Anda di halaman 1dari 34

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI IBU TERHADAP

PIJAT BAYI

PROPOSAL SARJANA KEBIDANAN

Oleh :

HURUM AINI

NIM. 2015201012

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

PEKANBARU

2023
Proposal Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI IBU TERHADAP


PIJAT BAYI

Diajukan Oleh

HURUM AINI

2015201012

Telah disetujui pada tanggal … oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

( ) ( )

NIK. NIK.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan propsal skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW Yang telah membimbing dan
mendidik umatnya dengan ilmu dan akhlak menuju jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.

Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademis di Universitas
Abdurrab Pekanbaru dalam rangka mencapai gelar S. Keb. Dalam penyusunan proposal
skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini dapat terselesaikan
atas bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat yang
luar biasa.

Tak lupa penulis juga permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penulisan
proposal skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan hal yang kurang berkenan.
Penulis hanya dapat mendo’akan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dengan
tulus dalam penyusunan proposal skripsi ini semoga amal shalih yang akan dibalas oleh
Allah SWT. Penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Pekanbaru, 20 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum 1.3.2 Tujuan khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Peneliti 1.4.2 Responden 1.4.3 Tempat penelitian

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan Teori

2.2 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis Penelitian

BAB III Metode Penelitian

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.6 Sumber Data Penelitian

3.7 Pengolahan Data

3.8 Analisis Data

3.9 Etika Penelitian

3.10 Alur Penelitian

3.11 Jadwal Penelitian

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterlambatan pertumbuhan anak usia dini adalah masalah umum yang merajalela di
seluruh negara. Angka kejadian kondisi ini jauh lebih tinggi daripada masalah kronis lain
yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan utama sepanjang hidup. Statistik menunjukkan
bahwa pada tahun 2015, sekitar 12-16% anak mengalami keterlambatan perkembangan di
seluruh dunia, dengan angka yang lebih tinggi mencapai 50% di Asia dan 30% di Afrika
(Amaliah et al., 2019). Pada tahun 2013, Indonesia mencatat tingkat keterlambatan
pertumbuhan anak sekitar 11-16%. Angka ini kemudian menurun sedikit pada tahun 2014,
dengan sekitar 10-14% anak mengalami gangguan perkembangan. Namun, pada tahun 2015,
terjadi peningkatan yang signifikan dengan angka sekitar 13-18% anak yang mengalami
keterlambatan perkembangan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2023).

Menurut Riskesdas tahun 2020, Indonesia menunjukkan indeks perkembangan anak


usia 36-59 bulan sekitar 88,3%. Angka ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
Thailand dan Vietnam, yang memiliki indeks perkembangan anak masing-masing sekitar
91,1% dan 88,7% (Bappenas, 2019). Menurut informasi dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dalam profil kesehatan tahun 2020, sekitar 56,4% anak yang berusia di
bawah lima tahun mengalami masalah dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka
(Oktonamara & Indriati, 2023).

Pada tahun 2020, cakupan pelayanan kesehatan untuk balita di kabupaten/kota


Provinsi Riau mencapai sekitar 62,44% terutama di wilayah Puskesmas Sidomulyo Kota
Pekanbaru, masih di bawah target yang telah ditetapkan sebesar 85%. Salah satu alasan tidak
tercapainya target pelayanan kesehatan untuk balita adalah karena pelaksanaan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang (DDTK) pada anak belum optimal (Oktonamara & Indriati, 2023).

Berdasarkan penelitian (Arpan et al., 2022) yang menyatakan bahwa jika seorang
anak mengalami hambatan dalam tahap perkembangan sosialnya, bisa berujung pada
ketidakbahagiaan serta kecenderungan untuk merasa tidak menyukai dirinya sendiri. Hal ini
bisa membentuk individu yang cenderung menjadi egosentris, introvert, kurang berinteraksi
sosial, atau bahkan menunjukkan perilaku anti sosial. Konsekuensinya, anak mungkin
kesulitan berbaur dalam lingkungan sosial dan masyarakat, yang pada gilirannya dapat
mengganggu masa depannya. Deteksi dini perkembangan anak sangat penting dalam
mengetahui tahapan perkembangannya. Prosedur ini dapat dilakukan melalui penggunaan
kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) atau tes Denver Developmental Screening Test.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 Tahun 2014, keterlambatan


perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merujuk
pada aspek-aspek yang berasal dari dalam individu, yang menjadi fondasi dalam perjalanan
perkembangan anak. Aspek internal ini meliputi genetik, ras, usia, jenis kelamin, dan kelainan
kromosom. Sementara faktor eksternal terbagi menjadi tiga bagian, yaitu faktor prenatal,
faktor saat proses persalinan, dan faktor pasca persalinan. Faktor pasca persalinan memiliki
dampak langsung pada perkembangan anak, seperti aspek gizi, lingkungan keluarga, kondisi
sosial ekonomi, status kesehatan, serta aktivitas fisik yang menjadi stimulasi untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak (Azkiya & Fairuza, 2023).

Pijat bayi atau baby massage adalah cara bagi orang tua untuk mengekspresikan kasih
sayang kepada anak mereka melalui sentuhan kulit. Sentuhan dan pelukan dari seorang ibu
merupakan kebutuhan pokok bagi bayi, dan hal ini memiliki dampak besar pada pertumbuhan
serta perkembangan mereka. Melalui pijatan lembut, sentuhan ini memberikan rangsangan
yang mendorong perkembangan bayi (Lestari et al., 2023).

Sejak dalam kandungan, bayi telah merasakan sentuhan dari air ketuban. Kelahiran,
melalui proses melalui jalan lahir, merupakan sentuhan atau pijatan pertama bagi bayi. Proses
kelahiran bisa menjadi pengalaman yang traumatis, sehingga sentuhan dari ibu sangat penting
untuk memberikan kenyamanan pada bayi. Melalui kontak kulit dengan kulit dan sentuhan
lembut penuh kasih sayang dari ibu, ikatan cinta dan hubungan emosional akan semakin kuat
terjalin antara ibu dan bayi (Ismarina et al., 2022).

Pijat bayi merupakan bentuk kasih sayang yang melibatkan rangsangan sensori untuk
mendukung perkembangan dan pertumbuhan optimal, terutama selama 1000 hari pertama
kehidupan. Pijat bayi memiliki beragam manfaat, termasuk memberikan efek menenangkan,
meningkatkan peredaran darah, memperkuat sistem kekebalan tubuh, memperbaiki
pencernaan, meningkatkan nafsu makan, serta membantu pencernaan dan penyerapan nutrisi
yang lebih baik. Selain itu, pijat bayi juga berkontribusi pada penambahan berat badan,
membantu bayi merasa rileks, tidur lebih lama, meredakan gejala seperti kolik atau ketika
tumbuh gigi, memperkuat massa tulang, dan memperkuat ikatan emosional antara bayi dan
ibunya (Sab’ngatun & Sulistiani, 2023).
Dr. Frederick Leboyar menyatakan bahwa sentuhan, gosokan, dan pijatan memiliki
peran yang sama pentingnya bagi bayi seperti halnya mineral, vitamin, dan protein. Dalam
masa golden age, sentuhan dianggap krusial karena bayi memerlukan kehangatan dari ibunya.
Melalui sentuhan tersebut, bayi dapat mengembangkan sistem kekebalan tubuh yang lebih
kuat (Panglipurwati, 2023).

Pijat bayi dapat memperkuat hubungan emosional dan kasih sayang antara orang tua
dan bayi. Oleh karena itu, disarankan agar orang tua yang melakukan pijat pada bayinya.
Sentuhan dan pandangan penuh kasih sayang dari orang tua pada bayi akan membentuk
ikatan emosional yang kuat di antara keduanya. Sentuhan orang tua menjadi landasan bagi
perkembangan komunikasi yang akan membantu menumbuhkan rasa kasih sayang yang
saling berkesinambungan, yang pada gilirannya akan memengaruhi pembentukan nilai-nilai
moral yang baik dan kepercayaan diri pada anak (Hanifa, 2022).

Tidak semua ibu memiliki kemampuan untuk melakukan pijat bayi, sehingga
beberapa ibu memilih membawa bayi mereka ke fasilitas kesehatan atau tempat pemijatan
yang dioperasikan oleh tenaga medis. Beberapa ibu enggan melakukan pijatan sendiri karena
mereka khawatir melakukan kesalahan dalam memijat, merasa bahwa bayi terlalu kecil atau
masih lemah, merasa bahwa kondisi kesehatan bayi cukup baik, atau karena kurang familiar
dengan teknik pijat yang tepat (Haryani et al., 2019).

Orang tua semakin menyadari pentingnya melakukan pijat bayi. Oleh karena itu,
dibutuhkan dorongan yang positif dari orang tua agar mereka mau melakukan pijat bayi yang
memiliki manfaat besar bagi perkembangan bayi. Motivasi diartikan sebagai dorongan yang
mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan, sementara motif merujuk pada
kebutuhan, keinginan, atau impuls yang menjadi alasan di balik tindakan seseorang. Motivasi
merupakan pendorong yang merangsang seseorang untuk melakukan tindakan tertentu (R et
al., 2021).

Motivasi merupakan bagian dari perilaku yang tidak hanya terkait dengan kebutuhan,
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal pada individu serta lingkungan
sekitarnya. Ketika seseorang melakukan tindakan, mereka didorong oleh dorongan untuk
memenuhi kebutuhan, meraih kepuasan, menghindari ketakutan, keinginan untuk mengetahui
lebih banyak, mencapai tujuan pribadi, insentif, dan alasan lainnya. Perilaku yang dilakukan
secara berulang-ulang cenderung menjadi kebiasaan karena adanya motivasi yang mendorong
individu untuk terus melakukannya (Prihantony, 2021).
Beberapa faktor yang memengaruhi motivasi meliputi tingkat pendidikan, aspirasi
atau harapan individu, pengalaman masa lalu, lingkungan sekitar, dan dorongan internal.
Penelitian ini menyoroti motivasi ibu terkait dengan pemberian pijat pada bayi. Di sisi lain,
setiap orang tua berharap agar tumbuh kembang anak mereka optimal. Untuk mencapai
tumbuh kembang yang optimal, penting bagi orang tua, terutama ibu, untuk selalu
memberikan perhatian, pengawasan, dan perawatan yang cermat terhadap anak. Meskipun
proses tumbuh kembang anak dapat berjalan secara alami, namun sangat bergantung pada
peran serta orang tua dalam hal ini (Sundari & Maulidia, 2019).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tumbuh kembang anak dengan status gizi di
provinsi Riau dalam wilayah Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru pada tahun 2020
menunjukkan status gizi buruk 4,20%, gizi kurang 14,00% dan balita yang sangat pendek
sebesar 11,20% dan pendek 18,50%. Hasil tersebut disebabkan masih kurangnya pengetahuan
ibu terkait tumbuh kembang anak dan juga pijat bayi yang harusnya diterapkan untuk
menekan buruknya tingkat tumbuh kembang anak (Wahyuni, 2020).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
merumuskan dalam judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ibu untuk melakukan
pijat bayi di Puskesmas wilayah Pekanbaru”.

1.2 Rumusan Masalah


Merujuk pada latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apa saja

faktor yang mempengaruhi motivasi ibu untuk melakukan pijat bayi di Puskesmas/ Posyandu

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Pijat Bayi
di Puskesmas/ Posyandu

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran perilaku pijat bayi di Puskesmas Kota Pekanbaru


b. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Puskesmas
Kota Pekanbaru.
c. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan ibu di Puskesmas Kota Pekanbaru.

d. Untuk mengetahui gambaran umur ibu di Puskesmas Kota Pekanbaru.


e. Untuk mengetahui gambaran pendidikan ibu di Puskesmas Kota Pekanbaru.
f. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku pijat bayi di
Puskesmas Kota Pekanbaru.
g. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku pijat bayi di Puskesmas
Kota Pekanbaru.
h. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan perilaku pijat bayi di Puskesmas Kota
Pekanbaru.
i. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan perilaku pijat bayi di Puskesmas
Kota Pekanbaru
1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis adalah sebagai
berikut:

1.4.1 Bagi Peneliti


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan penulis mengenai masalah yang dikaji yaitu
faktor yang mempengaruhi motivasi ibu melakukan pijat bayi.

1.4.2 Bagi ibu


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu tambahan kepada responden mengenai faktor yang
mempengaruhi motivasi ibu melakukan pijat bayi.

1.4.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PBM diwilayah Pekanbaru


BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori


2.1 Kajian Pijat Bayi
A. Definisi Pijat Bayi
Pijat bayi merupakan praktik menyentuh yang telah dikenal sejak zaman kuno dan
menjadi yang paling populer di antara berbagai bentuk terapi sentuhan manusia.
Sentuhan adalah salah satu indera awal yang merangsang respons dari bayi, menjadi
cara yang paling langsung untuk menyampaikan kasih sayang kepada mereka. Teknik
relaksasi pijatan yang lembut jarang menimbulkan efek samping. (Retno et al., 2022).
Dalam masyarakat Indonesia, ilmu pijat bayi tradisional telah lama menjadi
familiar, dan hingga saat ini masih sering dilakukan oleh para dukun pijat bayi di
berbagai daerah. Ilmu pijat bayi ini relatif mudah dipelajari, dengan beberapa kali
latihan, orang tua dapat menjadi terampil dalam melakukannya. Praktik memijat bayi
juga cukup sederhana karena hanya memerlukan penggunaan minyak bayi. Sebagai
contoh, ketika orang tua memandikan bayi, mengeringkan tubuhnya dengan lembut,
atau bermain dengan cara memijat kaki, sebenarnya merupakan bentuk rangsangan pada
bayi. Rangsangan pada bayi memiliki berbagai cara, dan salah satunya adalah melalui
pijatan atau 'stroking'. Melakukan pijatan pada bayi menjadi metode ideal untuk
mewujudkannya, karena saat memijat, orang tua secara perlahan "mengenali" bayinya
dengan meraba setiap bagian tubuhnya secara lembut, mempelajari bahasa tubuh yang
spesifik bagi bayi mereka. Dari sini, orang tua dapat memahami pijatan mana yang
disukai bayi dan mana yang tidak. Dengan demikian, orang tua akan menjadi lebih
terampil dan percaya diri dalam merawat bayi mereka (M. N. Sari, 2019).
Pijat bayi melibatkan rangsangan lembut pada berbagai bagian tubuh untuk
mengendurkan otot dan meningkatkan aliran darah di seluruh permukaan tubuh bayi.
Teknik pijat melibatkan sentuhan pada kulit dengan menggunakan tangan sebagai
sarana utamanya. Pijat mencakup berbagai gerakan yang memanipulasi jaringan atau
organ tubuh dengan tujuan terapeutik, dan juga merupakan istilah yang merujuk pada
serangkaian gerakan tertentu pada jaringan lunak tubuh (Rokayah & Nurlatifah, 2018).
Menurut (Gunardi, 2021) memberikan nutrisi, kasih sayang, dan rangsangan dini pada
bayi dan balita memiliki nilai yang sangat penting karena memenuhi kebutuhan
fisikbiologis yang esensial bagi pertumbuhan otak, sistem sensorik, dan motorik. Kasih
sayang emosional punya dampak besar terhadap kecerdasan emosional, hubungan
interpersonal, dan intrapersonal, sementara rangsangan dini berfungsi merangsang
perkembangannya. Rangsangan ini mencakup beragam cara untuk merangsang sistem
sensorik dan motorik, termasuk pijat bayi atau stimulasi sentuhan. Semua faktor ini
memiliki peran krusial dalam meningkatkan kecerdasan serba guna serta kreativitas
anak. Secara keseluruhan, pijat bayi adalah bentuk terapi sentuhan pada kulit dengan
menggunakan teknik relaksasi lembut menggunakan tangan untuk merangsang organ
tubuh bayi, menjadikannya penting untuk pertumbuhan optimal dan juga memperkuat
ikatan emosional antara ibu dan anak.
B. Manfaat Pijat Bayi
Pijat bayi memiliki sejumlah keuntungan, seperti meningkatkan berat badan dan
pertumbuhan bayi, juga memperkuat sistem kekebalan tubuh mereka serta memfasilitasi
tidur yang lebih nyenyak. Selain itu, pijat bayi juga memperkuat ikatan emosional
antara orang tua dan anak, yang dikenal sebagai ikatan kasih sayang (bonding
attachment), dan dapat meningkatkan produksi ASI (Saidah et al., 2020).
Selain itu, melalui pijatan, bayi menjadi lebih tenang dan rileks, membantu
meningkatkan efisiensi tidur, mendukung perkembangan dan kecerdasan anak dengan
merangsang pertumbuhan otak dan sistem saraf. Pijatan juga dapat meningkatkan
aktivitas peristaltik untuk pencernaan, menggairahkan nafsu makan, dan merangsang
aktivitas nervus vagus yang berperan dalam peningkatan pernapasan serta memperkuat
sistem kekebalan tubuh. Selain itu, pijat membantu meredakan gejala masuk angin,
membantu bayi memahami bagian tubuhnya secara dini, memperbaiki aliran oksigen
dan nutrisi ke sel, dan dapat membantu orang tua lebih memahami karakteristik anak
mereka. Pijatan bayi juga memberikan hiburan yang menyenangkan bagi keluarga, yang
memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak berdasarkan cinta dan
komunikasi terbuka, serta dapat mengurangi hiperaktivitas dan mengembangkan sifat
lembut pada anak (Saidah et al., 2020).
Pijat bayi memfasilitasi pengembangan kemampuan motorik, pertumbuhan fisik
yang optimal, dan peningkatan koordinasi otot yang membantu meningkatkan rasa
percaya diri dan keberanian. Bagi orang tua, melakukan pijatan pada bayi dapat
meningkatkan kesadaran akan manajemen emosional dan teknik mengatasi stres,
memudahkan rutinitas relaksasi harian bagi orang tua maupun bayi, mengurangi risiko
komplikasi pada bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan obat-obatan, memperbaiki
respons emosional positif pada bayi yang lahir melalui operasi caesar, meredakan gejala
asma, dan membantu mengatasi depresi atau syok (Saidah et al., 2020).
Pijatan memiliki kemampuan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
memperbaiki aliran cairan getah bening yang membantu membersihkan toksin dalam
tubuh, menghasilkan perubahan positif dalam pola gelombang otak, meningkatkan
peredaran darah dan pernapasan, merangsang fungsi pencernaan dan pembuangan,
mendukung peningkatan berat badan, mengurangi tingkat depresi dan ketegangan,
mempromosikan tidur yang lebih nyenyak, meredakan rasa sakit, mengurangi masalah
kembung dan kolik, memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan bayi,
meningkatkan produksi ASI, memperkaya komunikasi, membantu pemahaman isyarat
yang diberikan bayi, dan memperkuat rasa percaya diri (Taamu et al., 2019).
C. Waktu Pelaksanaan Pijat Bayi
Orang tua dapat memulai pijat bayi segera setelah kelahiran sesuai dengan
keinginan mereka. Melakukan pijat bayi secara dini memberikan manfaat yang lebih
besar, terutama jika dilakukan secara konsisten setiap hari mulai dari kelahiran hingga
usia 5-7 bulan (Haryanti et al., 2022).
Pijat bayi bisa dilakukan di pagi sebelum mandi atau malam sebelum tidur karena
biasanya aktivitas bayi sepanjang hari cukup membuatnya lelah. Hal ini membantu
otototot bayi menjadi lebih rileks sehingga ia bisa tidur lebih nyenyak. Idealnya, pijat
dilakukan setelah 1-2 jam bayi makan atau minum susu. Dalam praktiknya, frekuensi
pijat bisa dikurangi seiring bertambahnya usia bayi. Misalnya, setelah usia enam bulan,
cukup melakukan pijat dua hari sekali. Meskipun tidak ada aturan pasti, pengalaman
menunjukkan bahwa durasi pijatan yang komprehensif biasanya berlangsung sekitar 15
menit. Setelah selesai, sebaiknya bayi dimandikan agar tubuhnya terasa segar dan bersih
dari minyak bayi (Natalia & Khairiah, 2020).
D. Tindakan Yang Dianjurkan Selama Pijat Bayi
Hal-hal yang dianjurkan selama pemijatan berlangsung (Saidah et al., 2020) adalah
1) Selama melakukan pijatan, luangkan waktu untuk melihat langsung mata bayi
dengan penuh kasih sayang.
2) Mulailah pijatan dengan sentuhan ringan, kemudian secara perlahan
tambahkan tekanan pada sentuhan tersebut, terutama setelah bayi terbiasa
dengan pijatan yang sedang dilakukan.
3) Perhatikan respons yang diberikan bayi. Jika bayi menangis, usahakan untuk
menenangkannya sebelum melanjutkan pijatan. Jika tangisannya semakin
keras, berhentilah sejenak karena mungkin bayi ingin digendong, disusui, atau
bahkan ingin tidur.
4) Segera mandikan bayi setelah sesi pijatan selesai untuk memberikan kesegaran
dan kebersihan pada tubuhnya setelah terkena minyak atau lotion.
5) Hindari agar minyak atau lotion tidak masuk ke mata bayi saat melakukan
pijatan.
E. Tindakan Yang Tidak Dianjurkan Selama Pijat Bayi
Hal-hal yang tidak dianjurkan selama pemijatan berlangsung (Haryani et al., 2019)
yaitu:
1) Hindari memijat bayi segera setelah makan.
2) Tidak perlu membangunkan bayi khusus untuk melakukan pijatan.
3) Tidak disarankan memijat bayi saat bayi sedang tidak sehat.
4) Jika bayi menunjukkan ketidakinginan untuk dipijat, lebih baik untuk tidak
melakukannya.
5) Hindari memaksa posisi tertentu pada bayi saat melakukan pijatan.
F. Efek Samping Pijat Bayi
Pijatan merupakan metode relaksasi yang lembut dan jarang menimbulkan efek
negatif. Tetapi jika dilakukan terlalu kuat atau dalam, bisa mengakibatkan perdarahan
pada organ penting seperti hati karena penumpukan darah yang terjadi (Bastian et al.,
2019).
G. Pelaksanaan Pijat Bayi
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum memulai pijat bayi meliputi:
1) Persiapan alat (Haerani et al., 2022) yaitu:
a) Permukaan yang lembut, rata, dan bersih seperti matras atau bantal yang
dilapisi kain lembut, dengan ukuran minimal sebesar bayi.
b) Handuk atau kain lembut khusus untuk kulit bayi.
c) Popok untuk menutupi bagian tubuh bayi setelah sesi pijatan.
d) Pakaian ganti untuk mengganti pakaian bayi setelah pemijatan.
e) Minyak pijat seperti baby oil, lotion, atau minyak zaitun.
f) Air dan kain lap untuk membersihkan.
2) Persiapan bayi yaitu :
a) Ketika bayi dalam keadaan gembira atau riang (bayi terlihat sehat,
tersenyum, dan tidak merengek).
b) Ketika perut bayi sudah terisi makanan.
3) Persiapan pemijat (Haerani et al., 2022) yaitu:
a.) Pilih siapa yang akan melakukan pijatan pada bayi.
b.) Pijatan dilakukan dalam kondisi kebersihan yang terjamin.
c.) Pastikan kuku terpotong agar menghindari goresan atau luka pada kulit
bayi, dan cuci tangan menggunakan sabun di bawah air mengalir.
4) Urutan pijat bayi
Perlu dicatat: setiap langkah dalam proses pijatan ini bisa diulang hingga enam
kali.
a) Bagian Kaki

Gambar 2.1 Bagian Kaki


Sumber : (Haerani et al., 2022)

Awali dengan memegang pangkal paha bayi mirip cara memegang


pemukul softball. Lakukan gerakan turun bergantian dengan tangan,
menyerupai gerakan memerah susu, sambil memutar. Pegang pangkal
paha dengan satu tangan dan memeras serta memutar kaki bayi secara
lembut, dari pangkal paha menuju ke arah mata kaki. Kemudian, urut
telapak kaki dengan dua ibu jari secara bergantian, mulai dari tumit ke
seluruh bagian telapak kaki. Pijat setiap jari kaki secara terpisah, lalu
selesaikan dengan tarikan lembut di setiap ujung jari. Setelah itu, peras
dan putar pergelangan kaki dengan ibu jari dan jari lain. Akhiri dengan
mengusap kaki bayi dengan lembut, dari pangkal paha hingga ujung kaki.
b) Bagian Perut

Gambar 2.2 Bagian Perut


Sumber : (Haerani et al., 2022)

Lakukan pijatan pada perut bayi dari bagian atas ke bawah, menirukan
gerakan mengayuh sepeda. Mulailah dengan pijatan dari bagian kiri atas
perut ke arah bawah, dengan jari-jari membentuk pola seperti huruf I, lalu
L terbalik.

c) Bagian Dada

Gambar 2.3 Bagian Dada


Sumber : (Haerani et al., 2022)

Lakukan gerakan dari bagian atas ke bawah di sekitar leher, kemudian ke


samping kanan-kiri di atas tulang selangka membentuk bentuk seperti
jantung, dan kembali ke bagian atas perut. Lanjutkan dengan gerakan
diagonal di dada membentuk huruf X dari kiri ke kanan.
d) Bagian Punggung

Gambar 2.4 Bagian Punggung


Sumber : (Haerani et al., 2022)

Letakkan bayi dalam posisi tengkurap. Lakukan pijatan maju-mundur di


punggung dari bokong ke leher. Kemudian, lakukan gerakan melingkar
dengan jari-jari dari bagian tepi punggung hingga bokong.

e) Bagian Lengan

Gambar 2.5 Bagian Lengan


Sumber : (Haerani et al., 2022)

Pijat lembut dan putarlah dari pundak hingga pergelangan tangan dengan
kedua tangan. Pijat telapak tangan menggunakan ibu jari, dimulai dari
telapak hingga ujung jari. Usaplah bagian belakang tangan dari
pergelangan hingga ujung jari dengan lembut. Peras sekeliling
pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk.
f) Bagian Muka

Gambar 2.6 Bagian Muka


Sumber : (Haerani et al., 2022)

Tempatkan ibu jari di antara alis bayi. Lakukan pijatan lembut


menggunakan ibu jari di area alis dan di atas kelopak mata. Lakukan
pijatan dari bagian tengah alis turun ke bawah menuju sisi lipatan hidung.
2.2 Kajian Motivasi
A. Faktor Yang Memengaruhi Motivasi
Menurut (Puspitasari & Irhandayaningsih, 2020) motivasi muncul dan berkembang
melalui dua jalur, yakni berasal dari dalam individu itu sendiri (intrinsik) dan berasal
dari faktor-faktor lingkungan (ekstrinsik).
Menurut (Aisyah et al., 2023) faktor-faktor yang memengaruhi motivasi intrinsik
yaitu :
1. Kebutuhan (need)
Seseorang terlibat dalam aktivitas karena adanya kebutuhan baik secara biologis
maupun psikologis. Sebagai contoh, seorang ibu melakukan mobilisasi dini karena
menginginkan pemulihan yang cepat setelah operasi.
2. Harapan (expentancy)
Seseorang termotivasi oleh kesuksesan serta harapan akan pencapaian yang
memuaskan, yang berkontribusi pada peningkatan keberhasilan dan harga diri,
mendorong mereka menuju pencapaian tujuan.
3. Minat
Minat adalah preferensi dan keinginan yang timbul secara alami tanpa pengaruh
atau dorongan dari pihak lain.
Sedangkan faktor-faktor yang memengaruhi motivasi ekstrinsik menurut
(Aisyah et al., 2023) adalah :
1. Dorongan keluarga
Ibu melakukan mobilisasi dini tidak semata-mata karena keinginan pribadi, tetapi
juga karena didorong oleh dukungan dari keluarga seperti suami, orang tua, atau
teman. Contohnya, ibu melakukan mobilisasi dini karena mendapatkan dorongan
atau dukungan dari suami, orang tua, atau anggota keluarga lainnya. Dukungan ini
menjadi faktor yang memperkuat motivasi ibu untuk berusaha yang terbaik demi
kesehatannya.
2. Lingkungan
Lingkungan merujuk pada lokasi tempat tinggal seseorang. Lingkungan ini
memiliki kemampuan untuk memengaruhi individu sehingga mereka terdorong
untuk melakukan tindakan tertentu. Selain keluarga, lingkungan juga memiliki
peran yang signifikan dalam memotivasi individu untuk mengubah perilaku
mereka.
3. Media
Media memiliki pengaruh besar terhadap motivasi ibu, terutama karena pada
zaman globalisasi saat ini, sebagian besar waktu dihabiskan dengan berinteraksi
dengan berbagai jenis media informasi, baik itu melalui media cetak atau
elektronik seperti televisi, radio, komputer, atau internet. Melalui media ini,
peningkatan pengetahuan diharapkan dapat memengaruhi perubahan perilaku ibu
ke arah yang lebih positif terhadap kesehatan.
B. Definisi Motivasi
Berdasarkan (Yeni et al., 2022) menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongan
fundamental yang mendorong individu untuk bertindak. Dorongan ini berasal dari
dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang sejalan dengan keinginannya.
Motivasi adalah proses psikologis yang menjelaskan perilaku seseorang dalam
esensinya, perilaku itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan tertentu. Motivasi
menjadi kekuatan yang mendorong individu untuk bergerak menuju tujuan yang
diinginkan.
Menurut (Laka et al., 2020) motivasi adalah kekuatan yang memberikan dorongan
untuk bergerak, di mana dorongan ini menjadi aktif ketika ada kebutuhan yang
dirasakan sangat mendesak, terutama pada waktu-waktu tertentu. Sedangkan menurut
(Nurrahmah et al., 2019) Motivasi adalah perubahan energi dalam individu yang
dicirikan oleh munculnya perasaan tertentu, yang dipicu oleh tanggapan terhadap suatu
tujuan yang ada. Berdasarkan definisi yang telah diuraikan, motivasi terdiri dari tiga
elemen kunci, yaitu:
1. Motivasi merupakan pemicu awal dari perubahan energi dalam setiap individu
manusia. Perkembangan motivasi akan menghasilkan berbagai perubahan dalam
sistem neurofisiologis yang ada dalam tubuh manusia. Meskipun berakar dari dalam
diri manusia, motivasi memengaruhi aktivitas fisik manusia karena terkait dengan
perubahan energi dalam tubuh.
2. Motivasi diidentifikasi dengan munculnya perasaan atau afeksi seseorang. Ini
berkaitan erat dengan aspek kejiwaan, emosi, dan perasaan yang memengaruhi
perilaku manusia.
3. Motivasi dipicu oleh tujuan tertentu. Ini menyiratkan bahwa motivasi sebenarnya
adalah respons terhadap tujuan tertentu. Meskipun bersumber dari dalam diri
manusia, kehadiran motivasi dipengaruhi atau diinduksi oleh faktor eksternal
tertentu, yaitu adanya tujuan atau target yang ingin dicapai.
Dari tiga komponen tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan hal
yang kompleks. Motivasi memicu perubahan energi dalam individu manusia, terkait
dengan aspek-aspek kejiwaan, perasaan, dan emosi, yang pada akhirnya mendorong
individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini dipicu oleh kebutuhan dan
keinginan yang ada.
C. Aspek-Aspek Motivasi
Motivasi memiliki dua dimensi, yakni dorongan internal dan eksternal yang
mendorong untuk berubah dari suatu keadaan menuju keadaan yang diinginkan, serta
upaya untuk mencapai tujuan spesifik (Rahman, 2021).
Menurut (Anugrahwati et al., 2020) motivasi dibagi menjadi tiga aspek yaitu:
1. Dorongan yang muncul dari dalam diri organisme adalah kesiapan untuk
bergerak yang dipengaruhi oleh kebutuhan fisik, kondisi lingkungan, atau
keadaan mental seperti pemikiran dan ingatan.
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena kondisi tertentu.
3. Tujuan atau target yang ingin dicapai melalui perilaku tersebut.
Dari penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa motivasi melibatkan faktor
pendorong baik dari internal individu maupun pengaruh lingkungan, yang kemudian
menghasilkan perilaku yang diarahkan pada tujuan tertentu.
D. Sumber dan Proses Perkembangan Motivasi
Menurut (Sari, 2018) Klasifikasi motivasi berdasarkan asal dan evolusinya adalah
sebagai berikut:
1. Motif primer atau motif dasar merujuk pada dorongan yang tidak diperoleh melalui
pembelajaran, sering disebut sebagai dorongan. Kategori motif ini dapat dibagi
menjadi:
a. Dorongan fisiologis berasal dari kebutuhan organisme, seperti lapar, haus, dan
aktivitas lainnya. Untuk mempertahankan kehidupan, organisme perlu
memenuhi kebutuhan tersebut hingga mencapai kondisi fisik yang seimbang,
yang dikenal sebagai homeostasis.
b. Dorongan umum mencakup emosi seperti ketakutan, kasih sayang, serta
keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas dan pengetahuan baru. Ini
berkaitan dengan respons terhadap rangsangan eksternal, termasuk dorongan
untuk melarikan diri, bertarung, berusaha keras, dan mengejar tujuan tertentu
dalam rangka melindungi dan mempertahankan diri.
2. Motif sekunder merujuk pada dorongan yang berkembang dalam diri individu
sebagai hasil dari pengalaman dan pembelajaran, seperti: a. Ketakutan yang
diperoleh melalui pembelajaran.
b. Dorongan sosial seperti keinginan untuk diterima, dihargai, kebutuhan akan
konformitas, afiliasi, persetujuan, status, dan rasa aman.
c. Motif yang berkaitan dengan objek dan minat, seperti keinginan untuk
mengeksplorasi, memanipulasi, serta minat terhadap suatu hal.
d. Tujuan dan aspirasi individu.
e. Dorongan untuk mencapai prestasi (achievement motive).
2.3 Teori Lawrence Green
Dalam ranah kesehatan perilaku, terdapat beberapa teori yang kerap menjadi panduan
dalam penelitian kesehatan masyarakat, salah satunya adalah teori Precede-Proceed. Teori ini
diciptakan oleh Green pada awal 1980-an dengan fokus menganalisis perilaku dari sudut
pandang kesehatan. Kesehatan individu atau komunitas dipengaruhi oleh dua faktor: faktor
perilaku dan faktor non-perilaku. Green mengidentifikasi bahwa perilaku dipengaruhi oleh
tiga faktor utama yang disimpulkan dalam singkatan precede: Predisposing, Enabling,
Reinforcing Causes in Educational Diagnosis and Evaluation. Pendekatan Precede ini
menjadi panduan untuk menganalisis dan mengevaluasi perilaku guna intervensi dalam
promosi kesehatan. Precede sendiri merupakan tahap dalam mengidentifikasi masalah. Di sisi
lain, Proceed: Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational Development,
memberikan panduan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pendidikan
kesehatan. Lebih lanjut, model Precede ini menjelaskan bahwa perilaku pada dasarnya
terbentuk oleh tiga faktor, yakni (Ngurah, 2019):
1. Faktor predisposisi merujuk pada elemen-elemen yang memudahkan atau cenderung
memengaruhi perilaku seseorang, seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai,
tradisi, dan sejenisnya.
2. Faktor pemungkin adalah elemen-elemen yang memungkinkan atau memfasilitasi
perilaku atau aksi, seperti ketersediaan sarana dan prasarana (seperti puskesmas,
rumah sakit, tempat pembuangan sampah, atau fasilitas olahraga).
3. Faktor penguat adalah elemen-elemen yang mendorong atau memperkuat terjadinya
suatu perilaku. Terkadang, meskipun seseorang memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk berperilaku sehat, mereka mungkin tidak melakukannya.
2.4 Kerangka Teori
Teori Lowrence Green dalam (Ngurah, 2019) menyatakan bahwa faktor perilaku
ditentukan oleh 3 faktor utama seperti pada gambar berikut:
Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Pendidikan
5. Sikap
6. Keyakinan
7. Kepercayaan
8. Nilai-Nilai
9. Tradisi
Perilaku Kesehatan

Faktor Pemungkin :
1. Sarana
2. Prasarana

Faktor Penguat :
Orang Yang Berpengaruh

Keterangan :

Diteliti atau diukur

Tidak Diteliti atau diukur

Gambar 2.7 Kerangka Teori Penelitian Precede-Proceed


dipengaruhi oleh dua faktor yaitu behavioral factors dan non
behavioral factors (Ngurah, 2019)
2.5 Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi Ibu : Perilaku Pijat Bayi


1. Pengetahuan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Pendidikan
2.6 Hipotesis
Diduga bahwa yang memengaruhi pijat bayi adalah motivasi ibu yang terdiri dari
pengetahuan dan sikap pada Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru.

BAB llI

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini jenis desktiptif dengan pendekatan kuantitatif, dalam penelitian ini,
proses penelitian menggunakan angka mulai dari pengumpulan,penafsiran dan penyajian
hasil.
3.2 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kota Pekanbaru, Penelitian ini akan di lakukan pada
bulan January sampai Maret 2024

3.3 Variabel penelitian dan defenisi operasional


No Variabel Defenisi Alat Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
1. Pengetahuan Kemampuan Ibu Kuesioner Ordinal 1. Pengetahuan
dalam memahami Rendah
pemijatan bayi
yang berkaitan 2. Pengetahuan
dengan pengertian Baik
pemijatan bayi,
tujuan dan manfaat
pemijatan bayi,
indikasi dan kontra
indikasi pemijatan
bayi, syarat untuk
melakukan
pemijatan bayi,
serta waktu
pelaksanaan
pemijatan bayi.

2. Pekerjaan Pekerjaan yang Kuesioner Ordinal 1. Tidak


pernah atau sedang Bekerja
dijalani responden. 2. Bekerja
3. Umur Lama hidupnya Kuesioner Ordinal 1. Muda
responden dari lahir 2. Tua
sampai pada saat
penelitian dalam
kurun waktu 1
bulan.

4. Pendidikan Sekolah terakhir Kuesioner Ordinal 1. Pendidikan


formal yang dilalui Rendah
responden.
2. Pendidikan
Tinggi

Alat dan bahan penelitian

1. Alat dan bahan


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur kuesioner untuk variabel
independen yaitu pengetahuan ibu tentanpijat bayi.
Kuesioner pengetahuan ibu tentang pijat bayi ini bersifat tertutup dan responden
hanya menjawab Benar atau salah dengan jumlah soal sebanyak 10 pertanyaan

3.4 Populasi dan sampel penelitian


a. Populasi

Populasi dari penelitian ini seluruh ibu yang memiliki bayi usia 1-12 bulan yang
telah ditetepkan di puskesmas Pekanbaru mulai dari bulan january s/d maret 2024.
Teknik pengambilan sampel ditentukan dari jumlah populasi penelitian. Sampel
dalam penelitiaan ini menggunakan metode total sampling yaitu cara pengambilan sampel
dengan menggunakan populasi manjadi sampel. Minimal sampel pada penelitian adalah
sebanyak 30 responden.

3.5 Sumber Data Penelitian


1. Data Primer
Pengempulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada semua ibu yang
memiliki bayi di wilayah kerja puskesmas Pekanbaru dikota Pekanbaru
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber peneliti Dalam
penelitian ini sumber data primer berasal dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yang
didapatkan berupa hasil rekapan data status ibu yang memiliki anak bayi.

3.7 Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data secara manual pada umumnya melalui


langkahlangkah sebagai berikut :

1. Mengkode data (data coding)


Memberikan kode dalam bentuk angka pada variabel/pertanyaan yang akan
kita teliti adalah kegiatan yang harus dilakukan pada saat mengembangkan
instrumen penelitian (lembar observasi)
2. Menyunting data (data editing)
Sebelum dilakukan pengolahan data, maka data yang telah terkumpul perlu
dilakukan penyuntingan (edit data) lebih dahulu. Kegiatan editing merupakan
kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau lembar observasi.
3. Membuat struktur data (data structure) file data (data file) Kegiatan ini dilakukan
dengan membuat struktur data dan file data ke dalam program Epi Data. Struktur
data dikembangkan sesuai dengan lembar observasi penelitian. Epi data dapat
membuat program guna mengurangi kesalahan pada saat data entry.
4. Memasukkan data (data entry)
Entry data adalah memasukkan data kedalam program computer dengan
menggunakan aplikasi SPSS (23) for windows. Pada pengisian kode program SPSS
masing .
5. Membersihkan data (data cleaning)
Kegiatan yang dilakukan pada data cleaning adalah mengecek kembali data
yang telah dimasukkan kedalam program computer ( SPSS 23) untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan ataupun tidak lengkapnya data.
3.8 Analisis Data

1. Univariat

Analisia univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel


penelitian. Analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Data univaraiat yang
dianalisis pada penelitian ini adaalah variabel dependen (motivasi ibu terhadap pijat
bayi) dan variabel independen ( faktor-faktor yang memepengaruhi). Analisis data
univariat diperoleh dalam bentuk distribusi frekuensi.

2.Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh antara dua
variabel. Adapun yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan yaitu antara variabel dependen (motivasi ibu terhadap pijat bayi)
dan variabel Independen (faktor-faktor yang mempengaruahi). Pada penelitian ini
menggunakan taraf signifikansi 5%

(α = 0,05) dan analisa dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi


SPSS. Setelah dihitung maka gunakan tabel keeratan korelasi.

3.9 Etika penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika meliputi:

1. Izin penelitian
Sebelum penelitian ini dilakukan terlebih dahulu uji ethical clerance
untuk memastikan penelitian ini telah memenuhi prinsip menghormati harkat
dan martabat manusia dan tidak merugikan (NO.069/KEPUNIVRAB/Vll/2023).
Selanjutnya peneliti mengajukan permohonan izin padaa institusi penelitian yang
ditujukan kepada puskesmas.
2. Informed consent

Memberikan lembar persetujuan dan responden mengisi lembar


persetujuan tersebut

3. Anonymity
Untuk menjamin kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan
nama mereka (anonymity). Data akan disimpan dengan nama kode khusus nama
responden hanya diketahui peneliti atau masiang-masing responden bila mereka
menginginkannyaa.
4. Confidentiality
Kepada responden juga disampaikan bahwa segalaa informasi yang
diberikan akan dijamin kerahasiaannya ( Confidentiality) hanya akan diketahui
oleh kelompok tertentu saja informasi tersebut akan peneliti sajikan, utamanya
dilaporkan pada hasil riset. Setelah mereka setuju untuk berpartisipasi dalam
riset ini semua partisipan diberikan bahwa mereka tetap saja mengundurkan diri
dari penelitian walaupun mereka menghendaki. Mereka juga diberitahu jika
selama proses pengumpulan data menyebabkan ketidaknyamanan emosional
atau stress mereka dapat langsung menghentikan saat itu juga. Tujuan penelitian
harus etik dalam arti hak responden dan yang lainnya harus dilindungi.
3.10 Alur penelitian

Permhonan izin penelitian

Penentuan pupulasi dan sampel

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisa data

Hasil

Gambar 6 Alur Penelitian

3.11 Jadwal Penelitian DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Cahyani, N., Cahyani, A. N., Ki, J., Dewantara, H., & 10 Kentingan, N. (2023).
Penerapan Mobilisasi Dini terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Ibu Post Sectio
Caesarea Maryatun Universitas ’Aisyiyah Surakarta. Jurnal Riset Rumpun Ilmu
Kesehatan (JURRIKES), 2(2), 58–73. https://doi.org/10.55606/jurrikes.v2i2.1688

Amaliah, N., Mumthi’ah Al Kautsar, A., & Syatirah. (2019). Faktor Keluarga Terhadap
Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun di RA Nurul Hidayah. Jurnal Midwifery, 1(2), 68–
78. https://doi.org/10.24252/jmw.v5i2.41095

Anugrahwati, R., Silitonga, J., Keperawatan, A., & Manggala, H. (2020). Kemampuan
Belajar Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa di Akademi Keperawatan Hermina
Manggala Husada Jakarta. 1–7.
Arpan, W. D., Puspita, Y., Febrina, L., Andini, I. F., & Kurniyati. (2022). The effect of
puzzle game on the personal social development of children age 3-5 years old. Keywords
in Qualitative Methods, 10(2), 27–36.

Azkiya, F., & Fairuza, F. (2023). Efektifitas Pemberian Massage Counter Pressure dan
Aromaterapi Lavender terhadap Tingkat Nyeri pada Kala I Fase Aktif Persalinan
Normal di PMB Filda Fairuza, S.ST., M.Kes Tahun 2023. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Delima, 5(2), 69–74. https://doi.org/10.60010/jikd.v5i2.91

Bappenas. (2019). PEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI PENURUNAN


STUNTING TERINTEGRASI DI KABUPATEN/KOTA. Buku Juknis, 978–979.

Bastian, A., Syarifah, & Tukiman. (2019). Pijat Bayi Oleh Pemijat Bayi Tradisional Di
Kecamatan Medan Area. Pijat Bayi Oleh Pemijat Bayi Tradisional Di Kecamatan
Medan Area, 1, 2.

Gunardi, H. (2021). Optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan: Nutrisi, Kasih Sayang,
Stimulasi, dan Imunisasi Merupakan Langkah Awal Mewujudkan Generasi Penerus
yang Unggul. EJournal Kedokteran Indonesia, 9(1), 1.
https://doi.org/10.23886/ejki.9.2.1

Haerani, H., Kurniati, K., & Sari, D. purnama sari. (2022). Optimalisasi Tumbuh Kembang
Bayi Melalui Edukasi, Terapi Pijat Bayi (Baby Massage) Di Dusun Tombolo Kelurahan
Bontoramba Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan Tahun 2022. Jcs, 4(2), 1–9.
https://doi.org/10.57170/jcs.v4i2.46

Hanifa, F. N. (2022). Pengaruh Pijat Bayi Dengan Tumbuh Kembang Bayi. Jurnal
Kesehatan, 11(1), 27–32. https://doi.org/10.37048/kesehatan.v11i1.424

Haryani, N., Subiyanto, A. A., & Suryani, N. (2019). Effect of Health Education. 6498250.
https://doi.org/10.26911/thejhpb.2016.01.01.02

Haryanti, Febriyanti, S. N. U., & Wijayanti, H. (2022). Perbedaan Efektifitas Pemberian Pijat
Tuina Dan Pijat Bayi Terhadap Berat Badan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wedung 2 Demak. Prosiding Pekan Publikasi Ilmiah Mahasiswa, September, 55–60.

Ismarina, Prihayati, Ikhlasiah, Marthia, & Sunengsih. (2022). Pengaruh Pemberian Pijat Bayi
Terhadap Ketidak Nyamanan (Rewel). Journal Of Infromation Systems And
Management, 01(06), 71–88.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Stimulasi Dini, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) dan Pemberian Makan pada Balita dan Anak Prasekolah.
Kementrian Kesehatan RI.

Laka, B. M., Burdam, J., & Kafiar, E. (2020). Role of Parents in Improving Geography
Learning Motivation in Immanuel Agung Samofa High School. Jurnal Inovasi
Penelitian, 1(2), 69–74. https://doi.org/10.47492/jip.v1i2.51

Lestari, A. A., Mahendra, A. B., Larasati, B., Pitaloka, D. A., & Nur, M. (2023). Efektifitas
Pijat Bayi dalam Membantu Tumbuh Kembang Terutama Meningkatkan Berat Badan.
02(11), 970–975.

Natalia, & Khairiah, R. (2020). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Durasi Menyusu pada Bayi
Usia 0–6 Bulan di Klinik Wanasari Medika Karawang. Wellness and Healthy Magazine,
2(February), 187–192. https://doi.org/10.30604/well.261422022

Ngurah, A. A. K. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kunjungan


Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Desa Pemecutan Kelod
Kecamatan Denpasar Barat. Jurnal Dunia Kesehatan, 5(2), 29–39.
https://media.neliti.com/media/publications/76442-ID-faktor-faktor-yangmempengaruhi-
perilaku.pdf
Nurrahmah, I., Syahrilfuddin, & Zufriady. (2019). Analysis of Learning Motivation of Fifth
Grade Elementary School First Cluster of Payung Sekaki Pekanbaru City. Jom Fkip,
6(2), 1–11.

Oktonamara, F., & Indriati, G. (2023). Gambaran kesesuaian jenis alat permainan untuk
stimulasi perkembangan pada anak usia toddler. 14(1).

Panglipurwati, C. (2023). PIJAT BAYI DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


PADA BAYI USIA 0-12 BULAN. 3(3), 153–157.

Prihantony, D. I. (2021). Aspek Motivasi dalam Pembentukan Perilaku. Jurnal Bestari, 2(1),
35–41.

Puspitasari, A. A., & Irhandayaningsih, A. (2020). Motivasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan


Koleksi Taman Bacaan Masyarakat Mortir di Banyumanik Semarang. Jurnal Ilmu
Perpustakaan, 8(2), 151–160.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jip/article/view/26804
R, D. T., Syafrie, D. H. I. R., Ramlis, R., & Jumita. (2021). Pijat Bayi Untuk Meningkatkan
Nafsu Makan, Kualitas Tidur Dan Daya Tahan Tubuh Di Era Pandemi Di Desa
Seberang Belitar Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2021. Jurnal PADAMU NEGERI.

Rahman, S. (2021). Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar.


Merdeka Belajar, November, 289–302.

Retno, W., Siti, M., & Nopri, P. N. (2022). Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan
Kader Kesehatan Tentang Cara Komunikasi Terapeutik pada Saat Pijat Bayi. Jurnal
Pengemas Kesehatan, 1(01), 18–21. https://doi.org/10.52299/jpk.v1i01.4

Rokayah, Y., & Nurlatifah, L. (2018). Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Dan
Perkembangan Pada Bayi Usia 5-6 Bulan Di Desa Rangkasbitung Barat Tahun 2017.
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 5(2), 156–167.
https://doi.org/10.36743/medikes.v5i2.56

Sab’ngatun, & Sulistiani, A. (2023). Hubungan Motivasi Ibu Dalam Melakukan Pijat Bayi
Dengan Kenaikan Berat Badan Bayi. Jurnal Kebidanan, XV(01), 54–63.

Saidah, S., Lidia, B., & Fauziah. (2020). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kuantitas Tidur Bayi
Usia 3-6 Bulan Di Kelurahan Sempaja Selatan Samarinda. Bunda Edu-Midwifery
Journal (Bemj), 3(2), 22–26.

Sari, I. (2018). Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Manajemen Dalam Penguasaan
Keterampilan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris. Jurnal Manajemen Tools, 9(1), 41–
52.

Sari, M. N. (2019). Efektifitas Pijat Bayi Pada Peningkatan Berat Badan Neonatus. Jurnal
Keperawatan, 8(1), 819–826.

Sundari, S., & Maulidia, K. (2019). Tingkat Pengetahuan Dengan Motivasi Ibu Memberikan
Stimulasi Tumbuh Kembang Bayi. Jurnal Ilmu Kebidanan, 1(1), 49–54.

Taamu, L, M., & Saadi, D. M. (2019). Hijp : health information jurnal penelitian video pijat
bayi sebagai media peningkatan keterampilan ibu dalam merangsang perkembangan
motorik bayi. Hijp : Health Information Jurnal Penelitian, 11.

Wahyuni, I. (2020). Analisis Faktor Masalah Pertumbuhan: Status Gizi, Stunting Pada Anak
Usia < 5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru. Jurnal
Kebidanan Mutiara Mahakam, 8(1), 51–70. https://doi.org/10.36998/jkmm.v8i1.82
Yeni, D. F., Putri, S. L., & Setiawati, M. (2022). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap
Hasil Belajar Siswa Smp N 1 X Koto Diatas. PROMOSI (Jurnal Pendidikan Ekonomi),
10(2), 133–140. https://doi.org/10.24127/pro.v10i2.6591

Anda mungkin juga menyukai