Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN IBU HAMIL RESIKO TINGGI

DI RSUD KEPANJEN

Disusun Oleh:
Andika
201510300511023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

Judul :Askep Ny.E.Dengan diaqnosa Sectio Caesaria (Sc)


Tempat :Kamar Bersalin RSUD Kepenjen
Pelaksanaan :Tanggal 19 Maret 2018

Malang 19 Maret 2018

Mengetahui

Pembimbing institusi Pembimbing lahan

( ) ( )

2
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
a. Kehamilan resiko tinggi adalah (high risk pregnance) adalah kehamilan dimana
jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. (Mochtar,1992 ; 217).
b. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan atau janinnya mempunyai outcome
yang buruk apabila di lakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan
pada kasus normal. Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat
mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang di hadapi.
(Manuaba,dkk; 2007:43).
c. Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang disertai dengan faktor-faktor
yang menaikkan kemungkinan terjadinya keguguran, kematian janin, persalinan
prematuritas, retardasi perumbuhan intrauterin, penyakit janin atau neonatus,
malformasi congenital, retardasi mental atau kecacatan (handicaps). (nelson:
2000;543).

2. Pertumbuhan Fisik
a. Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu.pada wajah,
pipi, dan hidung mengalami hiperpigmetasi sehingga menyerupai topeng. Pada
areola mamae dan puting susu yang biasanya tidak berwarna akan menghitam.
b. Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria.
c. Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil, payudara menyiapkan diri untuk
memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir.
1) Payudara membesar, tegang, dan sakit.
2) Vena di bawah kulit payudara membesar.
3) Hiperpigmentasi pada areola mamae sekunder.
4) Kelenjar mantgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan
kelihatan dari luar.
5) Payudara ibu akan mengeluarkan cairan bila dipijat.
d. Perubahan perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga
kehamilan 5 bulan perut mulai kelihatan membesar.
e. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah.
f. Perubahan pada tungkai

3
Timbul varises sebelah atau kedua belah tungkai. Edema terjadi karena tekanan
uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
g. Perubahan sikap tubuh
Sikap tubuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.

3. Perubahan Psikologis
a. Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
b. Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat.
c. Trimester III meliputi: memilikiperasaan aneh, dan merefleksikan pengalaman
masa lalu.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Resiko Tinggi


a. Faktor Ibu
1) Kehamilan pada usia di atas 35 tahun atau di bawah 18 tahun.
Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan. Usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu
reproduksi sehat adalah antara umur 20 tahun sampai umur 30 tahun.
Penyulit pada kehamilan remaja salah satunya pre eklamsi lebih tinggi
dibandingkan waktu reproduksi sehat. Keadaan ini disebabkab belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan
ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin (Manuaba, 1998).
2) Kehamilan pertama setelah 3 tahun atau lebih pernikahan
3) Kehamilan kelima atau lebih
Menurut Manuaba (1999) paritas atau para adalah wanita yang pernah
melahirkan dan di bagi menjadi beberapa istilah:
a) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali.
b) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup
beberapa kali, di mana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.
c) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih
dari lima kali.
4) Kehamilan dengan jarak antara di atas 5 tahun atau kurang dari 2 tahun.
Pada kehamilan dengan jarak < 3 tahun keadaan endometrium mengalami
perubahan, perubahan ini berkaitan dengan persalinan sebelumnya yaitu
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.
Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah
endometrium pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah tersebut

4
kurang subur sehingga kehamilan dengan jarak < 3 tahun dapat
menimbulkan kelainan yang berhubungan dengan letak dan keadaan
plasenta.
5) Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm dan ibu belum pernah melahirkan bayi
cukup bulan dan berat normal.
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki
resiko tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih mungkin
memiliki panggul yang sempit.
6) Kehamilan dengan penyakit (hipertensi, Diabetes, Tiroid, Jantung, Paru,
Ginjal, dan penyakit sistemik lainnya).
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal
atau lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia. Kehamilan
dengan hipertensi esensial atau hipertensi yag telah ada sebelum kehamilan
dapat berlangsung sampai aterm tanpa gejala mejadi pre eklamsi tidak murni.
Penyakit gula atau diabetes mellitus dapat menimbulkan pre eklamsi dan
eklamsi begitu pula penyakit ginjal karena dapat meingkatkan tekanan darah
sehingga dapat menyebabkan pre eklamsi.
7) Kehamilan dengan keadaan tertentu ( Mioma uteri, kista ovarium).
Mioma uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan
letak bayidan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada
saat kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan
gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan keguguran.
Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri. Saat
hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan
dari tumor yang menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga
menimbulkan nyeri. Selain itu, selama kehamilan, tangkai tumor bisa
terputar.
8) Kehamilan dengan anemia ( Hb kurang dari 10,5 gr %).
Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak
nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan
tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang
menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit terjadi akibat rendahnya
kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi,

5
infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan haemoglobin. Anemia dalam
kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah
11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin kurang dari
10,5 gr% pada trimester dua. Perbedaan nilai batas diatas dihubungkan
dengan kejadian hemodilusi.
9) Kehamilan dengan riwayat bedah sesar sebelumnya.

b. Faktor Janin
1) Kelainan letak janin (sungsang, lintang, oblique/diagonal, presentasi muka).
2) Janin besar (tapsiran lebih dari 4000 gram).
3) Janin ganda (kembar).
4) Janin dengan pertumbuhan janin terhambat.
5) Janin kurang bulan (prematur).
6) Janin dengan cacat bawaan/kelainan congenital.
7) Janin meninggal dalam rahim. (Prita,2011).

5. Faktor Resiko Kehamilan


a. Faktor resiko I (Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO).
Seperti Primipara muda terlalu muda umur kurang dari 16 tahun, primi tua,
terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih, primi tua sekunder, terlalu
lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih, anak terkecil < 2 tahun, grande
multi, hamil umur 35 tahun atau lebih,Tinggi badan kurang dari 145 cm, Riwayat
persalinan yang buruk, Pernah keguguran,Pernah persalinaan premature,
Riwayat persalinan dengan tindakan (VE, ekstraksi forcep, opersi S.C)
Deteksi ibu hamil beresiko oleh kader yang bisa di lakukan pada deteksi faktor
resiko ibu hamil kelompok I yaitu Ada potensi Gawat Obstetri (APGO) artinya
adalah masalah kehamilan yang perlu diwaspadai. Deteksi ibu hamil beresiko
kelempok I ini dapat ditemukan dengan mudah oleh petugas kesehatan
khususnya kader melalui pemeriksaan sederhana yaitu wawancara dan periksa
pandang pada kehamilan muda atau pada saat kontak.
b. Kelompok Faktor Resiko II ( Ada Gawat Obstetri / AGO).
Ibu hamil dengan penyakit, Pre-eklamsia- eklamsia, hamil kembar atau gameli,
kembar air atau hidramnion, bayi mati dalam kandungan, , Kehamilan dengan
kelainan letak,hamil lewat bulan..
Pada kelempok faktor resiko II, tenaga non kesehatan khususnya kader hanya
dapat menduga adanya faktor resiko pada ibu hamil untuk mendapatkan

6
kepastiannya dilakukan rujukan ke bidan atau puskesmas terdekat. Ada
kemungkinan masih membutuhkan pemeriksaan dengan alat yang lebih canggih
(USG) oleh dokter Spesialis di RS.

c. Kelompok Faktor Resiko III ( Ada Gawat Obstetri / AGO).


Perdarahan sebelum bayi lahir dan pre eklamsia berat atau eklampsia. Pada
kelempok faktor resiko III, ini harus segera di rujuk ke rumah sakit sebelum
kondisi ibu dan janin bertambah buruk/jelek yang membutuhkan penanganan
dan tindakan pada waktu itu juga dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan
bayinya yang terancam, pertolongan yang dapat diberikan tenaga non kesehatan
(kader) antara lain: melaporkan ke bidan atau ke puskesmas terdekat,
memberikan KIE pad ibu dan keluarga untuk segera dirujuk ke rumah sakit.

6. Komplikasi yang Terjadi pada Kehamilan Resiko Tinggi


a. Anemia
b. Janin kecil
c. Prematur yang tidak wajar
d. Ketuban pecah dini
e. Gestational diabetes
f. Tekanan darah tinggi
g. Placenta previa
h. Hidramnion
i. Penyakit rhesus
j. Kehamilan post-term
k. Kehamilan ganda
l. Kehamilan etopik
m. Keguguran
n. Kematian janin
o. Perdarahan pasca persalinan (Alaudine,2010)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Darah
Jenis pemeriksaan ini dianjurkan dokter setelah Anda dinyatakan positif hamil.
Contoh darah akan diambil untuk diperiksa apakah terinfeksi virus tertentu
atau resus antibodi. Contoh darah calon ibu juga digunakan untuk pemeriksaan
hCG. Dunia kedokteran menemukan, kadar hCG yang tinggi pada darah ibu
hamil berarti ia memiliki risiko yang tinggi memiliki bayi dengan Down
Syndrom.

7
b. Alfa Fetoprotein (AFP)
Tes ini hanya pada ibu hamil dengan cara mengambil contoh darah untuk
diperiksa. Tes dilaksanakan pada minggu ke-16 hingga 18 kehamilan. Kadar
Maternal-serum alfa-fetoprotein (MSAFP) yang tinggi menunjukkan adanya
cacat pada batang saraf seperti spina bifida (perubahan bentuk atau terbelahnya
ujung batang saraf) atau anencephali (tidak terdapatnya semua atau sebagian
batang otak). Kecuali itu, kadar MSAFP yang tinggi berisiko terhadap
kelahiran prematur atau memiliki bayi dengan berat lahir rendah.
c. Sampel Chorion Villus (CVS)
Tes ini jarang dilakukan oleh para dokter karena dikhawatirkan berisiko
menyebabkan abortus spontan. Tes ini dilakukan untuk memeriksa
kemungkinan kerusakan pada kromosom. Serta untuk mendiagnosa penyakit
keturunan. Tes CVS ini mampu mendeteksi adanya kelainan pada janin seperti
Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista, thalasemia, dan sindroma Down.
d. Ultrasonografi (USG)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan strukturapada janin, seperti; bibir
sumbing atau anggota tubuh yang tidak berkembang. Sayangnya USG tidak
bisa mendeteksi kecacatan yang disebabkan oleh faktor genetik. Biasanya USG
dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan. Pada pemeriksaan lebih lanjut USG
digunakan untuk melihat posisi plasenta dan jumlah cairan amnion, sehingga
bisa diketahui lebih jauh cacat yang diderita janin. Kelainan jantung, paru-
paru, otak, kepala, tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem
pencernaan, adalah hal-hal yang bisa diketahui lewat USG.
e. Amiosentesis
Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia di atas 35 tahun.
Karena hamil di usia ini memiliki risiko cukup tinggi. Terutama untuk
menentukan apakah janin menderita sindroma Down atau tidak. Amniosentesis
dilakukan dengan cara mengambil cairan amnion melalui dinding perut ibu.
Cairan amnion yang mengandung sel-sel janin, bahan-bahan kimia, dan
mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang susunan genetik,
kondisi janin, serta tingkat kematangannya. Tes ini dilakukan pada minggu ke-
16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan amnion ini kemudian dibiakkan di

8
laboratorium. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24 sampai 35 hari untuk
mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil biakan tersebut.
f. Sampel darah janin atau cordosentesis
Sampel darah janin yang diambil dari tali pusar. Langkah ini diambil jika cacat
yang disebabkan kromosom telah terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Biasanya
dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes ini bisa
mendeteksi kelainan kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen tunggal,
infeksi seperti toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada darah (rhesus),
serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen.
g. Fetoskopi
Meski keuntungan tes ini bisa menemukan kemungkinan mengobati atau
memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin. Namun tes ini jarang
digunakan karena risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3 persen
sampai 5 persen kemungkinan kehilangan janin. Dilakukan dengan
menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu dan lensa-lensa.
Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut dan rahim ke dalam kantung
amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin. Tentu saja sebelumnya perut si
ibu hamil diolesi antiseptik dan diberi anestesi lokal.

8. Penatalaksanaan
Kehamilan dengan faktor resiko dapat dicegah bila gejalanya dapat ditemukan sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikannya. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan:
a. Ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya sedini mungkin dan teratur ke
petugas kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan.
b. Ibu hamil mendapatkan imunisasi TT 1 dan TT 2.
c. Bila ditemukan dengan kelainan resiko tinggi, pemeriksaan harus lebih sering
dan lebih intensif.
d. Mengkonsumsi makanan dengan pola makan teratur dan gizi seimbang.
Kehamilan dengan faktor resiko dapat dihindari dengan mengenali tanda-tanda
kehamilan beresiko serta segera datang ke petugas kesehatan bila ditemukan tanda-
tanda bahaya kehamilan. (Mc. Donald, 2008).

B. KONSEP ASKEP

9
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Alasan masuk rumah sakit
2) Riwayat kesehatan sekarang: Jika pasien sadar tanyakan keluhan yang
dirasakan pasien saat ini dan tanyakan apakah pasien sering memeriksakan
kehamilan nya atau tidak.
3) Riwayat kesehatan lalu
Jumlah anak saat ini, riwayat kehamilan, riwayat abortus, riwayat medis
meliputi: pembedahan, pengunaan obat, penyakit yang menyertai, riwayat
mestruasi.
4) Riwayat kesehatan yang lalu dan keluarga
a) Tanyakan apakah keluarga penderita ada menderita penyakit menular
(AIDS, Hepatitis).
b) Tanyakan apakah ada anggota keluarga menderita penyakit keturunan
(Hipertensi, DM).
c) Kaji hubungan dukungan keluarga, riwayat kelainan cacat dan genetik.
5) Riwayat Aktivitas Sehari-hari
a) Kaji aktivitas dan kemampuan motorik (ADL), meliputi:
b) Pemenuhan Nutrisi – Cairan : pola makan dan minum.
c) Pemenuhan Eliminasi : Oliguria < 400 ml/ 24 jam.
d) Tidur-istirahat : Kurang istirahat – tidur (cemas).
e) Aktivitas : ada gangguan atau tidak.
6) Data Psikologis, sosiologi dan spiritual: Tanyakan perasaan pasien saat ini
(sedih, cemas, takut), bagaimana kegiatan ibadahnya.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum: Kaji tingkat kesadaran pasien.
2) Menimbang berat badan
3) Mengukur TTV
4) Kepala: lakukan pemeriksaan kepala (nyeri kepala)
5) Muka: kaji keadaan edema wajah

10
6) Mata: adanya gangguan penglihatan
7) Telinga: gangguan pendengaran
8) Hidung: Mukosa, bentuk hidung
9) Mulut dan faring: Kaji kondisi mulut
10) Leher: Pembengkakan, Nyeri pada leher
11) Thoraks paru: Pneumonia/ edema paru pada ibu hamil akibat kelanjutan
edema anasarka. Jantung: Dekom
12) Abdomen
a) Inspeksi
Membesar / tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen mungkin
belum nyata).
b) Palpasi
Tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan dengan
palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus – pada
kehamilan lebih besar tinggi fundus dapat diukur dengan pita ukuran
sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi atas simfisis os pubis).
Leopold I:
(1) Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus
uteri.
(2) Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
(3) Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus ( bokong atau
kepala atau kosong).
Leopold II:
(1) Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai
disamping kiri dan kanan umbilikus.
(2) Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi
denyut jantung janin nantinya.
(3) Tentukan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III:
(1) Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
(2) Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan.
(3) Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin.
Leopold IV:

11
(1) Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki
pasien.
(2) Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian
terendah janin.
(3) Digunakan untuk menentukan apakah bagian tersebut sudah
masuk/melewati pintu atas panggul.
c) Auskultasi
Dengan stetoskop kayu laennec atau alat Doppler yang ditempelkan di
daerah punggung janin, dihitung frekuensi satu menit. Batas frekuensi
denyut jantung janin normal adalah 120–160 denyut per menit. Takikardi
menunjukan adanya reaksi kompensasi terhadap beban/stress pada janin
9 fetal stress ), sementara bradikardi menunjukan kegagalan kompensasi
beban/stress pada janin (fetal distress / gawat janin).

13) Ekstrimitas: edema


14) Sistem integumen: turgor kulit jelek

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungin Muncul


Trimester I
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan, mual, muntah
Hasil yang di harapkan
1) BB Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal
2) Mengikuti diet yang dianjurkan
3) Mengkonsumsi suplemen zat besi atau vitamin sesuai resep
4) Menunjukkan penambahan yang sesuai
Intervensi
1) Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu atau sekarang dengan
mengunakan batasan 24 jam.
2) Berikan informasi tertulis atau verbal yang tepat tentang diet prenatal an
suplemen vitamin atau zat besi setiap hari

12
3) Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal-hal yang
tabu selama kehamilan
4) Timbang BB klien pastikan BB pregravida biasanya
5) Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual dan muntah
6) Pantau kadar HB atau HL
7) Tes urin aleton, albumin dan glukosa
8) Ukur pembesaran uterus
b. Risiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang
berlebihan (muntah)
Hasil yang diharapkan :
1) Menurunkan keparahan mual dan muntah.
2) Mengkosumsi caiarn dalam jumlah cukup per hari
3) Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi yang memerlukan tindakan
Intervensi
1) Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah
2) Tinjau ulang riwayat medis lain (ulkus peptikum, gastritis, kolesistisis)
3) Anjurkan klien mempertahankan masukan/ haluaran cairan
4) Kaji suhu dan turgor kulit membrane mukosa dan tekanan darah, masukan
dan haluaran urin, timbang BB klien dan bandingkan dengan standar
5) Anjurkan meningkatkan masukan cairan (minuman) berkarbonat, makan
6x/hr dengan jumlah yang sedikit dan makan tinggi serat

Trimester II
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pergeseran diafragma karena
pembesaran uterus.
Hasil yang diharapkan :
1) Melaporkan penurunan frekuensi/beratnya keluhan.
2) Mendemonstrasikan perilaku yang mengobtimalkan fungsi pernafaskan.
Intervensi :
1) Kaji status pernafasan (sesak nafas, kelelahan)
2) Pantau masalah medis sebelumnya (alergi, asma, TBC).
3) Berikan nformasi tentang rasional kesulitan bernafas dan program
aktivitas/latihan yang realistis. Anjurkan untuk meningkatkan istirahat,
tambah waktu untuk melakukan aktivitas tertentu dan latihan ringan seperti
berjalan.
4) Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi
masalah, missal postur yang baik, hindari merokok, makan sedikit tapi
sering, posisi semi fowler.
b. Risiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh berhubungan dengan persepsi
perubahan biofisik, respon orang lain

13
Hasil yang diharapkan :
1) Menggunakan adptasi secara bertahap untuk mengubah citra tubuh
2) Mendemonstrasikan citra tubuh positif dengan mempertahankan kepuasan
penampilan keseluruhan berpakaian dengan pakaian yang tepat dan berhak
tinggi.
Intervensi
1) Kaji sikap terhadap kehamilan, perubahan bentuk tubuh
2) Mendiskusikan perubahan aspek fisiologis dan respon klien terhadap
perubahan.
3) Anjurkan gaya dan sumber-sumber yang tersedia dari pakaian saat hamil.
4) Diskusikan metode perawatan kulit dan berias, menggunakan kaos kaki
penyokong pemeliharaan postur dan program latihan sedang.
5) Rujuk pada sumber lain seperti konseling dan kelas-kelas menjadi orang tua.

Trimester III
a. Perubahan pola seksual berhubungan dengan perubahan hasrat seksual,
ketidaknyamanan
Hasil yang diharapkan :
1) Mendiskusikan masalah yang dengan hubungan isu-isu seksualitas pada
trimester III.
2) Mengekspresikan kepuasan bersama dengan hubungan seksual.
Intervensi :
1) Anjurkan pasangan untuk berdiskusi secara terpisah dan terhadap satu sama
lain tentang perasaan dan masalah yang berhubungan dengan perubahan pada
hubungan seksual, berikan informasi tentang kenormalan perubahan.
2) Berikan informasi tentang metode-metode alternative untuk mencapai
kepuasan seksual dalam pemenuhan kebutuhan keintiman.
3) Anjurkan pilihan posisi untuk koitus selain dari posisi diatas.
4) Anjurkan klien untuk mengungkapkan rasa takut yang dapat menurunkan
hasrat untuk koitus.
b. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai persiapan untuk
persalinan/kelahiran perawatan bayi berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/pengalaman kesalahan interprestasi informasi.
Hasil yang diharapkan :
1) Mendiskusikan perubahan fisik/psikologis berkenaan dengan persalinan.
2) Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dapat untuk mendapatkan
informasi tentang perawatan bayi.
3) Mengungkapkan kesiapan untuk persalinan/kelahiran bayi.
Intervensi :

14
1) Berikan informasi tentang perubahan fisik/fisiologis normal berkenaan
persalinan.
2) Berikan informasi tertulis/verbal tentang tanda-tanda awitan persalinan,
bedakan antara persalinan palsu dan benar, diskusikan tahap-tahap persalinan.
3) Berikan informasi verbal/tertulis tentang perawatan bayi, perkembangan dan
pemberian makanan, kaji keyakinan budaya.
4) Lakukan orientasi terhadap rumah sakit dan rumah bersalin.

Pathways

Kehamilan

Peningkatan progesterone Payudara besar Rahim membesar

Tonus otot menurun Prolaktin meningkat Tarikan Vesika Diafragma


pada urinaria tertekan
HCL menurun Sensitif meningkat saraf otot tertekan
peristaltik menurun vertebrata

Mual, muntah ketidaknyamanan kapasitas Ekspansi


pada ibu VU menurun paru

Perubahan nutrisi Resiko defisit Resiko Sekresi Pola


kurang dari volume cairan infeksi urine napas
kebutuhan menurun tidak
efektif

15
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri Fisiology. Bandung:
Elemen.
Doenges, RE. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Heardman, T. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba. (2001).Kapita selekta penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC.
Mufdilah. (2009). Antenatal Care Fofused. Yogyakarta : Nuha Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai