OLEH :
B. METODE
Metode yang digunakan adalah metode hapusan (blood smear)
C. PRINSIP
Prinsip sediaan apus yaitu suatu apusan darah tepi dibuat dengan
meletakkan setetes (kecil saja) darah pada kaca objek, diratakan
sedemikian sehingga terbentuk apusan yang tipis (hanya selapis). Prinsip
pewarnaan didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel. Zat warna yang
bersifat asam akan bereaksi dengan komponen yang bersifat alkalis,
demikian pula sebaliknya. Pewarnaan sediaan apus menggunakan prinsip
Romanowsky yaitu menggunakan dua zat warna yang berbeda yang terdiri
dari Azure B (trimethylthionin) yang bersifat basa dan eosin Y
(tetrabromoflourescein) yang bersifat asam seperti yang dianjurkan oleh
ICSH, dan pewarnaan Romanowsky yang dianjurkan adalah pewarna
kombinasi Wright – Giemsa dan May Grunwald-Giemsa (MGG).
D. DASAR TEORI
Pemeriksaan preparat apus darah tepi merupakan bagian yang
penting dari rangkaian pemeriksaan hematologi. Keunggulan dari
pemeriksaan apus darah tepi ialah mampu menilai berbagai unsur sel darah
tepi seperti morfologi sel (eritrosit, leukosit, trombosit), menentukan
jumlah dan jenis leukosit, mengestimasi jumlah trombosit dan
mengidentifikasi adanya parasit (Riswanto, 2013).
Apusan darah tepi atau blood smear adalah pemeriksaan
laboratorium yang melibatkan sitologi sel darah yng dioleskan pada slide
obyek glass. Sebagai dasar seperti itu , blood smear sangat berharga dalam
karakterisasi berbagai penyakit klinis ( Adewoyin and Nwogoh, 2015).
International Council for Standardization in Haematology(ICSH)
merekomendasikan metode pewarnaan Romanowsky karena pewarnaan ini
mampu memberikan hasil memuaskan pada apusan darah tepi (Bain,
2014).
2. Bahan pemeriksaan
Darah vena dengan antikoagulan (EDTA)
3. Reagen
a. Zat warna wright
b. Zat warna giemsa
F. PROSEDUR KERJA
1. Cara Membuat Sediaan Apus
a) Dipilih kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sebagai kaca
penghapus, sudut kaca objek yang dipatahkan, menurut garis
diagonal untuk dapat menghasilkan sediaan apus darah yang tidak
mencapai tepi kaca objek.
b) Satu tetes kecil darah diletakkan pada ± 2 – 3 mm dari ujung kaca
objek. Kaca pengahpus diletakkan dengan sudut 30 – 45 derajat
terhadap kaca objek didepan tetes darah.
c) Kaca pengahpus ditarik kebelakang sehingga menyentuh tetesan
darah, ditunggu sampai darah menyebar pada sudut tersebut.
d) Dengan gerak yang mantap, kaca penghapus didorong sehingga
terbentuk apusan darah sepanjang 3 – 4 cm pada kaca objek. Darah
harus habis sebelum kaca penghapus mencapai ujung lain dari kaca
objek. Apusan darah tidak boleh terlalu tipis atau tebal, ketebalan
ini dapat diatur dengan mengubah sudut antara kedua objek dan
kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat
menggeser, maka makin tipis apusan darah yang dihasilkan.
e) Apusan darah dibiarkan mongering di udara. Identitas pasien
ditulis pada bagian tebal apusan dengan pensil kaca.
2. Cara Mewarnai Sediaan Apus (Pewarnaan Kombinasi Wright-
Giemsa)
a) Meneteskan larutan wright ke atas preparat sampai semua apusan
tergenangi, lalu dibiarkan selama 2 menit
b) Menambahkan larutan giemsa yang telah diencerkan dengan
larutan dapar Ph 6,4 atau 6,8 (1:4) sampai apusan tergenangi
semua, lalu dibiarkan selama 15 menit.
c) Preparat dibilar dengan air kemudian dikeringkan di udara
G. KRITERIA RUJUKAN
Menurut J. Samidja Onggowaluyo (2001). Kriteria pembuatan dan
pewarnaan sediaan darah yang baik, yaitu :
1. Inti leukosit berwarna ungu (tanda umum)
2. Trombosit berwarna ungu muda dan merah muda
3. Sisa-sisa eritrosit muda berwarna biru atau biru muda
4. Sitoplasma limfosit kelihatan biru pucat
5. Sitoplasma monosit berwarna biru
6. Granula eosinofil berwarna orange
7. Latar belakang sediaan bersih dan kelihatan biru pucat.
Menurut Kiswari R, (2014). Apusan darah yang baik secara visual,
ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat apusan
darah tepi yang baik secara visual, diantaranya yaitu:
1. Ketebalanya gradual, paling tebal di daerah kepala, makin menipis
kearah ekor
2. Apusan tidak melampaui atau menyentuh pinggir kaca obyek.
3. Tidak bergelombang atau tidak terputus-putus.
4. Tidak berlubang-lubang
5. Bagian ekornya tidak membentuk “bendera robek”
6. Panjang apusan kira-kira 2/3 panjang kaca obyek.
H. HASIL PENGAMATAN
Nama Probandus : Ni Made Ayu Sustri Anggraini
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hasil pengamatan : Diperoleh hasil pengamatan di bawah mikroskop
sebagai berikut:
I. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, merupakan praktikum pemeriksaan
Sediaan Apusan Drah Tepi. Apusan Darah Tepi atau blood smear adalah
pemeriksaan laboratorium yang melibatkan sitologi sel darah tepi yang
dioleskan pada slide obyek glass. Sebagai dasar seperti itu, blood smear
sangat berharga dalam karakterisasi berbagai penyakit klinis (Adewoyin
and Nwogoh, 2015).
Pada praktikum kali ini, sampel yang digunakan yaitu sampel
darah EDTA dari mahasiswa atas nama Ni Made Ayu Sustri Anggraini,
jenis kelamin perempuan, dengn umur 19 tahun. Praktikum sediaan darah
tepi memiliki tujuan untuk mempelajari morfologi eritrosit atau sel darah
merah; untuk menandai morfologi limfosit dan untuk menghitung angka
dan morfologi trombosit (Gulati et al., 2014).
Darah EDTA di buat hapusan, dengan cara meneteskan setetes
darah diatas obyek glass lalu dibuat hapusan dengan mendorong perlahan
agar terbentuk seperti lidah dan tipis. Setelah itu di keringkan dengan cara
diangin – anginkan kemudian dilakukan pewarnaan atau pengecatan.
International Council for Standardization in Haematology(ICSH)
merekomendasikan metode pewarnaan Romanowsky karena pewarnaan ini
mampu memberikan hasil memuaskan pada apusan darah tepi (McKenzie,
2014;Bain, 2014).