Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan prematur berpotensi meningkatkan kematian perinatal sekitar 65-67%,
umumnya berkaitan dengan berat badan lahir rendah (Nugroho, 2010). Indonesia memiliki
angka kejadian partus prematurus sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian
perinatal (Manuaba, 2009). Partus prematurus dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi
uterus yang disertai dengan perdarahan dan dilatasi serviks serta turunnya kepala bayi pada
wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (Oxorn, 2010).
Berdasarkan pengertian partus prematurus di atas dapat disimpulkan bahwa Partus
Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya
tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan
berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat Partus Prematurus Iminens pada ibu yaitu dapat
menyebabkan infeksi endometrium sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya
penyembuhan luka episiotomi (Nugroho, 2010). Sedangkan pada bayi memiliki resiko yang
lebih tinggi seperti gangguan resprasi, gagal jantung kongesif, perdarahan intraventrikel dan
kelainan neurologik, hiperbilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan (Benson, 2012)
1.2 Tujuan
1. Melakukan pengkajian data pasien dengan Partus Prematurus Immines
2. Melakukan analisa data pada Partus Prematurus Immines
3. Menentukan diagnosa potensial dengan pasien Partus Prematurus Immines
4. Melakukan tindakan segera pada pasien Partus Prematurus Immines
5. Merumuskan rencana tindakan pada pasien Partus Prematurus Immines
6. Melakukan penatalaksanaan rencana pasien Partus Prematurus Immines
7. Evaluasi tindakan pada pasien Partus Prematurus Immines dan
mendokumentasikan dengan SOAP

1.3 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 TINJAUAN KASUS
BAB 4 PEMBAHASAN
1
BAB 5 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan Dengan Partus Prematurus Iminens


a. Pengertian
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan
sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi
servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu
(kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir.
Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan
yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat
janin kurang dari 2500 gram. Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu dan sebelum
kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (Benson, 2012). Menurut
Rukiyah (2010), partus preterm adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa Partus Prematurus Iminens
(PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-tanda persalinan
pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi
kurang dari 2500 gram.
b. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Menurut Nugroho (2010), mengenai penyebab partus prematurus iminens belum
banyak yang diketahui, namun faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya partus prematurus
iminens dapat diklasifikasikan secara rinci sebagai berikut : kondisi umum, keadaan sosial
ekonomi rendah, kurang gizi, anemia, perokok berat (lebih dari 10 batang perhari), umur
hamil terlalu muda kurang dari 20 tahun atau terlalu tua diatas 35 tahun, penyakit ibu yang
menyertai kehamilanserta penyulit kebidanan
Perkembangan dan keadaan hamil dapat meningkatkan terjadinya partus prematurus iminens
diantaranya :
1. Kehamilan dengan hidramnion, kehamilan ganda, pre-eklampsia
2. Kehamilan dengan perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta previa,
pecahnya sinus marginalis
3. Kehamilan dengan pecah ketuban dini : terjadi gawat janin, temperatur tinggi
4. Kelainan anatomi rahim ‘

3
5. Keadaan rahim yang sering menimbulkan kontraksi dini : serviks inkompeten karena
kondisi serviks, amputasi serviks
6. Kelainan kongenital rahim
7. Infeksi pada vagina asenden (atas) menjadi amnionitis
Menurut Winkjosastro (2010), kondisi selama kehamilan yang beresiko terjadinya partus
prematurus iminens adalah :
1) Janin dan plasenta seperti terjadinya perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum
(plasenta previa, solusio plasenta, vasa plasenta), ketuban pecah dini, pertumbuhan janin
terhambat, kehamilan gameli dan Polyhidramnion
2) Pada ibu seperti penyakit berat pada ibu, diabetes melitus, pre-eklamsi/hipertensi, infeksi
saluran kemih, penyakit infeksi dengan demam stress psikologik, kelainan bentuk uterus /
serviks, riwayat persalinan preterm / abortus berulang, inkompetensi serviks (panjang
serviks kurang dari 1cm), pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat (lebih dari 10
batang perhari), kelaianan imunologi / kelainan rhesus dan usia.
3) Menurut Nugroho (2010), faktor yang mempengaruhi prematuritas adalah umur ibu,
suku, bangsa, sosial dan ekonomi, bakterinuria, BB ibu sebelum hamil dan sewaktu
hamil, kawin dan tidak kawin (tidak sah 15% prematur, kawin sah 13% prematur),
prenatal (antenatal) care, anemia, penyakit jantung, jarak persalinan yang terlalu rapat,
pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil.
Faktor resiko prematuritas menurut ( Nugroho, 2010 ) :
1) Mayor seperti keadaan dengan kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari
1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan
preterm, riwayat operasi konisasi, iritabilitas uterus.
2) Minor seperti penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan
12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari. riwayat abortus
pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
c. Tanda – tanda Persalinan Prematur
Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik
sebagai berikut :
1) Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam

4
2) Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan
sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.
Kriteria partus prematurus iminens menurut Saefuddin (2009) antara lain kontraksi yang
teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaran lendir kemerahan atau
cairan pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :
1) Pada periksa dalam : pendataran 50-80 % atau lebih dan pembukaan 2 cm atau lebih
2) Mengukur panjang serviks dangan vaginal probe USG : jika panjang serviks kurang dari
2 cm pasti akan terjadi persalinan prematur
Sedangkan kriteria untuk menentukan diagnosis partus prematurus iminens menurut
Wiknjosastro (2010) yaitu :
1) Terjadi pada usia 22-37 minggu
2) Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10
menit
3) Adanya nyeri pada punggung bawah
4) Perdarahan bercak
5) Perasaan menekan daerah serviks
6) Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan
penipisan 50-80 %
7) Presentasi janin rendah sampai mencapai spa isiadika
8) Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan prematur
d. Penatalaksanaan / pengobatan
Menurut Benson (2012), pengobatan utama terdiri atas dua modalitas yaitu istirahat
baring dan obat – obatan.
1) Istirahat baring
Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa istirhat baring bermanfaat baik
dalam pencegahan maupun membantu penghentian partus yang telah berlangsung disertai
dengan obat–obatan. Hidrasi intravena sering dianjurkan sebagai bentuk awal intervensi,
sebelum mulai dengan obat-obat farmakologik.
2) Obat farmakologik
a) Beta – simpatomimetik
Dinamakan demikian karena lebih merangsang reseptor beta – adrenergik, dua obat
yang paling sering digunakan adalah ritodrine dan terbutaline. Reaksi kerja obat ini yaitu
dapat menurunkan tonus otot polos uterus, bronkiolus dan vaskulator, output urine juga

5
berkurang dan glikogenolisis dan pembebasan insulin kedua – duanya meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah diastolik menurun, frekuensi jantung cepat.

Prosedur pemberian ritodrine :


(1) Usahakan pemeriksaan darah lengkap dengan platelet, elektrolit serum, dan glukosa
(2) Mulai infus IV kemudian mulai obat dengan kecepatan 50 – 100 / menit, harus
menggunakan infussion pump
(3) Naikkan dosis dengan 50 / menit setiap 15 menit sampai kontraksi lebih kecil dari
empat kali / jam atau sampai dosis maksimum 350 / menit
(4) Pertahankan dosis selama 6 – 12 jam, pemantauan fetus terus dilakukan dan pasien
tetap diobservasi sampai menjadi stabil dengan medikasi oral
(5) Ubah menjadi pengobatan oral dengan pemberian 10 – 20 mg ritodrine peroral satu
jam sebelu menghentikan medikasi IV. Tindak lanjuti dengan 10 – 20 mg ritodrine
peroral setiap 2 – 4 jam sesuai keperluan.
b) Magnesium Sulfat
Mekanisme kerja magnesium yaitu menurunkan kalsium bebas intraselular yang perlu
untuk kontraksi otot polos, namun magnesium memiliki efek ini pada semua otot.Salah
satu efek samping yang sangat mengganggu adalah disforia dimana dilukiskan perasaan
bagai terperangkap awan gelap.
Prosedur pemberian Magnesium Sulfat :
(1) Magnesium merupakan pilihan yang baik bagi pasien dengan diabetes, perdarahan dan
gangguan jantung.
(2) Usahakan pemeriksaan darah lengkap dengan platelet, elektrolit serum, dan glukosa
(3) Berikan dosis awal 4g selama 10 – 20 menit dan kemudian infus magnesium dengan
kecepatan 1 – 3 g / jam. Dosis magnesium tidak boleh melebihi 4 g / jam karena kadar
toksik mungkin tercapai
(4) Naikkan dosis sebanyak 0,5 g setiap 15 menit sampai kontraksi uterus sama atau
kurang dari 4 per jam
(5) Frekuensi pernafasan dan refleks tendon dalam harus imonitor dengan seksama
(6) Setelah relaksasi uterus tercapai, sejumlah ahli kebidanan akan menganti obat dengan
beta – simpatomimetik oral.
Menurut Nugroho (2010), pada kasus amnionitis yang tidak mungkin ditangani
ekspektatif, harus dilakukan intervensi yaitu dengan :

6
1) Akslerasi pematangan fungsi paru
a) Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg IM, 2 kali selang 24 jam,
atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam IM sampai 4 dosis
b) Thyrotropin releasing hormone 400 IV, akan meningkatkan kadar tri–iodothyronine yang
dapat meningkatkan produksi surfaktan
c) Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang
berperan dalam pembentukan surfaktan.
2) Pemberian antibiotika
a) Pemberian antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka kejadian koriomnionitis dan
sepsis neonatorum
b) Diberikan 2 gram ampicillin IV tiap 6 jam sampai persalinan selesai
c) Peneliti lain memberikan antibiotik kombinasi untuk kuman anaerob
d) Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor resiko persalinan prematur,
bila tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik.
3) Pemberian tokolitik
a) Nifedipine 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya hanya
diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3x10 mg
b) Golongan beta – mimetik : salbutamol per infuse : 20 – 50 / menit atau salbutamol per
oral : 4 mg, 2 – 4 kali / hari

7
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Dengan PPI
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1) Biodata yang diambil untuk pasien (suami, istri).
Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya
kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien lainnya
Umur : Untuk mengetahui faktor resiko. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya terjadi
pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun (Nugroho, 2010)
Agama : Untuk memberikan motivasi atau dorongan sesuai dengan agama yang dianut.
Suku bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan informasi hal-hal
baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mudah
mendapatkan informasi. Memudahkan ibu untuk menerima informasi KIE tanda
bahaya partus prematurus iminens.
Pekerjaan : Untuk mengetahui status ekonomi keluarga. Pada ibu hamil dengan PPI terjadi
pada keadaan sosial ekonomi rendah dan pekerjaan yang terlalu berat sewaktu
hamil (Nugroho, 2010).
Alamat : Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan mendesak
sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.
2) Keluhan Utama
Pada kasus ibu hamil dengan partus prematurus iminens keluhannya meliputi mules
yang berulang pada usia kehamilan 20-37 minggu, keluar lendir bercampur darah, kram
seperti menstruasi, nyeri punggung bawah, tekanan panggul yang terasa seperti bayi
mendorong kebawah, cairan encer yang keluar dari vagina (Winkjosastro, 2010)
3) Riwayat menstruasi
Menurut Sutjiati (2010), untuk mengetahui tentang usia menarche, siklus menstruasi,
lama menstruasi, nyeri, pendarahan intra menstruasi, problem dan prosedur (misal:
amenorrhoe, perdarahan irregular)
4) Riwayat Kehamilan Sekarang

8
Pada ibu hamil dengan PPI biasanya mempunyai riwayat kehamilan ganda, hidramnion,
pre-eklampsia, perdarahan antepartum seperti solusio plasenta, plasenta previa, pecahnya
sinus marginalis, ketuban pecah dini, serviks inkompetensia, infeksi pada vagina asenden
(Nugroho, 2010).

5) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit seperti : hypertensi, jantung,
diabetes melitus dan asma.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pada ibu dengan PPI, penyakit yang diderita ibu seperti toksemia, anemia, penyakit ginjal
yang kronis dan penyakit demam yng akut (Oxorn, 2010).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui adanya penyakit menurun seperti asma, DM, hipertensi, jantung serta
penyakit menular seperti epilepsi yang dapat mempengaruhi kehamilan serta adanya
riwayat keturunan kembar (Sutjiati, 2010).
6) Riwayat perkawinan
Pada ibu hamil dengan PPI terjadi 15% terjadi persalinan prematur pada kawin tidak sah
(Nugroho, 2010).
7) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan apakah ada kegagalan dalam
menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).
8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a) Kehamilan
Pada ibu dengan PPI adanya riwayat abortus berulang dan perawatan prenatal care
yang buruk (Wiknjsastro, 2010).
b) Persalinan
Pada ibu hamil dengan PPI memiliki riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali,
riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm
(Nugroho, 2010)
c) Nifas
Ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit

9
d) Anak
Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia berapa dan sebab
meninggal, berat badan dan panjang badan waktu lahir.
9) Pola kebiasaan sehari-hari
Menurut (Saminem, 2010) pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji adalah :

a) Pola nutrisi
Pada ibu yang kurang gizi dapat mempengaruhi terjadinya PPI (Nugroho, 2010).
b) Pola Aktivitas
Pada ibu hamil dengan PPI baianya melakukan pekerjaan yang terlalu berat (Nugroho,
2010).
c) Pola Seksual
Pada ibu dengan PPI biasanya frekuensi hubungan seksual berlebihan terutama pada
usia kehamilan tua dan dengan posisi yang tidak aman
d) Pola eliminasi
Pada ibu hamil dengan PPI biasanya disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih
atau bakterinuria ( Wiknjosasttro, 2010).
e) Perokok dan pemakai obat-obatan
Pada ibu dengan PPI biasanya perokok berat atau lebih dari 10 batang/hari
(Wiknjsastro, 2010).
B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : keadaan umum ibu apakah baik, sedang atau buruk.
Kesadaran : Normalnya kesadaran composmentis
Tekanan darah : Pada ibu hamil dengan PPI biasanya mengalami anemia selama
kehamilannya (Nugroho, 2010).
Suhu : Normalnya suhu tubuh adalah 35,6 0 C – 37,60 C . pada ibu dengan
PPI adanya demam yang akut (Oxorn, 2010).
Denyut nadi : Batas normal 60-100x/menit.
Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit.
Batas normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit
Berat badan : Tetapi nilai normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan
9-12 kg

1
Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145cm atau
tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak
Lila :Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5cm
2) Pemeriksaan fisik
Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau tidak, adakah oedema
atau tidak.
Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih atau tidak
Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada carries, dan karang
gigi atau tidak
Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran
kelenjar limfe dan tyroid
Mamae : Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi puting, puting susu
menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum
Ekstremitas : Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess atau
tidak, reflex patella + / -
3) Pemeriksaan khusus obstetri
a. Inspeksi
pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk abdomen, linea alba / nigra, striae
albkan / lividae, kelainan dan pergerakan janin.
b. Palpasi
 Tinggi fundus uteri
Pada ibu hamil dengan PPI tinggi fundus uteri pada usia kehamilan 20 minggu
sepusat atau 16-18 cm, usia kehamilan 28 minggu 24-26 cm, usia kehamilan 32
minggu 28-30 cm, usia kehamilan 36 minggu 32-34 cm.
Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat pada fundus ibu
Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan dan kiri perut ibu
Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah perut ibu dan apakah
sudah masuk PAP atau belum
Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk PAP (pada
primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multipara saat
persalinan)

1
 HIS / Kontraksi : Pada ibu dengan partus prematurus iminens terjadinya kontraksi
uterus yang teratur dengan jarak 7-8 menitatau kurang atau 2-3 kali dalam waktu 10
menit sekali atau 1-2 kali (Wiknjosastro, 2010
 Tafsiran berat : Pada ibu dengan partus prematurus iminens tafsiran berat janin
adalah < 2500 gram
c. Pemeriksaan dalam anogenital
 Vulva/vagina
Pada ibu hamil dengan PPI adanya pengeluaran lendir kemerahan atau cairan
pervaginam. Pada pemeriksaan dalam, pendataran 50-80 % atau lebih, pembukaan
2cm atau lebih (Saefuddin, 2009).
II. DIAGNOSA
DX : G. . .P…Uk…dengan partus prematur iminens
DS : perdarahan pervagina sedikit (spotting), nyeri perut,
DO :
 TTV
TD : normal (110/70 – 120/80 MmHg) ataumenurun (TDS < 90 mmHg)
S : normal (36,5 – 37,5 0C) ataumeningkat (>380C)
N : normal (76 – 100 x/mnt) ataucepatdanlemah( ≥112 kali/menit )
RR : normal (16 – 24 x/mnt) atau cepat (>30 kali/menit)
 VT : Tidak ada pembukaan
 TFU teraba pertengahan symphisis
III. DIAGNOSA MASALAH
POTENSIAL Partusprematurusiminens
IV. TindakanSegera
Kolaborasi dengan dokter SpOG :
1. Infus RL drip nairet 1 amp
2. Inj. dexa 2 x 16 mg/ 24 jam j 19.30
3. Inj. cefo 3 x 1 gr j 3.30
4. Profecom sup 2/ rect
V. RENCANA TINDAKAN
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Evaluasi ibu dan suami tentang kehamilan dengan Partus Prematorus Iminens
3. Anjurkan ibu untuk tirah baring ( bed rest)

1
4. Memberi ibu support mental dan spiritual
5. Menganjukan pada keluarga dan ibu agar tetap mendapat asupan nutrisi
6. Berikan terapi sesuai advis dokter :
 Infus RL drip nairet 1 amp
 Inj. dexa 2 x 16 mg/ 24 jam j 19.30
 Inj. cefo 3 x 1 gr j 3.30
 Profecom sup 2/ rect
VI. PELAKSANAAN
Pada langkah ini melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh
VII. EVALUASI
Pada langkah ini dilakukan evaluasi ke efektifan dari asuhan yang diberikan.

1
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Data Subjektif


Identitas pasien
Nama= Ny. K Nama Suami = Tn A
Umur = 39 Th Umur = 45 Th
Suku = Madura Suku = Madura
Agama = Islam Agama = Islam
Pendidikan = SD Pendidikan = SD
Pekerjaan = Tidak Bekerja Pekerjaan = Wiraswasta
Alamat = Dupak Alamat = Dupak

Keluhan : Kenceng sudah berkurang

1. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Pasien datang dari PONEK rujukan dari RS AL-IRSYAD (12/3/2020) pukul 20.00
mengeluh kenceng kenceng dan keluar lendir darah. Di PONEK RS SUWANDI
mendapat diagnosa PPI, hasil VT Ø 1cm eff 25% DJJ 142x/menit, his 1x/10 menit oleh
dokter PJ di bawa ke ruang perawatan (21.30) untuk observasi dan pemberian terapi lebih
lanjut.
2. Riwayat ANC
Ibu periksa kehamilan sebanyak 2 kali di RS Al Irsyad , selama kontrol ibu mendapat
terapi Fe, Kalk dan Vitamin. Selama hamil ibu tidak pernah mengalami kehuhan, tidak
pernah sakit, tidak minum obat dan jamu, tidak pernah pijat perut.
3. Riwayat Menstruasi :
HPHT : 16 Juli 2019
HPL : 25 April 2020
Siklus : 30 hari teratur Menarche: 12 tahun
Lama : 7 hari
Dismenore : -
4. Riwayat pernikahan
Suami ke = 1 Lama Menikah = 20 Th
Usia saat menikah = 19 Th
5. Riwayat Obstetri Yang Lalu

1
Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB

NO UK Pnyli Penolo Jenis Pny Tmpt L/ BB H/ Pny Pnylt Lama Meto


t ng lt P (gr) M lt Menetk de
i
18
1 aterm - Bidan Spt.B - PMB P 2700 - - 4 bln Suntik
th
aterm Spt.B 10
2 - Bidan - PMB P 2900 - - 3 bln Suntik
th
aterm Spt.B
3 - Dokter - RS P 3400 5th - - 5bl Suntik

aterm Spt.B
4 - dokter - RS p 3300 1th - - 2bl suntik

5 H A M I L I N I

6. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Ibu tidak memiliki riwayat penyakit Hipertensi, Diabetes Militus, TBC, HIV yang dapat
mempengaruhi kehamilan dan persalinan, ibu juga tidak memiliki riwayat alergi.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pihak keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular, menurun dan menahun yang
dapat mempengauhi kesehatan ibu dan bayi.
8. Riwayat psikologi
Suami dan keluarga senang dengan kehamilan ibu saat ini karena menantikan anak laki-
laki
9. Riwayat KB
Ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sebelumnya
10. Riwayat kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Saat hamil ibu tidak memiliki gangguan nafsu makan tidak berbedaj jauh dengan
sebelum hamil
b. Eliminasi
Sebelum hamil ibu BAB1x/hari, BAK 4-5x/hari. Selama hamil ibu BAB 1x/1-2 hari
sekali, BAK 5-7x/menit

c. Pola Aktivitas

1
Saat hamil ibu melakukan aktivitas seperti biasanya menyapu, mencuci, memasakserta
mengurus anak dirumah,
d. Pola Istirahat
Selama hamil ibu beistirahat dengan tidur siang selama 1 jam dan tidur dimalam hari
biasanya mulai pukul 9 malam bangun jam 4 pagi.
e. Personal Hygiene
mandi 2x/hari, keramas setiap 3x/hari, mengganti baju 2xhari
f. Hubungan Seksual
Terakhir dilakukan 10-03-2020
3.2 Data Objektif
1. Pemeruiksaan Umum
Kesadaran :
Comphosmenthis
K.U : Baik
TTV :
TD : 120/670 mmHg RR : 22x/menit
N : 72 x/menit S : 36,4oC
BB saat hamil : 54 kg Tinggi Badan : 147 cm
BB sebelum hamil: 44 kg
2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
Wajah : Tidak pucat. Tidak oedem
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera merah muda
Mulut : Mukosa lembab, tidak ada stomatitis
Payudara : puting menonjol, bersih
Abdomen : tidak ada BSC. Terdapat linea nigra
Genetalia : tidak ada kondiloma, tidak terdapat lendir darah
Ekstremitas : tidak oedem, terpasang infus RL500cc tangan kanan
 Palpasi
Leher : Tidak ada pembengkakak kelenjar tiroid, Tidak ada bendungan vena
jugularis, Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Payudara : tidak ada massa abnormal, ASI (-/-)
Abdomen : TFU MC Donald 30 cm
- Leopod 1 : TFU 2 jari dibawah px, teraba bulat lunak tidak melenting
1
- Leopod 2 : perut ibu sebelah kanan terapa keras seperti papan, perut sebelah kiri
teraba bagian kecil janin
- Leopod 3 : teraba bulat keras melenting dapat digoyangkan
- Leopod 4 : tidak dilakuka
HIS = tidak ada kontraksi
Genetalia tidak ada varises, tidak oedema, tidak ada hematoma
Ekstermitas : tidak oedem
 Auskultasi :
Abdomen : DJJ = 138 x/menit
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 12 Maret 2020

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Darah Lengkap
HB 10 g/dL 11,7-15,5
Leksosit 13,200/mm3 4500-13.500
Trombosit 389.000/ mm3 150.000-440.000
Hematokrit 33,1 % 33-45
Hitung Jenis
Eosinofil 1,9 % 2-4
Basofil 0,3 % 0-1
Neutrofil 22,5 % 20-40
Limfosit 4,3 % 2-8
Anti HIV
Reagen 1 Non-Reaktif Non-Reaktif
Urine Lengkap
BJ 1.030 1000-1030
pH 6.0
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Glukosa Normal Normal
Keton Negatif Negatif
Urobilin Normal Normal

3.3 Assasment
G5P40004 UK 34/35 minggu Tunggal Hidup Intrauterine LetKep dengan PPI
3.4 Penalataksanaan
13 Maret 2020

JAM PENATALAKSANAAN
08.00 Memberi HE kepada ibu untuk tidak stress dan banyak beristirahat dengan

1
bedrest total agar kehamilannya dapat dipertahankan
e/ Ibu mengerti
09.00 Memberi ibu terapi sesuai advis dokter
P.O Nifidipin 30mg
e/ ibu mau mengkonsumsi
12.30 Memantau keadaan janin
e/NST reaktif DJJ 145x/menit

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 14 Maret 2020


S : sudah tidak kenceng lagi

O:
TD : 110/70 mmHg RR : 29 x/menit
N : 78 x/menit S : 36,6 oC
DJJ : 147 x/menit

His

2
Terapi yang dilanjutkan :
- P.O Nifidipin 30 gr (2x1)

A : G5P40004 UK 34/35 minggu Tunggal Hidup Intrauterine LetKep dengan PPI (Hari ke 2)

P:

14.30 Memberi ibu motivasi untuk tetap semangat dan tidak panik
e/ Ibu mau melakukan
16.30 Melakukan observasi TTV
TD : 100/70 mmHg RR : 20x/menit
N : 82 x/menit S : 36,8oC
DJJ 140x/menit
21.00 Memberi terapi sesuai adv. Dokter
- P.O Nifidipin 30 gr
e/ Ibu bersedia mengkonsumsi
21.05 Memberi HE untuk istrirahat
e/ibu mau melakukan

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 15 Maret 2020

S : sudah tidak kenceng lagi

O:
TD : 110/80 mmHg RR : 218 x/menit
N : 77 x/menit S : 36,5 oC
DJJ : 142 x/menit

His

2
Pro KRS

A : G5P40004 UK 34/35 minggu Tunggal Hidup Intrauterine LetKep dengan PPI (Hari ke 3)

P:

14.10 Memberi ibu HE mengenai


 nutrisi ibu hamil
 ANC terpadu
 Tanda bahaya kehamilan trimester 3
 Membatasi aktivitas terutama aktivitas berat
 Tanda-tanda persalinan
 Kontrol ke POLI HAMIL sesuai jadwal yang diberikan
e/ ibu mengertidan mau melakukan
14.30 Ibu KRS

BAB 4
PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan kasus yang di dapatkan di RS Suwandi pada NY.K usia 39 tahun

G5P40004 UK 34/35 minggu dengan PPI. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data

subjektif bahwa ibu berusia resti yaitu >3h tahun dan multipara dimana ibu saat ini hamil ke-5

dengan jarak persalinan dekat yang resti untuk memiliki komplikasi dalam kehamilan,

aktivitas ibu sehari hari seperti mengurus rumah dan ke-4 anaknya sendiri juga bersesiko

kelelahan yang dapat memicu timbulnya PPI. Hal ini sesuai dengan teori mengenai faktor

2
resiko ibu hamik untuk mengalami PPI menurut Menurut Nugroho (2010), faktor yang

mempengaruhi prematuritas adalah umur ibu, suku, bangsa, sosial dan ekonomi, bakterinuria,

BB ibu sebelum hamil dan sewaktu hamil, kawin dan tidak kawin (tidak sah 15% prematur,

kawin sah 13% prematur), prenatal (antenatal) care, anemia, penyakit jantung, jarak

persalinan yang terlalu rapat, pekerjaan yang terlalu berat sewaktu hamil.

Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan Ny.K dilakukan pemeriksaan fisik, kolaborasi

dengan dr. Sp. OG, pemeriksaan Lab dan implementasi yaitu ibu diberikan tokolitik Nifidipin

untuk mengurangi kontraksi dan observasi berkala untuk evaluasi dengan DJJ guna

memantau keadaan ibu dan janin. Asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan teori

penanganan partus prematorus imminens

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penulis yang didapatkan dalam kasus dan pembahasan pada asuhan
kebidanan pada Ny K usia 39 tahun usia kehamilan 34/35 minggu dengan PPI di RS Suwandi
maka penulis mengambil kesimpulan.
Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan maternal pada Ny.K usia 39 tahun UK 34/35
minggu dengan PPI dapat diterapkan melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan
menurut 7 langkah varney dengan hasil sebagai berikut :

1. Pengkajian data dapat dilaksanakan dengan wawancara dan hasil observasi


2
2. Interpretasi data dari hasil pengkaian diperoleh diagnosa kebidanan G5P40004 UK
34/35 minggu tunggal hidup intrauterin letkep dengan PPI
3. Diagnosa potensial yang terjadi adalah partus prematorus imminens, bayi lahir
prematur
4. Antisipasi yang dilakukan adalah kolaborasi engan dokter Sp.OG tentang pemberian
terapi berupa tokolitik
5. Rencana yang dilakukan pada kasus ini adalah pemberian terapi sesuai advise dokter
6. Evaluasi dari kasus ini adalah keadaan ibu membaik dan ibu tidak mengalami tanda
tanda persalinan lagi.
5.2 Saran
Diharapkan mahasiswa agar
lebihmenguasaimateridanmampumengaplikasikannyasehinggaketikaterjadimasalahdapatmeng
kajinyalebihdalamdanmemberikanasuhan yang sesuaikebutuhanpasien.
Mahasiswadiharapkanuntukmembaca literature
terbaruuntukmenambahwawasanmengenaipenatalaksanaanabortusinkomplit.

DAFTAR PUSTAKA

Benson. Raloh C dan Pernoll. Martin L. 2012. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi. EGC.
Jakarta
Manuaba. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. EGC.
Jakarta.
Nugroho Taufan.2010. Buku Ajar Obsetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Oxorn H, William R, Forte. 2010. Ilmu Kebidanan, Patologi & Fisiolgi Persalinan.
Yogyakarta : YEM

2
Rukiyah, Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta : CV. Trans Info Media
Saefuddin. 2009. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Saminem.2010. Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Sutjiati.2010. Obstetri Patologi. Jakarta : Bumi Akasara
Winkjosastro.2010. Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai