Anda di halaman 1dari 21

BUKU PEDOMAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH HEMATOLOGI III

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

(Kode Mata Kuliah)

Disusun Oleh :

Vita Nuramanah, S.Si, M.Si

POLITEKNIK KESEHATAN GENESIS MEDICARE

DEPOK

2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH (SAD)........................................................................3
PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFFCOUNT)....................................................5
EVALUASI MORFOLOGI ERITROSIT.........................................................................................6
MENGHITUNG JUMLAH SEL EOSINOFIL METODE VISUAL HEMOSITOMETER
IMPROVED NEUBAUER..................................................................................................................8
PEMERIKSAAN JUMLAH RETIKULOSIT.................................................................................11
PEMERIKSAAN RESISTENSI OSMOTIK ERITROSIT............................................................15
PEMERIKSAAN INDEKS ERITROSIT........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................21
PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH (SAD)

Tujuan : Pemeriksaan morfologi darah

Dasar Teori :

Sediaan apus darah tepi (SADT) adala suatu preparat dengan menggunakan bahan berupa
darah yang bertujuan mempermudah melihat morfologi darah. Tujuan pemeriksaan sediaan apus
darah antara lain:

1. Mengamati dan menilai berbagai unsur sel darah pada manusia, seperti sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit).
2. Sediaan apus darah dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasite,
seperti malaria, mikrofilaria dan lain-lain.
3. Mengetahui deskripsi bentuk dari berbagai sel darah dan menilai presentase sel darah
yang teramati.

Sediaan apus darah yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Syarat dari sediaan apus darah yang baik, antara lain:

1. Ada bagian tebal dan tipis, sehingga pada bagian tipis, eritrosit tersebar merata
berdekatan dan tidak saling menumpuk.
2. Harus cukup panjang
3. Rata dan tidak ada bagian terputus.
A. Pembuatan SAD
Alat :
1. Object glass 2 buah
2. Mikropipet
3. Yellow tip

Bahan : Darah dengan antikoagulan atau darah perifer.

Prosedur kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Letakkan satu tetes darah pada ± 2-3 cm dari ujung kaca objek glass. Letakkan kaca
penghapus dengan sudut 30-45o terhadap kaca objek di depan tetesan darah.
3. Tarik kaca penghapus sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai darah
menyebar pada sudut tersebut.
4. Dengan gerakan yang mantap, dorong kaca penghapus sehingga terbentuk apusan
darah sepanjang 3-4 cm pada kaca objek dan apusan darah harus berbentuk lidah api.
5. Tuliskan identitas pasien pada bagian apusan dengan menggunakan pensil.
B. Pewarnaan SAD
Alat :
1. Rak pewarnaan
2. Botol semprot
3. Penjepit

Bahan :

1. Methanol
2. Reagen giemsa
3. Aquadest

Prosedur kerja :

1. Letakkan sediaan apus di atas rak pewarnaan


2. Fiksasi sediaan apus dengan methanol absolut 2-3 menit.
3. Genangi sediaan apus dengan zat warna Giemsa yang baru diencerkan. Larutan
Giemsa yang dipakai adalah 5%, diencerkan dulu dengan larutan dapar. Biarkan
selama 20-30 menit.
4. Bilas dengan air, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat dengan
tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna.
5. Letakkan sediaan apus dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFFCOUNT)

Alat :

1. Mikroskop

Bahan :

1. Imersi Oil
2. Preparat sediaan apus darah

Prosedur kerja :

1. Tetesi preparat dengan minyak imersi, lalu amati preparat dengan perbesaran
lensa objektif besar (100x)
2. Amati lapang pandang pada bagian tipis, yaitu eritrosit terpisah dan tidak
menumpuk.
3. Lakukan perhitungan jenis leukosit dengan bantuan kolom berikut

Jenis Sel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hasil Nilai


Normal
Basofil 0-1%
Eosinofil 1-3%
Neutrofil
batang 2-6%
Neutrofil
segmen 40-60%
Limfosit 20-40%
Monosit 2-6%
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

Hasil Pemeriksaan:

a. Nama Pasien :
b. Alamat :
c. Umur :
d. Jenis Kelamin :
e. Tgl Pemeriksaan :
f. Hasil :
EVALUASI MORFOLOGI ERITROSIT

Tujuan : Dapat mengetahui bentuk-bentuk sel darah merah yang normal dan abnormal
dari segi bentuk, ukuran dan warna sel.

Prinsip : Sediaan hapusan darah tepi dnegan pengecatan giemsa diletakkan diatas
meja preparat dan diamati dengan menggunakan mikroskop binokuler pemebesaran 100x
lensa objektif dengan penambahan imersi oil. Pengamatan dilakukan ada counting area.

Dasar Teori :

Eritrosit normal benbetuk cakram bikonkaf dan tidak memiliki inti sel. Bentuk bikonkaf
mempunyai area permukaan yang luas sehingga jumlah oksigen yang terkait hemoglobin
lebih banyak. Selain itu morfologi eritrosit mampu berubah bentuk agar mudah melewati
kapiler yang kecil. Variasi dalam ukuran, bentuk dan warna eritrosit dapat dilihat pada
hapusan darah tepi dengan pemeriksaan secara mikroskopis menggunakan pewarnaan
Giemsa. Adanya variasi morfologis eritrosit ini diakibatkan oleh kondidi patologis. Variasi
morfologi eritrosit dapat dibagi menjadi variasi dalam ukuran, bentuk, warna , inklusi
eritrosit dan perubahan dalam distribusi eritrosit.

Alat dan Bahan :

1. Mikroskop
2. Oil imersi
3. Alkhol
4. Kertas lensa
5. Sampel darah
6. Objek glass

Prosedur Kerja :

1. Pembuatan preparat apusan darah tepi


2. Keringkan preparat sampai benar-benar kering
3. Dilakukan pewarnaan giemsa 10%
4. Keringkan kembali preparat
5. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x dengan penambahan imersi oil.
Interpretasi Hasil :

 Warna :

a. Normokrom
b. Hipokrom

 Ukuran

a. Normositer (6-8 mikron)


b. Mikrositer (<6 mikron)
c. Makrositer (>8 mikron)

 Bentuk

a. Normositik
b. Polikilositosis (lebih dari 2 bentuk dalam satu sediaan )

Hasil Pemeriksaan

a. Nama pasien :
b. Alamat :
c. Umur :
d. Jenis Kelamin :
e. Tgl pemeriksaan :
f. Hasil pemeriksaan :
MENGHITUNG JUMLAH SEL EOSINOFIL METODE VISUAL HEMOSITOMETE
R IMPROVED NEUBAUER

Tujuan :

Prinsip :

Dasar Teori :

Menghitung jumlah sel eosinophil metode visual hemositometer diperlukan untuk


lebih akurat menentukan jumlah total eosinophil/L darah. Jumlah relative dan absolut sel
eosinophil dalam darah juga dapat ditentukan dari diffcount jumlah sel darah putih atau sel
leukosit. Metode visual menghitung eosinophil mirip dengan metode yang digunakan untuk
jumlah sel eritrosit dan sel leukosit. Nilai normal sel eosinophil adalah 50-350 x 10 6/L.
jumlah sel eosinophil kurang dari normal (eosinopenia) ditemukan pad hiperadrenalisme
(penyakit Cushing), syok, dan setelah pemeberian adrenocorticotropic hormone (ACTH).
Sedangkan pada kelebihan jumlah sel eosinophil (eosinophilia) terjadi pada reaksi alergi,
infestasi parasite, brucellosis dan leukomia tertentu.

Menghitung jumlah sel eosinophil metode visual mengguanakan sampel darah dengan
antikoagulan EDTA atau Oxalat. Kemudian reagen yang digunakan menurut Gandasoebrata
adala eosin 2% ditambah aseton 1:! Jadi jika eosin 2% 5mL maka aseton 5mL kemudian ad
aquadest 100 mL. jika reagen sisa maka simanlah di lemari es tahan sampai 1 minggu dan
saat mau dipakai saring terlebih dahulu.

Alat dan Bahan

1. Bilik hitung improved Neubauer


2. Pipet eritrosit
3. Pipet leukosit
4. Deck glassa
5. Selang penyedot
6. Reagen pengencer yang sudah disiapkan
7. Sampel darah EDTA

Prosedur Kerja
1. Campurkan sampel darah EDTA secara perlahan sehingga sel tercampur dengan baik
dengan plasma. Sampel darah diambil menggunakan pipet thoma leukosit hingga 1.0
2. Ditambahkan larutan pengencer sampai skala 11 untuk membuat pengenceran 1:10.
3. Pipet dipegang secara horizontal pada sumbu panjangnya, putar secara perlahan
selama 2-3 menit.
4. Deck glass ditempatkan pada area bilik hitung dalam keadaan bersih. Kemudian
dikeluarkan larutan dari dalampipet 1-2 tetes. Kemudian isi satu sisi ruang penghitung
dan isi juga sisi ruangan yang berlawanan.
5. Dibiarkan selama 2 menit sel mengendap ada yang sampai 15 menit dengan
menempatkan dalam cawan petri dengan selembar kertas saring basah di dalamnya.
Selain sel eosinophil akan mengendap sel darah merah dan putih selain sel eosinophil
akan lisis kemidian pewarnan sel eosinophil juga terjadi selama waktu ini terutama
pada granula eosinophil.
6. Dihitung jumlah eosinophil pada 9 kotak besar menggunakan lensa objektif 10x.

Interpretasi Hasil

Nilai Normal :

1. Barbar brown : 50-350 x 106/L


2. Harsh Mohan : 40 – 400/ uL
3. Ramadas Nayak : 40 – 450 sel/mm3
Hasil Pemeriksaan

a. Nama pasien :
b. Alamat :
c. Umur :
d. Jenis Kelamin :
e. Tgl pemeriksaan :
f. Hasil pemeriksaan :
PEMERIKSAAN JUMLAH RETIKULOSIT

Tujuan : Mengetahui jumlah retikulosit dalam darah

Dasar Teori :

Retikulosit adalah sel darah merah yang masih muda yang tidak berinti dan berasal dari
proses pematangan normoblast di sumsum tulang. Sel ini memiliki jaringan organel basofilik yang
terdiri dari RNA dan portoforpirin yang berupa endapan dan berwarna biru apabila di cat dengan
pengecatan biru metilin.

Maturasi eritrosit ditandai dengan pembentukan hemoglobin dan pelepasan inti sel. Setelah
itu, masih diperlukan beberapa hari lagi untuk melepaskan sisa-sisa RNA. Sebagian proses ini
berlangsung dalam sumsum tulang dan Sebagian lagi dalam darah tepi. Pada saat proses maturase
akhir, sel bakal eritrosit mengandung sisa-sisa RNA dan berbagai fragmen mitokondria serta organel
lainnya. Pada stadium tersebut, sel ini kemudian disebut retikulosit atau eritrosit polikrom.

Reticulum yang terdapat dalam sel ini hanya dapat dilihat dengan pewarnaan supravital,
seperti pewarnaan brilliant cresyl blue dan new methylene blue. Adanya struktur reticulum dalam
eritrosit hanya dapat dinyatakan dalam eritrosit yang masih hidup, sedangkan eritrosit yang telah
kering pada sediaan atau telah mati (karena terlalu lama) dalam oksalat, tidak dapat dipulas vital lagi.

Akan tetapi, reticulum ini sebenarnya dapat terlihat sebagai bitnik-bintik abnormal dalam
eritrosit pada sediaan apus biasa. Polikromatofilia yang merupakan kelainan warna eritrosit yang
kebiruan dan bitnik-bintik basophil pada eritrosit sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosom ini.
Setelah dilepaskan dari sumsum tulang, sel normal akan beredar sebagai retikulosit selama 1-2 hari,
lalu menjadi eritrosit matang selama 120 hari. Dalam darah normal terdapat 0,5-1,5% retikulosit.

Pulasan vital menggunakan brilliant cresyl blue yang digunakan sebagai larutan 1% dalam
metil alcohol atau sebagai larutan 1% dalam 0,85%. Untuk membuat larutan tersebut, diperlukan
sedikit pemanasaan. Saring larutan brilliant cresyl blue sebelum digunakan. Pulasan vital ini dapat
dipakai untuk membuat sediaan basah atau sediaan kering. Sediaan basah sangat tepat untuk pulasan
rutin, karena cepat. Sediaan kering harus dibuat bila ingin menyimpan sedikit sediaan retikulosit.
Gambar 1. Contoh Sel Retikulosit pada Apusan Darah

Prinsip pemeriksaan :

Darah dicat dengan pewarna supravital, lalu jumlah retikulosit dibandingkan dengan jumlah
eritrosit dan dinyatakan dalam persen.

Alat dan Bahan :

1. Tabung reaksi
2. Kaca objek
3. Cover glass
4. Mikroskop
5. Pipet tetes
6. Minyak imersi
7. BCB
8. Darah EDTA

Prosedur Kerja :

Metode sediaan kering

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.


2. Campur darah dengan larutan BCB dengan perbandingan yang sama banyak 1:1.
3. Homogenkan, lalu inkubasi pada suhu 37oC selama 15 menit.
4. Buat apusan darah dengan larutan, lalu cat dengan pewarnaan Giemsa dan biarkan ker
ing.
5. Siapkan mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x, lalu teteskan minyak imer
si pada sediaan tersebut.
6. Hitung retikulosit per 1000 eritrosit, dengan retikulosit yang tampak sebagai sel yang
besar dari eritrosit dan berwarna biru dengan filamen atau granula berwarna biru tua .
7. Catat dan laporkan hasil pengamatan.
8. Bersihkan dan rapikan kembali alat dan bahan.

Metode sediaan basah

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Teteskan darah pada kaca objek dan tambahkan larutan pewarna BCB dengan perban
dingan 1:1
3. Campurkan kedua larutan tersebut dengan sudut kaca penutup.
4. Tutup larutan tersebut dengan kaca penutup dan beri vaselin di sekitar kaca penutup a
gar sediaan tidak kering.
5. Siapkan mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x
6. Hitung retikulosit per 1000 eritrosit dengan retikulosit tampak sebagai sel yang besar
dari eritrosit dan berwarna biru dengan filamen atau granula berwarna biru tua.
7. Catat dan laporkan hasil pengamatan
8. Bersihkan dan rapikan kembali alat dan bahan
9. Hitung jumlah retikulosit.

Sebagai contoh,

Lapang pandang I II III IV Jumlah (n)


Retikulosit 4 4 2 4 14
Eritrosit 245 325 269 225 1064

Maka, rumus jumlah retikulosit dapat dihitung dengan rumus:

Retikulosit = jumlah retikulosit/1000 eritrosit x100%

14/1000 x 100% = 1,4%


Hasil Pemeriksaan

a. Nama pasien :
b. Alamat :
c. Umur :
d. Jenis Kelamin :
e. Tgl pemeriksaan :
f. Hasil pemeriksaan :
PEMERIKSAAN RESISTENSI OSMOTIK ERITROSIT

Tujuan : Menentukan ketahanan osmotic dinding eritrosit terhadap larutan hipotonik dan
menegakkan diagnostik intrafaskuler.

Dasar teori :

Pemeriksaan resistensi osmotic eritrosit disebut juga pemeriksaan fragilitas osmotik (osmotic
fragility) atau fragilitas eritrosit (erythrocyte fragility) adalah pemeriksaan untuk menguji ketahanan
dinding eritrosit terhadap larutan hipotonis yang dapat melisiskan eritrosit. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan cara memasukan darah ke dalam larutan NaCl dengan berbagai macam konsentrasi. Eritosit
yang lisis melepaskan hemoglobin pada larutan salin, ditandai dengan perubahan larutan salin menjadi
merah jernih setelah sentrifugasi. Jumlah eritrosit yang diukur menggunakan spektrofotometer dan
diteteapkan dalam persen (%).

Kemampuan eritrosit normal untuk menahan larutan hipotonis dari bentuk bikonkaf,
mengakibatkan sel meningkatkan volume hingga 70% sebelum membrane permukaan meregang. Bila
batas ini tercapai maka akan terjadi lisis sel. Bila terdapat dugaan hemolisis intravascular,
pemeriksaan resistensi digunakan untuk menentukan apakah eritrosit mengalami peningkatan
kerapuhan (cendrung lisis saat diberikan larutan NaCl yang lebih tinggi) atau penurunan kerapuhan
(cendrung lisis saat diberikan larutan NaCl dalam konsentrasi rendah). Berikut nilai rujukan untuk
anak dan dewasa.

% HEMOLISIS
% SALIN (NaCl)
Darah Segar (< 3 jam) Inkubasi Suhu 37oC (Darah 24 jam )

0,30 97-100 85-100


0,35 90-98 75-100

0,40 50-95 65-100


0,45 5-45 55-95

0,50 0-5 40-85


0,55 0 15-65

0,60 0 0-40

Prinsip pemeriksaan :

Dalam larutan hipotonok, eritrosit akan lisis dan melepaskan hemoglobin sehingga larutan
berwarna meraha jernih. Warna merah yang larut diukur dengan menggunakan spektrofotometer,
intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan eritrosit yang lisis.
Alat dan Bahan

1. Darah vena (EDTA)


2. NaCl 1%
3. Pipet tetes
4. Tabung serologi
5. Mikropipet
6. Spetrofotometer

Prosedur Kerja :

1. Sediakan 12 buah tabung kososng


2. Buatlah pengenceran larutan NaCl bertingkat dengan konsentrasi 0,85%; 0,75%; 0,65
%; 0,55%; 0,50%; 0,45%; 0,40%; 0,35%; 0,30%; 0,20%; 0,10% masing masing seban
yak 5,0 mL dibuat dari larutan pokok NaCl 1,0%.
3. Tambahkan ke dalam masing masing tabung 50 μL sampel darah. Lalu dihomogenka
n.
4. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC atau suhu kamar.
5. Homogenkan tabung yang telah diinkubasi
6. Sentrifuse tiap tabung selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
7. Ukur absorban (OD) dari supernatant pada Panjang gelombang 540 nm dengan blank
o supernatant tabung ke-1 (NaCl 0,85%).
8. Hitung % hemolisis dengan cara membagi absorbans (OD)sampel dengan absorbans
(OD) tabung ke-12 dikalikan 100%.
9. Buat kurva dengan konsentrasi NaCl sebagai axis (x) dan %hemolisis sebagai ordinat
(y).
10. Bandingan dengan kurva dari control darah normal.
Hasil Pemeriksaan

a. Nama pasien :
b. Alamat :
c. Umur :
d. Jenis Kelamin :
e. Tgl pemeriksaan :
f. Hasil pemeriksaan :
PEMERIKSAAN INDEKS ERITROSIT

DASAR TEORI :

Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran da isi hemoglobin eritrosit. Indeks eritrosit
terdiri atas Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan
Mean Corpuscular Hemogobin Concentration (MCHC). Indeks tersebut dihitung dari hasil
pemeriksaan hitung eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Indeks eritrosit
digunakan secara luasdalam mengklasifikasikan anemia atau sbagai penunjang dalam
membedakan berbagai macam anemia. Bila dipergunakan bersama dengan pemeriksaan
eritrosit dalam sediaan apus maka gambaran morfologi eritrosit menjadi lebih jelas.

MCV (fl) MCH (pg) MCHC


Anemia NR : 82 – 92 NR : 27 - 32 NR : 32 – 37
Anemia Mikrositik Rendah Rendah Rendah / Normal
Anemia Normositik Normal Normal Normal
Anemia Makrositik Meningkat Normal Normal
Tabel 2. Klasifikasi Anemia menurut morfologi

 Mean Corpuscular Volume (MCV)


Disebut juga dengan volume eritrosit rata-rata adalah volume rata-rata ukuran eritrosit

Rumus menghitung MCV:


H ematokrit x 10
MCV = = …. fl (femtoliter)
jumlah eritosit
 Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
Atau bisa disebut hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) adalah banyaknya hemoglobin
per eritrosit. Hal ini dapat digunakan untuk melihat derajat beratnya anemia.
Rumus menghitung MCH :
H emoglobin x 10
MCH = = …… pg (pikogram)
J umlah eritrosit
 Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
Atau disebut juga konsentrasi hemoglobin eritrosi
t rata-rata adalah kadar hemoglobin yang didapat
per eritrosit. Pemeriksaan ini digunakan untuk me
ngukur rata-rata kadar hemoglobin dalam volume
eritrosit, serta biasa digunakan untuk memantau te
rap anemia.
Rumus menghitung MCHC :
H emoglobin
MCHC = x 100% = ….. %
H ematokrit
Hasil Pemeriksaan

a. Nama pasien :
b. Alamat :
c. Umur :
d. Jenis Kelamin :
e. Tgl pemeriksaan :
f. Hasil pemeriksaan :
DAFTAR PUSTAKA

 Gunawan, Indra, dkk. 2016. Praktikum Hematologi: Bidang Keahlian Kesehatan Untuk
SMK/MAK Kompetensi Analis Kesehatan. Jakarta
 Puspitasari, Andika. 2017. Modul Hematologi IV. UMSIDA PRESS. Sidoarjo
 Infolabmed.2024. https//:infolabmed.com

Anda mungkin juga menyukai