LAMPIRAN
MATERI
Mata Kuliah
: Bd. 304
Beban SKS
: 3 SKS
Pokok Bahasan
Penempatan/ Kelas
Hari/ Tanggal
Waktu
: 30 menit
Dosen
Menguraikan penyebab terjadinya atonia uteri dengan benar sesuai hand out
Menyebutkan kriteria diagnosis atonia uteri dengan benar sesuai hand out
Sumber Pustaka :
Manuaba,Ida Bagus Gde, 2007 : Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana.
Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta:JNPKKR-POGI, Hal 178
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2003 menyatakan bahwa
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 307/100.000 kelahiran hidup. Penyebab
dari tingginya angka kematian ibu merupakan suatu hal cukup yang kompleks. Trias utama kematian
maternal adalah perdarahan, infeksi dan eklampsi.
Perdarahan post partum diperkirakan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%)
kematian ibu melahirkan di Indonesia. (Depkes RI, !999). Salah satu penyebab perdarahan post
partum adalah retensio plasenta, yaitu suatu keadaan tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Abdul Bari S, 2001:178)
Menurunkan kejadian perdarahan post partum akibat retensio plasenta tidak hanya
mengurangi risiko kematian ibu, namun juga menghindarkan dari risiko kesakitan yang berhubungan
dengan perdarahan post partum, misalnya reaksi transfusi, tindakan operatif dan infeksi. Bukti
berbagai penelitian mendukung penatalaksanaan aktif kala III persalinan (setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan dengan lahirnya plasenta) dapat menurunkan risiko perdarahan post partum sampai
40%.
Tujuan akhir dari handout ini adalah memberikan pengetahuan dan pengalaman pada
mahasiswa tentang retensio plasenta mulai dari definisi sampai dengan penanganan kasus perdarahan
post partum akibat dari retensio plasenta, sehingga mereka mengerti dan diharapkan mahasiswa juga
mampu memberikan pelayanan kebidanan pada kasus retensio plasenta sesuai dengan
kewenangannya.
1. DEFINISI
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya atau gagalnya tonus /kontraksi otot
rahim yang menyebabkan uterus tdak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan palsenta lahir ( Karkata,2009 ).
Sedangkan menurut Hakimi ( 2010 ), perdarahan post partum bisa dikendalikan
melalui kontraksi dan retraksi serat-serat miometrium. Kontraksi dan retraksi ini
menyebabkan terlipatnya pembuluh pembuluh darah sehingga aliran darah ketempat
plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanismme
mengakibatkan perdarahan
Anastesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksasi miometrium
yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi menyebabkan atonia uteri dan
besar akan diikuti oleh kontraksi serta retraksi miometrium jika dalam kala III.
Overdistendi uterus. Uetrus yang mengalami distesi secaraberlebihan akibat
keadaan bayi yang besar, kehamilan kembar, polihidromnion, cendrung
4. PENCEGAHAN
Untuk menghindari terjadinya atonia uteri, maka dilakukan pencegahan sebagai
berikut ;
1. Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang
bersalin, karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan akibat atonia uteri.
2. Jika ada riwayat atonia uteri sebelumya persalinan harus dilakukan dirumah sakit
3. Dalam kala III uetrus jagan dimasase dan didorong sebekum plasenta lepas dari
dindingnya.
4. Pemberian misoprotal peroral 2- 3 tablet ( 400 600 g ) segera setelah bayi lahir
dalm
6. PENATALAKSANAAN
Menurut Karkata (2009) dan Saifuddin dkk (2002), banyaknya darah yang
hilang akan mempengaruhi keadaan pasien. Pasien masih bisa dalam keadaan sadar,
sedikit anemis, atau sampai syok hipovolemik berat. Perdarahan yang lebih dari
1000ml atau bahkan lebih dari 1500ml (20 25% volume darah) akan menimbulakan
gangguan vaskuler hingga menjadi syok hemoragic sehingga tranfusi darah
diperlukan (Ramanathan & Arulkumaran, 2006). Tindakan pertama yang dilakukan
tergantung pada keadaan kliniknnya. Pada umumnya dilakukan secara simultan (bila
pasien syok) hal hal sebagai berikut :
Sikap trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan oksigen.
Sekaligus meransang kontraksi uterus dengan cara :
a. Masase fundus uteri dan eransang puting susu
b. Pemberian obat uteretonika :
1) Oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara intramusculur,
intravena, dan subcutan
2) Memberikan derivat prostaglandin F2 (carboprost tromethamine) yang
kadang memberikan efek samping berupa diare, hipertensi, mual,
muntah,febris dan takikardi.
3) Pemberia misoprostol (800 1000 g) per rektal
Tabel : jenis uterotonika dan cara pemberiannya
(Depertemen Kesehatan Indonesia, 2007)
JENIS &
OKSITOSIN
6
ERGOMETRIN
MISOPROSTOL
IV : 20 IU dalam 1 IM
atau
400g
fisiologis
diulang
dengaan
dapat
sampai
tetesa cepat
1200g
IM :10 IU
IV : 20 IU dalam 1 Ulangi 0,2 mg IM 400mg 2 4 jam
Dosis
lanjut
fisiologis dengan 40
Dosis
tetes/menit
Tidak lebih dari 3 Total 1 mg atau 5 Total 1200g atau
maksimal
perhari
Kontra
indikasi
3 dosis
oksitosin
Pemberian
Nyri
secara
IV Preeklamsia,
cepat
atau vitium
bolus
kontraksi
cordis, asma
hipertensi