tertumpuk-tumpuk.
Kesimpulan
1. Pada pemeriksaan ini praktikan tidak menemukan adanya parasite Plasmodium
2. Praktikan masih banyak melakukan kesalahan dalam pembuatan apusan darah tebal dan tipis
pada pemeriksaan malaria dikarenakan kemampuan dan keterampilan praktikan yang belum
memadai.
Daftar Pustaka

Mansjoer, Arif. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.
JakartaSinha. K . A. 2005. Malaria. A P H Publishing Corporation.Buku Panduan Blok 3.03.
2017. Gangguan Hematologi. Fakultas Kedokteran Universitas KristenDuta Wacana

Anda mungkin juga menyukai