Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI KLINIS

LAPORANINI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PARAKTIKUM


PARASITOLOGI KLINIS

Oleh :

Nama : FEBRIALINE ROSITA WIWAHA


Nim : 1191027
Kelas : 2A1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL


SURAKARTA
2021
Praktikum 10 dan 11

Plasmodium falciparum & Plasmodium vivax

Identitas Sampel : Preparat Laboratorium

I. TUJUAN :
Untuk mengetahui atau melihat bentuk atau morfologi dari Plasmodium falciparum &
Plasmodium vivax menggunakan mikroskop perbesaran lensa obyektif (10 x 100).
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat B. Bahan

1. Mikroskop 1. Preparat (sampel)

2. Obyek glass 2. Alkohol mikroskop

3. Deck glass 3. Kapas

4. Minyak Emersi

III. Cara Kerja :


1. Bersihkan lensa mikroskop terlebih dahulu dengan menggunakan
kapas yang sudah di berikan alkhohol mikroskop.
2. Diambil salah satu preparat sampel.
3. Diletakkan salah satu preparat sampel diatas meja mikroskop.
4. Ditetesi minyak emersi.
5. Dilihat dengan pembesaran lensa obyektif 100 x dengan
menggunakan minyak imersi.
6. Diamati dan digambar setiap bentuk preparat yang telah diliha
IV. HASIL
Gambar Keterangan
Tropozoid Plasmodium vivax Bentuk seperti cincin (amoeboid)
1. Eritrosit yang terinfeksi membesar
2. Ukuran parasitnya 1/3 dari eritrosit
yang membesar
3. Kromatin 1 buah besar
4. Sitoplasma tebal
5. Eritrositnya lebih normal

Bentuk seperti cincin (ring)


Tropozoid Plasmodium falciparum
1. Eritrosit yang terineksi tidak
membesar
2. Ukuran parasitnya 1/5 dari eritrosit
yang terinfeksi
3. Kromatin sering ganda
4. Sitoplasma tipis
5. Eritrosit normal

Mikrogametosit Plasmodium vivax Bentuk bulat/oval dan padat

Ukuran : mengisi eritrosit yang terinfeksi /


membesar

1. Eritrosit
2. Sitoplasma bewarna biru pucat
3. Kromatin menggumpal di tengah
Granula kasar
Gambar Keterangan
Makrogametosit Plasmodium Bentuk bulat/oval
vivax 1. Eritrosit membesar
2. Sitoplasma warna tua
3. Kromatin menggumpal
dipinggir
4. Granula kasar

Mikrogametosit Plasmodium Bentuk seperti ginjal


falciparum Ukuran lebih besar dari eritrosit
1. Ujung tumpul
2. Kromatin terbesar
3. Eritrosit normal

Makrogametosit Plasmodium Bentuk seperti bulan sabit


falciparum Ukuran lebih besar dari eritrosit
1. Ujung runcing
2. Kromatin menggumpal
di tengah
3. Eritrosit normal

Gambar Keterangan
Schizont Plasmodium vivax Bentuk bulat
1. Eritrosit membesar
2. Merozoit 14-24
3. Sitoplasma
Pada falciparum = 8

V. Kesimpulan :-

VI. Pembahasan :

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan


oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles. Manifestasi klinis malaria
dipengaruhi oleh berbagai faktor pejamu (manusia), parasit dan
lingkungan. Pada manusia, faktor-faktor yang berperan adalah
usia, imunitas, kehamilan dan faktor genetik. Pada parasit,
faktor yang telah ditemukan berperan adalah resistensi terhadap
obat antimalaria, laju multiplikasi parasit, jalur invasi,
sitoadherens dan rosetting, variasi dan polimorfisme antigen
serta malaria toksin. Pada aspek lingkungan, faktor yang
berpengaruh adalah akses terhadap pengobatan, intensitas
transmisi oleh vektor nyamuk, serta kondisi sosial ekonomis dan
stabilitas politik.

Genus Plasmodium yang menginfeksi manusia sehingga


dapat menyebabkan penyakit malaria adalah Plasmodium
falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan
Plasmodium malariae .Di antara 20 spesies Plasmodium yang
diketahui menginfeksi kera, lima spesies yang potensial
menginfeksi manusia adalah P. brasilianum, P. cynomolgi, P.
inui, P. knowlesi, dan P. simium. Diantara spesies tersebut P.
falcifarum merupakan parasit yang memiliki tingkat mortalitas
paling tinggi dan P.vivax merupakan parasit yang memiliki
tingkat virulensi yang paling tinggi. Kualitas pemeriksaan
mikroskopis malaria masih kurang, dengan error rate tinggi.
Sebagian besar diagnosis malaria masih berdasarkan gejala
klinis. Hal ini memerlukan intervensi lebih lanjut.

Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falsiparum


(disebut juga malaria tropika), merupakan jenis penyakit malaria
yang terberat dan satu-satunya parasit malaria yang
menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena dapat
menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria
(malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut,
perdarahan, sesak nafas, dll. Sedangkan Plasmodium vivax
menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir
dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50%dalam beberapa minggu – 5
tahun setelah penyakit awal.

Daftar Pustaka :

Fitriany, Julia,dkk.2018.Malaria.Jurnal Averrous Vol.4 No.2

Sulasmi,Sri,dkk.2017.Identifikasi Spesies Plasmodium Malaria


Menurut Karakteristik Masyarakat Desa Temunih Provinsi
Kalimantan Selatan. SPIRAKEL. Vol. 9 (1) : 10-18
Praktikum 12

Pembuatan Sedian Darah

Identitas Sampel : Preparat Laboratorium

I. TUJUAN : Mampu membuat sediaan darah malaria sesuai


standar

II. ALAT DAN BAHAN


1. Kaca slide
2. Sarung Tangan
3. Kapas alkohol 70% (alcohol swab)
4. Jarum dan alat lanset
5. Tisu atau kassa
6. Wadah penampung limbah (kotak sampah benda tajam,
plastik biohazard)
7. Pensil, pulpen

III. Cara Kerja :


1. Siapkan alat & bahan yang akan dipakai
2. Menyiapkan kaca slide:
 Bersihkan kaca slide dengan kertas tisu.
 Beri label kaca slide menggunakan pensil atau
spidol slide pada bagian yang buram (frosted).
 Tulislah dengan jelas: tanggal dan kode/nomer ID
seperti kode biasanya digunakan dipuskesmas
(misal, 7-5-2014-XXX)
 Peganglah kaca slide pada bagian sisi samping
 Pastikan kaca slide selalu bersih, simpanlah pada
kotak yang tertutup
3. Tanyakan pada subyek jari mana yang boleh ditusuk
(biasanya jari tengah atau jari manis). Pada bayi usia 6
bulan ke bawah, penusukan dilakukan di bagian tumit
kaki
4. Bersihkan jari/tumit tersebut dengan kapas alkohol
sebelum di tusuk. Diamkan selama kira- kira 10 detik
supaya kering.
5. Tusuk sisi samping jari tengah atau jari manis dengan
lanset.
6. Buang lanset yang sudah terpakai ke dalam kotak
pembuangan benda tajam (biohazard sharp-bin).
7. Hapus tetesan darah pertama dengan tisu kering.
8. Teteskan darah berikutnya ke atas kaca slide 3 tetes (6
uL) untuk apusan tebal dan 1 tetes (2 uL) untuk apusan
tipis.
9. Ambil kaca slide, Pegang kaca slide membentuk 45
derajat dengan ujung menyentuh setetes darah. Biarkan
darah menyebar pada ujung kaca slide yang bersih.
10. Setelah darah menyebar, dengan cepat dorong kaca
slide yang bersih ke depan sampai meninggalkan
sampel darah pada kaca, membentuk seperti lidah.
11. Letakkan kaca slide di tempat yang datar sampai
kering.
12. Setelah kering, diwarnai. Selambat-lambatnya 24 jam.
IV. Hasil :

V. Kesimpulan : -

VI. Pembahasan :

Pada setiap pembuatan SADT tidak selalu berhasil,


hal ini bisa dipengaruhi oleh banyak kemungkinan yaitu
preparat kurang bersih, bercak lemak, berlubang, kualitas
reagen cat yang digunakan, penyimpanan, dan suhu
pengeringan. Prosedur pembuatan SADT meliputi 2 tahap
yaitu pembuatan preparat dan pengecatan. Pada pembuatan
preparat, perlu disiapkan preparat yang bersih, kering,
bebas lemak. Pengecatan preparat dapat dilakukan
menggunakan Giemsa, Wright dan lain-lain (Nugraha,
2015) (Gandasoebrata, 2013 dalam Rony, 2019.).
Pemeriksaan parasit malaria adalah pemeriksaan
darah penderita yang diduga malaria, baik secara
mikroskopis dengan menggunakan sediaan apus darah tepi
(SADT) maupun tes cepat menggunakan rapid
diagnostik test (RDT). Penderita dinyatakan positif
malaria apabila didalam pemeriksaan mikroskopis
ditemukan Plasmodium sp dalam darahnya(Kementerian
Kesehatan, Dirjen P2PL, 2017 dalam
Surati,surati,dkk.2019)

Sediaan apus darah tipis membutuhkan volume


darah yang relatif sedikit dibandingkan dengan sediaan
tetes darah tebal. Apabila pemeriksaan hanya untuk
menentukan seseorang terinfeksi plasmodium atau tidak,
ndisarankan menggunakan sediaan darah tebal karena akan
lebih cepat menemukan parasit. Sebaliknya jika sediaan
digunakan untuk menonjolkan morfologi parasit untuk
mengidentifikasai jenisnya, disarankan membuat sediaan
apus tipis karena dapat memperlihatkan morfologi
plasmodium dengan lebih jelas. (Organization and Control,
2010 dalam Murwati,2017).

Sumber Pustaka :

Febriyani,Rina.dkk.2020.Kualitas Makroskopis dan


Mikroskopis Morfologi Lekosit pada Sadt Berdasarkan
Variasi Suhu Pengeringan.Jurnal Ilmiah Kesehatan .Vol.
15 (4) : 245- 252
Surati,surati,dkk.2019.Identifikasi Penyakit Malaria Dengan
Pemeriksaan Sadt Di Desa Turus Kabupaten Purworejo.
Jurnal Link. VoL. 16.(1).:95-97.

Sulasmi,Sri,dkk.2017.Identifikasi Spesies Plasmodium Malaria


Menurut Karakteristik Masyarakat Desa Temunih
Provinsi Kalimantan Selatan. SPIRAKEL. Vol. 9 (1) :
10-18
Praktikum 13

Pewarnaan Sedian Darah

Identitas Sampel : Preparat Laboratorium

I. TUJUAN : Peserta mampu melakukan pewarnaan SD


malaria

II. ALAT DAN BAHAN


1. Sarung tangan
2. Larutan buffer (pH 7.2)
3. Giemsa Stok
4. Botol pembilas
5. Pipet tetes
6. Botol penyimpan giemsa dan botol buffer
7. Gelas ukur 10 cc dan 100 cc
8. Beaker Glass 50 cc dan 100 cc
9. Kertas Whatman No.2
10. Timer

III. Cara Kerja :


1. Siapkan alat dan bahan
2. Pastikan Sedian Darah sudah kering sempurna pada
saat pembuatan sediaan darah
3. Sedian Darah tipis difiksasi dengan metanol, dengan
cara ditetes atau dicelupkan
4. Metanol tidak boleh mengenai Sediaan Darah tebal
5. Biarkan kering diudara sebelum diwarnai
6. Uji Reagen Giemsa Stock
 Uji reagen giemsa stock dilakukan sebelum
membuat larutan giemsa pengenceran 3 %. Ada 2
cara, yaitu dengan pewarnaan dan kertas Whatman
no.2
 Teteskan (1:2) giemsa stock : methanol pada kertas
Whatman nomor 2, diamkan sampai giemsa
menyebar
 Amati warna yang terbentuk pada kertas Whatman
tersebut, Dikatakan baik jika ada warna biru dan
ungu serta warna merah disisi paling luar lingkaran
7. Menyiapkan Giemsa 3%
 Siapkan giemsa stok dan buffer untuk membuat
pewarnaan 3%
 Ambil 3 bagian giemsa stok
 Tambahkan 97 bagian larutan buffer
 Aduk larutan hingga larut dan merata
8. Letakkan sediaan darah pada rak pewarnaan
9. Teteskan larutan giemsa 3% menggunakan pipet
sampai seluruh Sediaan Darah tebal dan tipis terendam
dengan rata
10. Diamkan selama 45-60 menit
11. Bilas sediaan darah dengan air mengalir sampai bersih
12. Tunggu sediaan darah kering diudara
13. Sediaan darah siap untuk diperiksa
14. Simpan sediaan darah yang telah diperiksa ke dalam
box slide
IV. Hasil :

V. Kesimpulan :-

VI. Pembahasan :
Malaria adalah Penyakit menular yang merupakan
masalah kesehatan utama diberbagai Negara tropis, termasuk di
indonesia. Penemuan parasit plasmodium yang beredar pada
darahtepi hingga saat ini masih merupakan diagnosis pasti yang
tak terbantahkan. Salah satunya untuk menemukan parasit
malaria biasanya menggunakan sediaan darah tipis karena
morfologi Plasmodium setelah dilakuakan pewarnaan akan
tampak terlihat lebih jelas dengan bagian - bagian relative
lengkap. Salah satunya Pewarnaan giemsa yang merupakan
teknik pewarnaan yang paling bagus dan sering digunakan untuk
mengidentifikasi parasit yang ada didalam darah (Depkes RI,
2011 dalam Hormalia,2018).

Menurut Depertemen Kesehatan RI 2007 pewarnaan


giemsa mempunyai standar pengenceran, dan setiap pengenceran
mempunyai waktu pewarnaan yang berbeda-beda. Pewarna
Giemsa dengan pengenceran 10% sebagai pewarna yang umum
digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas (Kurniawan, 2010
dalam Hormalia,2018)

Perbedaan komposisi pengenceran dapat mempengaruhi


warna sel dan kerataan pada hapusan darah tepi. Jika waktu
pewarnaan terlalu, cepat menyebabkan apusan tidak terwarnai
dengan sempurna,begitu juga sebaliknya jika pewarnaan
dilakukan terlalu lama dapat mempengaruhi warna dan bentuk
parasit, sehinga hasil pembacaan apusan untuk melihat parasit
malaria sulit diteggakkan (Rahmad, 2011 dalam Hormalia,2018).

Sumber Pustaka :

Hormalia,2018. Pengarus Variasi Pengencaran Giemsa


Terhadap Pewarnaan Giemsa Plasmodium sp
Pada Pemeriksaan Sedian Darah Tipis. Jurnal
Ergasterio. Volume 5. No 1
Praktikum 14

Pemeriksaan Plasmodium pada sediaan darah

Identitas Sampel : Preparat Laboratorium

I. TUJUAN : Peserta mampu melakukan pewarnaan SD


malaria

II. ALAT DAN BAHAN


1. Sarung tangan
2. Larutan buffer (pH 7.2)
3. Giemsa Stok
4. Botol pembilas
5. Pipet tetes
6. Botol penyimpan giemsa dan botol buffer
7. Gelas ukur 10 cc dan 100 cc
8. Beaker Glass 50 cc dan 100 cc
9. Kertas Whatman No.2
10. Timer

III. Cara Kerja :


1. Siapkan alat dan bahan
2. Pastikan Sedian Darah sudah kering sempurna pada
saat pembuatan sediaan darah
3. Sedian Darah tipis difiksasi dengan metanol, dengan
cara ditetes atau dicelupkan
4. Metanol tidak boleh mengenai Sediaan Darah tebal
5. Biarkan kering diudara sebelum diwarnai
6. Uji Reagen Giemsa Stock
 Uji reagen giemsa stock dilakukan sebelum
membuat larutan giemsa pengenceran 3 %. Ada 2
cara, yaitu dengan pewarnaan dan kertas
Whatman no.2
 Teteskan (1:2) giemsa stock : methanol pada
kertas Whatman nomor 2, diamkan sampai
giemsa menyebar
 Amati warna yang terbentuk pada kertas
Whatman tersebut, Dikatakan baik jika ada warna
biru dan ungu serta warna merah disisi paling luar
lingkaran

7. Menyiapkan Giemsa 3%
 Siapkan giemsa stok dan buffer untuk membuat
pewarnaan 3%
 Ambil 3 bagian giemsa stok
 Tambahkan 97 bagian larutan buffer
 Aduk larutan hingga larut dan merata
8. Letakkan sediaan darah pada rak pewarnaan
9. Teteskan larutan giemsa 3% menggunakan pipet
sampai seluruh Sediaan Darah tebal dan tipis terendam
dengan rata
10. Diamkan selama 45-60 menit
11. Bilas sediaan darah dengan air mengalir sampai bersih
12. Tunggu sediaan darah kering diudara
13. Sediaan darah siap untuk diperiksa
14. Simpan sediaan darah yang telah diperiksa ke dalam
box slide
VII. Hasil :
Sediaan darah tebal Sediaan darah tipis

VIII. Kesimpulan :-

IX. Pembahasan :

Pemeriksaan makroskopis ini dilakukan untuk menemukan


parasite Plasmodium secara visual dengan melakuakn identivikasi
langsung pada sediaan darah penderita. Permriksaan mikroskopis
ini sangat bergantung pada keahlian pranta laboratorium yang
melakukan identifikasi. (I Gede Wempi.2012)

Dignosa malaria secara mikroskopis dapat dilakukan dua cara


yaitu dengan meng- hitung jumlah Plasmodium secara semikuanti-
tatif dan kuantitatif. Cara kuantitatif dilakukandengan menghitung
jumlah Plasmodium malaria bersamaan dengan menghitung
jumlah, bila jumlah leukosit telah mencapai 200 maka perhitungan
Plasmodium dihentikan dan diban- dingkan terhadap jumlah
leukosit normal (8000/ μ l). Perhitungan dilakukan dalam sediaan
darah tebal, (Rosdiana Safar,2010 dalam Puasa 2019).

Sumber Pustaka :

Puasa, Rony, 2019. Studi Perbandingan Jumlah Plasmodium


Malaria Menggunakan Variasi Volume Di Laboratorium
RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate. Vol 8. No 2

Wempi, I Gede.2012. Analisa Pemeriksaan Laboratorium Pasa


Penderita Malaria. Balaba. Vol.8(2):58-59

Anda mungkin juga menyukai