PENDAHULUAN
meningkat secara signifikan dari 16,7% menjadi 20% di Swedia, dan dari
9,1% menjadi 10,1% di Jerman pada tahun 2008.
Di Indonesia. Dilaporkanprevalensi DMG antara 1.9-3.6e% dari
seiuruh
kehamilan
setiap
tahun.Kontrol
gula
darah
pada
berupa
preeklampsia.polihidramnion,
infeksi
saluran
kemih,
juga
berhubungan
dengan
peningkatan
meningkatnya
dan
pada
mortalitas
neonatus
perinataldan
terjadi
angka
kejadian
peningkatan
kejadian
1.4 Manfaat
1.4.1
1.4.2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori
1.2.1 Bayi Baru Lahir
3
1.2.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatusadalah bayi
yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari.
Bayi Baru Lahir (BBL) memerlukan penyesuaianfisiologis
berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari
kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin) dan
toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi,
2012).
1.2.1.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
a. Berat badan 2.500- 4.000 gram.
b. Panjang Badan 48- 52 cm.
c. Lingkar dada 30-38 cm.
d. Lingkar kepala 33- 35 cm.
e. Lingkar lengan 11- 12 cm.
f. Frekuensi jantung 120-160 x/menit.
g. Pernapasan 40- 60 x/menit.
h. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan yangcukup.
i. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala
biasanya telah sempurna.
j. Kuku agak panjang dan lemas
k. Genitalia
1) Pada laki laki kematangan ditandai dengan
testissudah turun, skrotum sudah ada.
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan labia
mayora sudah menutupi labia minora.
l. Reflekssucking ataumenghisap dan menelansudah
terbentuk
dengan baik.
m. Refleks morrow atau gerakan memeluk bila dikagetkan
sudah terbentuk dengan baik.
n. Refleks grapsatau menggenggam sudah baik
o. Refleks rooting (mencari puting susu
dengan
ditandai
dengan
keluarnya
1.2.2
kecokelatan.
(Marmi, 2012).
Makrosomia
1.2.2.1 Pengertian Makrosomia
4
rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusaT baik, maka si calon
bayi dapat tumbuh makin subur.
b. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar.
Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan Baby giant
berpeluang besar melahirkan anak kedua dengan kondisi yang
sama pada kehamilan berikutnya.
c. Faktor genetic
Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat
menurun pada bayi.
d. Pengaruh kecukupan gizi
Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh
terhadapa bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa
mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata.Pola
makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga
mempengaruhi kelahiran bayi besar.
e. Bukan kehamilan pertama
Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan
seterusnya lebih besar daripada anak pertama.
1.2.2.3 Manifestasi Klinis
a. Pada saat kehamilan :
1) Uterus lebih besar dari biasanya atau tidak sesuai dengan
usia gestasi
2) Tinggi fundus pada kehamilan aterm lebih dari 40 cm.
3) Taksiran berat badan janin (TBBJ) dari 4000 gram.
b. Pada bayi baru lahir :
1) Berat badan lebih dari 4000 gram
2) Badan montok dan kulit kemerahan
3) Organ
internal
membesar
(hepatosplenomegali,
spenomegali, kardiomegali)
4) Lemak tubuh banyak.
1.2.2.4 Patofisiologis
Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada
janin (akibat hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin yang
menyebabkan :
a. Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah
b. Pertambahan ukuran dan berat dari hampir seluruh organ,
yang memperlihatkan hipertropf dan hyperplasia seluler
c. Hematopiesis ektramedularis khususnya dari hepar yang
menyebabkan pertambahan berat badan.
Umumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu
diabetik kelas A, B dan C. Insulin dikatakan merupakan hormon
pertumbuhan primer untuk perkembangan intra uterin. Diabetes
1.4 Diskusi
Selama perawatan antepartem dilakukan pengkajian ukuran pelvic ibu
dan ukuran janin yang sedang berkembang.Ukuran janin ditentukan dengan
palpasi panjang crown-rump janin dalam uterus.Sonografi pelvimetri dapat
memberikan informasi lebih lanjut.Bila terlihat uterus yang sangat besar,
hidramnion, atau ukuran janin yang sangat besar, atau janin lebih dari satu
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebab.
Hal hal yang dilakukan untuk mengantisipasi makrosomia :
a. Melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga kenaikan berat
badan janin saat masih dalam kandungan dapat dikontrol dengan baik.
b. Melakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah.
c. Konsultasikan pola makan dan asupan gizi semasa hamil dengan dokter.
d. Sesuaikan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan antara 8-12 kg.
e. Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein (ikan,
susu, daging, tahu, tempe) vitamin dan mineral (sayur dan buah buahan).
f. Kurangi makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti
nasi, gula, mie, roti/kue, dll. Melakukan USG secara rutin selama
kehamilan, sehingga dapat memantau penambahan berat badan bayi
selama dalam kandungan dan dapat diambil langkah langkah untuk
mencegah terjadinya bayi besar. (Hendrik, 2009)
Berdasarkan uraian di atas , kelompok kami menyimpulkan bahwa
makrosomia penanganannya lebih ditekankan pada masa kehamilan. Dimana
pada masa kehamilan bidan melakukan pencegahan terjadinya makrosomia,
yaitu dengan menerapkan asuhan 14 T dalam ANC terpadu serta melakukan
kolaborasi dengan dokter SpOG apabila terdapat komplikasi untuk
penanganan lebih lanjut.
a. Standar penataksanaan dalam pemeriksaan kehamilan antara lain :
1) Kunjungan Ante-Natal Care ( ANC ) minimal :
a) Satu kali pada trimester I ( Usia kehamilan 0-13 minggu)
(1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
(2)
(3)
(4)
(5)
hamil.
Masalah dan cara mengatasinya.
Memberitahukan hasil pemeriksaan.
Mengajarkan ibu cara mengatasi ketidaknyamanan.
Mengajarkan dan mendorong perilaku yang sehat cara hidup
sehat bagi wanita hamil, nutrisi, mengenali tanda bahaya
kehamilan.
(6) Memberikan imuniasi Tetanus Toxoid, Tablet besi.
(7) Mulai mendiskusikan mengenai persiapan kelahiran bayi
dan kesiapan untuk menghadapi kegawatdaruratan.
10
11