Anda di halaman 1dari 15

Makalah Hematologi

TEKNIK PEWARNAAN, PEMBUATAN APUSAN DAN


KADAR HAEMOGLOBIN

Dosen Pengampu : Jumriah Nur., M.Si

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah


Hematologi

Di susun oleh :

Diana Puspita 22018006

Karen Ronita Naibaho 22018019

Roby Fa’jaal Alamin 220180

Sintya Pramadya Utami 22018038

Utari Nur Permadi 22018048

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PRIMA
INDONESIA
2018/2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bakteri ............................................................................. 3
2.2 Morfologi Bakteri .......................................................................... 4
2.3 Struktur Bakteri ............................................................................. 6
2.4 Generasi Spontan......................................................................... 11
2.5 Pewarnaan Bakteri ....................................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 40

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah merupakan bagian terpenting bagi makhluk hidup, karena
darah mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem transportasi.
Darah mengedarkan sari-sari makanan, cairan endokrin serta mengikat
oksigen dan CO2. Seacara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai
jaringan pengikat karena pada dasaranya terdiri atas unsur-unsur sel dan
substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsional darah
merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-
bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Untuk melihat struktur
sel-sel darah dengan menggunakan mikroskop cahaya pada umumnya
dibuat preparat sediaan apus.
Preparat adalah tindakan atau proses pembuatan maupun
penyiapan sesuatu menjadi tersedia, specimen patologi maupun anatomi
yang siap dan diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan. Sediaan apus
darah ini tidak saja untuk mempelajari bentuk masing-masing sel darah,
tetapi juga dapat digunakan untuk menghitung perbandingan antar masing-
masing jenis sel darah.
Selain itu dengan pembuatan apus maka darah yang kita gunakan akan
dapat bertahan lebih lama dibandingkan apabila kita menggunakan
preparat darah basah. Karena darah mempunyai kemampuan cepat
membeku apabila terkena udara sehingga komponen-komponen darah
menjadi rusak. Dengan pembuatan sediaan apus komponen darah akan
dapat dipertahankan mendekati keadaan awal saat masih segar. Hal ini
disebabkan pada pembuatan sediaan apus mengalami beberapa perlakuan.
Hal-hal tersebut dapat diketahui dengan melakukan praktikum mengenai
pembuatan preparat apus sel darah tepatnya darah manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemeriksaan sediaan apusan darah?
Bagaimana cara pewarnaan sediaan apusan darah?
Faktor apa saja yang mempengaruhi kadar Hb?

1.3 Tujuan

Mengetahui cara pemeriksaan sediaan apusan darah

mengetahui cara pewarnaan sediaan apusan darah

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Hb.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Sediaan Apus Darah


Sediaan Apusan Darah adalah salah satu teknis pemeriksaan
struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya. Pemeriksaan sediaan
darah umumnya digunakan untuk membantu pemeriksaan kelainan darah
dan juga infeksi parasit seperti malaria.

2.1.1 Jenis Sediaan Apus


Terdapat 2 jenis sediaan apusan darah, yaitu sediaan apusan darah
tipis dan sediaan apusan darah tebal
A. Sediaan darah tipis
Sediaan darah tipis digunakan untuk mengidentifikasi sel darah
seperti eritrosit, leukosit dan trombosit, menafsirkan jumlah
leukosit dan trombosit, digunakan juga untuk mengenali jenis
spesies parasit dan mengetahui bentuk parasit seperti skizon
atau gametosit.
Ciri- ciri apusan sediaan darah tipis yaitu :
- Lebih sedikit membutuhkan darah untuk pemeriksaan
dibandingkan dengan sediaan apus darah tebal.
- Morfologinya lebih jelas.
- Perubahan pada eritrosit dapat terlihat jelas.
B. Sediaan darah tebal
Sedian darah tebal umumnya digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya parasit.
Ciri- ciri apusan sediaan darah tebal yaitu :
- Membutuhkan darah lebih banyak untuk pemeriksaan
dibanding dengan apusan darah tipis.
- Jumlah selnya lebih banyak dalam satu lapang pandang.

3
Gambar Sediaan Darah Tipis dan Tebal

2.1.2 Pewarnaan Sediaan Apus


Pewarnaan darah apus merupakan pewaraan yang terwarnai
pada preparat darah apus tepi, misalnya dengan menggunakan
pewarnaan menurut Romanowsky ada empat macam pewarnaan
apusan darah yaitu pewarnaan
1. Pewarnaan Giemsa
2. Pewarnaan Wright
3. Pewarnaan Lieshman
4. Pewarnaan May Grunwald
Pewarnaan preparat darah apus yang sering digunakan adalah
metode pewarnaan Romanowsky diantaranya :
1. Pewarnaan Giemsa
Pewarna Giemsa 10% sebagai pewarna yang umum digunakan
agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut
juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak
dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum
dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari
jenis protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau
larutan yang disimpan di dalam botol yang gelap.

4
2. Pewarnaan Wright
Pewarnaan Wright adalah zat warna yang digunakan dalam
metode Romanowsky, merupakan campuran eosin Y, Azure B,
metilen blue, dan metal alkohol dalam konsentrasi tinggi.

2.1.3 Teknik Pembuatan Sediaan Apus


 Membuat Sediaan Apus
Metode : Slide (Kaca Objek)
Prinsip : Membuat sediaan darah tipis dan merata diatas
kaca objek dari tebal sampai menipis sehingga membuat lapisan
seperti lidah api.
Alat dan Bahan :
 Spesimen : darah kapiler / darah EDTA
 Kaca Objek
 Pipet tetes atau Mikropipet 20 μl
 Tissue
Prosedur :
1. Letakkan satu tetes darah pada salah satu ujung kaca objek,
letakkan kaca untuk menghapus dengan sudut 30-40˚
terhadap kaca objek di depan tetes darah.
2. Tarik kaca pengahapus kebelakang sehingga menyentuh
tetes darah, biarkan darah menyebar sampai kedua sudut.
3. Dengan gerakan yang mantap dorong kaca penghapus
sehingga terbentuk hapusan darah sepanjang ½ sampai 2/3
panjang kaca pada kaca objek dan hapusan darah harus
berbentuk lidah api.
4. Biarkan hapusan darah mengering di udara, beri label
(identitas pasien) pada bagian yang tebal hapusan darah.

5
Gambar Teknik Pembuatan Sediaan Apusan Darah

 Pewarnaan Sediaan Apus


Metode : Wright atau Giemsa
Prinsip : Sel darah akan mengikat zat warna yang terdapat
dalam larutan pewarna (Wright atau Giemsa) sehingga dapat di
bedakan jenis sel dan morfologinya dan juga adanya parasit
dalam darah.
Alat dan Bahan :
 Sediaan apus yang sudah jadi
 Pipet tetes
 Larutan pewarna (Wright atau Giemsa)
 Metil alkohol (Methanol)
 Aquades
 Rak pewarnaan
 Stopwatch atau jam

6
Prosedur :
A. Wright
1. Letakkan sediaan yang akan diwarnai di atas rak
pewarnaan dengan lapisan darah menghadap ke atas.
2. Tambahkan ke atas sediaan 20 tetes larutan Wright,
biarkan 2-3 menit agar sel menyerap warna sempurna.
3. Teteskan aquades ke atas sediaan sebanyak 20 tetes,
biarkan 5-12 menit.
4. Bilas sediaan dengan aquades.
5. Letakkan sediaan dalam sikap vertikal (tegak) agar
mengering di udara dengan tissue kering.
6. Kemudian identifikasi sel darah.
B. Giemsa
1. Letakkan sediaan yang akan diwarnai di atas rak
pewarnaan dengan lapisan darah menghadap ke atas.
2. Teteskan methil alkohol (methanol) keatas sediaan hingga
menutupi seluruh lapisan darah, biarkan selama 5 menit.
3. Buang kelebihan methanol dari sediaan.
4. Teteskan larutan Giemsa (sudah di encerkan) ke atas
hingga menutupi seluruh lapisan darah, biarkan selama 20
menit.
5. Bilas dengan aquades.
6. Letakkan sediaan dalam sikap vertikal (tegak) agar
mengering di udara dengan tissue kering.
7. Kemudian identifikasi sel darah.

2.1.4 Ciri-ciri Sediaan Apusan Darah


 Ciri-ciri sediaan yang baik
- Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek glas, panjang
½ sampai 2/3 panjang kaca.

7
- Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada
bangian itu eritrosit tersebar rata berdekatan dan tidak
saling bertumpukan.
- Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang atau bergaris-
garis.
- Penebalan eritrosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir
atau ujung sedimen.

 Ciri-ciri sediaan apus yang tidak baik


- Sediaan yang belubang karena adanya lemak pada kaca
objek.
- Terputus-putus karena gerakan gesekan yang ragu-ragu.
- Memenuhi seluruh kaca objek.
- Tidak membentuk lidah api.

8
2.1.5 Hal- hal Yang Mempengaruhi Hasil dari Sediaan Apus
- Kondisi kaca objek
Kaca objek harus kering, bersih dan bebas dari lemak dan sisi
terpendek kaca objek untuk menggeser darah harus rata.
- Kemiringan kaca objek penggeser darah dan kecepatan
menggeser mempengaruhi ketebalan sediaan.

2.2 Kadar Hemoglobin


Ukuran kadar hemoglobin tergantung usia dan jenis kelamin. Pada
wanita dewasa di atas usia 18 tahun, kadar hemoglobin normal yaitu 12
sampai 14 gr/dl. Kemudian, untuk pria dewasa diatas usia 18 tahun, kadar
hemoglobin normal yaitu 13 sampai 16 g/dl. Untuk bayi 14 sampai 23
gr/dl. Ketika kondisi hemoglobin seseorang lebih tinggi atau lebih rendah
daripada jumlah normal, dapat menjadi tanda adanya gangguan kesehatan.
 Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar Hb
Kadar Hb normal bervariasi tergantung
1. Umur
Semakin tua umur seseorang, maka semakin berkurang kadar Hb
nya.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya pria memiliki kadar Hb yang lebih tinggi
dibandingkan kadar Hb pada wanita. Kadar Hb wanita lebih rendah
karena faktor aktifitasnya yang lebih sedikit dibandingkan aktivitas
pada pria.
3. Geografis (tinggi rendahnya daerah)
Orang yang tinggal di daerah dataran tinggi tubunya cenderung
lebih aktif dalam memproduksi sel darah merah untuk
meningkatkan suhu tubuh dan lebih aktif mengikat O2 yang lebih
rendah daripada di dataran rendah. Orang yang tinggal di pesisir
pantai mempunyai Hb yang lebih rendah karena tubuh
memproduksi sel darah dalam keadaan normal.

9
4. Nutrisi
Bila makanan yang dikonsumsi banyak mengandung Fe atau Besi,
maka sel darah yang di produksi akan meningkat sehingga
Hemoglobin yang terdapat dalam darah pun meningkat.
5. Faktor kesehatan
Kesehatan sangat mempengaruhui kadar Hb dalam darah. Jika
kesehatan terjaga dengan baik, maka kadar Hb dalam keadaan
normal.

2.2.1 Kadar Hemoglobin Rendah


Kadar hemoglobin rendah berarti ada sesuatu pada tubuh. Misalnya
kekurangan nutrisi, kehabisan darah karena operasi, menderita
anemia atau kelainan darah, memiliki masalah dengan ginjal,
maupun adanya paparan radiasi.
Rendahnya kadar Hb dapat disebabkan banyak hal, di antaranya:
 Kehilangan darah akibat pembedahan, menstruasi berat,
kecelakaan, dan kondisi lain yang menyebabkan perdarahan.
 Kurangnya produksi darah karena sel-sel dalam tulang
sumsum yang gagal diproduksi.
 Rusaknya sel darah merah dan kurangnya asupan zat besi,
asam folat, atau vitamin B12, serta penyakit ginjal

2.2.2 Kadar Hemoglobin Tinggi


Kadar hemoglobin tinggi juga menunjukkan bahwa ada kelainan
pada tubuh. Pada saat hemoglobin tinggi, berarti tubuh Anda
kemungkinan mengidap gangguan sumsum tulang, penggunaan
obat yang tidak tepat, kanker, penyakit paru, atau kebiasaan
merokok. Ada juga faktor lingkungan yang menyebabkan kadar
hemoglobin menjadi tinggi, seperti tinggal di daerah dataran tinggi.
Kondisi yang menyebabkan kadar Hb tinggi :
 Kadar hemoglobin yang tinggi menyebabkan pasokan oksigen
ke tubuh jadi melebihi batas. Beberapa kondisi yang

10
menyebabkan kadar hemoglobin tinggi, antara lain: Penyakit
paru, seperti PPOK dan fibrosis paru

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mengenai pembuatan dan pewarnaan sediaan hapusan darah, dapat ditarik
simpulan sebagai berikut:
1. Pembuatan sediaan hapusan darah dapat dilakukan dengan cara
meneteskan darah ke atas objek glass kemudian objek glass yang lain
disentuhkan ke tetesan darah hingga darah melebar lalu digerakkan
objek glass atau kaca penutup ke depan membentuk hapusan darah
berbentuk lidah api.
2. Pewarnaan sediaan hapusan darah tepi yang sering dilakukan adalah
dengan pewarnaan Giemsa dan Wright. Pewarnaan ini berfungsi
dalam evaluasi morfologi dari sel darah tepi, memperkirakan jumlah
leukosit dan trombosit, dan untuk identifikasi parasit.

22
DAFTAR PUSTAKA

Endi, Adauchi. 2013. Praktikum Kadar Hemoglobin. [online]. Tersedia :


https:/id.scribd.com/doc/46845030/Praktikum-Kadar-Hemoglobin.pdf. [Diakses:
26 September 2019]
Anonim. 2012. METODE PEMBUATAN HAPUSAN DAN PENGECATAN
PREPARAT MALARIA (BLOOD SMEAR). [online]. Tersedia:
http://habibi.staff.ub.ac.id/files/2012/11/blood-smear.pdf. [Diakses: 27 September
2019]
Carascallo, Maryo Vegas.2013. Perbedaan Hasil Pewarnaan Giemsa dan Wright
terhadap Morfologi Eritrosit dan Kualitas Cat pada Preparat Darah Apus. [online].
Tersedia:
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-
maryovegas-6908. [Diakses: 27 Maret 2019].
Dwijastuti, Sri. 2015. Preparasi Sampel Darah dan Urin. [online]. Tersedia :
http://dokumen.tips/documents/preparasi-sampel-darah-dan-urine.html. [Diakses :
27 September 2019]
Rahman, Fathur. 2018. Makalah Hematologi Pemeriksaan Sediaan Hapusan
Darah. [online]. Tersedia :
https://www.academia.edu/3647448/MAKALAH_Hematologi_Pemeriksaan_Sedi
aan_Hapusan_Darah

23

Anda mungkin juga menyukai