Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TAENIASIS

DOSEN PENGAMPU : DWI PUTRI SULISTIA, SKM. M.P.H.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Fitri Nurmella 2026020023

Oka Teni Monica 2026020040

Indah Sundari 2026020037

Sinta Anggraini 2026020044

Riksi Rohansyah 2026020039

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta dorongan
dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan seksama.
Makalah mengenai "TAENIASIS" ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah EPIDEMIOLOGI ZOONOSIS, program studi ilmu kesehatan masyaratakat. STIKES
Tri Mandiri Sakti Bengkulu.

Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makala ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan-kekurangan, baik dari
segi materi maupun teknis penulisan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari
rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaanya.

Bengkulu, 17 Mei 2023

Kelompok ll

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….I

DAFTAR ISI
………………………………………………………………………………....II

BAB I

PENDAHULUAN……………….……………………………………………........................1

A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………….....1

B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………..…………...1

C. TUJUAN …………………………………………………………………..……………....1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………….……………………………….2

A. DEFINISI TAENIASIS………………………………...………………….…...…………2

B. RESERVOIR UTAMA …………………………………………………..……….…2

C. AGENT PENYEBAB PENYAKIT …………………..……………………...……


2

D. CARA PENULARAN …………………………………………………..……………2

E. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN …………...…………………...3


BAB III

PENUTUP…………………………………………………………...………………………..4

A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………4

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….…………………..…………5
ii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Taeniasis merupakan salah satu jenis penyakit zoonosis menular strategis di
Indonesia. Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau
sebaliknya. Penyakit zoonosis yang masuk ke dalam daftar penyakit hewan menular
strategis di Indonesia yaitu rabies, anthrax, avian influenza, salmonellosis, brucellosis,
dan taeniasis/sistiserkosis.

Taeniasis adalah sekelompok infeksi cestode yang termasuk zoonosis menular.


Taeniasis merupakan penyakit parasit akibat infeksi cacing pita yang termasuk dalam
genus Taenia, parasit penting dalam taeniasis adalah Taenia saginata (cacing pita daging
sapi) dan Taenia solium (cacing pita pada babi). Ini diklasifikasikan sebagai
Cyclozoonosis karena mereka membutuhkan lebih dari satu spesies vertebrata untuk
menyelesaikan siklus perkembangan. Taeniasis umumnya asimtomatik, tetapi infeksi
berat menyebabkan penurunan berat badan, pusing, sakit perut, diare, sakit kepala, mual,
sembelit, gangguan pencernaan kronis, dan hilangnya nafsu makan. Sejenis taeniasis yang
disebut sistiserkosis disebabkan oleh infeksi yang tidak disengaja dengan telur Taenia
solium mengkontaminasi makanan dan air. Hal ini dikenal sebagai bentuk yang paling
patogen yang disebabkan oleh cacing pita. Yang spesifik bentuk cysticercosis disebut
neurocysticercosis dikatakan sebagai infeksi yang paling umum dari sistem saraf pusat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Taeniasis?
2. Apa saja reservoir utama Taeniasis?
3. Apa saja agent penyebab penyakit Taeniasis?
4. Bagaimana cara penularannya Taeniasis?
5. Bagaimana cara Pencegahan dan penanggulangan Taeniasis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Taeniasis
2. Untuk mengetahui reservoir utama Taeniasis
3. Untuk mengetahui agent penyebab penyakit Taeniasis
4. Untuk mengetahui cara penularannya Taeniasis
5. Untuk mengetahui cara Pencegahan dan penanggulangan Taeniasis
1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Taeniasis
Taeniasis adalah infeksi cacing pita Taenia sp. berasal dari sapi dan babi. Manusia
merupakan induk semang definitif atau induk semang akhir (final host) cacing pita sapi.
Sementara itu pada cacing pita babi, manusia dapat bertindak sebagai induk semang antara
(intermediet host) di samping sebagai induk semang definitif. Apabila terjadi infeksi yang
disebabkan oleh larva dari Taenia sp, penyakitnya disebut cysticercosis.

B. Reservoir Utama
Reservoir hewan dari Taeniasis adalah babi dan sapi tetapi reservoir hewan utamanya
adalah babi. Morfologi, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan infeksi usus
dengan cacing pita T. asiatica dewasa serupa dengan infeksi T. saginata ( cacing pita
sapi), tetapi infeksi didapat dengan memakan daging babi, bukan daging sapi. Ukuran T.
asiatica dewasa berkisar antara 4 hingga 8 meter.

Infeksi T. asiatica terbatas pada Asia dan kebanyakan terjadi di Cina, Taiwan,
Indonesia, Thailand, Korea Selatan, India, dan negara-negara tetangga. Babi merupakan
inang perantara bagi T. asiatica . Manusia terinfeksi dengan memakan cysticerci (larva)
dalam daging babi mentah atau setengah matang. Setelah tertelan, cysticerci matang
menjadi cacing dewasa di usus kecil manusia.

C. Agent Penyebab Penyakit


Daur hidup Taenia yang menggambarkan terjadinya taeniasis
Pada manusia, taeniasis disebabkan oleh tiga spesies, yaitu Taenia solium (cacing pita
babi), T. saginata (cacing pita sapi), dan T. asiatica (cacing pita asia). Infeksi terjadi
akibat mengonsumsi daging sapi atau daging babi kurang matang yang mengandung
sistiserkus (fase larva cacing) sehingga sistiserkus berkembang menjadi Taenia dewasa
dalam usus manusia.

D. Cara Penularan
Taeniasis terjadi saat telur atau larva cacing pita berada pada usus manusia. Masuknya
telur atau larva cacing pita ini dapat melalui:
1. Mengonsumsi daging babi, sapi, atau ikan air tawar yang tidak dimasak hingga
matang seluruhnya.
2. Mengonsumsi air kotor yang mengandung larva cacing, akibat terkontaminasi kotoran
manusia atau hewan yang terinfeksi.
2
3. Melakukan kontak yang dekat dengan pengidap infeksi cacing pita, misalnya melalui
pakaian yang terkontaminasi kotoran yang mengandung telur cacing.

E. Pencegahan dan Penanggulangan


a. Pencegahan
Pencegahan penyakit taeniasis dan sistiserkosis dapat dilakukan dengan cara:
1. Mengobati penderita (praziquantel, (mebendazole, albendazole, niclosamide, dan
atabrin) untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah terjadinya
autoinfeksi dengan larva cacing.
2. Memeliharakebersihanlingkungandenganbuang air besar tidak sembarangan
(menggunakan jamban keluarga) sehingga feses manusia tidak dimakan oleh
sapi/babi dan tidak mencemari tanah atau rumput.
3. Pengaturan pemeliharaan sapi babi seperti: memelihara sapi pada tempat yang
tidak tercemar atau membuat kandang sapi agar tidak dapat berkeliaran.
4. Pemeriksaan daging oleh dokter hewan di RPH (Rumah Pemotongan Hewan),
sehingga babi mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama
lintas sektor dengan dinas peternakan).
5. Daging yang mengandung kista tidak boleh dimakan.
6. Menghilangkankebiasaanmakanmakananyang mengandung daging setengah
matang atau mentah.
7. Memasak daging babi di atas suhu 50 C selama 30 menit untuk mematikan larva
sistiserkus atau menyimpan daging babi/sapi pada suhu 10 C selama 5 hari.
8. Memberikan vaksin pada hewan ternakbabi (penggunaan crude antigen yang
berasal dari onkosfer, sistisersi, atau cacing dewasa Taenia solium).
9. Memberikan cestosida (praziquantel, dan oxfendazole) pada hewan ternak babi.
10. Menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan dengan sabun setelah buang air
besar, sebelum makan5,19 atau mengganti popok bayi19, mengolah makanan
serta rajin mandi.
11. Mencuci sayuran dan buah-buhan sebelum dimakan
12. Mengajari anak untuk mencuci tangan dengan sabun

b. Penanggulangan
Untuk menangani taeniasis, biasanya dokter akan meresepkan beberapa obat-
obatan untuk membasmi cacing pita dewasa saja. Untuk infeksi invasif akan ditangani
berdasarkan lokasi dan efek infeksi.

Beberapa obat yang biasanya diresepkan oleh dokter adalah praziquantel dan
albendazole. Kedua obat ini mampu membunuh cacing parasit dan juga telurnya.
Untuk dapat membersihkan seluruh cacing dan infeksi di dalam tubuh, obat ini perlu
dikonsumsi selama beberapa minggu. Akhirnya, cacing dikeluarkan melalui tinja.
3

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Taeniasis merupakan penyakit parasit akibat infeksi cacing pita yang termasuk
dalam genus Taenia, parasit penting dalam taeniasis adalah Taenia saginata
(cacing pita daging sapi) dan Taenia solium (cacing pita pada babi). Reservoir
utama dari Taeniasis adalah babi dan sapi tetapi reservoir hewan utamanya adalah
babi. Agent Penyebab Penyakit Daur hidup Taenia yang menggambarkan
terjadinya taeniasis, pada manusia disebabkan oleh tiga spesies, yaitu Taenia
solium (cacing pita babi), T. saginata (cacing pita sapi), dan T. asiatica (cacing
pita asia). Infeksi taenasis terjadi akibat mengonsumsi daging sapi atau daging
babi kurang matang yang mengandung sistiserkus (fase larva cacing) sehingga
sistiserkus berkembang menjadi Taenia dewasa dalam usus manusia. Penularan
Taeniasis terjadi saat telur atau larva cacing pita berada pada usus manusia.
Pencegahan penyakit taeniasis dan sistiserkosis mengobati untuk menghilangkan
sumber infeksi dan mencegah terjadinya autoinfeksi dengan larva cacing. Serta
dengan pengaturan pemeliharaan sapi babi seperti: memelihara sapi pada tempat
yang tidak tercemar atau membuat kandang sapi agar tidak dapat berkeliaran.
Adapun cara penanggulangan Untuk menangani taeniasis, biasanya dokter akan
meresepkan beberapa obat-obatan untuk membasmi cacing pita.
4

DAFTAR PUSTAKA

Suardana, wayan. Buku Ajar Zoonosis. Yogyakarta. PT. KANISIUS. 2019.

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/5318/2/BAB%20I%20KTI.pdf

http://medpub.litbang.pertanian.go.id/index.php/wartazoa/article/download/925/934

https://www-msdmanuals-com.translate.goog/professional/infectious-diseases/cestodes-
tapeworms/taenia-asiatica-asian-tapeworm-infection?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Taeniasis

http://jik.fk.unri.ac.id/index.php/jik/article/download/114/110
5

Anda mungkin juga menyukai