Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

Mata Kuliah : Aplikasi Teknologi Laboratorium Patologi Klinik


V
Dosen : Achmadi, SKM.,MARS

Oktavia Marintan Manullang (061911016)


Teknologi Laboratorium Medis 19-3

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIS FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
BINAWAN
JAKARTA
2022
Sediaan Apus Darah Tepi

 Dasar Teori
Pemeriksaan sediaan apus darah tepi merupakan bagian yang dari rangkaian
pemeriksaan hematologi. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi adalah untuk
menilai berbagai unsur sel darah seperti eritrosit, leukosit, serta trombosit dan mencari
adanya parasit seperti malaria, Mikrofilaria, dan lain sebagainya. Apus darah tepi
memberikan banyak informasi, bukan saja terkaitan dengan morfologi sel darah tetapi
juga memberikan petunjuk keadaan hemologik yang semula tidak diduga. Bahan
pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari kapiler atau vena yang
dihapuskan pada kaca obyek.
Adapun ciri sediaan apus yang baik adalah sebagai berikut :
1. Apus tidak melampaui atau menyentuh pinggir kaca obyek
2. Ketebalan gradual, paling tebal di daerah kepala, makin menipis ke arah ekor
3. Bagian ekor tidak membentuk bendera robek
4. Tidak bergelombang dan tidak putus – putus
5. Tidak berlubang – lubang
Sediaan apus darah tepi yang dibuat dan di warnai dengan baik merupakan
syarat mutlak untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Dasar dari
pemeriksaan Romanowsky adalah menggunakan dua zat warna yang berbeda , yaitu :
azur B (Trimetiltionin) yang bersifat basa dan eosin y (tetrabromoflurescein) yang
bersifat asam. Azur B akan mewarnai komponen sel yang bersifat asam seperti
kromatin, DNA dan RNA. Sedangkan eosin yang akan mewarnai komponen sel yang
bersifat basa seperti granula eosinofil dan hemoglobin. Ikatan eosin pada Azur B yang
beragregasi dapat menimbulkan warna ungu kemudian dikenal sebagai efek
Romanowsky giemsa. Efek ini terjadi sangat nyata pada DNA tetapi tidak pada RNA
sehingga menimbulkan kontras antara inti yang berwarna ungu dengan sitoplasma
yang berwarna biru.

 Pra Analitik
Tahap Pra Analitik adalah semua proses yang terjadi sebelum sampel di proses
dalam alat baik menual maupun autoanalyzer. Contoh kesalahan pada Pra Analitik
antara lain permintaan tes yang tidak tepat, tulisan tangan tidak terbaca pada formulir
permintaan, kesalahan mempersiapkan pasien, pengambilan sampel yang tidak benar,
penundaan transportasi, serta kesalahan penyimpanan sampel.

1. Persiapan pasien : persiapan dimulai dari saat seorang dokter merencanakan


pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Ketaatan pasien terhadap informasi
yang di berikan oleh klinis dapat mempengaruhi akurasi hasil laboratorium.
Contoh persiapan pasien yaitu latihan fisik, puasa, diet, obat-obatan, serta gaya
hidup seperti merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol.

2. Persiapan sampling : sebelum melakukan sampling petugas harus memeriksa


formulir permintaan laboratorium, identitas, serta keterangan lainnya. Harus di
persiapkan pula peralatan yang akan di gunakan untuk sampling, antikoagulan
yang diperlukan, dan lokasi pengambilan sampel.
3. Pengambilan sampel : proses pengambilan sampel juga harus menggunakan
teknik yang benar, sampel yang di ambil haruslah tepat dan sesuai dengan
jenis pemeriksaannya.
Kondisi lingkungan Mempengaruhi stabilitas dan kualitas sampel sehingga dapat
berakibat pada hasil pemeriksaan. Kadang – kadang sampel harus
dikumpulkan pada waktu tertentu.

4. Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari teknik pembuatan sediaan apus darah tepi.

5. Prinsip
Darah di teteskan di objek glass kemudian di paparkan atau di spreading
(keringkan) dicat dan di lihat di bawah mikroskop

 Tahap Analitik
1. Sampling
 Alat : spuite/jarum suntik, tourniquet, kapas kering, kapas alkohol,
antikoagulan
 Bahan : alkohol 75%
 Cara kerja :
1. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan
pasien senyaman mungkin
2. Meminta untuk pasien meluruskan lengannya dan meminta untuk
pasien mengepal tangannya.
3. Pasangkan tourniquet kira – kira 10cm di atas lipatan siku
4. Pilih bagian vena median cubital, dan lakukan palpasi
5. Dibersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alkohol 70% dan biarkan kering
6. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas
7. Setelah volume darah dianggap cukup, meminta pasien untuk
meminta buka kepalan tangannya.
8. Diletakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan jarum.
Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kurang lebih
15menit
2. Pembuatan sediaan apus darah dan pewarnaan sediaan apus menggunakan
pewarna Giemsa :
Siapkan alat dan bahan
 Alat : objek glass, deck glass, pipet tetes/mikropipet, mikroskop,
 Bahan: Sampel darah vena, Na2EDTA, Methanol, Wright/Giemsa
 Cara kerja:
1. Objek glass untuk sampel apus darah di beri nama atau label
identitas pasien
2. Ambil tetesan darah dengan pipet dan meneteskannya pada objek
glass
3. Meletakkan deck glass di depan tetesan darah dengan sudut 350-450.
4. Menarik deck glass ke belakang sampai menempel dengan darah,
kemudian menariknya ke depan. Dan Keringkan selama 10 menit.
5. Letakkan sediaan apus di rak pewarnaan
6. Fiksasi sediaan apus dengan methanol, tunggu sampai kering
7. Dan genangi sediaan apus dengan pewarnaan wright atau giemsa
8. Cuci dengan air mengalir, keringkan biar mengering di udara, baca
di bawah mikroskop.
3. Hasil pengamatan

 Morfologi apusan :

Bagian kepala tebal


Bagian badan lebih tipis dari bagian
kepala Dan bagian ekor tipis
Zona morfologi :
1) Masih terdapat tumpukan eritrosit, tebal, berdesakan
tidak beraturan
2) Lebih tipis eritrositnya masih menumpuk, tidak rata
3) Tebal, eritrosit bergerombol dan roulex
4) Sama seperti zona 2
5) Sel darah tidak bertumpuk, penyebaran rata bentuk sel
utuh
 Morfologi sel :

eritrosit : memiliki bentuk bikonkaf yang seperti cincin


pada sediaan hapus darah tepi

Trombosit : dalam keadaan inaktif trombosit berbentuknya


seperti cakram bikonveks dengan diameter 2 – 4 μm.
Leukosit :
1) Basofil : granulosit yang paling sedikit jumlahnya dan
terhitung kurang dari 1 %

2) Eosinofil : sel persentase 1-3% dari leukosit darah


normal, dan bertahannya tubuh melawan infeksi parasit

3) Neutrofil : bersama dengan eosinofil dan basofil


merupakan kelompok sel darah putih yang dikenal
granulosit, yang bewarna merah muda atau ungu

4) Monosit : ukuran 10-22 μ m. Intinya tidak beratur,


warna keunguan, kromatinnya tersusun kasar,
sitoplasma biru pucat dan terkadang granula azuro hilik

itmia vera
5) Limfosit : ukuran 7-14 μ m, berbentuk oval atau bulat
kasar, warna biru gelap dan terletak eksentrik, kromatin
sel kompak memadat, sitoplasma berwarna ungu
 Pembahasan
Sediaan apus darah tepi dapat digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan,
misalnya untuk mengevaluasi morfologi sel darah, memperkirakan jumlah sel darah
dan juga pemeriksaan identifikasi parasit. Untuk membuat sediaan hapus darah tepi
dibutuhkan teknik dan kemampuan. Karena kita harus hati-hati dalam membuatnya.
Pembacaan yang baik adalah pembacaan pada zona ke 5. Karena pada zona tersebut
eritrosit terletak satu-satu, tidak bertumpuk-tumpuk. Pembacaan di bawah mikroskop
dimulai dari pembesaran 10x, dilanjutkan dengan pembesaran 40x.

 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat adalah Pewarnaan sel darah pada apusan darah tepi
dengan Giemsa menghasilkan pewarnaan yang baik 100%. Dimana secara
mikroskopis eritrosit berwarna kemerahan, inti leukosit berwarna ungu, trombosit
berwarna ungu muda dan merah muda, sitoplasma limfosit berwarna biru pucat,
sitoplasma monosit berwarna biru, granula eosinofil berwarna orange, dan granula
neutrofil berwarna ungu.

Anda mungkin juga menyukai