Anda di halaman 1dari 8

Health Science Journal

VOL 14 No 1 (2023): 169-176


DOI: 10.34305/jikbh.v14i01.743
E-ISSN: 2623-1204 P-ISSN: 2252-9462
Journal Homepage: https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku

Identifikasi Taenia Saginata pada infeksi sapi madura dengan metode pengapungan
NaCI Dusun Pajaten Keleyan Socah pencegahan zoonosis
1
Dwi Aprilia Anggraini, 1Norma Farizah Fahmi, 1Rizka Efi Mawli, 2Cepryana Sathalica Widyananda,
3
Moh. Saiful Hakiki

1
Program Studi D3 Analis Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudia Husada Madura
2
Program Studi S1 Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Madura
3
Program Studi S1 Manajemen, Fakultas Ekonomi Bisnis & Teknologi Digital, Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya

ABSTRAK
How to cite (APA)
Anggraini, D. A., Fahmi, N. F.,
Latar Belakang: Taenia saginata merupakan zoonosis yang
Mawli, R. E. ., Widyananda, C. S. .,
ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara negara berkembang.
& Hakiki, M. S. . Identifikasi Taenia
Taenia saginata dapat menyebabkan taeniasis pada manusia.
Saginata pada infeksi sapi madura
Penetasan, perkembangan dan kelangsungan hidup telur cacing pita
dengan metode pengapungan
(Taenia saginata) sangat bergantung pada suhu dan kelembaban.
NaCI Dusun Pajaten Keleyan Socah
Proses yang cepat akan terjadi jika lingkungan hangat dan melambat
pencegahan zoonosis. Jurnal Ilmu
selama lingkungan dalam keadaan dingin. Salah satu upaya untuk
Kesehatan Bhakti Husada: Health
mengetahui adanya cacing pita pada ternak adalah dengan cara
Sciences Journal, 14(01), 169–176.
melakukan uji feses sapi.
https://doi.org/10.34305/jikbh.v1
Metode: Penelitian dilakukan di Dusun Pejaten Keleyan Socah. Hasil
4i01.743
perhitungan jumlah sampel, dengan menggunakan metode
pengapungan yang digunakan untuk menghitung cacing pita (Taenia
History
saginata) yang mengendap bersama feses. Berdasarkan hasil
Received: 1 Mei 2023
pengamatan dengan cara mengamati feses yang terdapat cacing pita.
Accepted: 24 Mei 2023
Sedangkan keberadaan telur cacing pita dengan metode flotasi
Published: 1 Juni 2023
digunakan untuk menghitung telur cacing pita (Taenia saginata) yang
dapat mengapung dengan menggunakan larutan gula garam jenuh.
Coresponding Author
Penelitian dilakukan secara mikroskopik terhadap 20 sampel dengan
Dwi Aprilia Anggraini, D-III Analis
teknik simple random sampling.
Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 sampel yang
Kesehatan Ngudia Husada
diperiksa sebanyak 30% (empat sampel) positif mengandung telur
Madura;
Taenia saginata. Ternak Sapi di Dusun Pejaten Keleyan Socah
dwiapriliaanggraini2021@gmail.co
dilakukan secara tradisional. Namun, para peternak kurang
m
memperhatikan kesehatan Sapi dan sanitasi lingkungan dimana
kandang Sapi didekat pemukiman penduduk sehingga potensi
zoonosis kecacingan sangat besar terjadi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengawasan untuk mencegah dan memberantas infeksi
This work is licensed under a
zonoosis kecacingan yang akan terjadi.
Creative Commons Attribution-
NonCommercial-ShareAlike 4.0
Kata Kunci : Taenia saginata, Sapi Madura, Kecacingan, Zoonosis,
International License.
Cestoda, Metode pengapungan

169
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
VOL 14 No 1 (2023)
E-ISSN: 2623-1204 P-ISSN: 2252-9462
Journal Homepage: https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku

Pendahuluan makan sendiri (sistem gembala) bahkan ada


Peternakan merupakan bagian dari yang sama sekali tidak dikandangkan
sektor pertanian yang memiliki peran (sistem tradisional) (Pane, 1993).
krusial dalam memenuhi kebutuhan protein Pemeliharaan sapi dengan kedua sistem
hewani (Haryono et al., 2014). Permintaan inilah yang dapat meningkatkan peluang
masyarakat terhadap produk ternak, seperti besar bagi cacing untuk berkembang biak.
daging, susu, dan telur, semakin meningkat Kerugian ekonomi secara global akibat
seiring dengan pertambahan jumlah infeksi cacing pada ternak diperkirakan
penduduk, tingkat pendidikan yang lebih mencapai 36 milyar rupiah per tahun.
baik, kesadaran masyarakat akan Kerugian ini dapat berupa kematian,
pentingnya gizi dan peran protein dalam penurunan berat badan, kehilangan karkas,
kehidupan, serta peningkatan kemampuan kerusakan hati, kehilangan tenaga kerja,
masyarakat untuk memanfaatkan produk- penurunan produksi susu 10- 20%, dan
produk peternakan (Refiasari, 2019). biaya yang harus dikeluarkan untuk
Perkembangan sektor peternakan pengobatan (Kariyasa, 2005). Beberapa
berdampak positif bagi para peternak jenis Taenia adalah zoonosis, yang berarti
dengan meningkatkan tingkat dapat menjangkiti manusia sebagai inang
kesejahteraan mereka (Evendi, 2016). definitif, inang perantara, atau keduanya
Peternakan, baik yang (Garcia et al., 2022). Manusia berperan
menggunakan metode modern maupun sebagai inang definitif untuk Taenia solium,
yang mengikuti tradisi, tidak terlepas dari T. saginata, dan T. asiatica, tetapi untuk
berbagai tantangan dan kendala, termasuk Taenia solium dan T. asiatica, manusia juga
penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat berperan sebagai inang perantara.
cacing seperti Nematoda, Trematoda, dan Hewan, seperti babi, menjadi inang
Cestoda (Rizwan et al., 2021); (Nimisha et perantara untuk T. solium dan T. asiatica,
al., 2017). Penyakit pada hewan ternak sementara sapi menjadi inang perantara
akibat infeksi parasit cacing dapat memiliki untuk T. saginata. Manusia dapat terinfeksi
dampak ekonomis yang merugikan, karena Taeniasis dengan memakan daging sapi
dapat mengurangi hasil produksi ternak atau babi yang mengandung larva
tersebut. (sistiserkus). Penularan sistiserkosis dapat
Cacing pita yang dapat menyerang terjadi melalui makanan atau minuman
hewan ternak yaitu spesies Taenia sp., yang terkontaminasi oleh telur cacing
Moniezia sp. dan Echinococcus granulosus. Taenia spp. Penularan juga dapat terjadi
Dari ketiga cacing tersebut, hanya spesies melalui autoinfeksi karena kurangnya
Moniezia sp. yang hidup sampai dewasa kebersihan. Diagnosis taeniasis dapat
dalam tubuh sapi. Cacing pita yang paling dilakukan dengan menemukan telur cacing
banyan ditemukan pada Sapi yaitu Taenia atau segmen proglotid dalam tinja manusia.
saginata. Taeniasis adalah penyakit akibat Pada hewan hidup, diagnosis dapat
parasit berupa cacing pita yang tergolong dilakukan dengan memeriksa secara palpasi
dalam genus Taenia yang dapat menular di lidah untuk mendeteksi adanya kista atau
dari hewan ke manusia, maupun dari benjolan. Uji serologis juga dapat
manusia ke hewan. Taeniasis pada manusia membantu dalam mendiagnosis
disebabkan oleh spesies Taenia Solium atau sistiserkosis pada manusia atau hewan.
dikenal cacing pita babi, sementara Taenia Cacing pita dewasa di usus dapat diatasi
saginata dikenal juga sebagai cacing pita dengan memberikan obat cacing, dan
sapi (Estuningsih, 2009). pencegahan dilakukan dengan menghindari
Peternak sapi di Indonesia kurang konsumsi daging mentah atau kurang
memperhatikan masalah penyakit parasitik. matang, baik daging babi untuk T. solium
Mereka masih menggunakan sistem semi dan T. asiatica, maupun daging sapi untuk T.
intensif dengan membiarkan sapi mencari saginata. Selain itu, untuk mencegah infeksi
170
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
VOL 14 No 1 (2023)
E-ISSN: 2623-1204 P-ISSN: 2252-9462
Journal Homepage: https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku

Taenia solium, T. saginata, atau T. asiatica, digunakan meliputi gelas, cutter, batang
ternak babi atau sapi harus dijauhkan dari pengaduk, pipet tetes, sentrifugasi, tabung
tempat pembuangan tinja manusia. sentrifus, tabung reaksi, rak tabung, objek
glass, cover glass, dan mikroskop.
Metode Penelitian ini dilakukan dalam
Bahan rentang waktu September hingga Desember
Penelitian ini menggunakan metode 2022. Tempat pelaksanaan penelitian ini
analisis observasional deskriptif (Survey adalah Laboratorium Parasitologi Stikes
deskriptif) dengan pendekatan laboratorik. Ngudia Husada Madura, yang terletak di
Desain penelitian ini bertujuan untuk Jalan RE. Martadinata No.45, Wr 06, Mlajah,
menggambarkan jenis telur cacing Taenia Kecamatan Bangkalan, Kabupaten
saginata yang terdapat dalam spesimen Bangkalan, Jawa Timur 69116.
feses Sapi Madura.
Hasil
Teknik dan Rancangan Penelitian Berdasarkan data tabel 1
Penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan feses sapi menggunakan
purposive sampling, yaitu teknik metode pengapungan dengan metode NaCl
pengambilan sampel yang secara sengaja jenuh yaitu didapatkan hasil positif
dipilih berdasarkan kriteria atau tujuan yang ditemukan adanya telur dan larva cacing
telah ditetapkan oleh peneliti. Sampel yang pita.
digunakan dalam penelitian ini adalah feses Berdasarkan hasil pada Gambar 1
dari Sapi Madura, dengan total jumlah menunjukkan bahwa ditemukan adanya
sampel sebanyak 20. Selain itu, dalam kontaminasi telur dan larva cacing pita
penelitian ini juga digunakan larutan NaCl sebanyak 30% pada feses sapi sedangkan
jenuh dan aquades sebagai bahan pada sampel lainnya dapat dikatakan
penelitian. Alat dan peralatan yang akan negatif.

Tabel 1. Data hasil pemeriksaan feses Sapi Madura dengan NaCl jenuh
No Sampel feses Hasil pemeriksaan Spesies Parasit
1 Sapi 1 Negatif Negatif
2 Sapi 2 Negatif Negatif
3 Sapi 3 Negatif Negatif
4 Sapi 4 Negatif Negatif
5 Sapi 5 Positif Telur cacing Taenia saginata
6 Sapi 6 Negatif Negatif
7 Sapi 7 Negatif Negatif
8 Sapi 8 Positif Larva cacing Taenia saginata
9 Sapi 9 Positif Larva cacing Taenia saginata
10 Sapi 10 Negatif Negatif
11 Sapi 11 Negatif Negatif
12 Sapi 12 Negatif Negatif
13 Sapi 13 Negatif Negatif
14 Sapi 14 Positif Larva cacing Taenia saginata
15 Sapi 15 Negatif Negatif
16 Sapi 16 Positif Telur cacing Taenia saginata
17 Sapi 17 Negatif Negatif
18 Sapi 18 Negatif Negatif
19 Sapi 19 Positif Telur cacing Taenia saginata
20 Sapi 20 Negatif Negatif

171
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
VOL 14 No 1 (2023)
E-ISSN: 2623-1204 P-ISSN: 2252-9462
Journal Homepage: https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku

Gambar 1. Perbandingan prosentase jumlah positif kecacingan pada feses Sapi Madura

Gambar 2. Telur cacing Taenia saginata (kiri) nomer sampel lima dan (kanan) nomer sampel
delapan serta terdapat larva cacing

Gambar 3. Terdapat telur cacing Taenia saginata pada sampel feses sapi nomer 16 (kiri) dan
feses sapi nomer 19 (kanan)

172
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
VOL 13 No 2 (2022)
E-ISSN: 2623-1204 P-ISSN: 2252-9462
Journal Homepage: https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku

Telur Taenia saginata ini memiliki Proses perkembangan larva Cestoda


embriopor yang bergaris radier, dengan dari fase awal hingga mencapai fase tiga,
ukuran 30-40 x 20-30 m, mengelilingi yang merupakan fase larva infektif, dapat
embrio heksasan (Agoes & Natadisastra, berlangsung dengan cepat dalam rentang
2009). Telur yang berbentuk embriofor waktu 7-14 hari jika berada dalam kondisi
bergaris-garis radial, berukuran 30-40 x 20- lingkungan yang optimal, terutama suhu
30 mikron, berisi suatu embrio heksakan yang hangat. Namun, dalam kondisi suhu
yang disebut onkosfer. Telur yang baru yang lebih dingin, perkembangan tersebut
keluar dari uterus masih diseliputi selaput dapat mengalami keterlambatan selama
tipis yang disebut lapisan luar telur. Sebuah beberapa minggu (Soegijanto, 2005).
proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 Ketika larva sudah mencapai fase
buah telur. larva infektif, mereka dapat bertahan hidup
Larva Cestoda yang paling selama berbulan-bulan hingga pergantian
berpotensi menyebabkan infeksi dalam musim. Fakta ini jelas menunjukkan
lingkungan adalah melalui konsumsi rumput bagaimana besarnya akumulasi kontaminasi
yang dimakan oleh sapi. Infeksi terjadi pada rumput di lingkungan. Pertahanan ini
ketika larva infektif berhasil menembus kulit akan semakin singkat saat musim panas.
sapi. Proses ini sering terjadi di bagian kaki Setelah menginfeksi sapi, kebanyakan
sapi ketika hewan tersebut berdiri di atas Cestoda parasit berkembang menjadi
tanah, serta melalui daerah yang dewasa selama 2-4 minggu. Kerusakan
terkontaminasi oleh feses yang dapat besar yang ditimbulkan di abomasum dan
menempel di permukaan tubuh saat sapi saluran usus terjadi selama periode
berbaring. Larva cacing dalam tahap kedua perkembangan larva ke tahap dewasa.
terakhir (L2) bergerak melalui peredaran Sehingga, total siklus hidup dari telur
darah menuju jantung dan paru-paru sapi, menuju telur kembali membutuhkan waktu
kemudian bermigrasi ke saluran pencernaan sekitar 6-8 minggu (2-3 minggu di
di mana mereka akan tumbuh menjadi lingkungan dan 2-5 minggu di dalam tubuh
cacing dewasa. Dalam kasus cacing pita, sapi). Selama bertahun-tahun siklus
telur menetas dalam saluran pencernaan tersebut bisa berulang selama musim
ternak dan larva tahap awal akan dilepaskan penggembalaan yang konstan (Williams &
bersama dengan feses (Tarmudji, 2010). Loyacano, 2001).

Gambar 4. Kandang Sapi berdekatan dengan rumah penduduk

173
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
VOL 13 No 2 (2022)
E-ISSN: 2623-1204 P-ISSN: 2252-9462
Journal Homepage: https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku

Pembahasan Pada gambar tiga sampel feses sapi


Terjadinya Zoonosis ditemukan telur cacing Taenia saginata
Feses sapi potong masih dengan nomer sampel lima, 16, dan 19 dan
mengandung nutrien atau bahan organik nomer sampel delapan serta terdapat larva
yang potensial untuk mendorong kehidupan cacing. Pada kondisi tersebut, penyebabnya
jasad renik yang dapat menimbulkan adalah kurangnya pengelolaan limbah
pencemaran lingkungan. Berkenaan dengan kotoran peternakan oleh para peternak.
hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah Pengelolaan limbah kotoran masih
feses ternak yang selama ini dianggap dilakukan secara tidak memadai, dengan
mengganggu dan perlu ditangani dengan lokasi pembuangan limbah yang berdekatan
cara yang tepat. Feses sapi potong dengan saluran limbah dari pemukiman
mengandung mikroorganisme endoparasit yang terdapat di sekitar peternakan.
seperti cacing yang dapat menyebabkan Sebagai alternatif, kotoran ternak sapi
gangguan sistem ekologis diantaranya dapat digunakan sebagai pupuk organik
penyebaran penyakit terhadap ternak yang berguna. Namun, jika kotoran ternak
maupun manusia. Telur cacing pita tidak diolah dengan baik, hal ini dapat
endoparasit ini dapat masuk ke dalam mengganggu kebersihan lingkungan,
tubuh sapi dengan mengkonsumsi rumput sanitasi kandang, serta menyebabkan
dan air yang telah terkontaminasi oleh telur timbulnya bau yang tidak sedap di sekitar
cacing pita dan di keluarkan bersama feses kandang (Sapanca et al., 2015). Oleh karena
(Nugraheni et al., 2013). itu perlu diadakan penyuluhan tentang
Gangguan penyakit pada ternak pengolahan limbah ternak menjaddi pupuk
merupakan salah satu hambatan yang organik yang dapat dijual sehingga bisa
dihadapi dalam pengembangan peternakan. menjadi pemasukan tambahan bagi
Penyakit parasit tidak secara langsung peternak.
mengakibatkan kematian pada ternak Penyebab infeksi cacing pita sapi
namun menyebabkan kerugian yang berupa pada seseorang adalah sebagai berikut: (1)
penurunan berat badan dan daya Tidak sengaja menelan telur cacing pita
produktivitas hewan ternak. Penyakit yang berasal dari makanan atau air yang
parasit yang paling merugikan adalah terkontaminasi oleh feses manusia atau
penyakit yang disebabkan oleh cacing. Oleh hewan yang mengandung telur cacing pita,
karena itu, perlu dilakukan diagnosis (2) Telur tersebut menetas di dalam usus
kecacingan saluran pencernaan yang dapat dan melepaskan larva tahap pertama (L1)
dilakukan dengan mengamati adanya cacing yang kemudian dilepaskan bersama feses,
didalam feses sapi (Kartika Dewi & R.T.P. mengandung sistiserkus Taenia saginata,
Nugraha Bidang, 2007). dan (3) Tidak sengaja menelan kista larva
Dalam kesehatan ternak upaya yang terdapat dalam daging atau jaringan
pencegahan infeksi penyakit akibat cacing otot hewan yang belum matang dengan
harus dilakukan sebelum infeksi. Salah satu sempurna. Setelah itu, larva tahap kedua
cara untuk mengetahui adanya telur cacing (L2) cacing pita bergerak melalui peredaran
dengan cara mengidentifikasi telur cacing darah menuju jantung dan paru-paru,
yang ada didalam feses. Hal ini dilakukan kemudian bermigrasi ke saluran pencernaan
untuk mendeteksi adanya infeksi cacing di mana mereka akan tumbuh menjadi
parasit terutama parasit pada pencernaan cacing dewasa (Marianto, 2011).
sapi dengan cara yang cepat, mudah dan
efektif. Pencegahan dilakukan dengan cara Kesimpulan
memutus siklus hidup telur cacing yang Berdasarkan hasil penelitian ini,
berkembang biak di dalam tubuh hewan dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya
ternak sebelum berkembang dan menjadi telur dan larva cacing pita Taenia saginata
cacing secara berkala (Soedarto, 2008). pada feses sapi di Dusun Pajaten Keleyan
174
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
VOL 13 No 2 (2022)
E-ISSN: 2623-1204 P-ISSN: 2252-9462
Journal Homepage: https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku

Socah. Pemeriksaan feses sapi digunakan E., Rosenzvit, M. C., & Cucher, M. A.
sebagai metode bantu dalam mendiagnosis (2022). In vitro system for the growth
penyakit pada sapi. Penggunaan and asexual multiplication of Taenia
pemeriksaan feses dipilih karena crassiceps cysticerci. Parasitology,
pengambilan sampelnya relatif mudah 149(13), 1775–1780.
dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang https://doi.org/10.1017/S0031182022
terlalu tinggi. Dalam feses sapi, terdapat 001354
kemungkinan adanya telur dan proglotid
cacing pita saat sapi mengonsumsi rumput Haryono, Tiesnamurti, & Romjali. (2014).
yang terkontaminasi larva. Keberadaan ini Arah Penelitian dan Pengembangan
menjadi salah satu faktor penyebab Peternakan dalam Mewujudkan
zoonosis, yang dapat menyebabkan Bioindustri Pertanian Berkelanjutan.
terjadinya infeksi cacing pada manusia. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan Dan Veteriner, 3–10.
Saran http://medpub.litbang.pertanian.go.id
Berdasarkan temuan penelitian ini, /index.php/semnas-
disarankan kepada peternak untuk tpv/article/view/2268
meningkatkan perhatian mereka terhadap
kesehatan ternak dalam hal pemberian Kariyasa, K. (2005). Analisis Penawaran Dan
pakan dan manajemen kandang. Permintaan Daging Sapi Di Indonesia
Diharapkan hasil penelitian ini dapat Sebelum Dan Saat Krisis Ekonomi:
digunakan sebagai pedoman untuk Suatu Analisis Proyeksi Swasembada
merancang program pencegahan dan Daging Sapi 2005 Ketut Kariyasa 1.
pengendalian Taeniasis dengan lebih efektif.
Selain itu, disarankan untuk melakukan Kartika Dewi & R.T.P. Nugraha Bidang.
penelitian lebih lanjut guna memahami (2007). Endoparasit Pada Feses Babi
pengaruh faktor-faktor risiko terhadap Kutil (Sus Verrucosus) Dan
kejadian penyakit Taeniasis. Prevalensinya Yang Berada Di Kebun
Binatang Surabaya. Jurna Fauna
Daftar Pustaka Tropika Zoo Indonesia, 16(1), 1–11.
Agoes, R., & Natadisastra, D. (2009).
Parasitologi Kedokteran ditinjau dari Marianto. (2011). Kontaminasi Sistiserkus
organ tubuh yang diserang. EGC. pada Daging dan Hati Sapi dan Babi
yang Dijual di Pasar Tradisional pada
Estuningsih, S. E. (2009). Taeniasis dan Kecamatan Medan Kota.
Sistiserkosis Merupakan Penyakit
Zoonosis Parasiter. WARTAZOA, 19(2), Nimisha, M., Pradeep, R. K., S. Kurbet, P.,
84–92. Amrutha, B. M., Varghese, A., Deepa,
http://download.garuda.kemdikbud.g C. K., Priya, M. N., Lakshmanan, B.,
o.id/article.php?article=277988&val=7 Ajith Kumar, K. G., & Ravindran, R.
169&title=Taeniasis and Cysticercosis (2017). Parasitic Diseases of Domestic
as A Zoonotic Parasitic Disease and Wild Animals in Northern Kerala:
A Retrospective Study based on
Evendi, A. (2016). Prevalensi Telur Cacing Clinical Samples. International Journal
Taenia Saginata Pada Feses Sapi Di of Current Microbiology and Applied
Rumah Pemotongan Hewan. MMLTJ Sciences, 6(11), 2381–2392.
(Mahakam Medical Laboratory https://doi.org/10.20546/ijcmas.2017.
Technology Journal), 1(1), 21–30. 611.282

Garcia, L. C. A., Pérez, M. G., Ancarola, M. Nugraheni, N., Marlina, E. T., & Hidayati, Y.
175
Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Science Journal
VOL 13 No 2 (2022)
E-ISSN: 2623-1204 P-ISSN: 2252-9462
Journal Homepage: https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku

A. (2013). Identifikasi Cacing Of Cattle In Louisiana And Other


Endoparasit Pada Feses Sapi Potong Southern States. Lsu Digital Commons.
Sebelum Dan Sesudah Proses https://digitalcommons.lsu.edu/agcen
Pembentukan Biogas Digester Fixed- ter_researchinfosheets
Dome. Fakultas Peternakan,
Universitas Padjadjaran, 1–8.

Pane, I. (1993). Pemuliaan Ternak Sapi. PT


Gramedia Pustaka Utama.

Refiasari, D. (2019). E-Business Startup:


Perancangan Model Bisnis dan
Marketplace Pakan Ternak dan Produk
Hasil Ternak.
http://digilib.unila.ac.id/57825/2/SKRI
PSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf

Rizwan, H., Sajid, M., Shamim, A., Abbas, H.,


Qudoos, A., Maqbool, M., Malik, M., &
Amin, Z. (2021). Sheep parasitism and
its control by medicinal plants: A
review. Parasitologists United Journal,
14(2), 112–121.
https://doi.org/10.21608/puj.2021.70
534.1114

Sapanca, P. L. Y., Cipta, I. W., & Suryana, I.


M. (2015). Peningkatan Manajemen
Kelompok Ternak Babi di Kabupaten
Bangli. AGRIMETA: Jurnal Pertanian
Berbasis Keseimbangan Ekosistem,
5(9), 18–25.

Soedarto. (2008). Parasitologi Klinik.


Airlangga University Press.

Soegijanto, S. (2005). Kumpulan Makalah


Penyakit Tropis dan Infeksi di
Indonesia (Vol 4). Airlangga University
Press.

Tarmudji. (2010). Ekinokokosis/Hidatidosis,


Suatu Zoonosis Parasit Cestoda
Penting Terhadap Kesehatan
Masyarakat. Lokakarya Nasional
Penyakit Zoonosis, 266–274.

Williams, J. C., & Loyacano, A. F. (2001).


Internal Parasites Of Cattle In
Louisiana And Other Internal Parasites
176

Anda mungkin juga menyukai