Anda di halaman 1dari 17

Karya Tulis Ilmiah

Upaya Keluarga Dalam Mengatasi Pernikahan Dini

Disusun oleh:

Andika :201510300511023
Indra Prayoggi :201510300511026
Danny Anantyo B :201510300511045

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
A. Verbatim

Lokasi : Pakis tumpang no 28 Keterangan :


Tanggal : senin, 17 april 2017 a. Partisipan 1 (P1)
Waktu : 19.00 WIB b. Pewawancara (A)

A : Assalamualaikum Pak, disini saya Andika dari D3-Keperawatan UMM, saya ingin
mewawancarai Bapak sebentar,tentang peran keluarga terhadap pernikahan dini.?
P1 : Waalaikumsalam, iya saya siap membantu anda.
A : Baik Pak, pertanyaan yang pertama, apa faktor-faktor penyebab yang mendorong
pernikahan diusia muda.?
P1 : faktor penyebabnya bisa karena pendidikan yang kurang,pergaulan bebas,pacaran terlaluh
mudah dan teman bermain.
A : Bagaimana cara mengatasi pernikahan dini pada anak bapak.?
P1 : Diberi pendidikan agama,dan pengetahuan tentang ketentuan menikah, didalam
islam minimal 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan.
Disuru mondok,sekolah agar tahu hal-hal yang baik,anak harus bisa mengendalikandiri.
A : Upaya apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi pernikahan dini pada anak
Bapak.?
P1 : Pertama anak diarakan ke hal yang positif,diberikan pendidikan agama,menyuruh
sekolah/mondok, diajak beberapa macam kegiatan mungkin membantu orangtua,supaya
pemikirannya tidak mengarah ke pernikahan diusia yang mudah.
A : Baik pak, sekian wawancaranya, terima kasih.
P1 : iya mas, sama-sama.
Lokasi :Pakis tumpang.No.28 Keterangan :
Tanggal : senin, 17 april 2017 a. Partisipan 2 (P2)
Waktu : 20.00 WIB b. Pewawancara (A)

A : Assalamualaikum bu, disini saya Andika dari D3-Keperawatan UMM, saya ingin
mewawancarai ibu sebentar tentang peran keluarga terhadap perkawinan dini.
P2 : Waalaikumsalam, iya silahkan.
A : Baik bu, pertanyaan yang pertama, apa faktor-faktor penyebab yang mendorong
pernikahan diusia muda..?
P2 : Biasanya faktor pertama karena pergaulan / teman bermain dan tempat sekolah
A : Bagaimana cara mengatasi pernikahan dini pada anak ibu.?
P2 : Peratama sejak dini di didik, didekatkan dengan orangtua,dan kalok diluar sekolah
disuru ikut les/khursus sesuai dengan keinginannya ,dihindarkan dari pergaulan yang
bebas.misalnya teman-teman dibatasih, dan mencari teman yang mendukung dan mengarakan
kependidikan.terus anaknya di pantau kalau libur kemana aja orangtua harus tau.
A : upaya apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi pernikahan dini pada anak
ibu.?
P2 : Pertama anak diarakan ke hal yang positif,diberikan pendidikan agama,menyuruh
sekolah/mondok, diajak beberapa macam kegiatan mungkin membantu orangtua,supaya dia
banyak kegiatan dan tidak keliyuran kesana kemari.
A : baik bu, sekian wawancaranya, terima kasih.
P2 : iya mas, sama-sama.
Lokasi :Pakis tumpang.No.28 Keterangan :
Tanggal : selasa, 17 april 2017 a. Partisipan 3(P3)
Waktu : 15.00 WIB b. Pewawancara (A)

A : Assalamualaikum dik, disini saya Andika dari D3-Keperawatan UMM, saya ingin
mewawancarai adik Rehan, sebentar tentang cara orang tua mendididk adik.?
P3 : Waalaikumsalam, iya bias mas.
A : Baik, dek pertanyaan yang pertama apakah benar adik dilarang oleh orang tua untuk
kawin diusia mudah. ?
P3 : Ya mas, jagankan kawin, pacaran aja tidak diperbolehkan.
A : Adik tahu tidak kenapa orang tua adik melarang untuk tidak pacaran.?
P3 :Ya kalauh kata ayah jangan pernah coba-coba untuk pacaran karena pacaran bisa
menjerumuskan kejalan yang tidak benar dan kata ibu juga pacaran dilarang dalam agama
islam makanya saya tidak berani pacaran.
A :Oh ya bagus kalauh begitu dik. Terus apa saja yang sudah orang tua adik lakukan
untuk mendidik adik tentang bahayanya pernikahan dibawa umur/pernikahan dini. ?
P3 : Sejak kecil saya diajarin tentang agama dan sampai-sampai disuru mondok waktu
SMP dan semenjak SMA aku selaluh dipantauh dan diberi penjelasan tentang bahaya
pernikahan diusia mudah.
A :Terus adik tidak merasa tertekan dan apakah benar orasng tua adik melarang
berteman sama orang tidak benar.?
P3 :Tidak mas.? ya aku dilarang berteman sama orang nakal, kalauh kata ayah aku
disuru cari teman yang bisa membuat aku lebih baik.
A : Baik dik, sekian wawancaranya, terima kasih atas waktunya adik.
P3 : Iya mas, sama-sama.
B.ANALISIS DATA

PARTI TRANSKRIPSI KATA SUBTEMA TEMA


SIPAN KUNCI
P1 .Diberi pendidikan agama,dan Mengajar dan Upaya yang
pengetahuan tentang ketentuan Agama,mond mendidik dilakukan
menikah, didalam islam minimal 19 ok /sekolah. tentang,damp untuk
tahun untuk laki-laki dan 16 tahun ak negatif mengatsi
untuk perempuan.Disuru terhadap pernikahan
mondok,sekolah agar tahu hal-hal yang pernikahan dini.
baik,anak harus bisa dini.
mengendalikandiri.
Peratama sejak dini di didik,
didekatkan dengan orangtua,dan kalok
diluar sekolah disuru ikut les/khursus Pendidikan,le
sesuai dengan keinginannya s/khursus,tem
,dihindarkan dari pergaulan yang an bermain.
bebas.misalnya teman-teman
P2 dibatasih, dan mencari teman yang
mendukung dan mengarakan
kependidikan.terus anaknya di pantau
kalau libur kemana aja orangtua harus
tau.

P3
Sejak kecil saya diajarin tentang
agama dan sampai-sampai disuru Agama,mond
mondok waktu SMP dan semenjak ok/sekolah.
SMA aku selaluh dipantauh dan diberi
penjelasan tentang bahaya pernikahan
diusia mudah.

P1 Pertama anak diarakan ke hal yang Cara


Kegiatan
positif,diberikan pendidikan mendidik
positif,agama,
agama,menyuruh sekolah/mondok, anak agar
mondok/sekola
diajak beberapa macam kegiatan tidak
h.
mungkin membantu orangtua,supaya menikah
pemikirannya tidak mengarah ke diusia muda.
pernikahan diusia yang mudah.

Pertama anak diarakan ke hal yang


positif,diberikan pendidikan
Kegiatan
P2 agama,menyuruh sekolah/mondok,
positif,agama,s
diajak beberapa macam kegiatan
ekolah/mondo
mungkin membantu orangtua,supaya
k.
dia banyak kegiatan dan tidak
keliyuran kesana kemari.
P3
Aku dilarang berteman sama orang
nakal, kalauh kata ayah aku disuru cari
teman yang bisa membuat aku lebih
baik.

Teman
bermain.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pernikahan dini banyak terjadi dari dahulu sampai sekarang. Kebanyakan para
pelaku pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang memiliki tingkat pendidikan
kurang. Remaja desa kebanyakan malu untuk menikah pada umur 20 tahun keatas.
Anggapan remaja desa lebih memungkinkan untuk menikah diusia muda karena disana
ada anggapan atau mitos bahwa perempuan yang berumur 20 tahun keatas belum menikah
berarti Perawan Tua. Persoalan mendasar dari seorang anak perempuan yaitu ketika dia
memasuki usia dewasa, banyak orang tua menginginkan anaknya untuk tidak menjadi
perawan tua.

Menjadi perawan tua bagi kebanyakan masyarakat dianggap sebagai bentuk


kekurangan yang terjadi pada diri perempuan. Untuk itu, dalam bayangan ketakutan yang
tidak beralasan banyak orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda. Kondisi
itulah yang menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan lebih dulu menikah
dari pada remaja kota. Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya
pengetahuan dari masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja.Menurut
Dadang (2005), banyak kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pasangan
bercerai ketika memutuskan untuk menikah. Kebanyakan yang gagal itu karena kawin
muda. Dalam alasan perrceraian tentu saja bukan karena alasan menikah muda,
melainkan alasan ketidakcocokan dan sebagainya.

Tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai salah satu dampak dari perkawinan yang
dilakukan tanpa kematangan usia.Pernikahan usia dini akan berdampak pada kualitas anak,
keluarga, keharmonisan keluarga dan perceraian. Karena pada masa tersebut, ego remaja
masih tinggi.Dilihat dari aspek pendidikan, remaja Di Dusun Nglamuk mayoritas lulusan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Kebanyakan dari
mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dikarenakan faktor sosial budaya
dan tingkat pendidikan rata-rata orang tua mereka juga rendah, sehingga kurang
mendukung anak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan beberapa masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana peran
keluarga dalam mengatasi pernikahan dini.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi pernikahan dini.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.2 Bagi Bidang Keperawatan
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya pada
pasien yang
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Mendapatkan tambahan tentang ilmu pengetahuan mengenai bagaimana cara
mengatasi pernikahan dini.
1.4.4 Bagi Peneliti
Memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai dampak negatif dari pernikahan
dibawa umur / pernikahan dini.
1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Mendapatkan gambaran untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengalaman orang tua dalam menatasi pernikahan dini,dengan lebih spesifik dan
komprehensif lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pernikahan Dini


Pernikahan dini yaitu merupakan intitusi agung untuk mengikat dua insan lawan
jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga (Lutfiati, 2008).
Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk
melaksanakan pernikahan (Nukman, 2009).
B. Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini
Ada dua faktor penyebab terjadinya pernikahan dini pada kalangan remaja, yaitu
sebab dari anak dan dari luar anak.
1. Sebab dari Anak.
a) Faktor Pendidikan.
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika seorang
anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu dengan
bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga merasa
mampu untuk menghidupi diri sendiri.
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam
kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-
hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan
lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di luar nikah.
b) Faktor telah melakukan hubungan biologis.
Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah
melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini,
orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena
menurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan
hal ini menjadi aib.
Tanpa mengenyampingkan perasaan dan kegalauan orang tua, hal ini sebuah
solusi yang kemungkinan di kemudian hari akan menyesatkan anak-anak.
Ibarat anak sudah melakukan suatu kesalahan yang besar, bukan memperbaiki
kesalahan tersebut, tetapi orang tua justru membawa anak pada suatu kondisi
yang rentan terhadap masalah. Karena sangat besar di kemudian hari
perkawinan anak-anak tersebut akan dipenuhi konflik.
c) Hamil sebelum menikah
Jika kondisi anak perempuan itu telah dalam keadaan hamil, maka orang tua
cenderung menikahkan anak-anak tersebut. Bahkan ada beberapa kasus, walau
pada dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju dengan calon menantunya,
tapi karena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa orang tua
menikahkan anak gadis tersebut.
Bahkan ada kasus, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak mencintai
calon suaminya, tapi karena terlanjur hamil, maka dengan sangat terpaksa
mengajukan permohonan dispensasi kawin.
Ini semua tentu menjadi hal yang sangat dilematis. Baik bagi anak gadis, orang
tua bahkan hakim yang menyidangkan. Karena dengan kondisi seperti ini,
jelas-jelas perkawinan yang akan dilaksanakan bukan lagi sebagaimana
perkawinan sebagaimana yang diamanatkan UU bahkan agama. Karena sudah
terbayang di hadapan mata, kelak rona perkawinan anak gadis ini kelak.
Perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan rasa cinta saja kemungkinan di
kemudian hari bisa goyah, apalagi jika perkawinan tersebut didasarkan
keterpaksaan.
2. Sebab dari luar Anak
a) Faktor Pemahaman Agama.
Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika anak menjalin
hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama. Dan sebagai
orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan
anak-anak tersebut.
Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa jika anak menjalin
hubungan dengan lawan jenis merupakan satu: perzinahan. Oleh karena itu
sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut dengan segera menikahkan.
Saat mejelis hakim menanyakan anak wanita yang belum berusia 16 tahun
tersebut, anak tersebut pada dasarnya tidak keberatan jika menunggu dampai
usia 16 tahun yang tinggal beberapa bulan lagi. Tapi orang tua yang tetap
bersikukuh bahwa pernikahan harus segera dilaksanaka. Bahwa perbuatan
anak yang saling suka sama suka dengan anak laki-laki adalah merupakan
zina. Dan sebagai orang tua sangat takut dengan azab membiarkan anak
tetap berzina.
b) Faktor ekonomi.
Kita masih banyak menemui kasus-kasus dimana orang tua terlilit hutang yang
sudah tidak mampu dibayarkan. Dan jika si orang tua yang terlilit hutang tadi
mempunyai anak gadis, maka anak gadis tersebut akan diserahkan sebagai
alat pembayaran kepada si piutang. Dan setelah anak tersebut dikawini,
maka lunaslah hutang-hutang yang melilit orang tua si anak.
c) Faktor adat dan budaya.
Di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa pemahaman
tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah dijodohkan orang
tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut mengalami
masa menstruasi. Padahal umumnya anak-anak perempuan mulai menstruasi
di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada
usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum sebuah pernikahan yang
diamanatkan UU. (Ahmad, 2009)

DAMPAK PERNIKAHAN DINI


Resiko pernikahan dini berkait erat dengan beberapa aspek, sebagai berikut :
1) Segi kesehatan
Dilihat dari segi kesehatan, pasangan usia muda dapat berpengaruh pada
tingginya angka kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta berpengaruh pada
rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. Menurut ilmu kesehatan, bahwa usia yang
kecil resikonya dalam melahirkan adalah antara usia 20-35 tahun, artinya melahirkan
pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mengandung resiko tinggi. Ibu
hamil usia 20 tahun ke bawah sering mengalami prematuritas (lahir sebelum waktunya)
besar kemungkinan cacat bawaan, fisik maupun mental , kebutaan dan ketulian.
2) Segi fisik
Pasangan usia muda belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang memerlukan
keterampilan fisik, untuk mendatangkan penghasilan baginya, dan mencukupi
kebutuhan keluarganya. Faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang berperan dalam
mewujudkan dalam kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga. Generasi muda tidak
boleh berspekulasi apa kata nanti, utamanya bagi pria, rasa ketergantungan kepada
orang tua harus dihindari.
3) Segi mental/jiwa
Pasangan usia muda belum siap bertanggung jawab secara moral, pada setiap apa saja
yang merupakan tanggung jawabnya. Mereka sering mengalami kegoncangan mental,
karena masih memiliki sikap mental yang labil dan belum matang emosinya.
4) segi pendidikan
Pendewasaan usia kawin ada kaitannya dengan usaha memperoleh tingkat pendidikan
yang lebih tinggi dan persiapan yang sempurna dalam mengarungi bahtera hidup.
5) Segi kependudukan
Perkawinan usia muda di tinjau dari segi kependudukan mempunyai tingkat fertilitas
(kesuburan) yang tinggi, sehingga kurang mendukung pembangunan di bidang
kesejahteraan.
6) Segi kelangsungan rumah tangga
Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang masih rawan dan belum stabil, tingkat
kemandiriannya masih rendah serta menyebabkan banyak terjadinya perceraian (Ihsan,
2008).
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Desain Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Kami melakukan pengambilan data dengan metode wawancara dan dokumentasi di
daerah kecamatan pakis tumpang kota malang, jawa timur. Tempat yang kami buat untuk
melakukan penelitian adalah rumah Tn. B (usia 60 tahun) atau participant utama kami.
Dan waktu pelaksanaanya adalah sekitar pukul 19.00 WIB atau jam 7 malam. Kondisi
rumah Tn. B bersih dan rapi, saat pengambilan data cuaca terlihat sedikit gelap.
C. Setting Tempat Penelitian
Kami melakukan penelitian di rumah Tn. B atau participant utama, untuk setting
tempatnya kami melakukan wawancara dan dokumentasi di depan rumah Tn. B.
D. Subjek Penelitian

E. Metode Pengumpulan Data


Wawancara semi terstruktur dan dokumentasi
F. Wawancara Semi Terstruktur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan berbagai data yang merupakan hasil dari
wawancara pada tanggal 17 April 2017 terhadap upaya keluarga untuk mengatsi pernikahan
dini.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Informasi Umum Partisipan
Informasi umum partisipan didapatkan dan digali peneliti sebagaimana dijelaskan pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 data umum responden
No Nama Jenis Usia Status Tingkat
Kelamin Pendidikan
1. Tn. B (P1) Laki-laki 50 tahun Ayah partisipan Sl
2. Ny A (P2) Perempuan 35 tahun Ibu partisipan D4
3. An E (P3) Laki-laki 13 tahun Anak Partisipan SMP
Keterangan :
P1 : Partisipan 1
P2 : Partisipan 2
P3 : Partisipan 3
Partisipan seorang ayah berumur 50 tahun,ia tinggal bersama isteri,dan anak,
Partisipan bekerja sebagai PNS ekonomi mulai tahun 2002 di sdn Janti Kota Malang.
Partisipan mempunyai 1 anak yang sehari-hari nya dijaga oleh ibu nya dan budhe
nya,sehingga anak lebih dekat dengan nenek dan budhe nya. Tetapi partisipan berusaha
untuk mengerti kegiatan anak dengan menanyakan lewat komunikasi (sosial media)
kepada ibunya. Jika sudah pulang kerja dan libur , partisipan menghabiskan waktu
bersama anaknya.

4.2 Hasil wawancara


Dari hasil penelitian studi kasus pada partisipan, didapatkan selama wawancara
pada tanggal 17 April 2017 tentang upaya keluarga untuk mengatasi pernikahan dini. di
wilayah Pakis Tumpang Kota Malang adalah sebagai berikut :
Wawancara yang diperoleh dari partisipan P1 tentang upaya keluarga untuk mengatsi
pernikahan dini.Ayah bekerja sebagai Sarjana ekonomi di SMP.
P1 mengatakan Diberi pendidikan agama,dan pengetahuan tentang ketentuan
menikah, didalam islam minimal 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk
perempuan.Disuru mondok,sekolah agar tahu hal-hal yang baik,anak harus bisa
mengendalikandiri.
P2 mengatakan Peratama sejak dini di didik, didekatkan dengan orangtua,dan kalok
diluar sekolah disuru ikut les/khursus sesuai dengan keinginannya ,dihindarkan dari
pergaulan yang bebas.misalnya teman-teman dibatasih, dan mencari teman yang
mendukung dan mengarakan kependidikan.terus anaknya di pantau kalau libur
kemana aja orangtua harus tau.
P3 mengatakan Sejak kecil saya diajarin tentang agama dan sampai-sampai disuru
mondok waktu SMP dan semenjak SMA aku selaluh dipantauh dan diberi penjelasan
tentang bahaya pernikahan diusia mudah.

4.3 Pembahasan
Pembahasan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui bagaimana upaya
keluarga untuk mengatasi pernikahan dini pada anak. di wilayah Pakis Tumpang Kota
Malang adalah sebagai berikut :

4.2.1 Upaya Keluarga untuk mengatasi pernikahan dini pada anaknya.

Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa keluarga mengontrol anaknya


dengan pendidikan agama dan disuru mondok/sekolah.Menurut undang-Undang Nomor
1 Tahun 1974tentang Perkawinan yang tertera pada bab II tentang syarat-syarat
perkawinan pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria
mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16
(enam belas Tahun) tahun.Pemerintah dalam menetapkan kebijakan batas minimal usia
Pernikahan tentu saja melalui proses dan berbagai pertimbangan, hal tersebut Bermaksud
agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari segi Fisik, psikis dan mental.

Dalam agama Islam hukum pernikahan dapat menjadi makruh bagi orang yang
tidak mempunyai kesanggupan untuk menikah. Sebagaimana ungkapan Kamal Muchtar
pada hakekatnya orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk menikah, dibolehkan
melakukan pernikahan, tetapi dikhawatirkan ia tidak dapat mencapai tujuan pernikahan
tersebut, karena itu dianjurkan sebaiknya seseorang tidak melakukan pernikahan.9

Firman Allah S.W.T.:


Yang artinya Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-
Nya......... (Q.S.an-Nur:33).10

4.2.2 Ayah dan ibu mempercayakan pendidikan yang diberikan kepada anaknya bisa
bermanfaat dan bisa mendapatkan hasil sesuai apa yang di inginkan.

Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa upaya keluarga untuk mengatasi
pernikahan dini dapat mempengaruhi perkembangan dan pengetahuan ank. Menurut
Bradley 1985; Gottfried, Gottfried, dan Bathurst 1988; Parcel dan Menaghan 1990)
menyatakan bahwa peran kelurga dalam mengatasi pernikahan dini pada anak sangat
dibutukan untuk mencega dan mendidik anak agar tidak terjangkit dengan pernikahan
dini.

Anda mungkin juga menyukai