Anda di halaman 1dari 8

Cacing Pita

Berdasarkan Siloam Hospital

Cacing pita adalah sejenis parasit yang termasuk dalam kelompok Taeniidae, berbentuk pipih, dan dapat
tumbuh hingga sepanjang 3,5 meter. Meski jarang menimbulkan gejala, infeksi cacing pita adalah kondisi
yang perlu diwaspadai karena berisiko menyebabkan penyumbatan pada saluran pencernaan hingga
kerusakan otak dan sistem saraf.

Mari kenali apa itu infeksi cacing pita pada manusia selengkapnya melalui pembahasan berikut ini.

Mengenal Infeksi Cacing Pita pada Manusia

Cacing pita adalah sejenis parasit yang dapat menginfeksi manusia dan merupakan salah satu penyebab
terjadinya penyakit cacingan. Umumnya, parasit ini dapat menginfeksi tubuh manusia dan bertahan di
dalam usus hingga mencapai 30 tahun apabila tidak segera ditangani dengan tepat. Pasalnya, penderita
infeksi cacing pita sering kali tidak menyadari kondisinya karena jarang menimbulkan gejala.

Dalam dunia medis, infeksi cacing pita dapat menimbulkan penyakit taeniasis dan sistiserkosis. Pada
dasarnya, taeniasis dan sistiserkosis merupakan dua kondisi medis yang berbeda. Bila penyebab utama
taeniasis adalah infeksi cacing pita dewasa, sistiserkosis merupakan kondisi yang disebabkan oleh larva
cacing pita, khususnya jenis Taenia solium yang hidup dalam tubuh babi.

Penyebab Infeksi Cacing Pita


Terdapat beberapa jenis cacing pita yang bisa menginfeksi tubuh manusia, yaitu:

Taenia saginata: Cacing pita yang sering ditemukan pada daging sapi.

Taenia solium: Cacing pita yang sering ditemukan pada daging babi.

Taenia asiatica: Cacing pita yang sering ditemukan pada daging babi. Jenis cacing ini biasanya hanya
ditemukan pada negara-negara di benua Asia, seperti Korea Selatan, Indonesia, Thailand, China, dan
India.

Tiga jenis cacing pita ini memiliki siklus hidup yang hampir serupa. Secara umum, siklus hidup dari cacing
pita adalah sebagai berikut:

1. Telur Cacing Pita Lepas ke Lingkungan

Cacing pita adalah hewan parasit, yang berarti hewan tersebut akan membutuhkan inang untuk
bertumbuh dan berkembang biak. Makhluk hidup yang kerap menjadi inang dari cacing pita adalah
manusia serta hewan ternak, terutama sapi dan babi.

Cacing pita adalah parasit yang berkembang biak dengan cara bertelur. Telur cacing pita dan proglottids
akan keluar bersama dengan feses dari inang (manusia) melalui anus dan lepas ke lingkungan.
2. Infeksi pada Hewan Ternak

Hewan ternak, terutama babi dan sapi, juga merupakan inang yang ideal bagi cacing pita untuk
berkembang biak. Umumnya, infeksi cacing pita pada hewan ternak dapat terjadi apabila pakan ternak
telah terkontaminasi oleh telur cacing pita. Telur cacing pita ini akan berkembang menjadi larva
oncospheres di usus hewan ternak. Larva oncospheres kemudian akan berkembang menjadi cysticercus
di otot hewan ternak. Cysticercus ini dapat bertahan hingga beberapa tahun di dalam tubuh hewan
ternak.

3. Infeksi pada Manusia

Pada dasarnya, cacing pita dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui sejumlah cara, di antaranya
adalah:

Kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi telur cacing pita, terlebih jika tidak segera mencuci
tangan setelah menyentuh benda tersebut.

Mengonsumsi daging sapi atau daging babi yang mengandung oncospheres dan tidak dimasak hingga
matang.

Mengonsumsi minuman atau makanan yang sudah terkontaminasi dengan telur cacing pita.
Setelah tertelan, scolex atau kepala cacing pita tersebut akan menempel pada dinding usus halus dan
tumbuh menjadi cacing dewasa. Saat berkembang biak, telur dan proglottids dari cacing pita akan ikut
terbawa pada kotoran atau feses.

Faktor Risiko Infeksi Cacing Pita

Infeksi cacing pita adalah kondisi yang bisa dialami oleh siapa saja. Namun, faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi cacing pita adalah:

Tinggal di kawasan dengan tingkat sanitasi lingkungan yang buruk.

Memiliki kebiasaan mengonsumsi daging sapi atau daging babi setengah matang.

Bepergian atau tinggal di daerah di mana babi dan sapi dibiarkan bebas.

Memiliki daya tahan tubuh yang lemah karena kondisi medis tertentu, seperti penyakit HIV/AIDS atau
sedang menjalani perawatan kemoterapi.

Gejala Infeksi Cacing Pita


Umumnya, infeksi cacing pita tidak menimbulkan gejala sehingga sering kali tidak disadari oleh
penderitanya. Namun, bila cacing pita memiliki ukuran yang cenderung besar, sejumlah gejala yang
umum dialami oleh pengidap infeksi cacing pita adalah:

Sering sakit perut.

Nafsu makan menurun.

Berat badan turun drastis tanpa penyebab yang jelas.

Diare.

Pusing.

Mual.

Iritasi di sekitar anus.

Terlihatnya cacing atau telur cacing pada feses.

Sementara itu, bila terinfeksi cacing pita jenis T. solium yang menyerang otak (cysticercosis), sejumlah
gejala yang umum terjadi adalah:

Sakit kepala.
Kejang.

Munculnya benjolan lunak di bawah kulit.

Penglihatan kabur atau buram.

Pembengkakan pada retina mata.

Komplikasi Infeksi Cacing Pita

Bila tidak segera ditangani dengan tepat, infeksi cacing pita berisiko menimbulkan sejumlah komplikasi,
seperti:

Penyumbatan pada saluran pencernaan, peradangan usus buntu, serta gangguan pada saluran empedu
dan pankreas.

Gangguan pada otak dan sistem saraf pusat (neurosistiserkosis).

Pembentukan kista atau benjolan pada jantung, paru-paru, atau hati apabila larva cacing pita telah
menyebar yang menghambat aliran darah dan fungsi organ tubuh.

Reaksi alergi terhadap larva cacing pita, seperti gatal-gatal, pembengkakan, kesulitan bernapas.
Diagnosis Infeksi Cacing Pita

Sebelum menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan wawancara medis (anamnesis) dengan pasien
guna mengetahui riwayat kesehatan serta keluhan yang dialami. Selain itu, dokter juga dapat melakukan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis infeksi cacing pita pada
tubuh pasien, seperti:

Pemeriksaan feses.

Tes darah untuk mendeteksi antibodi yang bereaksi terhadap infeksi cacing pita.

Prosedur pencitraan, seperti rontgen, USG, CT scan, atau MRI untuk mendeteksi infeksi cacing pita yang
berat.

Pengobatan Infeksi Cacing Pita

Pada beberapa kasus, infeksi cacing pita pada manusia dapat keluar dari tubuh dengan sendirinya.
Namun, untuk menghindari risiko komplikasi, menghentikan perkembangbiakan parasit, dan
mengeluarkan cacing pita dari dalam tubuh, dokter biasanya akan meresepkan obat antihelmintik,
seperti praziquantel serta albendazole. Selain itu, obat kortikosteroid juga dapat diberikan apabila infeksi
cacing pita menimbulkan peradangan di dalam tubuh.
Bila infeksi telah menyebabkan penyumbatan pada saluran cerna atau menyebar ke organ tubuh lain,
seperti mata, paru-paru, atau hati, dokter dapat menindaklanjutinya dengan prosedur pembedahan.

Cara Mencegah Infeksi Cacing Pita

Sebetulnya, bagaimana cara menghindari infeksi cacing pita? Pada dasarnya, pencegahan infeksi cacing
pita ke dalam tubuh manusia dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan diri sendiri dan makanan
yang akan dikonsumsi. Adapun sejumlah tips yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
cacing pita adalah:

Menghindari konsumsi daging yang tidak dimasak hingga matang.

Mencuci sayur dan buah sebelum dikonsumsi.

Memasak semua bahan makanan hingga matang sempurna.

Mengunjungi dokter hewan apabila terdapat hewan peliharaan yang terinfeksi cacing pita.

Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik sebelum dan sesudah memasak, sebelum
makan, dan setelah menggunakan toilet.

Meski cenderung mudah ditangani, infeksi cacing pita adalah kondisi yang tetap perlu diwaspadai untuk
menghindari risiko berbagai komplikasi. Maka dari itu, jangan ragu untuk mengunjungi Siloam Hospitals
terdekat apabila Anda menemukan gejala seperti ulasan di atas.

Gunakan fitur Cari Dokter yang juga tersedia pada aplikasi MySiloam memudahkan Anda dalam
memperoleh akses layanan kesehatan dari Siloam Hospitals. Atau, manfaatkan juga MySiloam untuk
memesan berbagai paket kesehatan, cek hasil skrining, serta konsultasi dengan dokter secara virtual.
Mari unduh MySiloam sekarang dan percayakan kesehatan Anda #BersamaSiloam!

Artikel ini dibuat dan diterbitkan oleh Siloam Hospitals, baca selengkapnya di:
*https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/mengenal-infeksi-cacing-pita*

Anda mungkin juga menyukai